Untuk Freeport seharusnya berlaku pola yang sama, dikembalikan dulu 100 persen 
gratis ke Indonesia tahun 2021. Kontraktor bisa BUMN dengan Freeport atau Rio 
Tinto,” tegasnya.

Tidak seperti saat ini. Pemerintah, melalui PT Indonesia Asahan Aluminium 
(Inalum) justru membeli saham Freeport sebesar 51 persen. Bahkan skema 
pembayaran yang akan dilakukan mengandalkan utang, sehingga berpotensi 
merugikan kerugian besar bagi negara.
....

Freeport Harus Dikembalikan Dulu 100 Persen Seperti Blok Mahakam


| 
| 
| 
|  |  |

 |

 |
| 
|  | 
Freeport Harus Dikembalikan Dulu 100 Persen Seperti Blok Mahakam - rmols...

RMOL

umsel. Ekonom senior DR, Rizal Ramli menegaskan bahwa setiap kontrak karya 
perusahaan asing yang te ...
 |

 |

 |




POLITIK  SENIN, 26 NOVEMBER 2018 , 08:14:00 WIB

Rizal Ramli/net
RMOLSumsel. Ekonom senior DR, Rizal Ramli menegaskan bahwa setiap kontrak karya 
perusahaan asing yang telah habis masa berlakunya, wajib dikembalikan ke 
pemerintah RI.

Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu kemudian mencontohkan 
pengembalian Blok Mahakam dari perusahaan Total asal Perancis di tahun 2015 dan 
Blok Rokan Riau oleh perusahaan Chevron dari Amerika Serikat.

Dalam kasus ini, RR, sapaan akrab Rizal Ramli memuji langkah Presiden Joko 
Widodo yang menerima kedua blok itu, untuk kemudian menyerahkannya kepada 
Pertamina untuk dikelola.

Langkah itu sangat tepat dan bagus,” ujar RR sesaat lalu, Senin (26/11).

Namun demikian, dia menyayangkan pola yang tepat itu tidak dilakukan terhadap 
Freeport. Padahal, kontrak karya Freeport akan habis di tahun 2021 mendatang.

Untuk Freeport seharusnya berlaku pola yang sama, dikembalikan dulu 100 persen 
gratis ke Indonesia tahun 2021. Kontraktor bisa BUMN dengan Freeport atau Rio 
Tinto,” tegasnya.

Tidak seperti saat ini. Pemerintah, melalui PT Indonesia Asahan Aluminium 
(Inalum) justru membeli saham Freeport sebesar 51 persen. Bahkan skema 
pembayaran yang akan dilakukan mengandalkan utang, sehingga berpotensi 
merugikan kerugian besar bagi negara.

Seharusnya, tidak perlu dibeli 51 persen dengan ribet dan uang pinjaman yang 
beresiko tinggi,” demikian Rizal Ramli. [ian]

Kirim email ke