Fw: [GELORA45] JANGAN TERLENA PUJIAN BANK DUNIA

2017-11-24 Terurut Topik 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]


From: Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45] 
Sent: Saturday, November 25, 2017 6:13 AM

  

http://www.sinarharapan.co/news/read/1711228817/jangan-terlena-pujian-bank-dunia

JANGAN TERLENA PUJIAN BANK DUNIA
PELAMBATAN SEKTOR RIEL TERUS TERJADI

22 November 2017 11:15 BC Editorial dibaca: 799 

ISTIMEWA / 

Pujian Bank Dunia terhadap pencapaian stabilitas makro ekonomi Indonesia 
merupakan suntikan semangat untuk menata perekonomian nasional lebih baik lagi. 
Namun demikian, pemerintah hendaknya memikirkan secara sungguh-sungguh 
bagaimana agar stabilitas mekro tersebut tercermin pada perkembangan mikro atau 
sektr riel agar lebih bergairah. 

Pujian tersebut dikemukakan oleh Kepala Perwakilan Bank Dunia (World Bank) 
untuk Indonesia Rodrigo Chaves kepada Presiden Joko Widodo ketika bertemu di 
Istana Kepresidenan Bogor, pekan ini. “Kami menyampaikan bahwa kami sangat 
optimis tentang stabilitas fiskal di Indonesia serta framework ekonomi makro 
yang kami nilai sangat tepat,” ujar Rodrigo, usai pertemuan tersebut. 

Apa yang dikemukakan Bank Dunia bukanlah hal baru. Pemerintah memang  bekerja 
keras untuk menjaga stabilitas makro agar memberikan iklim yang kondusif bagi 
dunia usaha. Hal itu tercermin dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar 
rupiah, inflasi yang rendah, neraca perdagangan yang positif dan cadangan 
devisa yang relatif kuat. 

Beberapa waktu lalu Dana MoneterInternasional (IMF) juga menyatakan  hal 
serupa. Bauran kebijakan makroekonomi yang diiringi dengan reformasi struktural 
dinilai telah membantu Indonesia mengatasi beberapa tantangan. IMF mendorong 
otoritas untuk melanjutkan penguatan kerangka kebijakan jangka menengah melalui 
reformasi fiskal dan struktural, untuk mendorong pertumbuhan dan menjaga 
kestabilan makroekonomi. BI juga tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan 
sistem keuangan, dengan tetap mengoptimalkan pemulihan ekonomi domestik di 
tengah ketidakpastian pasar keuangan global. 

"Bank Indonesia juga mendukung program reformasi struktural yang dilakukan 
pemerintah dalam rangka meningkatkan kapasitas perekonomian menuju pertumbuhan 
yang inklusif," tutur Agus. 

Namun, pencapaian stabilitas makroekonomi perlu didukung oleh pertumbuhan 
ekonomi yang inklusif dan berkesinambungan. Untuk mewujudkannya, diperlukan dua 
kebijakan penting. Pertama, terkait dengan pemenuhan berbagai faktor pendukung 
bagi pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Kedua, pengembangan 
sektor-sektor ekonomi potensial yang berdaya saing tinggi dengan mengoptimalkan 
pemanfaatan teknologi, informasi digital, dan e-commerce. 

Saat ini, kita mencatat bahwa kesenjangan ekonomi masih menjadi tantangan yang 
perlu menjadi perhatian seluruh pemangku kebijakan. Kita juga mencatat keluhan 
yang dikemukakan dunia usaha beupa kelesuan perdagangan yang oleh beberapa 
kalangan disebut bersumber pada penurunan daya beli masyarakat. 

BI belum lama ini merilis hasil survei mengenai penjualan eceran yang 
memperlihatkan terjadi pelambatan pada beberapa bulan terakhir. Pada September 
lalu perdagangan eceran tetap tumbuh meskipun lebih rendah dibanding bulan 
sebelumnya. Indeks Penjualan Riil (IPR) pada September 2017 tumbuh 1,8% (yoy), 
lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 2,2% (yoy) menjadi 201,2. 

Pelambatan terjadi pada kelompok makanan dan non makanan. Bahkan kelompok non 
makanan mengalami kontraksi yang cukup dalam. Secara regional, kontraksi 
pertumbuhan tahunan IPR pada September terjadi di tiga kota dengan kontraksi 
terdalam yaitu Denpasar (minus 12,6%). Survei mengindikasikan tekanan kenaikan 
harga di tingkat pedagang eceran tiga bulan mendatang juga meningkat. 

Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa kondisi sektor riel tidak cukup bagus 
untuk menopang ambisi peningkatan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Apapun 
alasannya, kelesuan tersebut harus dikoreksi agar kembali bergairah. Kita tidak 
boleh terlena dengan berbagai indikator makro ekonomi yang digembar-gemborkan 
pemerintah, melainkan harus memperhatikan sektor riel yang berhubungan langsung 
dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan rakyat. 

Pemerintah perlu berpikir keras agar kondisi makro ekonomi yang makin bagus 
juga tercermin dalam kegairahan sektor riel yang meningkat. Maka semestinya 
pemerintah lebih menggairahkan perkembangan sektor produksi dan perdagangan 
melalui berbagai kebijakan yang memudahkan usaha dan kegiatan mereka dan tidak 
mengeluarkan regulasi yang berakibat sebaliknya. 

Kegairahan para petani, nelayan, perajin, pedagang ritel, UMKM dan semacamnya, 
seharusnya menjadi titik perhatian utama pemerintah agar kesejahteraan rakyat 
juga meningkat. Industri dan perdagangan skala besar sudah terlalu pintar untuk 
mengurus diri sendiri.  


Sumber : BERBAGAI SUMBER 



[GELORA45] JANGAN TERLENA PUJIAN BANK DUNIA

2017-11-24 Terurut Topik Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
http://www.sinarharapan.co/news/read/1711228817/jangan-terlena-pujian-bank-dunia
JANGAN TERLENA PUJIAN BANK DUNIA

*PELAMBATAN SEKTOR RIEL TERUS TERJADI*

22 November 2017 11:15 BC 
Editorial  dibaca: 799

ISTIMEWA /

Pujian Bank Dunia terhadap pencapaian stabilitas makro ekonomi Indonesia
merupakan suntikan semangat untuk menata perekonomian nasional lebih baik
lagi. Namun demikian, pemerintah hendaknya memikirkan secara
sungguh-sungguh bagaimana agar stabilitas mekro tersebut tercermin pada
perkembangan mikro atau sektr riel agar lebih bergairah.

Pujian tersebut dikemukakan oleh Kepala Perwakilan Bank Dunia (World Bank)
untuk Indonesia Rodrigo Chaves kepada Presiden Joko Widodo ketika bertemu
di Istana Kepresidenan Bogor, pekan ini. “Kami menyampaikan bahwa kami
sangat optimis tentang stabilitas fiskal di Indonesia serta framework
ekonomi makro yang kami nilai sangat tepat,” ujar Rodrigo, usai pertemuan
tersebut.

Apa yang dikemukakan Bank Dunia bukanlah hal baru. Pemerintah memang
 bekerja keras untuk menjaga stabilitas makro agar memberikan iklim yang
kondusif bagi dunia usaha. Hal itu tercermin dalam upaya menjaga stabilitas
nilai tukar rupiah, inflasi yang rendah, neraca perdagangan yang positif
dan cadangan devisa yang relatif kuat.

Beberapa waktu lalu Dana MoneterInternasional (IMF) juga menyatakan  hal
serupa. Bauran kebijakan makroekonomi yang diiringi dengan reformasi
struktural dinilai telah membantu Indonesia mengatasi beberapa
tantangan. IMF mendorong otoritas untuk melanjutkan penguatan kerangka
kebijakan jangka menengah melalui reformasi fiskal dan struktural, untuk
mendorong pertumbuhan dan menjaga kestabilan makroekonomi. BI juga tetap
menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, dengan tetap
mengoptimalkan pemulihan ekonomi domestik di tengah ketidakpastian pasar
keuangan global.

"Bank Indonesia juga mendukung program reformasi struktural yang dilakukan
pemerintah dalam rangka meningkatkan kapasitas perekonomian menuju
pertumbuhan yang inklusif," tutur Agus.

Namun, pencapaian stabilitas makroekonomi perlu didukung oleh pertumbuhan
ekonomi yang inklusif dan berkesinambungan. Untuk mewujudkannya, diperlukan
dua kebijakan penting. Pertama, terkait dengan pemenuhan berbagai faktor
pendukung bagi pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Kedua,
pengembangan sektor-sektor ekonomi potensial yang berdaya saing tinggi
dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi, informasi digital, dan
e-commerce.

Saat ini, kita mencatat bahwa kesenjangan ekonomi masih menjadi tantangan
yang perlu menjadi perhatian seluruh pemangku kebijakan. Kita juga mencatat
keluhan yang dikemukakan dunia usaha beupa kelesuan perdagangan yang oleh
beberapa kalangan disebut bersumber pada penurunan daya beli masyarakat.

BI belum lama ini merilis hasil survei mengenai penjualan eceran yang
memperlihatkan terjadi pelambatan pada beberapa bulan terakhir. Pada
September lalu perdagangan eceran tetap tumbuh meskipun lebih rendah
dibanding bulan sebelumnya. Indeks Penjualan Riil (IPR) pada September 2017
tumbuh 1,8% (yoy), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang sebesar
2,2% (yoy) menjadi 201,2.

Pelambatan terjadi pada kelompok makanan dan non makanan. Bahkan kelompok
non makanan mengalami kontraksi yang cukup dalam. Secara regional,
kontraksi pertumbuhan tahunan IPR pada September terjadi di tiga kota
dengan kontraksi terdalam yaitu Denpasar (minus 12,6%). Survei
mengindikasikan tekanan kenaikan harga di tingkat pedagang eceran tiga
bulan mendatang juga meningkat.

Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa kondisi sektor riel tidak cukup
bagus untuk menopang ambisi peningkatan pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Apapun alasannya, kelesuan tersebut harus dikoreksi agar kembali bergairah.
Kita tidak boleh terlena dengan berbagai indikator makro ekonomi yang
digembar-gemborkan pemerintah, melainkan harus memperhatikan sektor riel
yang berhubungan langsung dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
rakyat.

Pemerintah perlu berpikir keras agar kondisi makro ekonomi yang makin bagus
juga tercermin dalam kegairahan sektor riel yang meningkat. Maka semestinya
pemerintah lebih menggairahkan perkembangan sektor produksi dan perdagangan
melalui berbagai kebijakan yang memudahkan usaha dan kegiatan mereka dan
tidak mengeluarkan regulasi yang berakibat sebaliknya.

Kegairahan para petani, nelayan, perajin, pedagang ritel, UMKM dan
semacamnya, seharusnya menjadi titik perhatian utama pemerintah agar
kesejahteraan rakyat juga meningkat. Industri dan perdagangan skala besar
sudah terlalu pintar untuk mengurus diri sendiri.


Sumber : BERBAGAI SUMBER