-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1831-klb



Selasa 19 Mei 2020, 05:30 WIB

KLB

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group | Editorial
 
KLB

MI/Ebet
Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group.

YA inilah kondisi yang sedang kita hadapi. Kita sedang menghadapi kejadian luar 
biasa, KLB. Belum pernah kita  menghadapi situasi ketika pandemi terjadi dan 
seluruh aktivitas dunia seakan berhenti. Setelah satu abad yang lalu, baru 
sekaranglah dunia kembali dilanda pandemi.

Kondisi yang harus kita hadapi sekarang ini lebih parah daripada krisis 
keuangan 1998. Ketika itu kita harus menghadapi gejolak nilai mata uang akibat 
krisis yang terjadi di Thailand. Saat itu hanya pengusaha besar yang memiliki 
exposure kredit dalam mata uang asing yang paling terdampak.

Bisnis pengusaha kecil dan menengah sama sekali tidak terganggu. Bahkan UMKM 
dianggap menjadi penyelamat ekonomi nasional. Mereka menjadi motor pertumbuhan 
dan hanya dalam waktu satu tahun, pertumbuhan ekonomi kita sudah pulih dari 
kontraksi sampai minus 13%.

Kali ini keadaannya sungguh sangat berbeda. Upaya kita untuk menekan penyebaran 
covid-19 membuat perekonomian nyaris berhenti. Bukan hanya pengusaha besar yang 
terpukul, pengusaha UMKM pun kali ini dibuat tidak berdaya. Petani, pedagang 
tidak bisa melakukan kegiatan bisnis.

Kejadian luar biasa ini harus ditangani dengan langkah yang luar biasa. Tidak 
ada teori yang bisa diterapkan karena kejadian seperti ini belum pernah 
terjadi. Belum ada ilmuwan yang mengalami kejadian seperti ini sehingga belum 
ada ilmu yang dilahirkan.

Kita pun harus menyadari bahwa tidak ada bangsa lain yang bisa menolong kita 
sekarang ini. Semua negara dihadapkan pada persoalan yang sama dan mereka pun 
sedang berjuang untuk bisa bertahan. Kita harus mencari jalan terbaik sesuai 
dengan kekuatan yang kita miliki.

Para pemikir besar Indonesia dituntut untuk mengerahkan kemampuan terbaik. Kita 
teringat kepada pesan yang pernah disampaikan Albert Einstein, “We cannot solve 
our problem with the same thinking we used when we created them.” Kita harus 
bisa menyodorkan cara penyelesaian persoalan yang benar-benar baru dan orisinal.

Kita harus bertindak cepat dan cermat karena pemburukan yang terjadi 
berlangsung dengan cepat. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui upaya 
menekan angka kemiskinan yang sudah susah payah dilakukan agar bisa menjadi 
satu digit, sirna dalam dua bulan saja. Angka kemiskinan kita tiba-tiba kembali 
seperti sebelum 2011.

Semakin lama kondisi ini dibiarkan, maka kemiskinan akan semakin menjadi-jadi. 
Sekarang ini satu per satu perusahaan mulai bertumbangan. Mereka tidak mampu 
lagi bertahan karena tidak ada penerimaan yang bisa mereka dapatkan. Ke depan 
gelombang pemutusan hubungan kerja tidak bisa terhindarkan.

Sekarang ini, yang paling mendesak dilakukan ialah mencegah jangan sampai ada 
perusahaan yang mengalami pailit. Ibarat seorang petinju, jangan sampai 
mengalami knock-down dan punch drunk sebab keadaan itu membuat kita akan sulit 
untuk bisa berdiri tegak apalagi harus berpikir.

Permintaan Kamar Dagang dan Industri agar pemerintah memperhatikan arus kas 
perusahaan tidak mengadaada. Kebutuhan itu ada pada semua lapisan pengusaha 
sekarang ini. Pemerintah tidak bisa lagi membeda-bedakan kelompok usaha karena 
semuanya menghadapi persoalan yang sama.

Sekarang ini yang harus dipikirkan bagaimana caranya. Pemerintah dan Kadin 
harus duduk bersama dan bersikap terbuka. Semua data ditaruh di atas meja 
sehingga kita tahu seberapa besar magnitude persoalan yang harus kita 
selesaikan.

Kita tidak perlu kaget kalau biaya penyelamatan ekonomi yang harus kita siapkan 
akan sangat mahal. Sebagai kekuatan ekonomi nomor 16 besar di dunia, kita 
memang negara ekonomi yang besar. Produk domestik bruto kita sudah masuk 
kelompok triliun dolar AS.

Penyelamatan ini harus kita lakukan agar krisis kesehatan yang sudah 
bertransmisi ke persoalan sosial dan ekonomi tidak mengimbas ke persoalan 
keuangan. Kalau sampai sektor keuangan yang ikut terpapar, kepercayaan publik 
akan dengan cepat ikut tergerus.

Harga yang harus kita bayar pasti akan jauh lebih mahal lagi kalau itu sampai 
terjadi. Tidak seperti 1998, kali ini kita bisa membutuhkan waktu 
bertahun-tahun untuk memulihkan keadaan. Demi kepentingan nasional yang lebih 
besar, kita tidak perlu takut bertindak luar biasa karena kita memang sedang 
menghadapi kejadian yang luar biasa.

 

 

 

 

 

 
 









Kirim email ke