[GELORA45] Re: NGERI!!! ~ PESERTA REUNI 212 MENGIRIM PESAN KEPADA JOKOWI, BIKIN KETAR KETIR PARA PENDUKUNGNYA

2018-12-07 Terurut Topik Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
*Hemat saya pesan yang dikirim ialah "lihat kekuatan kami", bukan
semata-mata untuk Jokowi, tetapi terutama kepada kaum kafir. hehehehehe *


Re: [GELORA45] Re: NGERI!!! ~ PESERTA REUNI 212 MENGIRIM PESAN KEPADA JOKOWI, BIKIN KETAR KETIR PARA PENDUKUNGNYA

2018-12-07 Terurut Topik Noroyono 1963 noroyono1...@yahoo.com [GELORA45]
Harus saya akui “Aksi 212”tahun 2016 (disingkat “Aksi 212”) adalah sebuah demo 
besar-besaran. “Aksi 212” merupakan manuver politik kelompok politisiIslam 
berjubah ulama berselubung agama yg bermaksud menyingkirkan Jokowi 
denganmenggunakan taktik mendakwa Basuki sebagai “penistaagama”. Kelompok 
politisi Islam ini telah melakukan tekanan terhadap pengadilansedemikian 
hebatnya sehingga berhasil membuat institusi penegak hukum itu tundukbertekuk 
lutut kepada tuntutan mereka. Di bawah tekanan hebat tsb, pengadilantelah 
menjatuhkan hukuman dua tahun langsung masuk penjara kepada Ahok – yg nota bene 
yuridis tidak bersalah – sebagai “penista agama”. Kesewenang-wenangan yg 
diderita seorang pejabattinggi negara yg bekerja dengan kesungguhan dan 
kejujuran demi kepentinganmasyarakat bernama  Ahok itu tentu saja –sedikit atau 
banyak – berkaitan dengan status ras dan religi yg disandang-nya.Satu-satunya 
“kesalahan“ Ahok adalahdia tidak bergabung  dan ber-“mimikri” denganpara 
politisi Islam munafik, demi kepentingan pribadinya. Sukses manuverpolitik 
kelompok pendesain  “Aksi 212”  kendatipun merupakan  victory  bagi mereka, 
tapi pada saat yg sama sesungguhnyalahmerupakan tragedi bagi bangsa 
Indonesia.Didasarkan pada alasan prinsipiil ini saya sama sekali tidak 
bersimpati  pada baik “Aksi 212” maupun “Reuni 212” ygdigelar tahun ini maupun 
kapan saja.


 
Target apa yg disebut “Reuni212” tetap sama dengan “Aksi 212”, yaitu: 
Menyingkirkan Pemerintah Jokowi!Walaupun saya berasal dari keluarga PNI/Front 
Marhaenis (yg notabene tidakidentik dengan PDI-P), namun saya bukan pendukung 
Jokowi, tapi pada saat ygsama bukan pula penetang Jokowi. 


 
Dalam pada itu ada satuhal yg harus saya kemukakan di sini, walaupun saya 
adalah seorang Muslim, tapi (sejakremaja) saya tidak pernah suka pada partai yg 
memperjuangkan Syariat Islamsebagai dasar negara, seperti Masyumi dan 
sejenisnya. Sepengetahuan saya, belumpernah ada presedennya  di dunia inisebuah 
negara didasarkan pada Syariat Islam yg“gemah ripah loh jinawi tata tentrem 
kerta raharja” bagi semua warga-nya, bukan hanya bagi sejumputkaum aristokrat 
merangkap pemilik modalkaliber raksasa.


 
Jadi: Pilih Jokowi atauPrabowo? Saya memilih menjadi sebagai seorang penonton 
yg tidak pernah menyukai bentuk negaraIslam, dan di samping itu saya juga tidak 
menyukai kelompok yg berindikasirasisme & diskriminasi dalam segala bentuknya. 
Rasisme & diskriminasibagi saya merupakan manifestasi ketidakadilan.


 
Adapun berita jumlahpeserta “Reuni 212” yg oleh sementara orang dikatakan 
mencapai  7 juta, akan sayapercayai apabila berita itu didasarkan pada data 
”debitmeter” yg dilengkapisinar laser (Light Amplification byStimulated 
Emission of Radiation) yg  ditempatkan di sejumlah titik di seputarlapangan 
Monas. Saya percaya, detektor canggih saperti itu mampu mendeteksi aliranorang 
yg masuk ke lapangan Mona dan sekitarnya relatif mendekati akurat. Jika 
perhitunganjumlah peserta “Reuni 212” semata-mata didasarkan pada “data” kasat 
mata,apalagi datangnya dari para pendukung fanatik “Reuni 212”, ya sorry,  jika 
berita tsb saya anggap sebagai sebuah dongengkonsumsi untuk anak-anak. Tidak 
lebih dan tidak kurang.


 
Noroyono

07/12/2018    



Op vrijdag 7 december 2:32 2018 schreef "b...@yahoo.com [GELORA45]" 
 het volgende:
 

     Di posting yg lalu saya menggunakan kata "menakutkan" utk Reuni 212, 
"NGERI!!!", ya, sami-mawon atau barangkali lebih menakutkan?

---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :

NGERI!!!~ PESERTA REUNI 212 MENGIRIM PESAN KEPADA JOKOWI, BIKIN KETAR KETIR 
PARAPENDUKUNGNYA

KABAR NKRI
APA pesan penting yang sampai kepada PresidenJokowi pasca Reuni 212 yang sangat 
sukses? Pertama, Jokowi gagal mengkooptasisekaligus memecah soliditas umat. 
Kedua, kekuasaan tidak boleh digunakan untukmenakut-nakuti rakyat. Ketiga, 
Jokowi dan pemerintah tengah menghadapi pembangkangandari masyarakat (civil 
disodibience).
 Kubu pendukung pemerintah pasti sangat kaget denganfakta bahwa reuni 212 kali 
ini dihadiri oleh peserta jumlah luar biasa besar.Ada yang menyebut lebih besar 
dari Aksi 212 yang dulu diklaim mencapai 7 jutapeserta. Lepas berapapun 
jumlahnya, satu hal yang tidak bisadibantah, jumlahnya benar-benar bikin kaget. 
Monas dan kawasan sekitarnyabenar-benar berubah menjadi lautan putih.  
Bagaimana tidak mengagetkan? Jokowi secarasistematis mencoba mematahkan 
perlawanan umat dengan strategi rangkul danpukul. Mereka yang tidak bisa 
dirangkul akan menghadapi pukulan keras yangsering disebut sebagai 
kriminalisasi.  Jokowi berhasil merangkul Kyai Ma’ruf Amin sebagaicawapres. 
Ma’ruf adalah pentolan GNPF MUI. Sebagai Ketua Umum MUI, Ma’rufmengeluarkan 
fatwa Ahok telah menista agama. Fatwa itulah yang mendorongserangkaian Aksi 
Bela Islam (ABI) dan puncaknya adalah Aksi 212.  Ma’ruf dipilih karena latar 
belakangnya sebagaipengurus puncak Nahdlatul Ulama (NU). Sebagai ormas Islam 
terbesar diIndonesia, Jokowi berharap mendapat dukungan dari 

[GELORA45] Re: NGERI!!! ~ PESERTA REUNI 212 MENGIRIM PESAN KEPADA JOKOWI, BIKIN KETAR KETIR PARA PENDUKUNGNYA

2018-12-06 Terurut Topik b...@yahoo.com [GELORA45]
Di posting yg lalu saya menggunakan kata "menakutkan" utk Reuni 212, 
"NGERI!!!", ya, sami-mawon atau barangkali lebih menakutkan? 

---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :

 NGERI!!! ~ PESERTA REUNI 212 MENGIRIM PESAN KEPADA JOKOWI, BIKIN KETAR KETIR 
PARA PENDUKUNGNYA
 https://www.youtube.com/channel/UC3FYAShJhtXgMfltOEit60w
 


 KABAR NKRI https://www.youtube.com/channel/UC3FYAShJhtXgMfltOEit60w
 
APA pesan penting yang sampai kepada Presiden Jokowi pasca Reuni 212 yang 
sangat sukses? Pertama, Jokowi gagal mengkooptasi sekaligus memecah soliditas 
umat. Kedua, kekuasaan tidak boleh digunakan untuk menakut-nakuti rakyat. 
Ketiga, Jokowi dan pemerintah tengah menghadapi pembangkangan dari masyarakat 
(civil disodibience).

 
  
 Kubu pendukung pemerintah pasti sangat kaget dengan fakta bahwa reuni 212 kali 
ini dihadiri oleh peserta jumlah luar biasa besar. Ada yang menyebut lebih 
besar dari Aksi 212 yang dulu diklaim mencapai 7 juta peserta.
  
 Lepas berapapun jumlahnya, satu hal yang tidak bisa dibantah, jumlahnya 
benar-benar bikin kaget. Monas dan kawasan sekitarnya benar-benar berubah 
menjadi lautan putih. 
  
 Bagaimana tidak mengagetkan? Jokowi secara sistematis mencoba mematahkan 
perlawanan umat dengan strategi rangkul dan pukul. Mereka yang tidak bisa 
dirangkul akan menghadapi pukulan keras yang sering disebut sebagai 
kriminalisasi. 
  
 Jokowi berhasil merangkul Kyai Ma’ruf Amin sebagai cawapres. Ma’ruf adalah 
pentolan GNPF MUI. Sebagai Ketua Umum MUI, Ma’ruf mengeluarkan fatwa Ahok telah 
menista agama. Fatwa itulah yang mendorong serangkaian Aksi Bela Islam (ABI) 
dan puncaknya adalah Aksi 212. 
  
 Ma’ruf dipilih karena latar belakangnya sebagai pengurus puncak Nahdlatul 
Ulama (NU). Sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, Jokowi berharap mendapat 
dukungan dari warga nadliyin. 
  
 Melihat suasana pada reuni 212 terlihat jelas mayoritas warga yang hadir 
berlatar belakang nahdliyin. Warga berbondong-bondong memadati Monas sambil 
melantunkan salawat nabi yang menjadi salah satu tradisi penting kaum 
nahdliyin. Sejumlah anak cucu pendiri NU yang dikenal sebagai kubu kultural 
diketahui juga hadir dalam reuni tersebut. 
  
 Jokowi juga merangkul sejumlah ulama berpengaruh yang sebelumnya menjadi 
pendukung Aksi 212 seperti TGB Zainul Majdi, dan Yusuf Mansur. Terakhir Jokowi 
juga berhasil merangkul Yusril Ihza Mahendra. Semua tokoh tidak berhasil 
menggoyahkan konsolidasi umat. Yang terjadi mereka malah ditinggalkan umat. 
  
 Figur seperti TGB, Yusuf Mansur, dan Yusril menjadi bulan-bulanan caci maki, 
dan bullyan di media sosial. Secara politik mereka sudah tidak ada gunanya bagi 
Jokowi. Baik sebagai endorser, apalagi menjadi penarik suara (vote getter). 
Yusril bahkan terancam dikudeta dari posisi Ketua Umum PBB. Mereka menjadi 
kartu mati. 
  
 Jokowi juga tidak berhasil melumpuhkan perlawanan para ulama. Rezim Jokowi 
berhasil membuat Habib Rizieq tokoh sentral gerakan 212 hijrah ke Arab Saudi, 
karena berbagai kriminalisasi. Posisi Habib Rizieq bahkan semakin penting. 
Posisinya kira-kira mulai mirip dengan pemimpin spiritual Iran Ayatulloh 
Khomenei ketika mengasingkan diri ke Paris. 
  
 Saat ini di GNPF MUI yang telah berubah menjadi GNPF Ulama muncul sejumlah 
figur idola baru di kalangan umat. Figur-figur seperti Habib Bahar Bin Smith 
yang memilih jalan keras, atau figur yang kocak namun tak kalah kritis dan 
nylekit ketika menyampaikan kritik model Ustadz Haikal Hasan Baraas. 
  
 Sejumlah akademisi dan pengamat asing menyebut Jokowi anti demokrasi dan mulai 
otoriter. Dia mencoba menekan para lawan politik dan pengritiknya dengan cara 
menakut-nakuti melalui kriminalisasi. Korbannya selain para ulama, juga para 
aktivis dan pegiat medsos yang kritis terhadap dirinya. Namun langkah ini tidak 
menyurutkan perlawanan. 
  
 Munculnya sejumlah figur kritis pasca hijrahnya Habib Rizieq menunjukkan scare 
management, manajemen menakut-nakuti yang dterapkan Jokowi tidak berhasil. 
Kesadaran bahwa Indonesia adalah negara demokrasi, membuat banyak aktivis terus 
menggelorakan perlawanan. 
  
 Satu poin lain yang sampai kepada Jokowi dari Reuni 212 adalah munculnya 
pembangkangan masyarakat. Para peserta reuni tidak mau lagi mendengarkan 
himbauan para pejabat, maupun ulama yang meminta mereka untuk tidak hadir. 
  
 Gubernur Jawa Timur Soekarwo misalnya telah meminta warganya untuk tidak pergi 
ke Jakarta. Namun ribuan warga Jatim berbondong-bondong hadir di Monas. 
  
 Nasib yang dialami oleh Ketua MUI Jabar Rahmat Syafei meminta warga Jabar 
tidak hadir pada reuni. Faktanya warga Jabar tercatat sebagai peserta yang 
paling banyak hadir di Monas, setelah warga Jakarta.
  
 https://www.youtube.com/watch?v=x67f53nJGnM 
https://www.youtube.com/watch?v=x67f53nJGnM