*Salawati Daud*

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas



*Salawati Daud*

*Kebangsaan*

*Indonesia <https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia>*

*Pekerjaan*

Mantan Anggota DPR dan Wali kota Makassar

*Dikenal atas*

*Pimpinan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani)*



*Salawati Daud* adalah seorang aktivis perempuan dan *pejuang kemerdekaan*
dan mantan anggota DPR dan anggota dari *Partai Komunis Indonesia
<https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia> (PKI
<https://id.wikipedia.org/wiki/PKI>).* Pada tahun *1945
<https://id.wikipedia.org/wiki/1945>* ia mulai menerbitkan majalah *Wanita
<https://id.wikipedia.org/wiki/Wanita>* di *Makassar
<https://id.wikipedia.org/wiki/Makassar,_Makassar>*, yang memiliki oplah
mencapai *2000 <https://id.wikipedia.org/wiki/2000>*-an.



Nama aslinya : *Charlotte Salawati*. Mulanya ia tercatat sebagai
anggota *Partai
<https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_politik> Kedaulatan Rakyat
<https://id.wikipedia.org/wiki/Kedaulatan_Rakyat>.* Dari Arsip *Antara
<https://id.wikipedia.org/wiki/Antara_Anyer_dan_Jakarta> *diketahui, partai
ini sangat pro republik dan memperjuangkan *hak-hak
<https://id.wikipedia.org/wiki/Hak-hak_asasi_manusia>* kaum *perempuan
<https://id.wikipedia.org/wiki/Perempuan>*.



Salawati Daud menikah dengan seorang pejabat *pemerintah
<https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah>* dari *Maros
<https://id.wikipedia.org/wiki/Maros>*, kubu gerilya selama Perang
Kemerdekaan Indonesia . Dia melakukan perjalanan ke Jakarta , berusaha
untuk meyakinkan pemerintah republik untuk mendukung perjuangan gerilya.



*Daftar isi*

1.             Biografi
<https://id.wikipedia.org/wiki/Salawati_Daud#Biografi>

2.            Gerwani <https://id.wikipedia.org/wiki/Salawati_Daud#Gerwani>



*Biografi* [sunting
<https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salawati_Daud&veaction=edit&section=1>
 | sunting sumber
<https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salawati_Daud&action=edit&section=1>
]

Salawati Daud merupakan perempuan Indonesia pertama yang menempati posisi *Wali
kota <https://id.wikipedia.org/wiki/Wali_kota>*. Ia menjadi Wali kota di
Makassar, *Sulawesi Selatan
<https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan>*, tahun *1949
<https://id.wikipedia.org/wiki/1949>*. Tak hanya itu, ia juga tercatat
sebagai *Wali kota Makassar yang pertama di bawah pemerintahan Republik
Indonesia*.[1]
<https://id.wikipedia.org/wiki/Salawati_Daud#cite_note-Wali_kota_Pertama-1>



Maklum, pasca Proklamasi *17 Agustus 1945
<https://id.wikipedia.org/wiki/17_Agustus_1945>*, Makassar langsung
dicaplok Sekutu/NICA. Sejumlah pemimpin Republik, termasuk Gubernur
Sulawesi zaman itu, Sam Ratulangi, ditangkap oleh Belanda. Gagal-lah upaya
membentuk pemerintahan RI di Makassar. Republik Indonesia baru berhasil
membentuk pemerintahan sendiri di Makassar tahun 1949.



Pada tahun 1945, Salawati menerbitkan majalah Wanita di Makassar. Majalah
tersebut terbit dua kali sebulan. Jumlah oplah-nya berjumlah ribuan tiap
terbit. Selain majalah Wanita, ia juga memimpin majalah Bersatu, yang
oplahnya mencapai 2000-an.



Usai Proklamasi 17 Agustus 1945, Makassar langsung diduduki *Sekutu
<https://id.wikipedia.org/wiki/Sekutu>* yang diboncengi *NICA
<https://id.wikipedia.org/wiki/NICA>*. *Sam Ratulangi
<https://id.wikipedia.org/wiki/Sam_Ratulangi>*, tokoh yang ditunjuk *Bung
Karno <https://id.wikipedia.org/wiki/Bung_Karno>* sebagai *Gubernur
<https://id.wikipedia.org/wiki/Gubernur>Sulawesi
<https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi>*, ditangkap. Banyak tokoh pemuda
yang memprotes penangkapan ini.



Rakyat Sulawesi Selatan marah. Sejak *September
<https://id.wikipedia.org/wiki/September> 1945*, bentrokan antara rakyat
dan pelajar melawan NICA sudah terjadi. Salah satunya adalah aksi pelajar
perguruan islam Datu Museng, yang mengibarkan Merah-Putih di sekolahnya.



Saat itu pemuda dan pelajar membentuk Pusat Pemuda National Indonesia
(PPNI). Organisasi ini diketuai oleh Manai Sophiaan. Tak lama kemudian, *Manai
Sophiaan <https://id.wikipedia.org/wiki/Manai_Sophiaan>*ditangkap oleh
NICA. Ia disekap di markas NICA di Empress Hotel. Kejadian inilah yang
memicu kemarahan pelajar Makassar. *29 Oktober
<https://id.wikipedia.org/wiki/29_Oktober> 1945*, pelajar menyerbu Empress
Hotel dan mengibarkan *Merah Putih
<https://id.wikipedia.org/wiki/Merah_Putih_(film)>* di sana.



Salawati Daud sudah aktif dalam gerakan itu. Ia bersama kawan-kawannya di
Partai Kedaulatan Rakyat mendirikan “Tim Penerangan” untuk mengkampanyekan
penolakan terhadap kehadiran kolonialis Belanda di *Sulawesi
<https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi>*. Dalam gerakan ini, Salawati
berkeliling Sulsel untuk memassalkan gerakan ini.



Tetapi Salawati tak hanya berkampanye, ia juga turut memanggul senjata
melawan tentara NICA. Sejumlah sumber menyebutkan, Ia bersama Emmy Saelan
bertempur melawan Belanda. Salah satu pertempuran yang terkenal penyerbuan
tangsi polisi di Masamba. Aksi penyerbuan ini dipimpin oleh Salawati Daud.
Tak heran, ia sangat disegani oleh semua pejuang Republik di Sulawesi.



Mungkin karena pertimbangan itulah, ia ditunjuk sebagai Wali kota pertama
di Makassar. Karena pengaruh politiknya pula, ia dipercaya mengatasi
sejumlah kekacauan di Sulawesi selatan. Salah satunya adalah
pemberontakan *Kahar
Muzakkar <https://id.wikipedia.org/wiki/Kahar_Muzakkar>*.



Beberapa literatur menyebutkan, Salawati Daud-lah yang membawa pengaruh
kiri ke Kahar Muzakkar. Tak heran, ketika Kahar mau memberontak terhadap
Republik, Salawati berjuang mati-matian untuk membujuknya agar tetap di
pangkuan Republik. Sayang, usaha itu menemui kegagalan.



*Gerwani* [sunting
<https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salawati_Daud&veaction=edit&section=2>
 | sunting sumber
<https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salawati_Daud&action=edit&section=2>
]

Tahun 1950, Salawati Daud turut terlibat dalam pembentukan organisasi
perempuan nasional bernama *Gerakan Wanita Sedar (Gerwis
<https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gerakan_Wanita_Sedar_(Gerwis&action=edit&redlink=1>).*
Ia menjadi salah pengurus di Gerwis ini. Kelak, Gerwis inilah yang berubah
menjadi *Gerakan Wanita Indonesia
<https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Wanita_Indonesia> (Gerwani
<https://id.wikipedia.org/wiki/Gerwani>*).[2]
<https://id.wikipedia.org/wiki/Salawati_Daud#cite_note-Pemimpin_Gerwani-2>



Tahun 1950-an, Salawati Daud makin dikenal sebagai tokoh kiri. Bahkan, ia
disebut-sebut sebagai salah satu pembawa pemikiran kiri di Sulawesi
Selatan. Pada *pemilu 1955 <https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilu_1955>*, ia
masuk daftar calon *DPR <https://id.wikipedia.org/wiki/DPR>* dari Partai
Komunis Indonesia Partai Komunis Indonesia (PKI). Memang, seperti dicatat
Saskia E Wieringa dalam penghancuran Gerakan Perempuan: politik Seksual Di
Indonesia Pasca Kejatuhan PKI, ada 6 anggota Gerwani yang masuk list daftar
calon DPR PKI, yakni Suharti Suwarto, Ny Mudigdio, Salawati Daud,
Suwardiningsih, Maemunah, dan *Umi Sardjono
<https://id.wikipedia.org/wiki/Umi_Sardjono>*.[3]
<https://id.wikipedia.org/wiki/Salawati_Daud#cite_note-Lakon_Teater-3>



Konon, karena pengaruh politik Salawati Daud, PKI mendapat suara besar di *Tana
Toraja <https://id.wikipedia.org/wiki/Tana_Toraja>*. Itu terjadi pada
pemilu 1955. itu pula yang mengantarkan Salawati Daud menjadi anggota DPR
tahun 1955. Sejak itu, ia bermukim di Jakarta. Selain aktif sebagai anggota
DPR, ia juga menjadi pengurus DPP Gerwani. Ia menempati posisi sebagai
Wakil Ketua. Di DPR, Salawati aktif memperjuangkan hak-hak perempuan.[4]
<https://id.wikipedia.org/wiki/Salawati_Daud#cite_note-Sejarah_Gerwis-4>



Dan, tahun 1965 meletus peristiwa G.30/S. PKI dan ormas-ormasnya segera
dituding mendalangi peristiwa tersebut. Saat itu, usai bersidang di
Parlemen, Salawati Daud bersama empat kawannya, yakni Umi Sardjono,
Ny.Mudigdo, Siti Aminah, dan Dahliar, ditangkap oleh tentara. Ia kemudian
digelandang ke markas *Kostrad <https://id.wikipedia.org/wiki/Kostrad>*,
diintergorasi berhari-hari di sana, lalu kemudian dijebloskan ke penjara
Bukit Duri dan dikirim ke *Kamp Plantungan
<https://id.wikipedia.org/wiki/Kamp_Plantungan>*. Di dalam penjara pun ia
tak menyerah. Ia aktif membela nasib sesama tahanan yang diperlakukan tidak
sewenang-wenang.



Salawati Daud adalah salah satu dari banyak pemimpin Gerwani yang dipenjara
setelah 1965 pengambilalihan militer. Pada tanggal *1 Oktober
<https://id.wikipedia.org/wiki/1_Oktober> 1965*, setelah markas Gerwani
telah menerima informasi yang membingungkan tentang peristiwa di *Lubang
Buaya <https://id.wikipedia.org/wiki/Lubang_Buaya>*, Salawati Daud
bersepeda ke* parlemen <https://id.wikipedia.org/wiki/Parlemen>* untuk
menanyakan apa yang sedang terjadi. Dia dihentikan oleh tentara dalam
perjalanan dan dibawah ke markas Kostrad.[5]
<https://id.wikipedia.org/wiki/Salawati_Daud#cite_note-Sejarah_Sosial-5>



Di penjara *Bukit Duri
<https://id.wikipedia.org/wiki/Bukit_Duri,_Tebet,_Jakarta_Selatan>*,
Salawati Daud memainkan peran penting dalam intervensi terhadap
penganiayaan *narapidana <https://id.wikipedia.org/wiki/Narapidana> *lain.
Dia punya mandat nasionalis yang kuat untuk perannya dalam perjuangan
kemerdekaan, dan para penjaga mengalami kesulitan menghadapinya. Tindakan
Salawati Daud untuk kesejahteraan para tahanan sangat dihargai oleh
narapidana lain.



*https://id.wikipedia.org/wiki/Salawati_Daud
<https://id.wikipedia.org/wiki/Salawati_Daud>*

Kirim email ke