"Keberadaan TNI di sini legal berdasarkan institusi NKRI (Negara Kesatuan 
Republik Indonesia), keberadaan KKSB (Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata) 
legalnya dari mana?" kata Aidi.

"Siapa yang melegalkan? Dasar hukumnya mana ada? Jadi, sekelompok orang 
mengangkat senjata secara ilegal, tanpa izin, itu adalah pelanggaran hukum," 
kata Aidi.
...."Kami sudah siap melancarkan revolusi di seluruh tanah Papua melawan TNI 
dan Polri. Ini kesalahan juga pihak PBB, Amerika Serikat, dan Belanda yang 
memberikan Papua kepada Indonesia. Selama 50 tahun kami menderita, itu sudah 
cukup," kata Sebby.

 "Generasi lama sudah meninggal. Kami generasi baru sudah menetapkan memilih 
jalan revolusi...akan ada krisis di Papua, pada 2021 kami akan melancarkan 
perang revolusi total melawan TNI/Polri. Kami minta masyarakat sipil Indonesia 
untuk meninggalkan Papua Barat," katanya. Ia tidak merinci mengapa menyebut 
tahun 2021.
....

TNI jawab pembunuhan pekerja di Papua: 'Siapa yang binatang, siapa yang bunuh 
secara biadab?'


| 
| 
| 
|  |  |

 |

 |
| 
|  | 
TNI jawab pembunuhan pekerja di Papua: 'Siapa yang binatang, siapa yang ...

TNI menjawab tuduhan kelompok bersenjata Papua dan menegaskan TNI siap 
menghadapi ancaman 'perang total', sepert...
 |

 |

 |



   
   - 4 jam lalu
   
   - Bagikan artikel ini dengan Facebook
    
   - Bagikan artikel ini dengan Messenger
    
   - Bagikan artikel ini dengan Twitter
    
   - Bagikan artikel ini dengan Email
    
   - Kirim
Hak atas fotoANTARAImage captionPrajurit TNI bersiap menaiki helikopter menuju 
Nduga di Wamena, Papua, hari Rabu (05/12).
Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Papua menjawab tuduhan kelompok tentara 
Papua merdeka (TPM) dengan menegaskan, apa yang dilakukan sayap militer 
Organisasi Papua Merdeka (OPM), dengan melakukan pembunuhan adalah tindakan 
yang tak beradab.

"Saya rasa publik bisa melihat, mana yang binatang, mana yang tidak. Kalau ada 
orang membantai orang tanpa alasan siapa yang binatang?" kata Muhammad Aidi, 
juru bicara Komando Daerah Militer Papua kepada BBC News Indonesia, hari Kamis 
(06/12).

"Keberadaan TNI di sini legal berdasarkan institusi NKRI (Negara Kesatuan 
Republik Indonesia), keberadaan KKSB (Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata) 
legalnya dari mana?" kata Aidi.

"Siapa yang melegalkan? Dasar hukumnya mana ada? Jadi, sekelompok orang 
mengangkat senjata secara ilegal, tanpa izin, itu adalah pelanggaran hukum," 
kata Aidi.

Sebelumnya, dalam wawancara melalui telepon, juru bicara Organisasi Papua 
Merdeka (OPM), Sebby Sambom, mengatakan bahwa pihaknya membunuh para pekerja 
konstruksi proyek jalan di Nduga karena bagi OPM, sebagian besar pekerja adalah 
anggota TNI, yang dianggap musuh oleh OPM.

"Kami melawan Indonesia, yang kami lawan itu bukan manusia. Mereka adalah 
manusia yang berwatak binatang. Oleh karena itu, kami menempuh jalan perang. 
Itu prinsip TPM," kata Sebby.
   
   - Siapa Egianus Kogoya, 'otak' serangan pekerja proyek di Papua
   - Puluhan triliun dana otonomi khusus dialirkan, mengapa masih ada tuntutan 
'Papua merdeka'?
   - Jokowi tentang pelaku pembunuhan buruh proyek Papua: 'Tumpas sampai ke 
akar-akarnya'

Kapolri Tito Karnavian mengatakan kelompok bersenjata di Papua menewaskan 
setidaknya 20 orang di Kabupaten Nduga pada 1 Desember.

Dari jumlah tersebut, 16 jenazah sudah ditemukan hingga Kamis (06/12), kata 
pejabat keamanan Papua, Binsar Panjaitan kepada kantor berita AFP.

Sebby mengatakan pihaknya tidak memerlukan pembangunan infrastruktur dan ini 
sudah ia peringatkan kepada TNI dan pemerintah Indonesia. Ia juga mengatakan 
tidak khawatir pembunuhan pekerja proyek akan membuat keamanan di Papua 
memburuk.

'Perang total pada 2021'

"Kami sudah siap melancarkan revolusi di seluruh tanah Papua melawan TNI dan 
Polri. Ini kesalahan juga pihak PBB, Amerika Serikat, dan Belanda yang 
memberikan Papua kepada Indonesia. Selama 50 tahun kami menderita, itu sudah 
cukup," kata Sebby.
Hak atas fotoANTARAImage captionSejumlah keluarga korban menaiki pesawat 
Hercules TNI AU untuk diterbangkan ke Timika di Wamena, Papua, Kamis (06/12). 
Hingga Kamis, TNI/Polri sudah menemukan 16 jenazah.
"Generasi lama sudah meninggal. Kami generasi baru sudah menetapkan memilih 
jalan revolusi...akan ada krisis di Papua, pada 2021 kami akan melancarkan 
perang revolusi total melawan TNI/Polri. Kami minta masyarakat sipil Indonesia 
untuk meninggalkan Papua Barat," katanya. Ia tidak merinci mengapa menyebut 
tahun 2021.

"Kami TNI dilatih dan dididik untuk membunuh dan siap untuk terbunuh," kata 
Aidi.
   
   - Kerumitan masalah Papua di balik penembakan di Nduga
   - Apakah penembakan pekerja di Papua berdampak pada siklus kekerasan?
   - Aksi desak referendum Papua berlangsung di Jakarta dan kota lain

Menanggapi pernyataan ini, juru bicara Kodam di Papua, Muhammad Aidi, 
menyatakan TNI siap berhadapan dengan tentara Papua merdeka.

"Kita selalu siap kapan saja. Saya berharap mereka bukan pecundang. Artinya 
hanya sekadar bicara. Mari berhadapan secara jantan, kita siap menghadapi, TNI 
siap menghadapi demi menjaga kedaulatan negara ini, kami siap," kata Aidi.

Papua diintegrasikan ke wilayah Indonesia melalui apa yang disebut Penentuan 
Pendapat Rakyat (Pepera) pada 1969, yang hasilnya diakui oleh PBB.

Separatisme adalah salah satu masalah yang terjadi di pulau tersebut.

Pemerintah Indonesia antara lain mengalokasi dana khusus triliunan rupiah sejak 
2001 untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Papua, melalui skema dana otonomi 
khusus.

Sejumlah pihak mengatakan dana otonomi khusus "tidak tepat sasaran dan harus 
sehera dievaluasi".

Dalam beberapa tahun terakhir, Presiden Joko Widodo menggenjot pembangunan 
infrastruktur antara lain proyek Trans Papua.

Sebby mengatakan pihaknya tidak membutuhkan pembangunan prasarana dan hanya 
ingin "merdeka di tanah sendiri."

Kirim email ke