Virus corona: India ‘lockdown’, kaum miskin ‘takut kelaparan akan membunuh kami 
lebih dulu’
   
   - 8 jam lalu
   
   - Bagikan artikel ini dengan Facebook
    
   - Bagikan artikel ini dengan Messenger
    
   - Bagikan artikel ini dengan Twitter
    
   - Bagikan artikel ini dengan Email
    
   - Kirim
Image captionPenyemir sepatu ini tidak tahu mengapa stasiun sepi penumpang.
Pemerintah India telah menerapkan lockdown guna menghentikan laju penyebaran 
virus corona. Seluruh warga diminta untuk berada di dalam rumah, namun bagi 
kaum miskin langkah ini bukanlah pilihan. Wartawan BBC, Vikas Pandey, mencari 
tahu bagaimana mereka bertahan hidup di tengah lockdown.

Suasana Labour Chowk di Noida biasanya riuh oleh suara ratusan orang yang 
mencari kerja sebagai tukang bangunan.

Persimpangan kecil di kawasan pinggiran Delhi itu merupakan tempat para 
kontraktor mencari tukang-tukang.

Namun, daerah itu sangat sepi ketika saya ke sana pada Minggu (22/03)—sebelum 
lockdown diterapkan. Sedemikian sunyinya, tidak bisa dibayangkan bunyi kicau 
burung bisa didengar di kawasan yang sehari-hari begitu sibuk.

Nyatanya, kicauan burung memang ada dan saya hampir tidak percaya bisa 
mendengarnya.

Di tengah kesunyian, sekelompok pria tampak berkerumun di suatu sudut.

Saya menghampiri mereka dan bertanya, dari jarak yang aman, apakah mereka tahu 
bakal ada perintah karantina.

Ramesh Kumar, dari Distrik Banda di Negara Bagian Uttar Pradesh, mengaku paham 
"tidak akan ada orang yang memperkerjakan kami, tapi kami masih mencari 
peluang."

"Saya mendapat 600 rupee (sekitar Rp127.000) setiap hari dan saya harus memberi 
makan lima orang. Kami akan kehabisan makanan dalam beberapa hari. Saya tahu 
risiko virus corona, tapi saya tidak bisa melihat anak saya kelaparan," 
paparnya.

Jutaan buruh harian mengalami kondisi serupa. Kebijakan lockdown yang diumumkan 
Perdana Menteri Narendra Modi pada Selasa (24/03) malam membuat mereka terancam 
tidak mendapat penghasilan selama tiga pekan. Sebagian amat mungkin kehabisan 
makanan dalam beberapa hari mendatang.
   
   - India terapkan 'lockdown', 1,3 miliar orang dikarantina selama tiga pekan
   - Kisah para pekerja yang tak punya hak kerja dari rumah, 'kalau belum 
meninggal diminta terus kerja'
   - Virus corona: Sekitar 50 juta orang akan kehilangan pekerjaan di sektor 
pariwisata akibat pandemi
Image captionKishan Lal - seorang penarik becak di Allahabad - tidak mendapat 
uang selama empat hari terakhir.
Sejauh ini India melaporkan lebih dari 500 kasus positif corona dan sedikitnya 
10 di antara mereka meninggal dunia.

Sejumlah negara bagian, termasuk Uttar Pradesh di utara, Kerala di selatan, dan 
Delhi selaku ibu kota negara, berjanji mentransfer bantuan langsung tunai ke 
rekening-rekening buruh, seperti Kumar.

Pemerintah pusat pimpinan Modi juga berikrar membantu buruh harian yang 
terdampak lockdown.

Namun ada beragam tantangan logistik.
   
   - Pandemi virus corona pukul sektor UMKM sampai 'kembang kempis'
   - Virus corona: Solidaritas bantuan untuk warga ekonomi bawah, 'lebih baik 
daripada saling menyalahkan'
   - Pasien pertama virus corona di India: 'Saya tahu saya terkena virus dari 
berita televisi'
   - ‘Meninggal sendirian adalah hal yang mengenaskan’: Kisah perawat yang 
menangani pasien virus corona di rumah sakit Italia


| 
| 
| 
|  |  |

 |

 |
| 
|  | 
‘Meninggal sendirian adalah hal yang mengenaskan’: Kisah perawat yang me...

Paolo Miranda adalah seorang perawat di sebuah rumah sakit di Italia, yang 
menjadi pusat wabah Covid-19. Foto-fo...
 |

 |

 |




Setidaknya 90% tenaga kerja India berada di sektor informal, berdasarkan data 
Organisasi Pekerja Internasional (ILO). Mereka bekerja, misalnya, sebagai 
petugas keamanan, pembersih, tukang becak, pedagang kaki lima, pengumpul 
sampah, dan pekerja rumah tangga.

Sebagian besar tidak memiliki akses ke dana pensiun, izin sakit, cuti, dan 
asuransi apapun. Kebanyakan tidak punya rekening bank dan mengandalkan dana 
tunai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Banyak pula yang berstatus pekerja migran, yang artinya mereka tinggal di 
negara lain.

Ada juga masalah populasi mengambang, yaitu orang-orang yang tinggal di suatu 
negara bagian dalam jangka waktu pendek untuk kemudian pindah dan bekerja ke 
negara bagian lain.

Akhilesh Yadav, mantan gubernur Uttar Pradesh, mengakui tantangan-tantangan ini 
besar dan "tiada seorang pun dalam pemerintahan manapun yang pernah 
menghadapinya".

"Semua pemerintah perlu beraksi secepat mungkin karena situasinya berubah 
setiap hari. Kita perlu mengaktifkan dapur-dapur umum dan mengantarkan makanan 
ke orang-orang yang memerlukannya. Kita perlu membagikan uang tunai atau beras 
dan gandm—terlepas dari siapa berasal dari negara bagian mana," paparnya.
Image captionAli Hasan tidak punya uang untuk membeli makanan setelah toko 
tempatnya bekerja tutup.
Secara khusus Yadav khawatir terhadap negara bagiannya, yang penduduknya paling 
banyak di India, diperkirakan sekitar 220 juta jiwa.

"Kita harus menghentikan orang bepergian dari satu kota ke kota lainnya untuk 
menghindari penularan komunitas. Dan salah satu caranya adalah menjamin 
keamanan pangan. Orang-orang kembali ke kampung halaman mereka dalam situasi 
krisis," tambahnya.

Gubernur Uttar Pradesh, Yogi Adityanath, mengatakan sekelompok petugas 
menelusuri mereka yang tiba dari negara bagian lain dan semua orang yang 
memerlukan bantuan akan disokong pemerintahnya.

Perusahaan Kereta Api India telah menghentikan semua layanan penumpang sampai 
31 Maret.

Namun, beberapa hari sebelum penghentian layanan dimulai paad 23 Maret, ratusan 
ribu pekerja migran bepergian hingga memadati kereta dari kota-kota yang 
terdampak wabah, seperti Delhi, Mumbai, dan Ahmedabad ke desa-desa mereka di 
Negara Bagian Uttar Pradesh dan Bihar.

Peristiwa itu meningkatkan risiko penularan ke masyarakat setempat dan para 
pakar khawatir India akan menghadapi tantangan berat dalam dua pekan mendatang.

Akan tetapi, tidak semua orang mampu bepergian ke kampung halaman.

Kishan Lal, yang bekerja sebagai tukang becak di Kota Allahabad, mengatakan 
dirinya tidak punya uang selama empat hari terakhir.

"Saya harus mendapatkan uang agar keluarga saya bisa makan. Saya mendengat 
pemerintah akan memberi kami uang—walau saya tidak tahu kapan dan bagaimana 
caranya," kata Lal.

Temannya, Ali Hasan, yang bekerja sebagai pembersih di sebuah toko, mengaku 
sudah kehabisan uang untuk membeli makanan.

"Toko sudah tutup dua hari lalu dan saya belum diupah. Saya tidak tahu kapan 
toko buka. Saya sangat cemas. Saya punya keluarga, bagaimana saya bisa memberi 
makan mereka?" tanyanya.

Jutaan warga India juga bekerja sebagai pedagang kaki lima

Mohammed Sabir, penjual minuman yoghurt di Delhi, telah memperkerjakan dua 
orang baru-baru ini guna mengantisipasi penjualan pada musim panas.

"Sekarang saya tidak bisa membayar mereka, saya tidak punya uang. Keluarga saya 
menghasilkan uang dari bertani di desa. Namun panen mereka rusak tahun ini 
gara-gara badai, jadi mereka mengharapkan saya untuk bisa membantu.

"Saya merasa sangat tidak berdaya. Saya takut kelaparan bisa membunuh banyak 
orang terlebih dulu sebelum virus corona," katanya.
Image captionMohammed Sabir tidak bisa mengupah karyawan-karyawannya.
Semua monumen telah ditutup di India dan hal itu berdampak terhadap mereka yang 
bertumpu pada sektor wisata.

Tejpal Kashyap, yang bekerja sebagai fotografer di Gerbang India di Delhi, 
mengatakan dirinya tidak pernah menyaksikan kemerosotan begitu dahsyat di 
sektor wisata.

"Dua pekan terakhir teramat parah, walau belum ada lockdown. Turis amat jarang. 
Sekarang bahkan saya tidak bisa pulang ke kampung halaman dan tidak bisa 
bekerja. Saya terjebak di Delhi dan selalu risau pada keluarga saya di desa di 
Uttar Pradesh," ungkapnya.

Para pengemudi angkutan online, seperti Uber dan Ola, juga menderita.

Joginder Chaudhary, seorang pengemudi taksi bagi para karyawan sebuah maskapai 
di Delhi, mengatakan pemerintah harus memberikan "bantuan kepada orang seperti 
saya".

"Saya paham pentingnya lockdown. Virus corona berbahaya dan kita perlu 
melindungi diri. Namun saya terus berpikir bagaimana saya bisa menopang 
keluarga jika lockdown berlangsung berminggu-minggu," tuturnya.

Beberapa orang bahkan belum mendengar soal virus corona.
Image captionFotografer Tejpal Kashyap mengatakan bisnis berjalan buruk selama 
beberapa pekan terakhir.
Seorang penyemir sepatu yang tidak ingin namana disebutkan mengatakan dirinya 
"menyemir sepatu orang di stasiun kereta di Allahabad selama bertahun-tahun, 
tapi tiada orang yang muncul sekarang.

Dia mengaku tidak tahu mengapa orang-orang tidak lagi bepergian.

"Saya tidak tahu apa yang terjadi. Tidak banyak orang datang ke stasiun 
akhir-akhir ini. Saya tahu ada pembatasan bepergian, tapi saya tidak tahu 
mengapa itu diterapkan," katanya.

Vinod Prajapati, penjual air kemasan di kawasan yang sama, memotong percakapan 
kami.

"Saya tahu semuanya soal virus corona. Virus itu sangat berbahaya, seluruh 
dunia sedang kepayahan. Sebagian besar orang yang mampu sekarang tinggal di 
rumah. Tapi untuk orang-orang seperti kami, pilihannya adalah keamanan dan 
kelaparan. Mana yang harus kami pilih?" tanyanya.

Reportase tambahan dan foto-foto oleh Vivek Singh di Allahabad

Kirim email ke