Kutipan dari FB teman:
"Janganlah kalian laknat gaya jogetannya ketika ia merayakan Natal. Itu hak 

privatnya.
Kutuklah ketika ia mengenakan topi tauhid dalam rangka menipumu untuk 
menjadi Kalipah palsu ... "   (see  foto)
 
A.H.
===========
-----Original-Nachricht-----
Betreff: [GELORA45] Prabowo dan Agama
Datum: 2018-12-30T10:04:01+0100
Von: "ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com>
An: "GELORA_In" <GELORA45@yahoogroups.com>
 
 
 




Prabowo dan Agama

Oleh: Emmy Hafild
http://redaksiindonesia.com/read/prabowo-dan-agama.html
<http://redaksiindonesia.com/read/prabowo-dan-agama.html>
 
Posisi saya sebenarnya agama seseorang tidak menjadi penentu buat saya 
untuk memilih seseorang untuk menjadi pemimpin. Melihat Prabowo 
dipersoalkan kemampuannya sholat, membaca Al-Qur’an atau menjadi Imam itu 
juga saya tidak peduli. Ketika beredar video dan foto Prabowo berjoget ria 
dalam acara perayaan Natal, saya juga berfikiran “so what?”..
Saya juga tidak heran misalnya ketika melihat video, seorang Prabowo, yang 
mengikuti ritual Natal agama Nasrani dengan menyalakan lilin dan 
menyanyikan lagu-lagu rohani, yang nota bene adalah bagian dari ritual 
agama Kristen, menurut teman saya yg Kristen.Tetapi membuat tak urung saya 
bertanya-tanya juga: Prabowo Kristen atau Islam yg ultra moderat?
 
Tetapi kemudia saya sadar, apa hak saya dan kita semua menghakimi ke 
Islaman Prabowo? Sama seperti apa hak orang menghakimi ke Islaman saya 
karena saya tidak pakai jilbab?
Bagi saya, dan saya percaya ini berlaku bagi publik di negara manapun, 
untuk memilih pemimpin, yang paling penting adalah karakter seseorang. 
Pemimpin yang baik bagi saya adalah yang jujur, bekerja keras, memberi 
perhatian detil pada pekerjaannya untuk menjamin kesuksesan, secara 
“genuine” peduli pada rakyatnya, terutama yang dari kelompok lemah, 
terbuka, transparan, sederhana, rendah hati, “acessible” dan mampu 
menyelesaikan konflik. Yang paling penting dari semua karakter adalah sikap 
yang demokratis, yang terbuka pada kritikan dan masukan, bergerak dalam 
koridor hukum, bahkan menghormati oposisi. Agama seharusnya tidak jadi 
faktor penentu.
Menjadi masalah besar soal agama ini apabila hal itu dijadikan alat untuk 
meraih kekuasaan. Lebih parah lagi, apabila agama seseorang dimanipulasi 
sedemikian rupa, seolah-olah Calon Pemimpin itu merupakan simbol dari agama 
tertentu. Prabowo sudah dan sedang dijadikan simbol agama Islam sejak 
Pilpres tahun 2014 berlanjut ke Pilgub DKI 2017 sampai sekarang oleh 
kelompok Ultra kanan dan radikal, yang kita tahu siapa mereka.
Prabowo tahu bahwa dijadikannya dia menjadi seolah-olah simbol Islam adalah 
kebohongan publik yang luar biasa. Tampilan dia yang tidak bisa baca 
Al-Qur’an, salam Islam yang dia ucapkan belepotan, yang menyebabkan dia 
tidak mampu jadi Imam, bukanlah tampilan seorang simbol Islam seperti yang 
dimengerti publik. Oleh karena itu dia marah waktu ditanya ulama apakah dia 
mampu baca Al-Qur’an atau tidak dan apakah dia mampu jadi Imam dalam sholat 
berjamaah. Dia marah dan mengatakan bahwa dia bukan santri, dia tidak 
belajar Islam di pesantren, ada orang yang lebih baik dari dia, apa 
salahnya orang lain yang jadi Imam sholat? Dia berteriak: Kenapa itu jadi 
persoalan?
Bagi saya dan bagi publik Indonesia, yang menjadi persoalan seharusnya 
bukanlah Prabowo yang tidak bisa baca Al-Qur’an sehingga tidak bisa menjadi 
Imam, atau mengikuti ritual kebaktian agama Kristen, tetapi kebohongan 
publik yang Dia ciptakan dengan membiarkannya menjadi simbol Islam dan 
menuduh lawannya anti Islam. Dia memanipulasi agama untuk memenangkan 
pertarungan menjadi Presiden.
Persoalan terbesar dari semua cara Prabowo untuk meraih kekuasaan Presiden 
adalah dengan menghalalkan segala cara. Bahkan dia menutup mata bahwa 
cara-cara yang dia pakai menjadikan bangsa kita terpecah belah, antar umat 
beragama diadu domba, dan umat sesama agama pun diadu domba. Saya khawatir 
ramalannya bahwa Indonesia akan punah tahun 2030 justru akan menjadi 
kenyataan, tapi bukan karena kalau Jokowi kembali menjadi Presiden, tetapi 
apabila Prabowo memenangkan Pilpres dengan cara-cara yang dia lakukan 
sekarang.
Prabowo, yang ultra moderat, barangkali berfikir bahwa suatu saat apabila 
dia memenangkan pertarungan kursi Presiden, dia akan mampu mengendalikan 
kelompok ultra kanan yang dia jadikan kenderaan untuk tidak melaksanakan 
agenda mereka : menjadikan Indonesia sebuah khilafah dan mengganti 
dasar-dasar negara kita dan menerapkan syariat agama tertentu. Mana mungkin 
seorang yang ultra moderat Islam membiarkan hal itu terjadi? Ini yang 
sekarang berusaha ditampilkan oleh pendukung-pendukungnya dengan 
mengeluarkan videonya mengikuti perayaan Natal itu untuk meyakinkan publik 
bahwa dia bukanlah seorang yang ultra kanan.
Seorang aktifis perempuan teman saya yang berada di kubu Prabowo pernah 
mengatakan bahwa strategi dia adalah sebaiknya bergabung dengan suatu 
kekuatan yang tidak bisa dilawan, lalu kemudian pimpinlah kekuatan itu 
untuk dikendalikan. Mungkin ini salah satu halusinasi Prabowo yang dia 
camkan ke pendukung moderatnya, untuk memimpin Indonesia dengan 
memanfaatkan kelompok agama ultra kanan itu.
Apakah Prabowo mampu mengendalikan kelompok ultra kanan dan radikal apabila 
dia menjadi Presiden? Apakah Prabowo yakin, bahwa gerakan yang sedang dia 
kendarai saat ini akan tunduk pada dia dan tidak akan memindahkan 
dukungannya kepada seseorang lain, (yang saat ini belum kelihatan), untuk 
terus menggulirkan agenda mereka? Apakah tuduhan yang sama kepada Jokowi 
sekarang sebagai anti Islam dan kriminalisasi ulama tidak akan dikenakan 
kepada Prabowo apabila dia berusaha mengendalikan kekuatan penghancur NKRI 
ini?
Bagi saya dan publik Indonesia, jelas bahwa Prabowo adalah seorang 
Machiavelis, dia tidak malu-malu berbohong, dia tidak segan-segan 
memanipulasi agama, bahkan mungkin membelakangi imannya sendiri, demi 
memenangkan pertarungan kekuasaan. Dugaan saya, berdasarkan rekam jejaknya, 
yang menghalalkan segala cara, dia tidak akan segan-segan melakukan 
kekerasan termasuk menculik dan menyiksa orang-orang yang kritis, dia akan 
melakukan cara yang sama yang dilakukan Orde Baru untuk mempertahankan 
kekuasaan dan melemahkan kekuatan-kekuatan yang melawan dia. Itu adalah 
gambaran yang hampir pasti terjadi apabila Prabowo menjadi Presiden. 
Karakternya yang Machiavelis akan menjadi karakter ke Presidenannya.
Jadi, bagi kelas menengah Indonesia, yang saat ini belum menentukan 
pilihan, pelajari karakter Calon Presiden kita. Jatuhkan pilihan pada 
seseorang yang sudah terbukti jujur, sederhana, terbuka, aksesibel, 
demokratis, pekerja keras, mampu memberikan perhatian pada hal-hal detil 
dan genuinely peduli pada kesejahteraan rakyatnya. Jangan salah pilih, 
karena kucing sudah diluar karung ...
Jakarta, 29 Des 2018.

<http://www.avg.com/email-signature?utm_medium=email&utm_source=link&utm_campaign=sig-email&utm_content=emailclient>


不含病毒。www.avg.com
<http://www.avg.com/email-signature?utm_medium=email&utm_source=link&utm_campaign=sig-email&utm_content=emailclient>


 


  • [GELORA45] ... ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
    • AW: [G... 'arif.hars...@t-online.de' arif.hars...@t-online.de [GELORA45]

Kirim email ke