-------- Forwarded Message --------
Subject: [GELORA45] Rumah sakit Apung dr. Lie
Date: Thu, 23 Jan 2020 06:33:07 +0100
From: kh djie dji...@gmail.com [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>
https://sains.kompas.com/read/2019/12/11/190400523/10-tahun-doctorshare-dokter-gila-lie-dharmawan-kisahkan-awal-rs-apung?page=all
*10 Tahun DoctorShare, *
*"Dokter Gila" Lie Dharmawan Kisahkan Awal RS Apung *
Kompas.com - 11/12/2019, 19:04 WIB
10 Tahun DoctorShare, "Dokter Gila" Awal RS Apung的圖片搜尋結果Komentar
Dokter Lie Dharmawan di Rumah Sakit Apung (RSA) Nusa Waluya II yang
berlabuh di Baywalk Mall, Jakarta Utara.(KOMPAS.com/Shierine Wangsa Wibawa)
Penulis Shierine Wangsa Wibawa | Editor Shierine Wangsa Wibawa
10 Tahun DoctorShare, "Dokter Gila" Awal RS Apung的圖片搜尋結果
KOMPAS.com - Pada tahun ini, doctorSHARE genap berusia 10 tahun. Dalam
jangka waktu tersebut, doctorSHARE telah melakukan 3.291 operasi mayor,
5.538 operasi minor, 2.464 perawatan gigi, 58.859 pelayanan rawat jalan
dan konsultasi, penyuluhan kesehatan kepada 11.856 warga, serta 2.227
USG pemeriksaan kandungan.
Ditemui dalam acara kunjungan Kementerian Kesehatan ke Rumah Sakit Apung
(RSA) Nusa Waluya II yang berlabuh di Baywalk Mall, Jakarta Utara,
Selasa (10/12/2019); dr. Lie Augustinus Dharmawan mengenang kembali awal
mula RS Apung.
Dia menuturkan bahwa ide membuat RS Apung ini muncul pada 2009. Pada
saat itu, dokter Lie sedang melaksanakan operasi ketika seorang ibu dari
Saumlaki datang membawa anak laki-laki berusia delapan tahun yang
ususnya terjepit (hernia femoralis inkarserata).
Ibu dan anak tersebut harus berlayar menggunakan kapal tradisional
selama tiga malam dua hari untuk menemui dokter Lie. Padahal, usus
terjepit harus ditangani dalam waktu 6-8 jam. Bila tidak, usus bisa
mengalami kematian jaringan atau nekrosis dan menyebabkan kematian.
Baca juga: Setara dengan Rumah Sakit Tipe C, Ini Fasilitas di RS Apung
Nusa Waluya II
Operasi pun tetap dilakukan, usus sang anak yang sudah merah tua
kehitaman tetap dipertahankan dan anak itu sembuh. Akan tetapi, dokter
Lie tetap tidak bisa berhenti memikirkan mengenai kejadian itu.
Setelah kembali ke Jakarta, dokter Lie mendapat ide untuk melakukan
jemput bola atau mencari mereka yang membutuhkan, tetapi tidak punya
kesempatan untuk mendapatkan pelayanan medis yang layak.
Ide ini diwujudkannya lewat rumah sakit apung yang datang ke
daerah-daerah terluar, tertinggal dan terjauh untuk memberikan pelayanan
medis gratis.
"Saya mulai dengan sebuah rumah sakit yang sangat kecil. Pinisi
kapalnya, kapal kayu yang tua. Saya beli kapal barang dengan menjual
rumah saya untuk downpayment-nya, lalu dicicil selama setahun. Tiga
tahun lamanya, saya pergunakan waktu untuk merubah sepotong demi
sepotong sampai akhirnya menjadi sebuah rumah sakit apung," ujarnya.
Dia melanjutkan, dan pada tanggal 16 Maret 2013, kapal itu melakukan
pelayaran perdana. Di situ saya mulai belajar untuk melakukan operasi di
atas kapal.
Baca juga: Mengintip Nusa Waluya II, Rumah Sakit Apung Pertama di Atas
Tongkang
Namun, awal mula RS Apung sama sekali tidak mudah. Semua biaya dari awal
hingga operasional berasal dari kantungnya sendiri. Dia pun harus
mengoperasikan RS Apung itu sendirian dengan seorang perawat yang
dibawanya sendiri dari tempat dinas.
"Saya sendiri (mengoperasikan). Siapa yang mau diajak? Tidak ada orang
yang bersedia membantu, karena ide ini dianggap ide gila dan saya
dinamakan 'Dokter gila' oleh orang-orang yang tidak setuju," tuturnya.
Kondisi baru mulai berbalik ketika dia diundang ke acara Kick Andy pada
tahun 2014. Dokter Lie dengan ide rumah sakit apungnya menjadi Kick Andy
Hero. Dari situlah, sumbangan demi sumbangan masuk.
Kini, doctorSHARE telah berkembang menjadi tiga kapal, satu klinik gizi
di Pulau Kei, satu klinik TBC di Pulau Sentani, Flying Doctor atau
dokter terbang dan tim darurat untuk bencana. Dana yang dibutuhkan untuk
kelangsungan doctorSHARE pun mencapai puluhan miliar.
"Itu sudah tidak sanggup lagi saya (menanggung sendirian)," ujarnya.
Baca juga: [VIDEO] Begini Fasilitas Rumah Sakit Kapal Tongkang Pertama
di Indonesia
Tanpa bantuan dana dari pemerintah, doctorSHARE pun harus mengandalkan
donasi dari masyarakat. Namun, donasi juga tidak selalu mencukupi. Bila
sedang kurang, dokter Lie berkata bahwa doctorSHARE terpaksa mengurangi
pelayanan.
Dengan segala keterbatasan, termasuk finansial, Dokter Lie punya banyak
rencana besar bagi doctorSHARE. Salah satunya memperbanyak rumah sakit
apung.
"Untuk negara sebesar Indonesia, tiga kapal sangat kurang. Kita,
Indonesia, membutuhkan lebih banyak rumah sakit apung lagi. Tapi ya, SDM
terbatas. Finansial juga terbatas. Dengan demikian, kapal juga
terbatas," ujarnya.
Sementara itu, ditemui dalam kunjungan ke Rumah Sakit Apung (RSA) Nusa
Waluya II, Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan dr. Tri Hesty
Widyastoeti, Sp.M, MPH, mengungkapkan apresiasinya terhadap doctorSHARE.
"Buat kami ya, adanya doctorSHARE itu sangat bermanfaat. Terutama kita
kan berbagai kepulauan ya, ini sangat penting. Kita tahu SDM dan rumah
sakit itu kadang2 tidak bisa menjangkau daerah terpencil, kepulauan dan
perbatasan. Jadi kami dari Kementerian Kesehatan sangat mendukung,"
ujarnya.
Terkait bantuan dana, Tri mengatakan, kita tentu bisa merencanakan hal
itu. Jadi lewat filantropis dan sebagainya, kita bisa carikan itu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com <http://kompas.com/> dengan judul
"10 Tahun DoctorShare, "Dokter Gila" Lie Dharmawan Kisahkan Awal RS Apung",
https://sains.kompas.com/read/2019/12/11/190400523/10-tahun-doctorshare-dokter-gila-lie-dharmawan-kisahkan-awal-rs-apung?page=all.
Penulis : Shierine Wangsa Wibawa
Editor : Shierine Wangsa Wibawa