RE: H-Net* Back To The Basic
*~* { Sila lawat Laman Hizbi-Net - http://www.hizbi.net } {Hantarkan mesej anda ke: [EMAIL PROTECTED] } {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] } *~* PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL ~~~ salam~ saya amat tak bersetuju dgn si Sani ni, bukan krn namanya Sani, tapi krn kekeliruannya mengenai banyak isu. Sani kata: "So utk itu ... marilah kita balik kpd basic. Perbaiki diri, bimbing keluarga, didik masyarakat ... barulah ajak mereka dlm perjuangan. Insyaallah, Allah akan beri kemenangan." KAlo kita lihat- Pemimpin alArqam juga rumah tangganya tongganglanggang. Kawin cerai-kawin cerai-kawin cerai sampai 4. Kalo gitule, bila nak settle, bila nak mula perjuangan? Cara Islam bukan begitu From: Sani Norku [EMAIL PROTECTED] Assalamualaikum wbt, Sejak kebelakangan ini, kita banyak membicarakan permasalahan rumahtangga. Ternyata permasalahan hal ehwal rumahtangga ini menarik minat ramai netters. Jika tidak menjadi kesalahan, bolehlah saya simpulkan bahawa masyarakat umum diluar sana juga masih dibelenggu dgn masalah yang sama. Pendek kata, problem rumahtangga ini belum selesai atau belum beres. Justeru itu, mana mungkin dapat kita memikirkan hal-hal perjuangan dgn sepenuh tumpuan jiwa dan raga. Apa lagi hal-hal yg melibatkan kenegaraan. Misal kata, kita aktif dlm aktiviti usrah, join reformasi dan demonstrasi, terlibat dgn aktiviti sosial dan rekreasi tup-tup balik rumah, sang isteri menyepikan diri. Apa jadi? So utk itu ... marilah kita balik kpd basic. Perbaiki diri, bimbing keluarga, didik masyarakat ... barulah ajak mereka dlm perjuangan. Insyaallah, Allah akan beri kemenangan. Seterusnya ikutilah artikel dibawah: Pejuang Islam, Pulanglah ke Kandang "Ya Allah, Penguasa segala penguasa, Engkau beri kekuasaan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau tarik kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki..." (Ali Imran: 26) Firman sangat terkenal, yang kadang dilafalkan sebagai dzikir sehabis shalat ini, menunjukkan buktinya di Indonesia. Negeri dengan hunian muslim terbesar di dunia ini dalam setahun terakhir telah dan sedang mengalami pergantian sejarah yang luar biasa. Dan rupanya, kisah pergantian kekuasaan ini akan lebih fundamental dibanding cerita Babad yang begitu heroik, semacam Ken Arok di Singhasari (Malang) dan Penembahan Senopati di Mataram (Yogyakarta). Pergeseran sejarah kali ini melibatkan lebih banyak rakyat jelata. Konteks dari janji Allah itu menjadi lebih jelas lagi setelah kemenangan kekuasaan bergilir pada kelompok yang hampir sama saja: tidak menjanjikan perbaikan. Artinya, mereka yang ingin memperbaiki kualitas hidup di negeri ini, gagal mencapai cita-cita, setidaknya pada babak pertama. Mereka harus mempersiapkan secara lebih baik bila ingin menang pada babak selanjutnya. Tetapi mengapa Allah belum berkenan memberikan kekuasaan alias al-mulk pada saat ini? Tentu itu bukan pilihan sewenang-wenang. Karena sunnatullah telah menetapkan, untuk menang harus layak menang terlebih dahulu. Perangkatnya harus memadai, kekuatan, soliditas, militansi, loyalitasnya juga harus terjamin. Bila Allah memandang itu semua belum ada, maka kekalahan adalah takdir terbaik yang mesti dijalani. Termasuk, bila ternyata pemerintahan negeri ini ke depan sama zhalimnya dengan yang sudah pernah ada. Karena berarti ummat Islam belum lulus dari tahap pembelajaran. Barangkali penindasan akan meningkatkan militansi dan kesadaran jamaah. Hasil pemungutan suara membuktikan, idealisme kaum muslimin terkalahkan oleh kehendak kaum sekuler. Kenyataan itu bisa menimbulkan kekecewaan, bahkan stres. Tetapi jangan sampai membuat pupus harapan. Hal itu hanyalah untuk memperjelas, bahwa kalangan awam di Indonesia masih sangat mayoritas. Mungkin jumlahnya mencapai sekitar 80% dari jumlah yang terdaftar dan selama ini dianggap sebagai muslim. Rasanya angka ini cukup wajar. Hitung saja jumlah warga di sekitar rumah Anda. Taruhlah ada 1000 orang, 800 di antaranya muslim. Berapa yang shalat di masjid? Paling satu baris, alias 10 orang. Yang menutup aurat? Yang mengajari anaknya mengaji? Total jenderal di bawah 100 orang. Yang lain tidak mempedulikan bagaimana Islam mengatur cara hidupnya. Mereka tidak mengerti, karena memang tidak tersentuh didikan yang layak. Bila memang ummat Islam konsisten, semestinya di semua tempat umum tersedia ruang shalat, dan ramai digunakan. Bila kaum wanita harus berkerudung, maka kaum lelakinya juga pantang bercelana pendek di hadapan orang lain. Kenyataannya masih jauh. Bila yang peduli shalat saja belum cukup signifikan, apalagi yang peduli akhlaq dan etika Islam dalam mengarungi kehidupan? Maka, bila ingin memenangkan Islam, menangkan dulu pertarungan
RE: H-Net* Back To The Basic
*~* { Sila lawat Laman Hizbi-Net - http://www.hizbi.net } {Hantarkan mesej anda ke: [EMAIL PROTECTED] } {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] } *~* PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL ~~~ salam~ saya amat tak bersetuju dgn si Sani ni, bukan krn namanya Sani, tapi krn kekeliruannya mengenai banyak isu. Sani kata: "So utk itu ... marilah kita balik kpd basic. Perbaiki diri, bimbing keluarga, didik masyarakat ... barulah ajak mereka dlm perjuangan. Insyaallah, Allah akan beri kemenangan." KAlo kita lihat- Pemimpin alArqam juga rumah tangganya tongganglanggang. Kawin cerai-kawin cerai-kawin cerai sampai 4. Kalo gitule, bila nak settle, bila nak mula perjuangan? Cara Islam bukan begitu From: Sani Norku [EMAIL PROTECTED] Assalamualaikum wbt, Sejak kebelakangan ini, kita banyak membicarakan permasalahan rumahtangga. Ternyata permasalahan hal ehwal rumahtangga ini menarik minat ramai netters. Jika tidak menjadi kesalahan, bolehlah saya simpulkan bahawa masyarakat umum diluar sana juga masih dibelenggu dgn masalah yang sama. Pendek kata, problem rumahtangga ini belum selesai atau belum beres. Justeru itu, mana mungkin dapat kita memikirkan hal-hal perjuangan dgn sepenuh tumpuan jiwa dan raga. Apa lagi hal-hal yg melibatkan kenegaraan. Misal kata, kita aktif dlm aktiviti usrah, join reformasi dan demonstrasi, terlibat dgn aktiviti sosial dan rekreasi tup-tup balik rumah, sang isteri menyepikan diri. Apa jadi? So utk itu ... marilah kita balik kpd basic. Perbaiki diri, bimbing keluarga, didik masyarakat ... barulah ajak mereka dlm perjuangan. Insyaallah, Allah akan beri kemenangan. Seterusnya ikutilah artikel dibawah: Pejuang Islam, Pulanglah ke Kandang "Ya Allah, Penguasa segala penguasa, Engkau beri kekuasaan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau tarik kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki..." (Ali Imran: 26) Firman sangat terkenal, yang kadang dilafalkan sebagai dzikir sehabis shalat ini, menunjukkan buktinya di Indonesia. Negeri dengan hunian muslim terbesar di dunia ini dalam setahun terakhir telah dan sedang mengalami pergantian sejarah yang luar biasa. Dan rupanya, kisah pergantian kekuasaan ini akan lebih fundamental dibanding cerita Babad yang begitu heroik, semacam Ken Arok di Singhasari (Malang) dan Penembahan Senopati di Mataram (Yogyakarta). Pergeseran sejarah kali ini melibatkan lebih banyak rakyat jelata. Konteks dari janji Allah itu menjadi lebih jelas lagi setelah kemenangan kekuasaan bergilir pada kelompok yang hampir sama saja: tidak menjanjikan perbaikan. Artinya, mereka yang ingin memperbaiki kualitas hidup di negeri ini, gagal mencapai cita-cita, setidaknya pada babak pertama. Mereka harus mempersiapkan secara lebih baik bila ingin menang pada babak selanjutnya. Tetapi mengapa Allah belum berkenan memberikan kekuasaan alias al-mulk pada saat ini? Tentu itu bukan pilihan sewenang-wenang. Karena sunnatullah telah menetapkan, untuk menang harus layak menang terlebih dahulu. Perangkatnya harus memadai, kekuatan, soliditas, militansi, loyalitasnya juga harus terjamin. Bila Allah memandang itu semua belum ada, maka kekalahan adalah takdir terbaik yang mesti dijalani. Termasuk, bila ternyata pemerintahan negeri ini ke depan sama zhalimnya dengan yang sudah pernah ada. Karena berarti ummat Islam belum lulus dari tahap pembelajaran. Barangkali penindasan akan meningkatkan militansi dan kesadaran jamaah. Hasil pemungutan suara membuktikan, idealisme kaum muslimin terkalahkan oleh kehendak kaum sekuler. Kenyataan itu bisa menimbulkan kekecewaan, bahkan stres. Tetapi jangan sampai membuat pupus harapan. Hal itu hanyalah untuk memperjelas, bahwa kalangan awam di Indonesia masih sangat mayoritas. Mungkin jumlahnya mencapai sekitar 80% dari jumlah yang terdaftar dan selama ini dianggap sebagai muslim. Rasanya angka ini cukup wajar. Hitung saja jumlah warga di sekitar rumah Anda. Taruhlah ada 1000 orang, 800 di antaranya muslim. Berapa yang shalat di masjid? Paling satu baris, alias 10 orang. Yang menutup aurat? Yang mengajari anaknya mengaji? Total jenderal di bawah 100 orang. Yang lain tidak mempedulikan bagaimana Islam mengatur cara hidupnya. Mereka tidak mengerti, karena memang tidak tersentuh didikan yang layak. Bila memang ummat Islam konsisten, semestinya di semua tempat umum tersedia ruang shalat, dan ramai digunakan. Bila kaum wanita harus berkerudung, maka kaum lelakinya juga pantang bercelana pendek di hadapan orang lain. Kenyataannya masih jauh. Bila yang peduli shalat saja belum cukup signifikan, apalagi yang peduli akhlaq dan etika Islam dalam mengarungi kehidupan? Maka, bila ingin memenangkan Islam, menangkan dulu pertarungan