RE: H-Net* Back To The Basic

2000-03-02 Terurut Topik ibn muhajir


 *~*
 {  Sila lawat Laman Hizbi-Net -  http://www.hizbi.net }
 {Hantarkan mesej anda ke:  [EMAIL PROTECTED] }
 {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] }
 *~*
  PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL
 ~~~
salam~

saya amat tak bersetuju dgn si Sani ni, bukan krn namanya Sani, tapi krn kekeliruannya 
mengenai banyak isu.

Sani kata: "So utk itu ... marilah kita balik kpd basic. Perbaiki
diri, bimbing keluarga, didik masyarakat ... barulah
ajak mereka dlm perjuangan. Insyaallah, Allah akan
beri kemenangan."

KAlo kita lihat- Pemimpin alArqam juga rumah tangganya tongganglanggang. Kawin 
cerai-kawin cerai-kawin cerai sampai 4. Kalo gitule, bila nak settle, bila nak mula 
perjuangan? 

Cara Islam bukan begitu



From: Sani Norku [EMAIL PROTECTED]
Assalamualaikum wbt,

Sejak kebelakangan ini, kita banyak membicarakan
permasalahan rumahtangga. Ternyata permasalahan hal
ehwal rumahtangga ini menarik minat ramai netters.
Jika tidak menjadi kesalahan, bolehlah saya simpulkan
bahawa masyarakat umum diluar sana juga masih
dibelenggu dgn masalah yang sama. Pendek kata, problem
rumahtangga ini belum selesai atau belum beres.

Justeru itu, mana mungkin dapat kita memikirkan
hal-hal perjuangan dgn sepenuh tumpuan jiwa dan raga.
Apa lagi hal-hal yg melibatkan kenegaraan. Misal kata,
kita aktif dlm aktiviti usrah, join reformasi dan
demonstrasi, terlibat dgn aktiviti sosial dan rekreasi
 tup-tup balik rumah, sang isteri menyepikan diri.
Apa jadi?

So utk itu ... marilah kita balik kpd basic. Perbaiki
diri, bimbing keluarga, didik masyarakat ... barulah
ajak mereka dlm perjuangan. Insyaallah, Allah akan
beri kemenangan.

Seterusnya  ikutilah artikel dibawah:

Pejuang Islam, Pulanglah ke Kandang 

"Ya Allah, Penguasa segala penguasa, Engkau beri
kekuasaan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau
tarik kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki..." (Ali
Imran: 26)

Firman sangat terkenal, yang kadang dilafalkan sebagai
dzikir sehabis shalat ini, menunjukkan buktinya di
Indonesia. Negeri dengan hunian muslim terbesar di
dunia ini dalam setahun terakhir telah dan sedang
mengalami pergantian sejarah yang luar biasa. Dan
rupanya, kisah pergantian kekuasaan ini akan lebih
fundamental dibanding cerita Babad yang begitu heroik,
semacam Ken Arok di Singhasari (Malang) dan Penembahan
Senopati di Mataram (Yogyakarta). Pergeseran sejarah
kali ini melibatkan lebih banyak rakyat jelata.

Konteks dari janji Allah itu menjadi lebih jelas lagi
setelah kemenangan kekuasaan bergilir pada kelompok
yang hampir sama saja: tidak menjanjikan perbaikan.
Artinya, mereka yang ingin memperbaiki kualitas hidup
di negeri ini, gagal mencapai cita-cita, setidaknya
pada babak pertama. Mereka harus mempersiapkan secara
lebih baik bila ingin menang pada babak selanjutnya.

Tetapi mengapa Allah belum berkenan memberikan
kekuasaan alias al-mulk pada saat ini? Tentu itu bukan
pilihan sewenang-wenang. Karena sunnatullah telah
menetapkan, untuk menang harus layak menang terlebih
dahulu. Perangkatnya harus memadai, kekuatan,
soliditas, militansi, loyalitasnya juga harus
terjamin. Bila Allah memandang itu semua belum ada,
maka kekalahan adalah takdir terbaik yang mesti
dijalani. Termasuk, bila ternyata pemerintahan negeri
ini ke depan sama zhalimnya dengan yang sudah pernah
ada. Karena berarti ummat Islam belum lulus dari tahap
pembelajaran. Barangkali penindasan akan meningkatkan
militansi dan kesadaran jamaah.

Hasil pemungutan suara membuktikan, idealisme kaum
muslimin terkalahkan oleh kehendak kaum sekuler.
Kenyataan itu bisa menimbulkan kekecewaan, bahkan
stres. Tetapi jangan sampai membuat pupus harapan. Hal
itu hanyalah untuk memperjelas, bahwa kalangan awam di
Indonesia masih sangat mayoritas. Mungkin jumlahnya
mencapai sekitar 80% dari jumlah yang terdaftar dan
selama ini dianggap sebagai muslim.

Rasanya angka ini cukup wajar. Hitung saja jumlah
warga di sekitar rumah Anda. Taruhlah ada 1000 orang,
800 di antaranya muslim. Berapa yang shalat di masjid?
Paling satu baris, alias 10 orang. Yang menutup aurat?
Yang mengajari anaknya mengaji? Total jenderal di
bawah 100 orang. Yang lain tidak mempedulikan
bagaimana Islam mengatur cara hidupnya. Mereka tidak
mengerti, karena memang tidak tersentuh didikan yang
layak.

Bila memang ummat Islam konsisten, semestinya di semua
tempat umum tersedia ruang shalat, dan ramai
digunakan. Bila kaum wanita harus berkerudung, maka
kaum lelakinya juga pantang bercelana pendek di
hadapan orang lain. Kenyataannya masih jauh. Bila yang
peduli shalat saja belum cukup signifikan, apalagi
yang peduli akhlaq dan etika Islam dalam mengarungi
kehidupan? Maka, bila ingin memenangkan Islam,
menangkan dulu pertarungan 

RE: H-Net* Back To The Basic

2000-03-02 Terurut Topik ibn muhajir


 *~*
 {  Sila lawat Laman Hizbi-Net -  http://www.hizbi.net }
 {Hantarkan mesej anda ke:  [EMAIL PROTECTED] }
 {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] }
 *~*
  PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL
 ~~~
salam~

saya amat tak bersetuju dgn si Sani ni, bukan krn namanya Sani, tapi krn kekeliruannya 
mengenai banyak isu.

Sani kata: "So utk itu ... marilah kita balik kpd basic. Perbaiki
diri, bimbing keluarga, didik masyarakat ... barulah
ajak mereka dlm perjuangan. Insyaallah, Allah akan
beri kemenangan."

KAlo kita lihat- Pemimpin alArqam juga rumah tangganya tongganglanggang. Kawin 
cerai-kawin cerai-kawin cerai sampai 4. Kalo gitule, bila nak settle, bila nak mula 
perjuangan? 

Cara Islam bukan begitu



From: Sani Norku [EMAIL PROTECTED]
Assalamualaikum wbt,

Sejak kebelakangan ini, kita banyak membicarakan
permasalahan rumahtangga. Ternyata permasalahan hal
ehwal rumahtangga ini menarik minat ramai netters.
Jika tidak menjadi kesalahan, bolehlah saya simpulkan
bahawa masyarakat umum diluar sana juga masih
dibelenggu dgn masalah yang sama. Pendek kata, problem
rumahtangga ini belum selesai atau belum beres.

Justeru itu, mana mungkin dapat kita memikirkan
hal-hal perjuangan dgn sepenuh tumpuan jiwa dan raga.
Apa lagi hal-hal yg melibatkan kenegaraan. Misal kata,
kita aktif dlm aktiviti usrah, join reformasi dan
demonstrasi, terlibat dgn aktiviti sosial dan rekreasi
 tup-tup balik rumah, sang isteri menyepikan diri.
Apa jadi?

So utk itu ... marilah kita balik kpd basic. Perbaiki
diri, bimbing keluarga, didik masyarakat ... barulah
ajak mereka dlm perjuangan. Insyaallah, Allah akan
beri kemenangan.

Seterusnya  ikutilah artikel dibawah:

Pejuang Islam, Pulanglah ke Kandang 

"Ya Allah, Penguasa segala penguasa, Engkau beri
kekuasaan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau
tarik kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki..." (Ali
Imran: 26)

Firman sangat terkenal, yang kadang dilafalkan sebagai
dzikir sehabis shalat ini, menunjukkan buktinya di
Indonesia. Negeri dengan hunian muslim terbesar di
dunia ini dalam setahun terakhir telah dan sedang
mengalami pergantian sejarah yang luar biasa. Dan
rupanya, kisah pergantian kekuasaan ini akan lebih
fundamental dibanding cerita Babad yang begitu heroik,
semacam Ken Arok di Singhasari (Malang) dan Penembahan
Senopati di Mataram (Yogyakarta). Pergeseran sejarah
kali ini melibatkan lebih banyak rakyat jelata.

Konteks dari janji Allah itu menjadi lebih jelas lagi
setelah kemenangan kekuasaan bergilir pada kelompok
yang hampir sama saja: tidak menjanjikan perbaikan.
Artinya, mereka yang ingin memperbaiki kualitas hidup
di negeri ini, gagal mencapai cita-cita, setidaknya
pada babak pertama. Mereka harus mempersiapkan secara
lebih baik bila ingin menang pada babak selanjutnya.

Tetapi mengapa Allah belum berkenan memberikan
kekuasaan alias al-mulk pada saat ini? Tentu itu bukan
pilihan sewenang-wenang. Karena sunnatullah telah
menetapkan, untuk menang harus layak menang terlebih
dahulu. Perangkatnya harus memadai, kekuatan,
soliditas, militansi, loyalitasnya juga harus
terjamin. Bila Allah memandang itu semua belum ada,
maka kekalahan adalah takdir terbaik yang mesti
dijalani. Termasuk, bila ternyata pemerintahan negeri
ini ke depan sama zhalimnya dengan yang sudah pernah
ada. Karena berarti ummat Islam belum lulus dari tahap
pembelajaran. Barangkali penindasan akan meningkatkan
militansi dan kesadaran jamaah.

Hasil pemungutan suara membuktikan, idealisme kaum
muslimin terkalahkan oleh kehendak kaum sekuler.
Kenyataan itu bisa menimbulkan kekecewaan, bahkan
stres. Tetapi jangan sampai membuat pupus harapan. Hal
itu hanyalah untuk memperjelas, bahwa kalangan awam di
Indonesia masih sangat mayoritas. Mungkin jumlahnya
mencapai sekitar 80% dari jumlah yang terdaftar dan
selama ini dianggap sebagai muslim.

Rasanya angka ini cukup wajar. Hitung saja jumlah
warga di sekitar rumah Anda. Taruhlah ada 1000 orang,
800 di antaranya muslim. Berapa yang shalat di masjid?
Paling satu baris, alias 10 orang. Yang menutup aurat?
Yang mengajari anaknya mengaji? Total jenderal di
bawah 100 orang. Yang lain tidak mempedulikan
bagaimana Islam mengatur cara hidupnya. Mereka tidak
mengerti, karena memang tidak tersentuh didikan yang
layak.

Bila memang ummat Islam konsisten, semestinya di semua
tempat umum tersedia ruang shalat, dan ramai
digunakan. Bila kaum wanita harus berkerudung, maka
kaum lelakinya juga pantang bercelana pendek di
hadapan orang lain. Kenyataannya masih jauh. Bila yang
peduli shalat saja belum cukup signifikan, apalagi
yang peduli akhlaq dan etika Islam dalam mengarungi
kehidupan? Maka, bila ingin memenangkan Islam,
menangkan dulu pertarungan