[iagi-net-l] Fwd: [Oil&Gas] (KMI) Seminar Cost Recovery 10 Agustus 2007 18:00-21:30
Dear Iagi Members, Berikut ada info seminar Cost Recovery yang di prakarsai milist migas indonesia dengan pembicara dari BPMIGAS dan pembicara dari KPS, kalau berminat silahkan menghubungi Pak Budhi melalui email [EMAIL PROTECTED] Pesan beliau mengingat seat yang dipesan berdasarkan yang mendaftar dan waktunya sudah mepet, dimohon untuk yang berminat segera langsung konfirmasi. pembicaranya adalah Pak Taslim Yunus, Kuswo Wahyono, Sampe Purba dan marjolyn Wajong Salam Rinaldi --massage cut-- from "Budhi, Swastioko (Singgar Mulia)" <[EMAIL PROTECTED]> hide details 8:57 am (24 minutes ago) to Rinaldi Mulyono <[EMAIL PROTECTED]> date Aug 7, 2007 8:57 AM subject RE: [Oil&Gas] (KMI) Seminar Cost Recovery 10 Agustus 2007 18:00-21:30 Images are not displayed. Oh… silahkan saja mas, saya senang kok kalau suatu waktu bekerja sama dengan IAGI. Tapi mohon diingatkan ke meraka agar responnya musti cepat mengingat acaranya Jum'at Hari kamis saya harus memesan konsumsi soalnya. Thanks, Budhi S. From: [EMAIL PROTECTED] [mailto: [EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Administrator Migas Sent: Sunday, August 05, 2007 10:24 PM To: [EMAIL PROTECTED] Cc: Herry Putranto Subject: [Oil&Gas] (KMI) Seminar Cost Recovery 10 Agustus 2007 18:00-21:30 Migas Indonesia, Setiap 1-2 bulan sekali, pasti terjadi diskusi mengenai cost recovery di Milis Migas Indonesia. Yang terakhir adalah minggu yang lalu mengenai cost recovery 10.4 Miliar US$ di tahun 2007. Untuk mengetahui lebih detail mengenai cost recovery, maka kita perlu mendatangkan narasumber yang sangat kompeten di bidang ini. Alhamdulillah, BPMIGAS dan KPS merespon keinginan kita dan bersedia menjadi narasumber pada seminar Cost Recovery 2007. KMI dan IATMI akan mengadakan Seminar Cost Recovery di Resto Bebek Bali Senayan pada tanggal 10 Agustus 2007, 18:00 - 21.30. Mengingat tempat yang sangat terbatas, dan undangan ini juga disosialisasikan di anggota IATMI dan lingkungan KPS, maka saya mengharapkan anggota Milis Migas Indonesia segera mendaftar untuk mendapatkan kepastian tempat dengan mengirimkan nama lengkap dan nama perusahaan ke alamat email [EMAIL PROTECTED] Jangan sia-siakan kesempatan yang sangat langka ini untuk mendapatkan pengetahuan tentang cost recovery langsung dari sumbernya. Salam, Budhi S. __._,_.___ __,_._,___ From: [EMAIL PROTECTED] [mailto: [EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Administrator Migas Sent: Sunday, August 05, 2007 10:24 PM To: [EMAIL PROTECTED] Cc: Herry Putranto Subject: [Oil&Gas] (KMI) Seminar Cost Recovery 10 Agustus 2007 18:00-21:30 Migas Indonesia, Setiap 1-2 bulan sekali, pasti terjadi diskusi mengenai cost recovery di Milis Migas Indonesia. Yang terakhir adalah minggu yang lalu mengenai cost recovery 10.4 Miliar US$ di tahun 2007. Untuk mengetahui lebih detail mengenai cost recovery, maka kita perlu mendatangkan narasumber yang sangat kompeten di bidang ini. Alhamdulillah, BPMIGAS dan KPS merespon keinginan kita dan bersedia menjadi narasumber pada seminar Cost Recovery 2007. KMI dan IATMI akan mengadakan Seminar Cost Recovery di Resto Bebek Bali Senayan pada tanggal 10 Agustus 2007, 18:00 - 21.30. Mengingat tempat yang sangat terbatas, dan undangan ini juga disosialisasikan di anggota IATMI dan lingkungan KPS, maka saya mengharapkan anggota Milis Migas Indonesia segera mendaftar untuk mendapatkan kepastian tempat dengan mengirimkan nama lengkap dan nama perusahaan ke alamat email [EMAIL PROTECTED] Jangan sia-siakan kesempatan yang sangat langka ini untuk mendapatkan pengetahuan tentang cost recovery langsung dari sumbernya. Salam, Budhi S. __._,_.___ __,_._,___
Re: [iagi-net-l] 2nd Porosity Petrophysic vs Petrography in Carbonate
sama seperti pengukuran porositas lainnya, sonic bukanlah pengukuran langsung porosity, untuk mendapatkan porosity harus diketahui dt dari matriks dan dt dari fluidnya. Jadi tidak harus bahwa porosity dari sonic harus lebih kecil atau lebih besar dari porosity density neutron. mis untuk gas di vuggy porosity akan memberikan porosity density > real porosity > porosity sonic > porosity neutron. sementara untuk oil atau water umumnya porosity density~porosity neutron~real porosity>porosity sonic. Nah kalau di gas menggunakan kombinasi porosity density neutron, bisa jadi bahwa porosity sonic akan lebih besar dari porosity density neutron, karena sifat tarik menarik dari density neutron seperti di atas. cara mudahnya lakukan overlay porosity di water zone untuk melihat apakah porosity sonic masih lebih tinggi dari porosity density neutron. kalau punya porosity dari core yang sudah dikoreksi dengan overburden , bisa digunakan untuk mengkalibrasi porosity dari lognya. untuk vuggy porosity mungkin bisa diusulkan run cmr/nmr untuk dapat mengetahui distribusi pore throatnya secara continous (tentunya dikalibrasi dengan core ) yang akan banyak membantu untuk kalibrasi permeability dan saturation water function. Mungkin rekan yang lain bisa mengkoreksi atau menambahkan On 8/6/07, Shofiyuddin <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mas Andri, > Memang segala sesuatunya harus kembali kepada asal. Nah log pun sama, > harus dikalibrasi lagi kepada batuannya, bentuknya bisa kepada deskripsi > batuan inti (core), sayatan tipis, SEM dan XRD. Begitu juga dengan sifat > fisik batuan laen seperti porosity dan permeability. Tanpa itu, log tidak > punya referensi. > > Kalo kita bicara batuan, kita bicara yang paling detil (dari micron same > meter. Kalo kita bicara log, kita bicara dibilangan cm sampe meteran, > tergantung jenis lognya apa. Bicara seismik bicara pada kisaran yang lebih > besar lagi dari log. > > Nah yang sedang saya share ini bagaimana usaha kita untuk mengenal adanya > porositas sekunder dari log dimana dari pengamatan core ditemukan adanya > vuggy porosity. Secara umum, sonic log sering disebut sebagai salah satu > tool yang cukup efektif untuk mengenal porositas sekunder ini sehingga > banyak persamaan muncul yang diertai dengan asumsi yang berbeda berbeda > beda. Salah satu contoh adalah penggunaan rumus SPI (Secondary Poroitas > Index) digunakan dengan aumsi bahwa sonic log tidak melihat sama sekali > adanya vug, jadi selisih antara porositas total dengan sonic dilihat sebagai > adanya porosoitas sekunder. Untuk rumus Nurmi sedikit laen lagi karena > dianggap alat sonik mampu untuk melihat "sebagian vuggy porosity, sekitar > 50% dari aktual" nya. Nah begitu juga yang rumus yang laen. > > Yang menjadi masalah ditempat saya adalah kenapa justru porositas yang > dihitung daro sonik kok lebih besar dari porositas totalnya (yang dihitung > dari density dan neutron log)? nah itu yang saya lagi cari pak. > > Salam > > Shofi > > > > > > On 8/6/07, Andri Subandrio <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Bung Shofiyuddin yng budiman, saya bukan ahli petrophysic, tapi saya > > mau sharing atas dasar pengalaman saya bekerja sebagai petrologis untuk > > reservoir karbonat. Sebelumnya saya mohon segera dikorensi apabila ada yang > > kurang tepat. Beberapa ayang perlu diperhatikan pada karbonat antara lain : > > 1. Geometri, dimensi dan skala: Karbonat terutama yang berasosiasi > > dengan reef dan paparan mempunya geometri yang berbeda dengan klastik biasa > > seperti batupasir. Misalnya pada reef, tekstur dan besar butirnya sangat > > beragam tergantung jenis "organik" seperti coral and associate yang tumbuh > > berdasarkan kedalaman. Pada lingkungan ini kemunginan ada 'primary porosity" > > yaitu terdapat disela-sela kerangka. Geometri seperti ini akan sangat baik > > direkonstruksi dengan pemodelan yang dibangun dari pengamatan lapangan > > modern reef seperti pulau Seribu dan ancient reef seperti di Formasi > > Rajamandala Ciatatah - Padalarang dan tentunya data bawah pemukaan geologi > > reservoir yang menjadi target. > > > > 2. Secondary porosoity didalam karbonat masuk dalam wilayah "diagenesis" > > yang berkaitan dengan fasies, lingkungan pengendapan dan "exposure" > > phenomena pasca sedimentasi dan litifikasi. Di Indonesia, 2nd Porosity (2nd > > por) umumnya dikontrol oleh diagenesis, sedang di arid climate seperti di > > mediterania sebagian porosity dikontrol oleh facies, misalnya pada oolitic > > limestone positasnya mirip dengan batupasir yang well rounded. 2nd Por > > didaerah tropis umumnya disebabkan pelarutan "fresh water" setelah formasi > > batugamping ter "expose" diatas muka laut. Pelarutan ini biasanya didahului > > dengan berkembangnya "fracture network", lalu air tawar yang umumnya air > > hujan mulai bekerja membentuk porositas atau ruang-ruang yang dapat > > menghasilkan pori-pori yang kecil hingga raksasa! Karena itu tida heran 2nd > > por di ls (limestone) bisa dimasuki orang bahkan di Perancis gua-gua
Re: [iagi-net-l] 2nd Porosity Petrophysic vs Petrography in Carbonate
Akan lebih baik lagi bila tersedia digital microscope dan bisa dilakukan Whole thin section imaging, maka penghitungan porosity mungkin akan lebih mewakili. Goodluck AnssM - Original Message - From: Shofiyuddin To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, August 06, 2007 3:53 PM Subject: Re: [iagi-net-l] 2nd Porosity Petrophysic vs Petrography in Carbonate Saya lagi merencanakan untuk point count (250) untuk mendeskripsi tipe porosity dan jumlahnya (interparticle, intraparticle, separate vug dan connected vug). Semoga saja ini bisa untuk menjelaskan fenomena lognya. On 8/6/07, Andri Subandrio <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mungkin ini bisa jadi jalan tengah, yaitu mengawinkan log petrology & petrophysic. Saya pernah melakukan quantitative petrological analyses dari cutting. Hasilnya berupa angka porositas dalam %. Pekerjaan ini memerlukan ketelitian dalam pengamatan porisitas dalam butiran cutting, oleh karena itu untuk satu sayatan dari range kedalaman tertentu bisa dipotret sampai 100 kali dan kemudian setiap temuan tekstur dan porositas dimasukan dalam tabel. Hasil penghitungan porositas tiap kedalaman lalu kita plot terhadap kedalaman, mirip grafik log. Grafik log petrologi lalu kita sandingkan dengan petrofisik. Pada waktu kami kerjakan analisis petrologi kuantitatif dan petrofisik ternyata bisa saling membantu. Selamat mencoba. Salam AnssM - Original Message - From: Shofiyuddin To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, August 06, 2007 11:34 AM Subject: Re: [iagi-net-l] 2nd Porosity Petrophysic vs Petrography in Carbonate Mas Andri, Memang segala sesuatunya harus kembali kepada asal. Nah log pun sama, harus dikalibrasi lagi kepada batuannya, bentuknya bisa kepada deskripsi batuan inti (core), sayatan tipis, SEM dan XRD. Begitu juga dengan sifat fisik batuan laen seperti porosity dan permeability. Tanpa itu, log tidak punya referensi. Kalo kita bicara batuan, kita bicara yang paling detil (dari micron same meter. Kalo kita bicara log, kita bicara dibilangan cm sampe meteran, tergantung jenis lognya apa. Bicara seismik bicara pada kisaran yang lebih besar lagi dari log. Nah yang sedang saya share ini bagaimana usaha kita untuk mengenal adanya porositas sekunder dari log dimana dari pengamatan core ditemukan adanya vuggy porosity. Secara umum, sonic log sering disebut sebagai salah satu tool yang cukup efektif untuk mengenal porositas sekunder ini sehingga banyak persamaan muncul yang diertai dengan asumsi yang berbeda berbeda beda. Salah satu contoh adalah penggunaan rumus SPI (Secondary Poroitas Index) digunakan dengan aumsi bahwa sonic log tidak melihat sama sekali adanya vug, jadi selisih antara porositas total dengan sonic dilihat sebagai adanya porosoitas sekunder. Untuk rumus Nurmi sedikit laen lagi karena dianggap alat sonik mampu untuk melihat "sebagian vuggy porosity, sekitar 50% dari aktual" nya. Nah begitu juga yang rumus yang laen. Yang menjadi masalah ditempat saya adalah kenapa justru porositas yang dihitung daro sonik kok lebih besar dari porositas totalnya (yang dihitung dari density dan neutron log)? nah itu yang saya lagi cari pak. Salam Shofi On 8/6/07, Andri Subandrio <[EMAIL PROTECTED] > wrote: Bung Shofiyuddin yng budiman, saya bukan ahli petrophysic, tapi saya mau sharing atas dasar pengalaman saya bekerja sebagai petrologis untuk reservoir karbonat. Sebelumnya saya mohon segera dikorensi apabila ada yang kurang tepat. Beberapa ayang perlu diperhatikan pada karbonat antara lain : 1. Geometri, dimensi dan skala: Karbonat terutama yang berasosiasi dengan reef dan paparan mempunya geometri yang berbeda dengan klastik biasa seperti batupasir. Misalnya pada reef, tekstur dan besar butirnya sangat beragam tergantung jenis "organik" seperti coral and associate yang tumbuh berdasarkan kedalaman. Pada lingkungan ini kemunginan ada 'primary porosity" yaitu terdapat disela-sela kerangka. Geometri seperti ini akan sangat baik direkonstruksi dengan pemodelan yang dibangun dari pengamatan lapangan modern reef seperti pulau Seribu dan ancient reef seperti di Formasi Rajamandala Ciatatah - Padalarang dan tentunya data bawah pemukaan geologi reservoir yang menjadi target. 2. Secondary porosoity didalam karbonat masuk dalam wilayah "diagenesis" yang berkaitan dengan fasies, lingkungan pengendapan dan "exposure" phenomena pasca sedimentasi dan litifikasi. Di Indonesia, 2nd Porosity (2nd por) umumnya dikontrol oleh diagenesis, sedang di arid climate seperti di mediterania sebagian porosity dikontrol oleh facies, misalnya pada oolitic limestone positasnya mirip dengan batupasir yang well rounded. 2nd Por didaerah tropis umumnya disebabkan pelarutan "fresh water" setelah formasi batugamping ter "expose" diatas muka laut. Pelarutan ini biasanya didahului dengan berkemb
Re: [iagi-net-l] 2nd Porosity Petrophysic vs Petrography in Carbonate
Saya lagi merencanakan untuk point count (250) untuk mendeskripsi tipe porosity dan jumlahnya (interparticle, intraparticle, separate vug dan connected vug). Semoga saja ini bisa untuk menjelaskan fenomena lognya. On 8/6/07, Andri Subandrio <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mungkin ini bisa jadi jalan tengah, yaitu mengawinkan log petrology & > petrophysic. Saya pernah melakukan quantitative petrological analyses dari > cutting. Hasilnya berupa angka porositas dalam %. Pekerjaan ini memerlukan > ketelitian dalam pengamatan porisitas dalam butiran cutting, oleh karena itu > untuk satu sayatan dari range kedalaman tertentu bisa dipotret sampai 100 > kali dan kemudian setiap temuan tekstur dan porositas dimasukan dalam tabel. > Hasil penghitungan porositas tiap kedalaman lalu kita plot terhadap > kedalaman, mirip grafik log. Grafik log petrologi lalu kita sandingkan > dengan petrofisik. Pada waktu kami kerjakan analisis petrologi kuantitatif > dan petrofisik ternyata bisa saling membantu. Selamat mencoba. > > > Salam > > AnssM > > - Original Message - > *From:* Shofiyuddin <[EMAIL PROTECTED]> > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Sent:* Monday, August 06, 2007 11:34 AM > *Subject:* Re: [iagi-net-l] 2nd Porosity Petrophysic vs Petrography in > Carbonate > > > Mas Andri, > Memang segala sesuatunya harus kembali kepada asal. Nah log pun sama, > harus dikalibrasi lagi kepada batuannya, bentuknya bisa kepada deskripsi > batuan inti (core), sayatan tipis, SEM dan XRD. Begitu juga dengan sifat > fisik batuan laen seperti porosity dan permeability. Tanpa itu, log tidak > punya referensi. > > Kalo kita bicara batuan, kita bicara yang paling detil (dari micron same > meter. Kalo kita bicara log, kita bicara dibilangan cm sampe meteran, > tergantung jenis lognya apa. Bicara seismik bicara pada kisaran yang lebih > besar lagi dari log. > > Nah yang sedang saya share ini bagaimana usaha kita untuk mengenal adanya > porositas sekunder dari log dimana dari pengamatan core ditemukan adanya > vuggy porosity. Secara umum, sonic log sering disebut sebagai salah satu > tool yang cukup efektif untuk mengenal porositas sekunder ini sehingga > banyak persamaan muncul yang diertai dengan asumsi yang berbeda berbeda > beda. Salah satu contoh adalah penggunaan rumus SPI (Secondary Poroitas > Index) digunakan dengan aumsi bahwa sonic log tidak melihat sama sekali > adanya vug, jadi selisih antara porositas total dengan sonic dilihat sebagai > adanya porosoitas sekunder. Untuk rumus Nurmi sedikit laen lagi karena > dianggap alat sonik mampu untuk melihat "sebagian vuggy porosity, sekitar > 50% dari aktual" nya. Nah begitu juga yang rumus yang laen. > > Yang menjadi masalah ditempat saya adalah kenapa justru porositas yang > dihitung daro sonik kok lebih besar dari porositas totalnya (yang dihitung > dari density dan neutron log)? nah itu yang saya lagi cari pak. > > Salam > > Shofi > > > > > > On 8/6/07, Andri Subandrio <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Bung Shofiyuddin yng budiman, saya bukan ahli petrophysic, tapi saya > > mau sharing atas dasar pengalaman saya bekerja sebagai petrologis untuk > > reservoir karbonat. Sebelumnya saya mohon segera dikorensi apabila ada yang > > kurang tepat. Beberapa ayang perlu diperhatikan pada karbonat antara lain : > > 1. Geometri, dimensi dan skala: Karbonat terutama yang berasosiasi > > dengan reef dan paparan mempunya geometri yang berbeda dengan klastik biasa > > seperti batupasir. Misalnya pada reef, tekstur dan besar butirnya sangat > > beragam tergantung jenis "organik" seperti coral and associate yang tumbuh > > berdasarkan kedalaman. Pada lingkungan ini kemunginan ada 'primary porosity" > > yaitu terdapat disela-sela kerangka. Geometri seperti ini akan sangat baik > > direkonstruksi dengan pemodelan yang dibangun dari pengamatan lapangan > > modern reef seperti pulau Seribu dan ancient reef seperti di Formasi > > Rajamandala Ciatatah - Padalarang dan tentunya data bawah pemukaan geologi > > reservoir yang menjadi target. > > > > 2. Secondary porosoity didalam karbonat masuk dalam wilayah "diagenesis" > > yang berkaitan dengan fasies, lingkungan pengendapan dan "exposure" > > phenomena pasca sedimentasi dan litifikasi. Di Indonesia, 2nd Porosity (2nd > > por) umumnya dikontrol oleh diagenesis, sedang di arid climate seperti di > > mediterania sebagian porosity dikontrol oleh facies, misalnya pada oolitic > > limestone positasnya mirip dengan batupasir yang well rounded. 2nd Por > > didaerah tropis umumnya disebabkan pelarutan "fresh water" setelah formasi > > batugamping ter "expose" diatas muka laut. Pelarutan ini biasanya didahului > > dengan berkembangnya "fracture network", lalu air tawar yang umumnya air > > hujan mulai bekerja membentuk porositas atau ruang-ruang yang dapat > > menghasilkan pori-pori yang kecil hingga raksasa! Karena itu tida heran 2nd > > por di ls (limestone) bisa dimasuki orang bahkan di Perancis gua-guanya bisa > > dipakai berlayar dengan boat! Dengan demik
Re: [iagi-net-l] Minta Info Pengda IAGI
Terimakasih Pak Darius. Sekitar 3 bulan yang lalu ketika saya kontak, Dia masih di Muara Teweh. selamat untuk Yulian sudah jadi Ka Dinas. Sampaikan salam sukses untuk Pak Yulian. Sudah ada email ke Murung Raya ? Salam AnssM - Original Message - From: Darius, Kus To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, August 06, 2007 1:34 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Minta Info Pengda IAGI Paks, pak Yulian Taruna sekarang adl Ka Dinas Pertambangan Murung Raya di Puruk Cahu, Kalimantan Tengah Salam Kus Darius -Original Message- From: Fajar Surahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, August 03, 2007 5:02 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Minta Info Pengda IAGI Terimakasih banyak Pak Andri atas infonya. Saya sebenarnya mencari yang berdomisili di Palangka Raya. Tapi sekali lagi terimakasih Pak. Jar - Original Message - From: Andri Subandrio To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, 03 August, 2007 08:07 Subject: Re: [iagi-net-l] Minta Info Pengda IAGI Pak Fajar, maaf saya mungkin mendahului IAGI, saya belum tahu kalau ada Pengda di Kalteng (mungkin saya salah duga, maaf), tapi di Kalteng ada alumni geologi ITB yang sekarang menjadi Ka Dinas Petambangan di Muara Teweh. Namanya Yulian Taruna. Semoga informasi ini bisa berguna. Salam Andri Subandrio - Original Message - From: Fajar Surahmad To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, August 02, 2007 5:07 PM Subject: [iagi-net-l] Minta Info Pengda IAGI Yth. rekan-rekan Geologist, Mohon maaf menyela sebentar. Saya meminta tolong rekan-rekan, ada yang bisa kasih informasi, mengenai anggota atau Pengda IAGI khususnya yang ada di Kalimantan Tengah (Palangkaraya). Mungkin berupa Contact person-nya atau email. Terima kasih banyak atas informasinya. Trims, Fajar -- Internal Virus Database is out-of-date. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.472 / Virus Database: 269.9.14/613 - Release Date: 06/29/07 00:00