[iagi-net-l] Fwd: [Geologi UGM] Oktan tinggi untuk mesin "modern"

2008-05-04 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Sehubungan dengan soal penghematan energi, kebetulan kemarin
akuberdiskusi soal oktan mobil bercc besar serta mobil mobil bermesi
moderen.
Ternyata banyak juga mitos-mitos di seputar penggunaan bensin beroktan
tinggi, terutama mobil moderen. Seringkali yang punya mobil ber-cc
tinggi akan dituduh sebagai peminum BBM paling rakus. Namun banyak
teknologi moderen yang justru tidak memerlukan BBM "berkualitas" (high
octane).

So What do you think ?

-- Forwarded message --
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Sat, May 3, 2008 at 7:04 PM
Subject: Re: [Geologi UGM] Oktan tinggi untuk mesin "modern"
To: [EMAIL PROTECTED]


2008/5/3 Bambang Satya Murti <[EMAIL PROTECTED]>:
> Yen kuwi gampang Vick.
> Mesin mobil "canggih" di design untuk mempergunakan rasio kompresi yang 
> tinggi, yang diharapkan meningkatkan efisiensi pemakaian bahan bakar dan 
> meningkatkan performanya.
>

Wah mas Bambang, ternyata banyak mitos juga soal "high octane" ini :
" If your engine runs well and does not knock or ping on low octane
gasoline, there is no advantage inswitching to higher octane
gasoline."
Jadi sepertinya mobil2 baru (pasca 90-an) ngga masalah dengan angka
oktan 87. Yang penting setelan timingnya pas !
Mungkin bisa saja dicampur "banyu-geni" ... wuspt !!!

btw, untuk mobil baru yang menggunakan teknologi  - Variable Timing
Control Operating Principle, VTEC dan sejenisnya apalagi i-VTEC
(Intelligent VTEC) diamana mempunyai kemampuan otomatis penyetelan
timing pembakaran, maka sakjane oktan tinggi bukan menjadi konsumsinya
mobil moderen. Dan ini pengalaman menggunakan mobil dengan VTEC memang
aku juga ngga pernah pakai pertamax sih :(
Kayaknya Alphardnya PDST juga sudah hightech ga perlu high octane.

"High octane gasoline has been refined more – it is just a better product.!!"

RDP

http://www.state.mn.us/mn/externalDocs/Commerce/Gasoline_Octane_Facts_102902052227_OctaneFacts.pdf

CONSUMER GUIDE GASOLINE OCTANE FACTS and MYTHS
When you pull into a gas station to fill up your car's tank, you
almost always have a choice of several kinds of gasoline. The majority
of pumps usually offer a product called "regular," other pumps are
labeled "premium," "super," or something similar, and their product
sells at a price about 12 to 13 percent higher than the price of
"regular." The difference in name and price is based on the gasoline's
"octane." Regular gasoline has an octane rating of at least 87. The
octane of mid-grade gasoline will range from 88 to 90. Gasoline
labeled and sold as "premium" is required by law to have an octane
rating of 91 or higher.

What is octane?
Octane actually has two definitions.
One is chemical: Octane is a flammable hydrocarbon liquid that along
with other hydrocarbons – pentane, hexane, heptane, and many others –
is refined from crude oil and make up the blend of chemical components
called gasoline.
A second definition: Octane is a measure of a fuel's tendency to knock
or ping when it is mixed with air and burned in the cylinder of an
engine. This octane rating is not based on the amount of chemical
octane in the gasoline. The rating is called octane because the
gasoline's ability to prevent engine knock has been rated against the
performance of pure hydrocarbon octane, which has a rating of 100.

Gasoline, which is made from a blend of many other hydrocarbons, may
have a higher or lower rating, depending on how its anti-knock
performance compares to the performance of pure hydrocarbon octane.

How is octane rating determined?
Gasoline is subjected to two testing methods to establish its octane
rating: one, called the motor method, runs the gasoline in an engine
running under load; and the second, the research method, runs the
gasoline in a freerunning engine. The research method gives slightly
higher ratings, and the octane number displayed on the
pump is an average of the two methods.

Octane Facts
• Knock occurs when cylinder pressures are high.
It is normal for an engine to ping a little at full throttle because
cylinder pressures are very high at full throttle. Engine knock,
however, should not be ignored since it can result in serious damage
to the engine.
• High octane gasoline burns slower than low octane gasoline. The slow
burn prevents engine knock whencylinder pressures are high.
• If your engine runs well and does not knock or ping on low octane
gasoline, there is no advantage inswitching to higher octane gasoline.
• If your engine knocks or pings, it does not necessarily mean
something is wrong with the gasoline. It couldbe a problem with the
engine's electronic control systems, ignition timing or exhaust gas
recirculation. On a high mileage engine, a carbon build-up in the
cylinders can increase cylinder pressures and cause knock.
• Almost all of today's new cars have fuel-injected engines that need
to use gasoline with a detergent additive. They do not necessarily
need high octane gasoline with a detergent additive. Generally, new
automobiles need high octa

[iagi-net-l] Eka Rukmana is out of the office (Belitung Site)

2008-05-04 Terurut Topik Eka

I will be out of the office starting  05/05/2008 and will not return until
09/05/2008.

I will respond to your message when I return or don't hesitate to contact
me at 081321152605. Thank you



PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
* acara utama: 27-28 Agustus 2008
* penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008
* pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
* batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
* abstrak / makalah dikirimkan ke:
www.grdc.esdm.go.id/aplod
username: iagi2008
password: masukdanaplod


PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011:
* pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008
* penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung
AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!!

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Re: Mematikan mesin di lampu merah - Safe energy, safe cost (?)

2008-05-04 Terurut Topik benyamin sembiring
Mengapa mesti selalu pengguna yang harus dibebankan dalam penghematan energi
pengguna kendaraan bermotor ada jutaan, untuk mengatur jutaan orang sangat
sulit

ada yang gampang untuk dilakukan, tapi mengapa tidak dikerjakan :
Menekan semua pabrikan kendaraan bermotor untuk membuat kendaraan yang hemat
energi, misal kendaraan yg boleh masuk ke Indonesia kalau perbandingan bahan
bahan bakar dengan jarak tempuh adalah 1 : 50 (1 liter untuk 50 km). Para
engineer pabrikan yang harus berjuang keras, jangan rakyat yang sudah sulit
ini.

Untuk apa mobil dengan CC tinggi. Coba lihat di dalam kota dengan gagahnya
orang naik land cruiser (berapa CC nih ??), berapa bahan bakar yang
digunakan? Mobil seperti itu ditujukan untuk tempat2 yang sulit seperti di
hutan, di areal tambang dll. Ibarat kata, orang yg naik Land Cruiser di
dalam kota, sama seperti orang, pake baju renang di dalam pesta itu namanya
SALTUM = SALAH KOSTUM
Masih banyak mobil lain dengan CC tinggi.
Sekarang kita disini, berapa besar CC mobil kita, berapa BBM yang dihabiskan
untuk yang yang tak perlu itu?
Dalam hal ini pabrikan ditekan untuk tidak menjual / memproduksi mobil
dnegan CC tinggi, apalagi kalau digunakan tidak pada tempatnya

Sekarang beranikah pemerintah (masyarakat) mengatakan TIDAK terhadap mobil
boros dan yang ber CC tinggi itu??

benz





Pada 30 April 2008 22:09, Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

> Ada ulasan menarik dari Panda Hutasoit dibawah ini.
>
> Kalau memang segala aspek sudah diperhitungkan (seperti di Jepang)
> maka tentusaja akan menjadi jauh lebih menarik.
>
> Memang kendala utama dalam penghematan adalah "hilangnya kenyamanan".
> Contoh kegagalan termudah adalah Kepresnya SBY soal penghematan energi
> listrik di gedung-gedung, serta merubah pakaian jas menjadi batik dsb.
> Sekarang kepres itu sepertinya juga "kepres-kepres" alias sayup-sayup.
> Saya sendiri sebenernya lebih suka penghematan dari sisi "engineering
> design" bukan dari behavior (perilaku). Merubah behavior (perilaku)
> ini jangkanya panjang karena perubahannya "through generation" atau
> "through education". Saya rasa hampir semua system engineering yang
> paling sulit dirubah adalah "user" atau manusianya. Merubah tool atau
> engine itu mudah, papling kendala biaya, tetapi merubah behavior, ...
> hmmm take years and years 
>
> Dalam sebuah mesin putar (rotating engine) termasuk combustion system
> yang sering menjadi penghambat atau penghilang energi adalah panas yg
> ditimbulkan serta friksi. Nah sejauh mana studi atau penelitian
> pelumas ?
>
> Salam
> RDP
>
> 2008/4/30 panda hutasoit <[EMAIL PROTECTED]
>
> Sekedar kasih info:
>
> Untuk bus pada saat menunggu penumpang diterminal, mesin juga
> dimatikan. mesin baru dihidupkan pada waktu mau berjalan
>
> Tujuan mematikan mesin sewaktu kendaraan menunggu (terutama pada saat
> lampu merah untuk kendaraan pribadi dan bis taxi truk)  di Tokyo
> (Jepang) tidak semata-mata karena ingin menghemat energi dibalik itu
> ada lagi yang lebih mulia adalah ingin menciptakan clean air dengan
> cara mengurangi polusi udara dan panas karena gas buang kendaraan.
>
> Memang terasa sedikit kekurang nyamanan sebagai konsekwensinya tetapi
> pemerintah (dalam hal ini Pemda Tokyo) memberikan contoh perduli
> terhadap lingkungan.
>
> Demikian juga orang kaya (yang pake mobil) yang relatif lebih pintar
> dan beruntung masa malah mengotori udara...sedikit gerah aja ngak apa-
> apa  khan?. orang yang jalan kaki aja engak apa-apa tuhhh... jangan
> terlalu manja ahhh...
>
> Karena dunia ini bukan milik kita sendiri, dunia ini kita pinjam dari
> anak cucu kita, masa kita mengembalikannya lebih kotor dan buruk.
> (keterlaluan dong kita yang ngaku orang pintar)
>
> Minjam uang dari bank aja sewaktu mengembalikannnya harus dengan bunga...
>
>
>
> Mengenai komponen kendaraan.
>
> Sama sekali tidak menimbulkan masalah. kekuatan material teeth baik
> yang ada pada dinamo starter dan fly wheel sudah diperhitungkan seumur
> mobil. tidak perlu diganti sepanjang pemakaiannya benar (dinamo
> starter untuk memutar fly wheel)
>
> Yang bikin gigi dinamo rusak adalah starter yang berkepanjangan, dalam
> hal ini gigi dinamo bukan hanya  memutar fly wheel tapi juga malah
> diputar fly wheel
>
> sebagai contoh:
>
> Bayangin aja gigi dinamo yang jumlahnya 8 seharusnya memutar gigi fly
> wheel yang jumlahnya 132.
>
> dipakai terbalik gigi fly wheel yang jumlahnya 132 dipakai untuk
> memutar gigi dinamo starter yang jumlahnya 8
>
> Sudah pasti gigi dinamo starter kepanasan (overheat) terus cepat haus
> karena menjadi lunak atau rompal. efek lainnya; kumparan kumparan
> kabel dinamo (coil) kepanasan, terus isolatornya meleleh, terus
> korslet alias terbakar.
>
> Kinerja mesin juga normal, mobil buatan sekarang khan sudah OK semua,
> mobil sebulan tidak dipakai saja begitu sistarter olinya langsung naik
> keatas melumasi seluruh komponen yang bergerak. (asalkan level olinya
> dijaga terus jangan sampai minus) kalau enggak percaya, per

Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)

2008-05-04 Terurut Topik nyoto - ke-el
Sama2 pak Syaiful ... usulan yg bagus utk menyanyikan juga lagu rayuan pulau
kepala.

wass,






2008/5/5 mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]>:

> nuwun pak nyoto. kerukunan yg bisa dijadikan teladan di tanah-air.
>
> salam,
> syaiful
>
> 2008/5/5 nyoto - ke-el <[EMAIL PROTECTED]>:
>  > Keluarga kami juga termasuk salah satu keluarga IATMI-KL yg mengikuti
> acara
> > tsb.
> >
> > Acaranya adalah acara Family Gathering - 2008, yaitu kumpul2
> > keluarga tahunan anggota IATMI-KL bersama semua anggota keluarganya
> masing2.
> > Acara tsb dirancang, dilaksanakan & dinikmati oleh kita2 para keluarga
> > anggota IATMI-KL, yaitu keluarga Indonesia yg bekerja di KL di bidang
> > perminyakan, sebagian besar kerjanya di Petronas, kecuali itu juga ada
> di
> > oilco2 lainnya serta dari service oilco.
> >
> > Ada acara tari2an anak2 & band remaja, serta band bapak2 keluarga
> IATMI-KL,
> > ini ada beberapa cuplikan acaranya di YouTube yg dikirimkan oleh pak
> Prama
> > Arta (Petronas), seperti dibawah ini :
> >
> >
> >
> > Buat yang mau liat beberapa kegiatan di FG08 IATMI-KL , berikut ini
> beberapa
> > cuplikan videonya yang sempat terekam di handycam saya.
> > Tari pendet : http://www.youtube.com/watch?v=oczmWdeyi-I
> > Band remaja : http://www.youtube.com/watch?v=lxJDFWdJouU&feature=user
> > Band bapak2 : http://www.youtube.com/watch?v=vQGkyq3VMGI&feature=related
> >  dan disini : http://www.youtube.com/watch?v=n_yruT_8zoI&feature=user
> >
> > Salam,
> > Prama
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Sebelum acara FG-2008 dimulai, dibuka dengan sedikit sambutan dari ketua
> > panitya FG-2008 (mbak Dyah, Petronas) & ketua IATMI-KL (pak Hari
> Primadi,
> > ex-Petronas), kemudian diteruskan dengan nyanyi lagu kebangsaan SATU
> NUSA
> > SATU BANGSA  antara lain utntuk membangkitkan rasa bangga tanah air,
> > terutama kepada anak2 & remaja kita yg sudah lama hidup di luar tanah
> air.
> >
> >
> >
> > wass,
> >
> > nyoto
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > 2008/5/5 mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]>:
> >
> >
> > > pak egs, adakah cerita di balik itu?
> > >
> > > salam,
> > > syaiful
> > >
> > > 2008/5/5 H. Edison Sirodj (XD/PCSB) <[EMAIL PROTECTED]>:
> > > > Minggu lalu, kurang lebih 350 orang Indonesia berkumpul ditengah
> hutan
> > > > 200 Km Utara KualaLumpur. Bersama kami berdiri menyanyikan Lagu SATU
> > > > NUSA SATU BANGSA SATU BAHASA. Haru bangga dengan bahasa Indonesia.
> > > >
> > > > EGS
> > > >
> > > >
> > > > -Original Message-
> > > > From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > > > Sent: Sunday, 04 May, 2008 3:04 AM
> > > > To: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS; Forum HAGI; IAGI
> > > > Subject: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan
> > > > Konsistensi Yus Badudu)
> > > >
> > > >
> > > > Saat  saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun
> yang
> > > > lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang
> > > > ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu - TVRI. Guru
> Bahasa
> > > > Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk
> > > > memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap
> > > > Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas
> > > > pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang
> mengupas
> > > > kesalahan penggunaan bahasa Indonesia.
> > > >
> > > >  Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia.
> > > > Sampai saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format
> > > > wawancara antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan
> > > > Bachtiar membahas persoalan-persoalan kebahasaan.
> > > >
> > > >  Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf  Syarif Badudu) sekarang ? Yus
> > > > Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya
> tercinta
> > > > di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang
> kakek
> > > > dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah
> buku
> > > > baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!).
> > > >
> > > >  Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi
> > > > konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya
> tulisnya
> > > > dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya
> > > > mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan
> > > > dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama yang
> kebetulan
> > > > saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua buku baru yang
> > > > ditulisnya.
> > > >
> > > >  Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang
> berhasil
> > > > ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru
> ini
> > > > baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus
> > > > Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan
> > > > Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan
> di
> > > > sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti
> > > > kiasannya tanpa me

Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)

2008-05-04 Terurut Topik mohammad syaiful
nuwun pak nyoto. kerukunan yg bisa dijadikan teladan di tanah-air.

salam,
syaiful

2008/5/5 nyoto - ke-el <[EMAIL PROTECTED]>:
> Keluarga kami juga termasuk salah satu keluarga IATMI-KL yg mengikuti acara
> tsb.
>
> Acaranya adalah acara Family Gathering - 2008, yaitu kumpul2
> keluarga tahunan anggota IATMI-KL bersama semua anggota keluarganya masing2.
> Acara tsb dirancang, dilaksanakan & dinikmati oleh kita2 para keluarga
> anggota IATMI-KL, yaitu keluarga Indonesia yg bekerja di KL di bidang
> perminyakan, sebagian besar kerjanya di Petronas, kecuali itu juga ada di
> oilco2 lainnya serta dari service oilco.
>
> Ada acara tari2an anak2 & band remaja, serta band bapak2 keluarga IATMI-KL,
> ini ada beberapa cuplikan acaranya di YouTube yg dikirimkan oleh pak Prama
> Arta (Petronas), seperti dibawah ini :
>
>
>
> Buat yang mau liat beberapa kegiatan di FG08 IATMI-KL , berikut ini beberapa
> cuplikan videonya yang sempat terekam di handycam saya.
> Tari pendet : http://www.youtube.com/watch?v=oczmWdeyi-I
> Band remaja : http://www.youtube.com/watch?v=lxJDFWdJouU&feature=user
> Band bapak2 : http://www.youtube.com/watch?v=vQGkyq3VMGI&feature=related
>  dan disini : http://www.youtube.com/watch?v=n_yruT_8zoI&feature=user
>
> Salam,
> Prama
>
>
>
>
>
>
> Sebelum acara FG-2008 dimulai, dibuka dengan sedikit sambutan dari ketua
> panitya FG-2008 (mbak Dyah, Petronas) & ketua IATMI-KL (pak Hari Primadi,
> ex-Petronas), kemudian diteruskan dengan nyanyi lagu kebangsaan SATU NUSA
> SATU BANGSA  antara lain utntuk membangkitkan rasa bangga tanah air,
> terutama kepada anak2 & remaja kita yg sudah lama hidup di luar tanah air.
>
>
>
> wass,
>
> nyoto
>
>
>
>
>
>
>
>
> 2008/5/5 mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]>:
>
>
> > pak egs, adakah cerita di balik itu?
> >
> > salam,
> > syaiful
> >
> > 2008/5/5 H. Edison Sirodj (XD/PCSB) <[EMAIL PROTECTED]>:
> > > Minggu lalu, kurang lebih 350 orang Indonesia berkumpul ditengah hutan
> > > 200 Km Utara KualaLumpur. Bersama kami berdiri menyanyikan Lagu SATU
> > > NUSA SATU BANGSA SATU BAHASA. Haru bangga dengan bahasa Indonesia.
> > >
> > > EGS
> > >
> > >
> > > -Original Message-
> > > From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > > Sent: Sunday, 04 May, 2008 3:04 AM
> > > To: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS; Forum HAGI; IAGI
> > > Subject: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan
> > > Konsistensi Yus Badudu)
> > >
> > >
> > > Saat  saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun yang
> > > lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang
> > > ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu - TVRI. Guru Bahasa
> > > Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk
> > > memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap
> > > Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas
> > > pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas
> > > kesalahan penggunaan bahasa Indonesia.
> > >
> > >  Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia.
> > > Sampai saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format
> > > wawancara antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan
> > > Bachtiar membahas persoalan-persoalan kebahasaan.
> > >
> > >  Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf  Syarif Badudu) sekarang ? Yus
> > > Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya tercinta
> > > di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang kakek
> > > dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah buku
> > > baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!).
> > >
> > >  Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi
> > > konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya tulisnya
> > > dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya
> > > mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan
> > > dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama yang kebetulan
> > > saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua buku baru yang
> > > ditulisnya.
> > >
> > >  Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil
> > > ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini
> > > baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus
> > > Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan
> > > Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di
> > > sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti
> > > kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan.
> > > Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan
> > > arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih
> > > yakin menggunakannya.
> > >
> > >  Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus
> > > Badudu yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas berjudul,
> > > "Kamus Kata-Kata Serapan As

Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)

2008-05-04 Terurut Topik mohammad syaiful
terimakasih infonya, pak egs. semoga keluarga besar iatmi-kl tambah
rukun dan banyak rejeki.

mungkin kapan2 ditambah dg 'rayuan pulau kelapa', yg kadang2
ditayangkan kalo salah satu stasiun televisi di tanah-air mau tutup
warung...

salam,
syaiful

2008/5/5 H. Edison Sirodj (XD/PCSB) <[EMAIL PROTECTED]>:
> Mas Syaiful,
>
> Rekan-rekan G and G dan Perminyakan di sini baru mengadakan
> kumpul-kumpul dengan keluarga dengan mengundang staff KBRI di KL.
> Sebanyak 350 orang berkumpul di acara yang kami adakan dua tahun sekali.
> Banyak juga rekan-rekan yang baru bergabung di KL datang pada acara
> tersebut.
>
> Suatu kejutan ketika adik-adik panitia (fresh graduate yang di rekrut
> Petronas) mempersilahkan hadirin berdiri untuk menyanyikan lagu SATU
> NUSA SATU BANGSA. Kami menyanyi dengan keras/lantang. Sudah lama sekali
> kami tidak pernah menyanyikan lagu ini. Pada hari tersebut, beberapa
> teman menyatakan merinding sewaktu menyanyikannya. Haru, haru sangat
> haru.
> Kami cinta bahasa Indonesia dan kami bangga punya bahasa Indonesia.
>
> Disini mereka masih terus mencari jati diri bahasa Malaysia yang rebutan
> dengan bahasa Tamil, Cina dan Inggris yang kelihatan jadi lucu.
>
> EGS.
>
>
> -Original Message-
> From: mohammad syaiful [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Monday, 05 May, 2008 8:57 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan
> Konsistensi Yus Badudu)
>
> pak egs, adakah cerita di balik itu?
>
> salam,
> syaiful
>
> 2008/5/5 H. Edison Sirodj (XD/PCSB) <[EMAIL PROTECTED]>:
> > Minggu lalu, kurang lebih 350 orang Indonesia berkumpul ditengah hutan
> > 200 Km Utara KualaLumpur. Bersama kami berdiri menyanyikan Lagu SATU
> > NUSA SATU BANGSA SATU BAHASA. Haru bangga dengan bahasa Indonesia.
> >
> > EGS
> >
> >
> > -Original Message-
> > From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > Sent: Sunday, 04 May, 2008 3:04 AM
> > To: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS; Forum HAGI; IAGI
> > Subject: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan
> > Konsistensi Yus Badudu)
> >
> >
> > Saat  saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun
> yang
> > lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang
> > ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu - TVRI. Guru Bahasa
> > Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk
> > memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap
> > Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas
> > pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas
> > kesalahan penggunaan bahasa Indonesia.
> >
> >  Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia.
> > Sampai saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format
> > wawancara antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan
> > Bachtiar membahas persoalan-persoalan kebahasaan.
> >
> >  Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf  Syarif Badudu) sekarang ? Yus
> > Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya
> tercinta
> > di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang kakek
> > dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah
> buku
> > baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!).
> >
> >  Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi
> > konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya
> tulisnya
> > dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya
> > mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan
> > dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama yang
> kebetulan
> > saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua buku baru yang
> > ditulisnya.
> >
> >  Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil
> > ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini
> > baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus
> > Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan
> > Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di
> > sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti
> > kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan.
> > Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan
> > arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih
> > yakin menggunakannya.
> >
> >  Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus
> > Badudu yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas
> berjudul,
> > "Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini
> > diselesaikan Yus Badudu saat usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong
> > kita memahami kata-kata serapan asing dan menggunakannya secara benar.
> >
> >  Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya pun membeli buku
> > Yus Badudu paling tabal yang pernah ditulisnya "Kamus Umum Bahasa
> > Indonesia Badudu-Zain" (Pustaka Sinar Harapan, 2001) setebal 1646
> > 

RE: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)

2008-05-04 Terurut Topik H. Edison Sirodj (XD/PCSB)
Mas Syaiful,

Rekan-rekan G and G dan Perminyakan di sini baru mengadakan
kumpul-kumpul dengan keluarga dengan mengundang staff KBRI di KL.
Sebanyak 350 orang berkumpul di acara yang kami adakan dua tahun sekali.
Banyak juga rekan-rekan yang baru bergabung di KL datang pada acara
tersebut.

Suatu kejutan ketika adik-adik panitia (fresh graduate yang di rekrut
Petronas) mempersilahkan hadirin berdiri untuk menyanyikan lagu SATU
NUSA SATU BANGSA. Kami menyanyi dengan keras/lantang. Sudah lama sekali
kami tidak pernah menyanyikan lagu ini. Pada hari tersebut, beberapa
teman menyatakan merinding sewaktu menyanyikannya. Haru, haru sangat
haru.
Kami cinta bahasa Indonesia dan kami bangga punya bahasa Indonesia. 

Disini mereka masih terus mencari jati diri bahasa Malaysia yang rebutan
dengan bahasa Tamil, Cina dan Inggris yang kelihatan jadi lucu.

EGS.

-Original Message-
From: mohammad syaiful [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, 05 May, 2008 8:57 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan
Konsistensi Yus Badudu)

pak egs, adakah cerita di balik itu?

salam,
syaiful

2008/5/5 H. Edison Sirodj (XD/PCSB) <[EMAIL PROTECTED]>:
> Minggu lalu, kurang lebih 350 orang Indonesia berkumpul ditengah hutan
> 200 Km Utara KualaLumpur. Bersama kami berdiri menyanyikan Lagu SATU
> NUSA SATU BANGSA SATU BAHASA. Haru bangga dengan bahasa Indonesia.
>
> EGS
>
>
> -Original Message-
> From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Sunday, 04 May, 2008 3:04 AM
> To: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS; Forum HAGI; IAGI
> Subject: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan
> Konsistensi Yus Badudu)
>
>
> Saat  saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun
yang
> lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang
> ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu - TVRI. Guru Bahasa
> Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk
> memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap
> Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas
> pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas
> kesalahan penggunaan bahasa Indonesia.
>
>  Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia.
> Sampai saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format
> wawancara antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan
> Bachtiar membahas persoalan-persoalan kebahasaan.
>
>  Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf  Syarif Badudu) sekarang ? Yus
> Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya
tercinta
> di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang kakek
> dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah
buku
> baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!).
>
>  Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi
> konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya
tulisnya
> dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya
> mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan
> dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama yang
kebetulan
> saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua buku baru yang
> ditulisnya.
>
>  Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil
> ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini
> baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus
> Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan
> Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di
> sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti
> kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan.
> Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan
> arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih
> yakin menggunakannya.
>
>  Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus
> Badudu yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas
berjudul,
> "Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini
> diselesaikan Yus Badudu saat usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong
> kita memahami kata-kata serapan asing dan menggunakannya secara benar.
>
>  Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya pun membeli buku
> Yus Badudu paling tabal yang pernah ditulisnya "Kamus Umum Bahasa
> Indonesia Badudu-Zain" (Pustaka Sinar Harapan, 2001) setebal 1646
> halaman. Kamus Badudu-Zain merupakan revisi besar atas "Kamus Moderen
> Bahasa Indonesia" susunan Sutan Mohammad Zain (1954). Disebut revisi
> besar karena jumlah lema (entry) menjadi bertambah sekitar dua kali
> (dari 12.645 lema menjadi 24.500 lema). Pewaris Zain, yaitu anaknya,
> meminta Yus Badudu merevisi kamus Zain ini dan menerbitkannya. Maka,
Yus
> Badudu mengerjakannya selama 13 tahun dan berhasil menyelesaikannya
pada
> tahun 2001 saat Yus Badudu berusia 75 tahun. Perlu diperhatikan bahwa
> Y

Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)

2008-05-04 Terurut Topik nyoto - ke-el
Keluarga kami juga termasuk salah satu keluarga IATMI-KL yg mengikuti acara
tsb.

Acaranya adalah acara Family Gathering - 2008, yaitu kumpul2
keluarga tahunan anggota IATMI-KL bersama semua anggota keluarganya masing2.
Acara tsb dirancang, dilaksanakan & dinikmati oleh kita2 para keluarga
anggota IATMI-KL, yaitu keluarga Indonesia yg bekerja di KL di bidang
perminyakan, sebagian besar kerjanya di Petronas, kecuali itu juga ada di
oilco2 lainnya serta dari service oilco.

Ada acara tari2an anak2 & band remaja, serta band bapak2 keluarga IATMI-KL,
ini ada beberapa cuplikan acaranya di YouTube yg dikirimkan oleh pak Prama
Arta (Petronas), seperti dibawah ini :



Buat yang mau liat beberapa kegiatan di FG08 IATMI-KL , berikut ini beberapa
cuplikan videonya yang sempat terekam di handycam saya.
Tari pendet : http://www.youtube.com/watch?v=oczmWdeyi-I
Band remaja : http://www.youtube.com/watch?v=lxJDFWdJouU&feature=user
Band bapak2 : http://www.youtube.com/watch?v=vQGkyq3VMGI&feature=related
 dan disini : http://www.youtube.com/watch?v=n_yruT_8zoI&feature=user

Salam,
Prama






Sebelum acara FG-2008 dimulai, dibuka dengan sedikit sambutan dari ketua
panitya FG-2008 (mbak Dyah, Petronas) & ketua IATMI-KL (pak Hari Primadi,
ex-Petronas), kemudian diteruskan dengan nyanyi lagu kebangsaan SATU NUSA
SATU BANGSA  antara lain utntuk membangkitkan rasa bangga tanah air,
terutama kepada anak2 & remaja kita yg sudah lama hidup di luar tanah air.



wass,

nyoto








2008/5/5 mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]>:

> pak egs, adakah cerita di balik itu?
>
> salam,
> syaiful
>
> 2008/5/5 H. Edison Sirodj (XD/PCSB) <[EMAIL PROTECTED]>:
> > Minggu lalu, kurang lebih 350 orang Indonesia berkumpul ditengah hutan
> > 200 Km Utara KualaLumpur. Bersama kami berdiri menyanyikan Lagu SATU
> > NUSA SATU BANGSA SATU BAHASA. Haru bangga dengan bahasa Indonesia.
> >
> > EGS
> >
> >
> > -Original Message-
> > From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > Sent: Sunday, 04 May, 2008 3:04 AM
> > To: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS; Forum HAGI; IAGI
> > Subject: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan
> > Konsistensi Yus Badudu)
> >
> >
> > Saat  saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun yang
> > lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang
> > ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu - TVRI. Guru Bahasa
> > Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk
> > memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap
> > Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas
> > pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas
> > kesalahan penggunaan bahasa Indonesia.
> >
> >  Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia.
> > Sampai saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format
> > wawancara antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan
> > Bachtiar membahas persoalan-persoalan kebahasaan.
> >
> >  Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf  Syarif Badudu) sekarang ? Yus
> > Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya tercinta
> > di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang kakek
> > dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah buku
> > baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!).
> >
> >  Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi
> > konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya tulisnya
> > dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya
> > mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan
> > dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama yang kebetulan
> > saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua buku baru yang
> > ditulisnya.
> >
> >  Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil
> > ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini
> > baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus
> > Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan
> > Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di
> > sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti
> > kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan.
> > Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan
> > arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih
> > yakin menggunakannya.
> >
> >  Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus
> > Badudu yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas berjudul,
> > "Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini
> > diselesaikan Yus Badudu saat usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong
> > kita memahami kata-kata serapan asing dan menggunakannya secara benar.
> >
> >  Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya pun membeli buku
> > Yus Badudu paling tabal yang pernah ditulisnya "Kamus Umum Bahasa

Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)

2008-05-04 Terurut Topik mohammad syaiful
pak egs, adakah cerita di balik itu?

salam,
syaiful

2008/5/5 H. Edison Sirodj (XD/PCSB) <[EMAIL PROTECTED]>:
> Minggu lalu, kurang lebih 350 orang Indonesia berkumpul ditengah hutan
> 200 Km Utara KualaLumpur. Bersama kami berdiri menyanyikan Lagu SATU
> NUSA SATU BANGSA SATU BAHASA. Haru bangga dengan bahasa Indonesia.
>
> EGS
>
>
> -Original Message-
> From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Sunday, 04 May, 2008 3:04 AM
> To: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS; Forum HAGI; IAGI
> Subject: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan
> Konsistensi Yus Badudu)
>
>
> Saat  saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun yang
> lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang
> ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu - TVRI. Guru Bahasa
> Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk
> memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap
> Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas
> pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas
> kesalahan penggunaan bahasa Indonesia.
>
>  Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia.
> Sampai saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format
> wawancara antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan
> Bachtiar membahas persoalan-persoalan kebahasaan.
>
>  Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf  Syarif Badudu) sekarang ? Yus
> Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya tercinta
> di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang kakek
> dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah buku
> baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!).
>
>  Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi
> konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya tulisnya
> dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya
> mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan
> dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama yang kebetulan
> saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua buku baru yang
> ditulisnya.
>
>  Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil
> ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini
> baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus
> Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan
> Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di
> sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti
> kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan.
> Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan
> arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih
> yakin menggunakannya.
>
>  Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus
> Badudu yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas berjudul,
> "Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini
> diselesaikan Yus Badudu saat usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong
> kita memahami kata-kata serapan asing dan menggunakannya secara benar.
>
>  Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya pun membeli buku
> Yus Badudu paling tabal yang pernah ditulisnya "Kamus Umum Bahasa
> Indonesia Badudu-Zain" (Pustaka Sinar Harapan, 2001) setebal 1646
> halaman. Kamus Badudu-Zain merupakan revisi besar atas "Kamus Moderen
> Bahasa Indonesia" susunan Sutan Mohammad Zain (1954). Disebut revisi
> besar karena jumlah lema (entry) menjadi bertambah sekitar dua kali
> (dari 12.645 lema menjadi 24.500 lema). Pewaris Zain, yaitu anaknya,
> meminta Yus Badudu merevisi kamus Zain ini dan menerbitkannya. Maka, Yus
> Badudu mengerjakannya selama 13 tahun dan berhasil menyelesaikannya pada
> tahun 2001 saat Yus Badudu berusia 75 tahun. Perlu diperhatikan bahwa
> Yus Badudu mengerjakannya seorang diri bukan tim seperti halnya
> penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional,
> 2007, edisi ketiga). Kamus Besar Bahasa Indonesia disusun oleh 38 ahli
> bahasa Indonesia dan memang luar biasa hasilnya sebab bisa mengumpulkan
> 72.000 lema
>  kata bahasa Indonesia dalam edisi ketiganya.
>
>  Kembali kepada Yus Badudu, dengan tiga karya utamanya yang
> dihasilkannya saat usianya 75-82 tahun itu jelas mencerminkan suatu
> konsistensi yang luar biasa. Sebuah teladan bagi kita semua bahwa siapa
> saja yang menggunakan akalnya dengan rajin, akan tetap terlatih, tajam
> sekalipun usianya sudah di atas 80 tahun. Dan saya pikir hanya cinta
> yang mendalam kepada bahasa Indonesia sajalah yang menyebabkan Yus
> Badudu tetap berkarya dalam bidangnya. Cinta memang penggerak utama
> banyak hal.
>
>  Sekalipun Yus Badudu menjadi sarjana (S1) Bahasa Indonesia pada saat
> usianya sudah 37 tahun (Fakultas Sastra UNPAD, 1963) - termasuk
> terlambat daripada umumnya - sungguh bukan suatu keterlambatan sebab ia
> tetap berkarya sampai 

RE: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)

2008-05-04 Terurut Topik H. Edison Sirodj (XD/PCSB)
Minggu lalu, kurang lebih 350 orang Indonesia berkumpul ditengah hutan
200 Km Utara KualaLumpur. Bersama kami berdiri menyanyikan Lagu SATU
NUSA SATU BANGSA SATU BAHASA. Haru bangga dengan bahasa Indonesia.

EGS


-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Sunday, 04 May, 2008 3:04 AM
To: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS; Forum HAGI; IAGI
Subject: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan
Konsistensi Yus Badudu)

Saat  saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun yang
lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang
ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu - TVRI. Guru Bahasa
Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk
memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap
Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas
pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas
kesalahan penggunaan bahasa Indonesia. 
   
  Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia.
Sampai saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format
wawancara antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan
Bachtiar membahas persoalan-persoalan kebahasaan.
   
  Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf  Syarif Badudu) sekarang ? Yus
Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya tercinta
di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang kakek
dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah buku
baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!).
   
  Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi
konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya tulisnya
dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya
mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan
dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama yang kebetulan
saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua buku baru yang
ditulisnya.
   
  Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil
ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini
baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus
Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan
Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di
sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti
kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan.
Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan
arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih
yakin menggunakannya.
   
  Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus
Badudu yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas berjudul,
"Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini
diselesaikan Yus Badudu saat usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong
kita memahami kata-kata serapan asing dan menggunakannya secara benar.
   
  Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya pun membeli buku
Yus Badudu paling tabal yang pernah ditulisnya "Kamus Umum Bahasa
Indonesia Badudu-Zain" (Pustaka Sinar Harapan, 2001) setebal 1646
halaman. Kamus Badudu-Zain merupakan revisi besar atas "Kamus Moderen
Bahasa Indonesia" susunan Sutan Mohammad Zain (1954). Disebut revisi
besar karena jumlah lema (entry) menjadi bertambah sekitar dua kali
(dari 12.645 lema menjadi 24.500 lema). Pewaris Zain, yaitu anaknya,
meminta Yus Badudu merevisi kamus Zain ini dan menerbitkannya. Maka, Yus
Badudu mengerjakannya selama 13 tahun dan berhasil menyelesaikannya pada
tahun 2001 saat Yus Badudu berusia 75 tahun. Perlu diperhatikan bahwa
Yus Badudu mengerjakannya seorang diri bukan tim seperti halnya
penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional,
2007, edisi ketiga). Kamus Besar Bahasa Indonesia disusun oleh 38 ahli
bahasa Indonesia dan memang luar biasa hasilnya sebab bisa mengumpulkan
72.000 lema
 kata bahasa Indonesia dalam edisi ketiganya.
   
  Kembali kepada Yus Badudu, dengan tiga karya utamanya yang
dihasilkannya saat usianya 75-82 tahun itu jelas mencerminkan suatu
konsistensi yang luar biasa. Sebuah teladan bagi kita semua bahwa siapa
saja yang menggunakan akalnya dengan rajin, akan tetap terlatih, tajam
sekalipun usianya sudah di atas 80 tahun. Dan saya pikir hanya cinta
yang mendalam kepada bahasa Indonesia sajalah yang menyebabkan Yus
Badudu tetap berkarya dalam bidangnya. Cinta memang penggerak utama
banyak hal. 
   
  Sekalipun Yus Badudu menjadi sarjana (S1) Bahasa Indonesia pada saat
usianya sudah 37 tahun (Fakultas Sastra UNPAD, 1963) - termasuk
terlambat daripada umumnya - sungguh bukan suatu keterlambatan sebab ia
tetap berkarya sampai usianya di atas 80 tahun pun. 
   
  Yus Badudu memang dilahirkan untuk menjadi guru. Ia telah menjadi guru
selama 65 tahun. Sejak umurnya 15 tahun ia telah menjadi guru. Delapan
tahun menjadi guru SD, 4 tahun guru SMP, 10 tahun guru SMA, dan 4

Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)

2008-05-04 Terurut Topik mohammad syaiful
Waduh, mohon maaf pak Eddy, apabila terlalu berlebihan. Mohon disimpan
saja kelebihannya, he.. he..

Memang, sama dengan pak Eddy (tentunya pak Awang dll), saya juga
hanyalah 'penggemar Bahasa Indonesia' selain penggemar bahasa2
lainnya. Makanya tidak rela rasanya kalau melihat bahasa kita
dicampur-adukkan dengan bahasa2 lain secara serampangan (misalnya
dengan Bahasa Inggris, dengan Bahasa Arab, dsb.), karena saya pun
masih belajar berbahasa Ingris maupun Arab dengan baik dan benar pula.

Mohon maaf juga untuk teman2 lainnya yg sempat saya sampaikan 'kritik'
secara japri. Terus-terang, selain pak Eddy, karena rasa sayang
terhadap teman2 dan merasa dekat, saya juga cukup sering menyampaikan
'masukan' tentang berbahasa ini secara japri kepada kurang dari 10
orang.

Menambahi info pak Awang, di koran Media Indonesia setiap akhir pekan,
juga ada kolom berbahasa Indonesia (oleh Kun).

salam,
syaiful

On Mon, May 5, 2008 at 2:22 PM, Eddy Subroto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Mas Syaiful, alhamdulillah atas pujiannya yang menurut saya berlebihan.
> Saya sendiri hanya termasuk "penggemar bahasa Indonesia." Toh, Anda sering
> mengritik dan membetulkan bahasa yang saya gunakan, jadi Anda juga
> termasuk orang yang menggemari bahasa Indonesia. Memang, itu tugas kita
> untuk membuat bahasa Indonesia digunakan dengan baik dan benar dan juga
> dimengerti tentunya.
>
> Wasalam,
> EAS
>
>
> > Sepakat, pak Awang. Di milis ini, mungkin selain pak Awang, saya
> > mengamati hanya pak Eddy Subroto dari ITB yang 'mampu' melaksanakan
> > berbahasa Indonesia ini dengan benar. Mungkin sebagian besar juga
> > ingin melakukannya dengan benar, tetapi tidak bisa karena mungkin
> > terjerumus ke dalam 'ketidak-tahuan'.
> >
> > Contoh paling populer dan selalu salah dilaksanakan oleh sebagian
> > rekan2 di milis ini maupun para wartawan di media cetak dan elektronik
> > adalah penggunaan kata depan 'di' di depan kata waktu (hari, jam,
> > bulan, dll.). Seharusnya kata yang tepat sebagai kata depannya adalah
> > 'pada'.
> >
> > Demikian saya tuliskan komentar saya di milis tercinta pada Senin ini.
> >
> > salam,
> > syaiful
> >
> > On Sun, May 4, 2008 at 2:03 AM, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
> > wrote:
> >> Saat  saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun yang
> >> lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang
> >> ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu – TVRI. Guru Bahasa
> >> Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk
> >> memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap
> >> Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas
> >> pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas
> >> kesalahan penggunaan bahasa Indonesia.
> >>
> >>  Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia. Sampai
> >> saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format wawancara
> >> antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan Bachtiar
> >> membahas persoalan-persoalan kebahasaan.
> >>
> >>  Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf  Syarif Badudu) sekarang ? Yus
> >> Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya
> >> tercinta di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah
> >> seorang kakek dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun
> >> demikian, sebuah buku baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!).
> >>
> >>  Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi
> >> konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya
> >> tulisnya dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya,
> >> saya mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya
> >> (mengumpulkan dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama
> >> yang kebetulan saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua
> >> buku baru yang ditulisnya.
> >>
> >>  Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil
> >> ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini
> >> baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus
> >> Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan
> >> Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di
> >> sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti
> >> kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan.
> >> Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan
> >> arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih
> >> yakin menggunakannya.
> >>
> >>  Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus Badudu
> >> yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas berjudul,
> >> "Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini
> >> diselesaikan Yus Badudu saat usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong
> >> kita memahami kata-kata serapan asing dan menggunakannya secara benar.
> >>
> >>  Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya

Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)

2008-05-04 Terurut Topik Eddy Subroto
Mas Syaiful, alhamdulillah atas pujiannya yang menurut saya berlebihan.
Saya sendiri hanya termasuk "penggemar bahasa Indonesia." Toh, Anda sering
mengritik dan membetulkan bahasa yang saya gunakan, jadi Anda juga
termasuk orang yang menggemari bahasa Indonesia. Memang, itu tugas kita
untuk membuat bahasa Indonesia digunakan dengan baik dan benar dan juga
dimengerti tentunya.

Wasalam,
EAS

> Sepakat, pak Awang. Di milis ini, mungkin selain pak Awang, saya
> mengamati hanya pak Eddy Subroto dari ITB yang 'mampu' melaksanakan
> berbahasa Indonesia ini dengan benar. Mungkin sebagian besar juga
> ingin melakukannya dengan benar, tetapi tidak bisa karena mungkin
> terjerumus ke dalam 'ketidak-tahuan'.
>
> Contoh paling populer dan selalu salah dilaksanakan oleh sebagian
> rekan2 di milis ini maupun para wartawan di media cetak dan elektronik
> adalah penggunaan kata depan 'di' di depan kata waktu (hari, jam,
> bulan, dll.). Seharusnya kata yang tepat sebagai kata depannya adalah
> 'pada'.
>
> Demikian saya tuliskan komentar saya di milis tercinta pada Senin ini.
>
> salam,
> syaiful
>
> On Sun, May 4, 2008 at 2:03 AM, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
>> Saat  saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun yang
>> lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang
>> ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu – TVRI. Guru Bahasa
>> Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk
>> memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap
>> Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas
>> pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas
>> kesalahan penggunaan bahasa Indonesia.
>>
>>  Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia. Sampai
>> saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format wawancara
>> antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan Bachtiar
>> membahas persoalan-persoalan kebahasaan.
>>
>>  Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf  Syarif Badudu) sekarang ? Yus
>> Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya
>> tercinta di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah
>> seorang kakek dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun
>> demikian, sebuah buku baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!).
>>
>>  Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi
>> konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya
>> tulisnya dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya,
>> saya mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya
>> (mengumpulkan dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama
>> yang kebetulan saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua
>> buku baru yang ditulisnya.
>>
>>  Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil
>> ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini
>> baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus
>> Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan
>> Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di
>> sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti
>> kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan.
>> Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan
>> arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih
>> yakin menggunakannya.
>>
>>  Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus Badudu
>> yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas berjudul,
>> "Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini
>> diselesaikan Yus Badudu saat usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong
>> kita memahami kata-kata serapan asing dan menggunakannya secara benar.
>>
>>  Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya pun membeli buku
>> Yus Badudu paling tabal yang pernah ditulisnya "Kamus Umum Bahasa
>> Indonesia Badudu-Zain" (Pustaka Sinar Harapan, 2001) setebal 1646
>> halaman. Kamus Badudu-Zain merupakan revisi besar atas "Kamus Moderen
>> Bahasa Indonesia" susunan Sutan Mohammad Zain (1954). Disebut revisi
>> besar karena jumlah lema (entry) menjadi bertambah sekitar dua kali
>> (dari 12.645 lema menjadi 24.500 lema). Pewaris Zain, yaitu anaknya,
>> meminta Yus Badudu merevisi kamus Zain ini dan menerbitkannya. Maka,
>> Yus Badudu mengerjakannya selama 13 tahun dan berhasil menyelesaikannya
>> pada tahun 2001 saat Yus Badudu berusia 75 tahun. Perlu diperhatikan
>> bahwa Yus Badudu mengerjakannya seorang diri bukan tim seperti halnya
>> penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan
>> Nasional, 2007, edisi ketiga). Kamus Besar Bahasa Indonesia disusun
>> oleh 38 ahli bahasa Indonesia dan memang luar biasa hasilnya sebab bisa
>> mengumpulkan 72.000 lema
>>  kata bahasa Indonesia dalam edisi ketiganya.
>>
>>  Kembali kepada Yus Badudu, dengan tiga karya utamanya yang
>> dihasilkannya saat usianya 75-82 tahun

Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)

2008-05-04 Terurut Topik mohammad syaiful
Sepakat, pak Awang. Di milis ini, mungkin selain pak Awang, saya
mengamati hanya pak Eddy Subroto dari ITB yang 'mampu' melaksanakan
berbahasa Indonesia ini dengan benar. Mungkin sebagian besar juga
ingin melakukannya dengan benar, tetapi tidak bisa karena mungkin
terjerumus ke dalam 'ketidak-tahuan'.

Contoh paling populer dan selalu salah dilaksanakan oleh sebagian
rekan2 di milis ini maupun para wartawan di media cetak dan elektronik
adalah penggunaan kata depan 'di' di depan kata waktu (hari, jam,
bulan, dll.). Seharusnya kata yang tepat sebagai kata depannya adalah
'pada'.

Demikian saya tuliskan komentar saya di milis tercinta pada Senin ini.

salam,
syaiful

On Sun, May 4, 2008 at 2:03 AM, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Saat  saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun yang 
> lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang 
> ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu – TVRI. Guru Bahasa 
> Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk memperhatikan 
> acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap Selasa malam pukul 
> 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas pembahasan Yus Badudu -ahli 
> Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas kesalahan penggunaan bahasa 
> Indonesia.
>
>  Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia. Sampai saat 
> ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format wawancara antara ahli 
> bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan Bachtiar membahas 
> persoalan-persoalan kebahasaan.
>
>  Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf  Syarif Badudu) sekarang ? Yus Badudu 
> (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya tercinta di Bandung 
> di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang kakek dengan 23 cucu 
> dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah buku baru diterbitkannya 
> seminggu yang lalu (!).
>
>  Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi 
> konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya tulisnya 
> dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya mengumpulkan 
> hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan dalam hal ini artinya 
> adalah mengumpulkan buku-buku lama yang kebetulan saya temukan di tukang buku 
> bekas) dan membeli semua buku baru yang ditulisnya.
>
>  Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil 
> ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini baru 
> saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus Peribahasa : 
> Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan Ungkapan". Hingga kini 
> peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di sekolah. Tetapi, seringkali 
> para pengguna hanya mampu mengerti arti kiasannya tanpa memahami arti 
> sebenarnya kalimat yang dipergunakan. Dengan membaca buku ini, kita akan 
> lebih memahami latar belakang dan arti peribahasa itu secara lebih mendalam, 
> sehingga kita akan lebih yakin menggunakannya.
>
>  Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus Badudu yang 
> saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas berjudul, "Kamus Kata-Kata 
> Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini diselesaikan Yus Badudu saat 
> usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong kita memahami kata-kata serapan 
> asing dan menggunakannya secara benar.
>
>  Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya pun membeli buku Yus 
> Badudu paling tabal yang pernah ditulisnya "Kamus Umum Bahasa Indonesia 
> Badudu-Zain" (Pustaka Sinar Harapan, 2001) setebal 1646 halaman. Kamus 
> Badudu-Zain merupakan revisi besar atas "Kamus Moderen Bahasa Indonesia" 
> susunan Sutan Mohammad Zain (1954). Disebut revisi besar karena jumlah lema 
> (entry) menjadi bertambah sekitar dua kali (dari 12.645 lema menjadi 24.500 
> lema). Pewaris Zain, yaitu anaknya, meminta Yus Badudu merevisi kamus Zain 
> ini dan menerbitkannya. Maka, Yus Badudu mengerjakannya selama 13 tahun dan 
> berhasil menyelesaikannya pada tahun 2001 saat Yus Badudu berusia 75 tahun. 
> Perlu diperhatikan bahwa Yus Badudu mengerjakannya seorang diri bukan tim 
> seperti halnya penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan 
> Nasional, 2007, edisi ketiga). Kamus Besar Bahasa Indonesia disusun oleh 38 
> ahli bahasa Indonesia dan memang luar biasa hasilnya sebab bisa mengumpulkan 
> 72.000 lema
>  kata bahasa Indonesia dalam edisi ketiganya.
>
>  Kembali kepada Yus Badudu, dengan tiga karya utamanya yang dihasilkannya 
> saat usianya 75-82 tahun itu jelas mencerminkan suatu konsistensi yang luar 
> biasa. Sebuah teladan bagi kita semua bahwa siapa saja yang menggunakan 
> akalnya dengan rajin, akan tetap terlatih, tajam sekalipun usianya sudah di 
> atas 80 tahun. Dan saya pikir hanya cinta yang mendalam kepada bahasa 
> Indonesia sajalah yang menyebabkan Yus Badudu tetap berkarya dalam bidangnya. 
> Cinta memang penggerak utama banyak hal.
>
>  Sekalipun Yus Badudu menjadi sarjana (S1) Ba

Re: [iagi-net-l] Balasan: RE: [iagi-net-l] Balasan: Re: [iagi-net-l] sertifikasi IAGI , nasibmu kini ????????????

2008-05-04 Terurut Topik Suryanegara, Yoga
Yth Pak Chaerul,

Pertama saya sampaikan permohonan maaf karena baru membalas email Bapak.
Hampir selama dua minggu kemarin saya benar2 disibukkan oleh berbagai project 
yang mesti diselesaikan belum lagi beberapa site visit yang harus dilakukan.

Menyampung diskusi kita mengenai program sertifikasi ini, kebetulan sekali 
mulai hari senin ini saya ditugaskan di Indonesia uintuk sekitar 4 hari setelah 
itu ada project yg mesti saya tangani di mongolia sekitar 2mingguan. Setelah 
itu saya balik lagi ke Indonesia untuk project lainnya selama +/- 10 hari.

Apakah mungkin saya diberi kesempatan untuk dapat bertemu langsung dengan Bapak 
untuk mendapat pencerahan dan juga diskusi masalah program sertifikasi ini, 
itupun kalau tidak menyita waktu dan kesibukan Bapak.

Ada info yang lain yang ingin saya sampaikan. Kebetulan sekali Bos saya di 
Brisbane ini adalah Pat Hanna. Beliau adalah salah satu fellow AusIMM yang juga 
banyak memberikan kontribusi terhadap penyempurnaan sertifikasi kompeten person 
coal geologist di institusi ini. Saya sudah menyampaikan diskusi kita ke beliau 
dan alhamdulillah tanggapannya positif sekali. Bahkan beliau bersedia untuk 
diajak diskusi sebagai competent nara sumber. Beliau juga bilang kenal dengan 
Bapak dan minta saya menyampaikan salam dari beliau ke Bapak.

Oke Pak, saya tunggu kabar dari Bapak dan jika Bapak tidak keberatan apakah 
bisa saya mendapatkan kontak numbernya.

Untuk lebih detailnya mungkin sebaiknya kita melanjutkan email ini lewat jalur 
pribadi saja, mungkin juga ada beberapa anggota iagi lainnya yg berminat 
membahas hal ini bisa sekalian kita ajak berdiskusi.

Atas perhatian dan tanggapannya, saya ucapkan terima kasih banyak.

Wassalam,
Yoga

- Original Message -
From: Chairul Nas <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Mon Apr 21 04:22:05 2008
Subject: [iagi-net-l] Balasan: RE: [iagi-net-l] Balasan: Re: [iagi-net-l] 
sertifikasi IAGI , nasibmu kini 

Pak Yoga,
  Trimakasih atas balasan emailnya. Ternyata Pak Yoga masih ingat perjalanan 
kita ke Bojongmanik atau Sukabumi dlm rangka latihan geologi batubara di 
Lapangan Bojongmanik. Tahun 2001 itu adalah program NEDO terakhir untuk 
Pelatihan Coal Geology and Coal Exploration di Indonesia. Saya telah dilibatkan 
dlm pelatihan NEDO ini sejak tahun 1997, dimana sebagian besar lapangannya di 
Bojongmanik; hanya sekali saja yg di Sukabumi karena batubaranya tipis-tipis.
   
  Setahu saya lembaga yg pernah membahas Sertifikasi Ahli Geologi Batubara 
adalah Direktorat Sumberdaya Mineral (sekarang Pusat Sumberdaya Geologi) 
Bandung. Sayapun menjadi anggota di Tim Sertifikasi tsb, dan sekarang sudah 
rampung. Nanti akan saya minta copy laporannya kepada Pak Eko, karena bliaulah 
yg menjadi ketuanya saat itu. Kalau yg di Perhapi, saya belum pernah mendengar 
ttg adanya program Sertifikasi Ahli Geologi Batubara. Kalau benar ada, mungkin 
sekarang sudah masuk kedalam LSP-Perhapi yg sekarang sudah jalan ini.
   
  Pak Yoga, kapan pulang ke Indonesia  Looking forward to seeing you here 
in Jkt.
   
  Wassalam,
  Chairul Nas

"Suryanegara, Yoga" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Yth Pak Nas,

Terima kasih atas semua info-nya.
Insya Allah saya siap membantu jika Pak Nas memerlukan bantuan untuk
masalah sertifikasi ini.

Ada sedikit saran, agar kita tidak start dari awal lagi, gimana kalo
hasil rembukan bapak2 dan Ibu2 di perhapi yang waktu itu khusus membahas
masalah sertifikasi "coal geologist" termasuk hasil kajiannya konsultant
waktu itu, sebaiknya direview sesaat dan kalau dirasakan perlu ada
penambahan atau koreksi ya tinggal sempurnakan saja.

Saya sempat membaca hasil rumusannya konsultan sertifikasi saat itu, dan
saya rasa sudah cukup detail, jadi mungkin tinggal Pak Nas (IAGI)
sempurnakan saja and bisa langsung di aplikasikan.

Ada dua kali saya sempat berdiskusi dengan tim sertifikasi SNI untuk
bidang coal (dgn Ibu Fatimah) dan juga saya sempat membaca juk-lak-nya,
saya rasa standard dan methode yang sudah ada relatif cukup lengkap.
Hanya masalahnya waktu itu saya sempat agak tidak setuju bahwa
sertifikasi ini bisa didapat hanya dengan mengikuti sejumlah hari untuk
training dan lulus test.

Hal ini yang mungkin menurut saya harus jadi pertimbangan bapak2 semua,
bahwa sertifikasi kompeten person bukan hanya mempertimbangkan faktor
teknis-nya saja tapi yang utama adalah harus mempertimbangkan etika
profesional itu sendiri.

Hasil diskusi saya dengan teman2 di sini (australia) bahwa untuk
mendapatkan sertifikat kompeten person tidak hanya didasarkan pada
pengetahuan teknis saja (dibuktikan dengan pengalaman kerja) akan tetapi
juga harus direkomendasikan oleh paling tidak 2 orang member dan fellow
organisasi ini.
Hal ini menggambarkan bahwa kelayakan kompetensi seseorang benar2 harus
diketahui oleh profesional lainnya. Ini menandakan bahwa adanya
kepercayaan dari para profesional lainnya.

Dibawah saya sertakan link sebagai bahan referensi seperti apa yang
dimaksud dengan kompeten person