[iagi-net-l] Fwd: [Geologi UGM] Oktan tinggi untuk mesin "modern"
Sehubungan dengan soal penghematan energi, kebetulan kemarin akuberdiskusi soal oktan mobil bercc besar serta mobil mobil bermesi moderen. Ternyata banyak juga mitos-mitos di seputar penggunaan bensin beroktan tinggi, terutama mobil moderen. Seringkali yang punya mobil ber-cc tinggi akan dituduh sebagai peminum BBM paling rakus. Namun banyak teknologi moderen yang justru tidak memerlukan BBM "berkualitas" (high octane). So What do you think ? -- Forwarded message -- From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> Date: Sat, May 3, 2008 at 7:04 PM Subject: Re: [Geologi UGM] Oktan tinggi untuk mesin "modern" To: [EMAIL PROTECTED] 2008/5/3 Bambang Satya Murti <[EMAIL PROTECTED]>: > Yen kuwi gampang Vick. > Mesin mobil "canggih" di design untuk mempergunakan rasio kompresi yang > tinggi, yang diharapkan meningkatkan efisiensi pemakaian bahan bakar dan > meningkatkan performanya. > Wah mas Bambang, ternyata banyak mitos juga soal "high octane" ini : " If your engine runs well and does not knock or ping on low octane gasoline, there is no advantage inswitching to higher octane gasoline." Jadi sepertinya mobil2 baru (pasca 90-an) ngga masalah dengan angka oktan 87. Yang penting setelan timingnya pas ! Mungkin bisa saja dicampur "banyu-geni" ... wuspt !!! btw, untuk mobil baru yang menggunakan teknologi - Variable Timing Control Operating Principle, VTEC dan sejenisnya apalagi i-VTEC (Intelligent VTEC) diamana mempunyai kemampuan otomatis penyetelan timing pembakaran, maka sakjane oktan tinggi bukan menjadi konsumsinya mobil moderen. Dan ini pengalaman menggunakan mobil dengan VTEC memang aku juga ngga pernah pakai pertamax sih :( Kayaknya Alphardnya PDST juga sudah hightech ga perlu high octane. "High octane gasoline has been refined more – it is just a better product.!!" RDP http://www.state.mn.us/mn/externalDocs/Commerce/Gasoline_Octane_Facts_102902052227_OctaneFacts.pdf CONSUMER GUIDE GASOLINE OCTANE FACTS and MYTHS When you pull into a gas station to fill up your car's tank, you almost always have a choice of several kinds of gasoline. The majority of pumps usually offer a product called "regular," other pumps are labeled "premium," "super," or something similar, and their product sells at a price about 12 to 13 percent higher than the price of "regular." The difference in name and price is based on the gasoline's "octane." Regular gasoline has an octane rating of at least 87. The octane of mid-grade gasoline will range from 88 to 90. Gasoline labeled and sold as "premium" is required by law to have an octane rating of 91 or higher. What is octane? Octane actually has two definitions. One is chemical: Octane is a flammable hydrocarbon liquid that along with other hydrocarbons – pentane, hexane, heptane, and many others – is refined from crude oil and make up the blend of chemical components called gasoline. A second definition: Octane is a measure of a fuel's tendency to knock or ping when it is mixed with air and burned in the cylinder of an engine. This octane rating is not based on the amount of chemical octane in the gasoline. The rating is called octane because the gasoline's ability to prevent engine knock has been rated against the performance of pure hydrocarbon octane, which has a rating of 100. Gasoline, which is made from a blend of many other hydrocarbons, may have a higher or lower rating, depending on how its anti-knock performance compares to the performance of pure hydrocarbon octane. How is octane rating determined? Gasoline is subjected to two testing methods to establish its octane rating: one, called the motor method, runs the gasoline in an engine running under load; and the second, the research method, runs the gasoline in a freerunning engine. The research method gives slightly higher ratings, and the octane number displayed on the pump is an average of the two methods. Octane Facts • Knock occurs when cylinder pressures are high. It is normal for an engine to ping a little at full throttle because cylinder pressures are very high at full throttle. Engine knock, however, should not be ignored since it can result in serious damage to the engine. • High octane gasoline burns slower than low octane gasoline. The slow burn prevents engine knock whencylinder pressures are high. • If your engine runs well and does not knock or ping on low octane gasoline, there is no advantage inswitching to higher octane gasoline. • If your engine knocks or pings, it does not necessarily mean something is wrong with the gasoline. It couldbe a problem with the engine's electronic control systems, ignition timing or exhaust gas recirculation. On a high mileage engine, a carbon build-up in the cylinders can increase cylinder pressures and cause knock. • Almost all of today's new cars have fuel-injected engines that need to use gasoline with a detergent additive. They do not necessarily need high octane gasoline with a detergent additive. Generally, new automobiles need high octa
[iagi-net-l] Eka Rukmana is out of the office (Belitung Site)
I will be out of the office starting 05/05/2008 and will not return until 09/05/2008. I will respond to your message when I return or don't hesitate to contact me at 081321152605. Thank you PIT IAGI KE-37 (BANDUNG) * acara utama: 27-28 Agustus 2008 * penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008 * pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008 * batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008 * abstrak / makalah dikirimkan ke: www.grdc.esdm.go.id/aplod username: iagi2008 password: masukdanaplod PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011: * pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008 * penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!! - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Re: Mematikan mesin di lampu merah - Safe energy, safe cost (?)
Mengapa mesti selalu pengguna yang harus dibebankan dalam penghematan energi pengguna kendaraan bermotor ada jutaan, untuk mengatur jutaan orang sangat sulit ada yang gampang untuk dilakukan, tapi mengapa tidak dikerjakan : Menekan semua pabrikan kendaraan bermotor untuk membuat kendaraan yang hemat energi, misal kendaraan yg boleh masuk ke Indonesia kalau perbandingan bahan bahan bakar dengan jarak tempuh adalah 1 : 50 (1 liter untuk 50 km). Para engineer pabrikan yang harus berjuang keras, jangan rakyat yang sudah sulit ini. Untuk apa mobil dengan CC tinggi. Coba lihat di dalam kota dengan gagahnya orang naik land cruiser (berapa CC nih ??), berapa bahan bakar yang digunakan? Mobil seperti itu ditujukan untuk tempat2 yang sulit seperti di hutan, di areal tambang dll. Ibarat kata, orang yg naik Land Cruiser di dalam kota, sama seperti orang, pake baju renang di dalam pesta itu namanya SALTUM = SALAH KOSTUM Masih banyak mobil lain dengan CC tinggi. Sekarang kita disini, berapa besar CC mobil kita, berapa BBM yang dihabiskan untuk yang yang tak perlu itu? Dalam hal ini pabrikan ditekan untuk tidak menjual / memproduksi mobil dnegan CC tinggi, apalagi kalau digunakan tidak pada tempatnya Sekarang beranikah pemerintah (masyarakat) mengatakan TIDAK terhadap mobil boros dan yang ber CC tinggi itu?? benz Pada 30 April 2008 22:09, Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> menulis: > Ada ulasan menarik dari Panda Hutasoit dibawah ini. > > Kalau memang segala aspek sudah diperhitungkan (seperti di Jepang) > maka tentusaja akan menjadi jauh lebih menarik. > > Memang kendala utama dalam penghematan adalah "hilangnya kenyamanan". > Contoh kegagalan termudah adalah Kepresnya SBY soal penghematan energi > listrik di gedung-gedung, serta merubah pakaian jas menjadi batik dsb. > Sekarang kepres itu sepertinya juga "kepres-kepres" alias sayup-sayup. > Saya sendiri sebenernya lebih suka penghematan dari sisi "engineering > design" bukan dari behavior (perilaku). Merubah behavior (perilaku) > ini jangkanya panjang karena perubahannya "through generation" atau > "through education". Saya rasa hampir semua system engineering yang > paling sulit dirubah adalah "user" atau manusianya. Merubah tool atau > engine itu mudah, papling kendala biaya, tetapi merubah behavior, ... > hmmm take years and years > > Dalam sebuah mesin putar (rotating engine) termasuk combustion system > yang sering menjadi penghambat atau penghilang energi adalah panas yg > ditimbulkan serta friksi. Nah sejauh mana studi atau penelitian > pelumas ? > > Salam > RDP > > 2008/4/30 panda hutasoit <[EMAIL PROTECTED] > > Sekedar kasih info: > > Untuk bus pada saat menunggu penumpang diterminal, mesin juga > dimatikan. mesin baru dihidupkan pada waktu mau berjalan > > Tujuan mematikan mesin sewaktu kendaraan menunggu (terutama pada saat > lampu merah untuk kendaraan pribadi dan bis taxi truk) di Tokyo > (Jepang) tidak semata-mata karena ingin menghemat energi dibalik itu > ada lagi yang lebih mulia adalah ingin menciptakan clean air dengan > cara mengurangi polusi udara dan panas karena gas buang kendaraan. > > Memang terasa sedikit kekurang nyamanan sebagai konsekwensinya tetapi > pemerintah (dalam hal ini Pemda Tokyo) memberikan contoh perduli > terhadap lingkungan. > > Demikian juga orang kaya (yang pake mobil) yang relatif lebih pintar > dan beruntung masa malah mengotori udara...sedikit gerah aja ngak apa- > apa khan?. orang yang jalan kaki aja engak apa-apa tuhhh... jangan > terlalu manja ahhh... > > Karena dunia ini bukan milik kita sendiri, dunia ini kita pinjam dari > anak cucu kita, masa kita mengembalikannya lebih kotor dan buruk. > (keterlaluan dong kita yang ngaku orang pintar) > > Minjam uang dari bank aja sewaktu mengembalikannnya harus dengan bunga... > > > > Mengenai komponen kendaraan. > > Sama sekali tidak menimbulkan masalah. kekuatan material teeth baik > yang ada pada dinamo starter dan fly wheel sudah diperhitungkan seumur > mobil. tidak perlu diganti sepanjang pemakaiannya benar (dinamo > starter untuk memutar fly wheel) > > Yang bikin gigi dinamo rusak adalah starter yang berkepanjangan, dalam > hal ini gigi dinamo bukan hanya memutar fly wheel tapi juga malah > diputar fly wheel > > sebagai contoh: > > Bayangin aja gigi dinamo yang jumlahnya 8 seharusnya memutar gigi fly > wheel yang jumlahnya 132. > > dipakai terbalik gigi fly wheel yang jumlahnya 132 dipakai untuk > memutar gigi dinamo starter yang jumlahnya 8 > > Sudah pasti gigi dinamo starter kepanasan (overheat) terus cepat haus > karena menjadi lunak atau rompal. efek lainnya; kumparan kumparan > kabel dinamo (coil) kepanasan, terus isolatornya meleleh, terus > korslet alias terbakar. > > Kinerja mesin juga normal, mobil buatan sekarang khan sudah OK semua, > mobil sebulan tidak dipakai saja begitu sistarter olinya langsung naik > keatas melumasi seluruh komponen yang bergerak. (asalkan level olinya > dijaga terus jangan sampai minus) kalau enggak percaya, per
Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)
Sama2 pak Syaiful ... usulan yg bagus utk menyanyikan juga lagu rayuan pulau kepala. wass, 2008/5/5 mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]>: > nuwun pak nyoto. kerukunan yg bisa dijadikan teladan di tanah-air. > > salam, > syaiful > > 2008/5/5 nyoto - ke-el <[EMAIL PROTECTED]>: > > Keluarga kami juga termasuk salah satu keluarga IATMI-KL yg mengikuti > acara > > tsb. > > > > Acaranya adalah acara Family Gathering - 2008, yaitu kumpul2 > > keluarga tahunan anggota IATMI-KL bersama semua anggota keluarganya > masing2. > > Acara tsb dirancang, dilaksanakan & dinikmati oleh kita2 para keluarga > > anggota IATMI-KL, yaitu keluarga Indonesia yg bekerja di KL di bidang > > perminyakan, sebagian besar kerjanya di Petronas, kecuali itu juga ada > di > > oilco2 lainnya serta dari service oilco. > > > > Ada acara tari2an anak2 & band remaja, serta band bapak2 keluarga > IATMI-KL, > > ini ada beberapa cuplikan acaranya di YouTube yg dikirimkan oleh pak > Prama > > Arta (Petronas), seperti dibawah ini : > > > > > > > > Buat yang mau liat beberapa kegiatan di FG08 IATMI-KL , berikut ini > beberapa > > cuplikan videonya yang sempat terekam di handycam saya. > > Tari pendet : http://www.youtube.com/watch?v=oczmWdeyi-I > > Band remaja : http://www.youtube.com/watch?v=lxJDFWdJouU&feature=user > > Band bapak2 : http://www.youtube.com/watch?v=vQGkyq3VMGI&feature=related > > dan disini : http://www.youtube.com/watch?v=n_yruT_8zoI&feature=user > > > > Salam, > > Prama > > > > > > > > > > > > > > Sebelum acara FG-2008 dimulai, dibuka dengan sedikit sambutan dari ketua > > panitya FG-2008 (mbak Dyah, Petronas) & ketua IATMI-KL (pak Hari > Primadi, > > ex-Petronas), kemudian diteruskan dengan nyanyi lagu kebangsaan SATU > NUSA > > SATU BANGSA antara lain utntuk membangkitkan rasa bangga tanah air, > > terutama kepada anak2 & remaja kita yg sudah lama hidup di luar tanah > air. > > > > > > > > wass, > > > > nyoto > > > > > > > > > > > > > > > > > > 2008/5/5 mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]>: > > > > > > > pak egs, adakah cerita di balik itu? > > > > > > salam, > > > syaiful > > > > > > 2008/5/5 H. Edison Sirodj (XD/PCSB) <[EMAIL PROTECTED]>: > > > > Minggu lalu, kurang lebih 350 orang Indonesia berkumpul ditengah > hutan > > > > 200 Km Utara KualaLumpur. Bersama kami berdiri menyanyikan Lagu SATU > > > > NUSA SATU BANGSA SATU BAHASA. Haru bangga dengan bahasa Indonesia. > > > > > > > > EGS > > > > > > > > > > > > -Original Message- > > > > From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] > > > > Sent: Sunday, 04 May, 2008 3:04 AM > > > > To: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS; Forum HAGI; IAGI > > > > Subject: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan > > > > Konsistensi Yus Badudu) > > > > > > > > > > > > Saat saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun > yang > > > > lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang > > > > ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu - TVRI. Guru > Bahasa > > > > Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk > > > > memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap > > > > Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas > > > > pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang > mengupas > > > > kesalahan penggunaan bahasa Indonesia. > > > > > > > > Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia. > > > > Sampai saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format > > > > wawancara antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan > > > > Bachtiar membahas persoalan-persoalan kebahasaan. > > > > > > > > Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf Syarif Badudu) sekarang ? Yus > > > > Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya > tercinta > > > > di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang > kakek > > > > dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah > buku > > > > baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!). > > > > > > > > Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi > > > > konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya > tulisnya > > > > dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya > > > > mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan > > > > dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama yang > kebetulan > > > > saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua buku baru yang > > > > ditulisnya. > > > > > > > > Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang > berhasil > > > > ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru > ini > > > > baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus > > > > Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan > > > > Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan > di > > > > sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti > > > > kiasannya tanpa me
Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)
nuwun pak nyoto. kerukunan yg bisa dijadikan teladan di tanah-air. salam, syaiful 2008/5/5 nyoto - ke-el <[EMAIL PROTECTED]>: > Keluarga kami juga termasuk salah satu keluarga IATMI-KL yg mengikuti acara > tsb. > > Acaranya adalah acara Family Gathering - 2008, yaitu kumpul2 > keluarga tahunan anggota IATMI-KL bersama semua anggota keluarganya masing2. > Acara tsb dirancang, dilaksanakan & dinikmati oleh kita2 para keluarga > anggota IATMI-KL, yaitu keluarga Indonesia yg bekerja di KL di bidang > perminyakan, sebagian besar kerjanya di Petronas, kecuali itu juga ada di > oilco2 lainnya serta dari service oilco. > > Ada acara tari2an anak2 & band remaja, serta band bapak2 keluarga IATMI-KL, > ini ada beberapa cuplikan acaranya di YouTube yg dikirimkan oleh pak Prama > Arta (Petronas), seperti dibawah ini : > > > > Buat yang mau liat beberapa kegiatan di FG08 IATMI-KL , berikut ini beberapa > cuplikan videonya yang sempat terekam di handycam saya. > Tari pendet : http://www.youtube.com/watch?v=oczmWdeyi-I > Band remaja : http://www.youtube.com/watch?v=lxJDFWdJouU&feature=user > Band bapak2 : http://www.youtube.com/watch?v=vQGkyq3VMGI&feature=related > dan disini : http://www.youtube.com/watch?v=n_yruT_8zoI&feature=user > > Salam, > Prama > > > > > > > Sebelum acara FG-2008 dimulai, dibuka dengan sedikit sambutan dari ketua > panitya FG-2008 (mbak Dyah, Petronas) & ketua IATMI-KL (pak Hari Primadi, > ex-Petronas), kemudian diteruskan dengan nyanyi lagu kebangsaan SATU NUSA > SATU BANGSA antara lain utntuk membangkitkan rasa bangga tanah air, > terutama kepada anak2 & remaja kita yg sudah lama hidup di luar tanah air. > > > > wass, > > nyoto > > > > > > > > > 2008/5/5 mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]>: > > > > pak egs, adakah cerita di balik itu? > > > > salam, > > syaiful > > > > 2008/5/5 H. Edison Sirodj (XD/PCSB) <[EMAIL PROTECTED]>: > > > Minggu lalu, kurang lebih 350 orang Indonesia berkumpul ditengah hutan > > > 200 Km Utara KualaLumpur. Bersama kami berdiri menyanyikan Lagu SATU > > > NUSA SATU BANGSA SATU BAHASA. Haru bangga dengan bahasa Indonesia. > > > > > > EGS > > > > > > > > > -Original Message- > > > From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] > > > Sent: Sunday, 04 May, 2008 3:04 AM > > > To: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS; Forum HAGI; IAGI > > > Subject: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan > > > Konsistensi Yus Badudu) > > > > > > > > > Saat saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun yang > > > lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang > > > ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu - TVRI. Guru Bahasa > > > Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk > > > memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap > > > Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas > > > pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas > > > kesalahan penggunaan bahasa Indonesia. > > > > > > Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia. > > > Sampai saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format > > > wawancara antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan > > > Bachtiar membahas persoalan-persoalan kebahasaan. > > > > > > Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf Syarif Badudu) sekarang ? Yus > > > Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya tercinta > > > di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang kakek > > > dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah buku > > > baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!). > > > > > > Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi > > > konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya tulisnya > > > dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya > > > mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan > > > dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama yang kebetulan > > > saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua buku baru yang > > > ditulisnya. > > > > > > Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil > > > ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini > > > baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus > > > Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan > > > Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di > > > sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti > > > kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan. > > > Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan > > > arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih > > > yakin menggunakannya. > > > > > > Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus > > > Badudu yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas berjudul, > > > "Kamus Kata-Kata Serapan As
Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)
terimakasih infonya, pak egs. semoga keluarga besar iatmi-kl tambah rukun dan banyak rejeki. mungkin kapan2 ditambah dg 'rayuan pulau kelapa', yg kadang2 ditayangkan kalo salah satu stasiun televisi di tanah-air mau tutup warung... salam, syaiful 2008/5/5 H. Edison Sirodj (XD/PCSB) <[EMAIL PROTECTED]>: > Mas Syaiful, > > Rekan-rekan G and G dan Perminyakan di sini baru mengadakan > kumpul-kumpul dengan keluarga dengan mengundang staff KBRI di KL. > Sebanyak 350 orang berkumpul di acara yang kami adakan dua tahun sekali. > Banyak juga rekan-rekan yang baru bergabung di KL datang pada acara > tersebut. > > Suatu kejutan ketika adik-adik panitia (fresh graduate yang di rekrut > Petronas) mempersilahkan hadirin berdiri untuk menyanyikan lagu SATU > NUSA SATU BANGSA. Kami menyanyi dengan keras/lantang. Sudah lama sekali > kami tidak pernah menyanyikan lagu ini. Pada hari tersebut, beberapa > teman menyatakan merinding sewaktu menyanyikannya. Haru, haru sangat > haru. > Kami cinta bahasa Indonesia dan kami bangga punya bahasa Indonesia. > > Disini mereka masih terus mencari jati diri bahasa Malaysia yang rebutan > dengan bahasa Tamil, Cina dan Inggris yang kelihatan jadi lucu. > > EGS. > > > -Original Message- > From: mohammad syaiful [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Monday, 05 May, 2008 8:57 AM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan > Konsistensi Yus Badudu) > > pak egs, adakah cerita di balik itu? > > salam, > syaiful > > 2008/5/5 H. Edison Sirodj (XD/PCSB) <[EMAIL PROTECTED]>: > > Minggu lalu, kurang lebih 350 orang Indonesia berkumpul ditengah hutan > > 200 Km Utara KualaLumpur. Bersama kami berdiri menyanyikan Lagu SATU > > NUSA SATU BANGSA SATU BAHASA. Haru bangga dengan bahasa Indonesia. > > > > EGS > > > > > > -Original Message- > > From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] > > Sent: Sunday, 04 May, 2008 3:04 AM > > To: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS; Forum HAGI; IAGI > > Subject: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan > > Konsistensi Yus Badudu) > > > > > > Saat saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun > yang > > lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang > > ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu - TVRI. Guru Bahasa > > Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk > > memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap > > Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas > > pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas > > kesalahan penggunaan bahasa Indonesia. > > > > Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia. > > Sampai saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format > > wawancara antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan > > Bachtiar membahas persoalan-persoalan kebahasaan. > > > > Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf Syarif Badudu) sekarang ? Yus > > Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya > tercinta > > di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang kakek > > dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah > buku > > baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!). > > > > Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi > > konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya > tulisnya > > dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya > > mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan > > dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama yang > kebetulan > > saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua buku baru yang > > ditulisnya. > > > > Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil > > ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini > > baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus > > Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan > > Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di > > sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti > > kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan. > > Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan > > arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih > > yakin menggunakannya. > > > > Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus > > Badudu yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas > berjudul, > > "Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini > > diselesaikan Yus Badudu saat usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong > > kita memahami kata-kata serapan asing dan menggunakannya secara benar. > > > > Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya pun membeli buku > > Yus Badudu paling tabal yang pernah ditulisnya "Kamus Umum Bahasa > > Indonesia Badudu-Zain" (Pustaka Sinar Harapan, 2001) setebal 1646 > >
RE: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)
Mas Syaiful, Rekan-rekan G and G dan Perminyakan di sini baru mengadakan kumpul-kumpul dengan keluarga dengan mengundang staff KBRI di KL. Sebanyak 350 orang berkumpul di acara yang kami adakan dua tahun sekali. Banyak juga rekan-rekan yang baru bergabung di KL datang pada acara tersebut. Suatu kejutan ketika adik-adik panitia (fresh graduate yang di rekrut Petronas) mempersilahkan hadirin berdiri untuk menyanyikan lagu SATU NUSA SATU BANGSA. Kami menyanyi dengan keras/lantang. Sudah lama sekali kami tidak pernah menyanyikan lagu ini. Pada hari tersebut, beberapa teman menyatakan merinding sewaktu menyanyikannya. Haru, haru sangat haru. Kami cinta bahasa Indonesia dan kami bangga punya bahasa Indonesia. Disini mereka masih terus mencari jati diri bahasa Malaysia yang rebutan dengan bahasa Tamil, Cina dan Inggris yang kelihatan jadi lucu. EGS. -Original Message- From: mohammad syaiful [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, 05 May, 2008 8:57 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu) pak egs, adakah cerita di balik itu? salam, syaiful 2008/5/5 H. Edison Sirodj (XD/PCSB) <[EMAIL PROTECTED]>: > Minggu lalu, kurang lebih 350 orang Indonesia berkumpul ditengah hutan > 200 Km Utara KualaLumpur. Bersama kami berdiri menyanyikan Lagu SATU > NUSA SATU BANGSA SATU BAHASA. Haru bangga dengan bahasa Indonesia. > > EGS > > > -Original Message- > From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Sunday, 04 May, 2008 3:04 AM > To: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS; Forum HAGI; IAGI > Subject: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan > Konsistensi Yus Badudu) > > > Saat saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun yang > lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang > ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu - TVRI. Guru Bahasa > Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk > memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap > Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas > pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas > kesalahan penggunaan bahasa Indonesia. > > Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia. > Sampai saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format > wawancara antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan > Bachtiar membahas persoalan-persoalan kebahasaan. > > Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf Syarif Badudu) sekarang ? Yus > Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya tercinta > di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang kakek > dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah buku > baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!). > > Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi > konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya tulisnya > dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya > mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan > dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama yang kebetulan > saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua buku baru yang > ditulisnya. > > Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil > ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini > baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus > Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan > Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di > sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti > kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan. > Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan > arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih > yakin menggunakannya. > > Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus > Badudu yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas berjudul, > "Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini > diselesaikan Yus Badudu saat usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong > kita memahami kata-kata serapan asing dan menggunakannya secara benar. > > Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya pun membeli buku > Yus Badudu paling tabal yang pernah ditulisnya "Kamus Umum Bahasa > Indonesia Badudu-Zain" (Pustaka Sinar Harapan, 2001) setebal 1646 > halaman. Kamus Badudu-Zain merupakan revisi besar atas "Kamus Moderen > Bahasa Indonesia" susunan Sutan Mohammad Zain (1954). Disebut revisi > besar karena jumlah lema (entry) menjadi bertambah sekitar dua kali > (dari 12.645 lema menjadi 24.500 lema). Pewaris Zain, yaitu anaknya, > meminta Yus Badudu merevisi kamus Zain ini dan menerbitkannya. Maka, Yus > Badudu mengerjakannya selama 13 tahun dan berhasil menyelesaikannya pada > tahun 2001 saat Yus Badudu berusia 75 tahun. Perlu diperhatikan bahwa > Y
Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)
Keluarga kami juga termasuk salah satu keluarga IATMI-KL yg mengikuti acara tsb. Acaranya adalah acara Family Gathering - 2008, yaitu kumpul2 keluarga tahunan anggota IATMI-KL bersama semua anggota keluarganya masing2. Acara tsb dirancang, dilaksanakan & dinikmati oleh kita2 para keluarga anggota IATMI-KL, yaitu keluarga Indonesia yg bekerja di KL di bidang perminyakan, sebagian besar kerjanya di Petronas, kecuali itu juga ada di oilco2 lainnya serta dari service oilco. Ada acara tari2an anak2 & band remaja, serta band bapak2 keluarga IATMI-KL, ini ada beberapa cuplikan acaranya di YouTube yg dikirimkan oleh pak Prama Arta (Petronas), seperti dibawah ini : Buat yang mau liat beberapa kegiatan di FG08 IATMI-KL , berikut ini beberapa cuplikan videonya yang sempat terekam di handycam saya. Tari pendet : http://www.youtube.com/watch?v=oczmWdeyi-I Band remaja : http://www.youtube.com/watch?v=lxJDFWdJouU&feature=user Band bapak2 : http://www.youtube.com/watch?v=vQGkyq3VMGI&feature=related dan disini : http://www.youtube.com/watch?v=n_yruT_8zoI&feature=user Salam, Prama Sebelum acara FG-2008 dimulai, dibuka dengan sedikit sambutan dari ketua panitya FG-2008 (mbak Dyah, Petronas) & ketua IATMI-KL (pak Hari Primadi, ex-Petronas), kemudian diteruskan dengan nyanyi lagu kebangsaan SATU NUSA SATU BANGSA antara lain utntuk membangkitkan rasa bangga tanah air, terutama kepada anak2 & remaja kita yg sudah lama hidup di luar tanah air. wass, nyoto 2008/5/5 mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]>: > pak egs, adakah cerita di balik itu? > > salam, > syaiful > > 2008/5/5 H. Edison Sirodj (XD/PCSB) <[EMAIL PROTECTED]>: > > Minggu lalu, kurang lebih 350 orang Indonesia berkumpul ditengah hutan > > 200 Km Utara KualaLumpur. Bersama kami berdiri menyanyikan Lagu SATU > > NUSA SATU BANGSA SATU BAHASA. Haru bangga dengan bahasa Indonesia. > > > > EGS > > > > > > -Original Message- > > From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] > > Sent: Sunday, 04 May, 2008 3:04 AM > > To: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS; Forum HAGI; IAGI > > Subject: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan > > Konsistensi Yus Badudu) > > > > > > Saat saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun yang > > lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang > > ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu - TVRI. Guru Bahasa > > Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk > > memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap > > Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas > > pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas > > kesalahan penggunaan bahasa Indonesia. > > > > Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia. > > Sampai saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format > > wawancara antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan > > Bachtiar membahas persoalan-persoalan kebahasaan. > > > > Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf Syarif Badudu) sekarang ? Yus > > Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya tercinta > > di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang kakek > > dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah buku > > baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!). > > > > Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi > > konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya tulisnya > > dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya > > mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan > > dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama yang kebetulan > > saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua buku baru yang > > ditulisnya. > > > > Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil > > ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini > > baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus > > Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan > > Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di > > sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti > > kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan. > > Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan > > arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih > > yakin menggunakannya. > > > > Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus > > Badudu yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas berjudul, > > "Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini > > diselesaikan Yus Badudu saat usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong > > kita memahami kata-kata serapan asing dan menggunakannya secara benar. > > > > Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya pun membeli buku > > Yus Badudu paling tabal yang pernah ditulisnya "Kamus Umum Bahasa
Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)
pak egs, adakah cerita di balik itu? salam, syaiful 2008/5/5 H. Edison Sirodj (XD/PCSB) <[EMAIL PROTECTED]>: > Minggu lalu, kurang lebih 350 orang Indonesia berkumpul ditengah hutan > 200 Km Utara KualaLumpur. Bersama kami berdiri menyanyikan Lagu SATU > NUSA SATU BANGSA SATU BAHASA. Haru bangga dengan bahasa Indonesia. > > EGS > > > -Original Message- > From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Sunday, 04 May, 2008 3:04 AM > To: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS; Forum HAGI; IAGI > Subject: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan > Konsistensi Yus Badudu) > > > Saat saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun yang > lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang > ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu - TVRI. Guru Bahasa > Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk > memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap > Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas > pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas > kesalahan penggunaan bahasa Indonesia. > > Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia. > Sampai saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format > wawancara antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan > Bachtiar membahas persoalan-persoalan kebahasaan. > > Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf Syarif Badudu) sekarang ? Yus > Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya tercinta > di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang kakek > dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah buku > baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!). > > Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi > konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya tulisnya > dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya > mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan > dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama yang kebetulan > saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua buku baru yang > ditulisnya. > > Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil > ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini > baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus > Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan > Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di > sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti > kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan. > Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan > arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih > yakin menggunakannya. > > Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus > Badudu yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas berjudul, > "Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini > diselesaikan Yus Badudu saat usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong > kita memahami kata-kata serapan asing dan menggunakannya secara benar. > > Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya pun membeli buku > Yus Badudu paling tabal yang pernah ditulisnya "Kamus Umum Bahasa > Indonesia Badudu-Zain" (Pustaka Sinar Harapan, 2001) setebal 1646 > halaman. Kamus Badudu-Zain merupakan revisi besar atas "Kamus Moderen > Bahasa Indonesia" susunan Sutan Mohammad Zain (1954). Disebut revisi > besar karena jumlah lema (entry) menjadi bertambah sekitar dua kali > (dari 12.645 lema menjadi 24.500 lema). Pewaris Zain, yaitu anaknya, > meminta Yus Badudu merevisi kamus Zain ini dan menerbitkannya. Maka, Yus > Badudu mengerjakannya selama 13 tahun dan berhasil menyelesaikannya pada > tahun 2001 saat Yus Badudu berusia 75 tahun. Perlu diperhatikan bahwa > Yus Badudu mengerjakannya seorang diri bukan tim seperti halnya > penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, > 2007, edisi ketiga). Kamus Besar Bahasa Indonesia disusun oleh 38 ahli > bahasa Indonesia dan memang luar biasa hasilnya sebab bisa mengumpulkan > 72.000 lema > kata bahasa Indonesia dalam edisi ketiganya. > > Kembali kepada Yus Badudu, dengan tiga karya utamanya yang > dihasilkannya saat usianya 75-82 tahun itu jelas mencerminkan suatu > konsistensi yang luar biasa. Sebuah teladan bagi kita semua bahwa siapa > saja yang menggunakan akalnya dengan rajin, akan tetap terlatih, tajam > sekalipun usianya sudah di atas 80 tahun. Dan saya pikir hanya cinta > yang mendalam kepada bahasa Indonesia sajalah yang menyebabkan Yus > Badudu tetap berkarya dalam bidangnya. Cinta memang penggerak utama > banyak hal. > > Sekalipun Yus Badudu menjadi sarjana (S1) Bahasa Indonesia pada saat > usianya sudah 37 tahun (Fakultas Sastra UNPAD, 1963) - termasuk > terlambat daripada umumnya - sungguh bukan suatu keterlambatan sebab ia > tetap berkarya sampai
RE: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)
Minggu lalu, kurang lebih 350 orang Indonesia berkumpul ditengah hutan 200 Km Utara KualaLumpur. Bersama kami berdiri menyanyikan Lagu SATU NUSA SATU BANGSA SATU BAHASA. Haru bangga dengan bahasa Indonesia. EGS -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, 04 May, 2008 3:04 AM To: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS; Forum HAGI; IAGI Subject: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu) Saat saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun yang lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu - TVRI. Guru Bahasa Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas kesalahan penggunaan bahasa Indonesia. Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia. Sampai saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format wawancara antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan Bachtiar membahas persoalan-persoalan kebahasaan. Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf Syarif Badudu) sekarang ? Yus Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya tercinta di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang kakek dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah buku baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!). Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya tulisnya dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama yang kebetulan saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua buku baru yang ditulisnya. Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan. Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih yakin menggunakannya. Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus Badudu yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas berjudul, "Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini diselesaikan Yus Badudu saat usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong kita memahami kata-kata serapan asing dan menggunakannya secara benar. Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya pun membeli buku Yus Badudu paling tabal yang pernah ditulisnya "Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu-Zain" (Pustaka Sinar Harapan, 2001) setebal 1646 halaman. Kamus Badudu-Zain merupakan revisi besar atas "Kamus Moderen Bahasa Indonesia" susunan Sutan Mohammad Zain (1954). Disebut revisi besar karena jumlah lema (entry) menjadi bertambah sekitar dua kali (dari 12.645 lema menjadi 24.500 lema). Pewaris Zain, yaitu anaknya, meminta Yus Badudu merevisi kamus Zain ini dan menerbitkannya. Maka, Yus Badudu mengerjakannya selama 13 tahun dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2001 saat Yus Badudu berusia 75 tahun. Perlu diperhatikan bahwa Yus Badudu mengerjakannya seorang diri bukan tim seperti halnya penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2007, edisi ketiga). Kamus Besar Bahasa Indonesia disusun oleh 38 ahli bahasa Indonesia dan memang luar biasa hasilnya sebab bisa mengumpulkan 72.000 lema kata bahasa Indonesia dalam edisi ketiganya. Kembali kepada Yus Badudu, dengan tiga karya utamanya yang dihasilkannya saat usianya 75-82 tahun itu jelas mencerminkan suatu konsistensi yang luar biasa. Sebuah teladan bagi kita semua bahwa siapa saja yang menggunakan akalnya dengan rajin, akan tetap terlatih, tajam sekalipun usianya sudah di atas 80 tahun. Dan saya pikir hanya cinta yang mendalam kepada bahasa Indonesia sajalah yang menyebabkan Yus Badudu tetap berkarya dalam bidangnya. Cinta memang penggerak utama banyak hal. Sekalipun Yus Badudu menjadi sarjana (S1) Bahasa Indonesia pada saat usianya sudah 37 tahun (Fakultas Sastra UNPAD, 1963) - termasuk terlambat daripada umumnya - sungguh bukan suatu keterlambatan sebab ia tetap berkarya sampai usianya di atas 80 tahun pun. Yus Badudu memang dilahirkan untuk menjadi guru. Ia telah menjadi guru selama 65 tahun. Sejak umurnya 15 tahun ia telah menjadi guru. Delapan tahun menjadi guru SD, 4 tahun guru SMP, 10 tahun guru SMA, dan 4
Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)
Waduh, mohon maaf pak Eddy, apabila terlalu berlebihan. Mohon disimpan saja kelebihannya, he.. he.. Memang, sama dengan pak Eddy (tentunya pak Awang dll), saya juga hanyalah 'penggemar Bahasa Indonesia' selain penggemar bahasa2 lainnya. Makanya tidak rela rasanya kalau melihat bahasa kita dicampur-adukkan dengan bahasa2 lain secara serampangan (misalnya dengan Bahasa Inggris, dengan Bahasa Arab, dsb.), karena saya pun masih belajar berbahasa Ingris maupun Arab dengan baik dan benar pula. Mohon maaf juga untuk teman2 lainnya yg sempat saya sampaikan 'kritik' secara japri. Terus-terang, selain pak Eddy, karena rasa sayang terhadap teman2 dan merasa dekat, saya juga cukup sering menyampaikan 'masukan' tentang berbahasa ini secara japri kepada kurang dari 10 orang. Menambahi info pak Awang, di koran Media Indonesia setiap akhir pekan, juga ada kolom berbahasa Indonesia (oleh Kun). salam, syaiful On Mon, May 5, 2008 at 2:22 PM, Eddy Subroto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Mas Syaiful, alhamdulillah atas pujiannya yang menurut saya berlebihan. > Saya sendiri hanya termasuk "penggemar bahasa Indonesia." Toh, Anda sering > mengritik dan membetulkan bahasa yang saya gunakan, jadi Anda juga > termasuk orang yang menggemari bahasa Indonesia. Memang, itu tugas kita > untuk membuat bahasa Indonesia digunakan dengan baik dan benar dan juga > dimengerti tentunya. > > Wasalam, > EAS > > > > Sepakat, pak Awang. Di milis ini, mungkin selain pak Awang, saya > > mengamati hanya pak Eddy Subroto dari ITB yang 'mampu' melaksanakan > > berbahasa Indonesia ini dengan benar. Mungkin sebagian besar juga > > ingin melakukannya dengan benar, tetapi tidak bisa karena mungkin > > terjerumus ke dalam 'ketidak-tahuan'. > > > > Contoh paling populer dan selalu salah dilaksanakan oleh sebagian > > rekan2 di milis ini maupun para wartawan di media cetak dan elektronik > > adalah penggunaan kata depan 'di' di depan kata waktu (hari, jam, > > bulan, dll.). Seharusnya kata yang tepat sebagai kata depannya adalah > > 'pada'. > > > > Demikian saya tuliskan komentar saya di milis tercinta pada Senin ini. > > > > salam, > > syaiful > > > > On Sun, May 4, 2008 at 2:03 AM, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> > > wrote: > >> Saat saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun yang > >> lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang > >> ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu – TVRI. Guru Bahasa > >> Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk > >> memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap > >> Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas > >> pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas > >> kesalahan penggunaan bahasa Indonesia. > >> > >> Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia. Sampai > >> saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format wawancara > >> antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan Bachtiar > >> membahas persoalan-persoalan kebahasaan. > >> > >> Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf Syarif Badudu) sekarang ? Yus > >> Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya > >> tercinta di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah > >> seorang kakek dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun > >> demikian, sebuah buku baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!). > >> > >> Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi > >> konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya > >> tulisnya dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, > >> saya mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya > >> (mengumpulkan dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama > >> yang kebetulan saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua > >> buku baru yang ditulisnya. > >> > >> Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil > >> ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini > >> baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus > >> Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan > >> Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di > >> sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti > >> kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan. > >> Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan > >> arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih > >> yakin menggunakannya. > >> > >> Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus Badudu > >> yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas berjudul, > >> "Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini > >> diselesaikan Yus Badudu saat usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong > >> kita memahami kata-kata serapan asing dan menggunakannya secara benar. > >> > >> Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya
Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)
Mas Syaiful, alhamdulillah atas pujiannya yang menurut saya berlebihan. Saya sendiri hanya termasuk "penggemar bahasa Indonesia." Toh, Anda sering mengritik dan membetulkan bahasa yang saya gunakan, jadi Anda juga termasuk orang yang menggemari bahasa Indonesia. Memang, itu tugas kita untuk membuat bahasa Indonesia digunakan dengan baik dan benar dan juga dimengerti tentunya. Wasalam, EAS > Sepakat, pak Awang. Di milis ini, mungkin selain pak Awang, saya > mengamati hanya pak Eddy Subroto dari ITB yang 'mampu' melaksanakan > berbahasa Indonesia ini dengan benar. Mungkin sebagian besar juga > ingin melakukannya dengan benar, tetapi tidak bisa karena mungkin > terjerumus ke dalam 'ketidak-tahuan'. > > Contoh paling populer dan selalu salah dilaksanakan oleh sebagian > rekan2 di milis ini maupun para wartawan di media cetak dan elektronik > adalah penggunaan kata depan 'di' di depan kata waktu (hari, jam, > bulan, dll.). Seharusnya kata yang tepat sebagai kata depannya adalah > 'pada'. > > Demikian saya tuliskan komentar saya di milis tercinta pada Senin ini. > > salam, > syaiful > > On Sun, May 4, 2008 at 2:03 AM, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: >> Saat saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun yang >> lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang >> ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu TVRI. Guru Bahasa >> Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk >> memperhatikan acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap >> Selasa malam pukul 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas >> pembahasan Yus Badudu -ahli Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas >> kesalahan penggunaan bahasa Indonesia. >> >> Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia. Sampai >> saat ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format wawancara >> antara ahli bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan Bachtiar >> membahas persoalan-persoalan kebahasaan. >> >> Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf Syarif Badudu) sekarang ? Yus >> Badudu (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya >> tercinta di Bandung di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah >> seorang kakek dengan 23 cucu dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun >> demikian, sebuah buku baru diterbitkannya seminggu yang lalu (!). >> >> Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi >> konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya >> tulisnya dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, >> saya mengumpulkan hampir semua buku yang pernah ditulisnya >> (mengumpulkan dalam hal ini artinya adalah mengumpulkan buku-buku lama >> yang kebetulan saya temukan di tukang buku bekas) dan membeli semua >> buku baru yang ditulisnya. >> >> Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil >> ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini >> baru saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus >> Peribahasa : Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan >> Ungkapan". Hingga kini peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di >> sekolah. Tetapi, seringkali para pengguna hanya mampu mengerti arti >> kiasannya tanpa memahami arti sebenarnya kalimat yang dipergunakan. >> Dengan membaca buku ini, kita akan lebih memahami latar belakang dan >> arti peribahasa itu secara lebih mendalam, sehingga kita akan lebih >> yakin menggunakannya. >> >> Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus Badudu >> yang saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas berjudul, >> "Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini >> diselesaikan Yus Badudu saat usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong >> kita memahami kata-kata serapan asing dan menggunakannya secara benar. >> >> Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya pun membeli buku >> Yus Badudu paling tabal yang pernah ditulisnya "Kamus Umum Bahasa >> Indonesia Badudu-Zain" (Pustaka Sinar Harapan, 2001) setebal 1646 >> halaman. Kamus Badudu-Zain merupakan revisi besar atas "Kamus Moderen >> Bahasa Indonesia" susunan Sutan Mohammad Zain (1954). Disebut revisi >> besar karena jumlah lema (entry) menjadi bertambah sekitar dua kali >> (dari 12.645 lema menjadi 24.500 lema). Pewaris Zain, yaitu anaknya, >> meminta Yus Badudu merevisi kamus Zain ini dan menerbitkannya. Maka, >> Yus Badudu mengerjakannya selama 13 tahun dan berhasil menyelesaikannya >> pada tahun 2001 saat Yus Badudu berusia 75 tahun. Perlu diperhatikan >> bahwa Yus Badudu mengerjakannya seorang diri bukan tim seperti halnya >> penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan >> Nasional, 2007, edisi ketiga). Kamus Besar Bahasa Indonesia disusun >> oleh 38 ahli bahasa Indonesia dan memang luar biasa hasilnya sebab bisa >> mengumpulkan 72.000 lema >> kata bahasa Indonesia dalam edisi ketiganya. >> >> Kembali kepada Yus Badudu, dengan tiga karya utamanya yang >> dihasilkannya saat usianya 75-82 tahun
Re: [iagi-net-l] OOT : Cintailah Bahasa Indonesia (Teladan Konsistensi Yus Badudu)
Sepakat, pak Awang. Di milis ini, mungkin selain pak Awang, saya mengamati hanya pak Eddy Subroto dari ITB yang 'mampu' melaksanakan berbahasa Indonesia ini dengan benar. Mungkin sebagian besar juga ingin melakukannya dengan benar, tetapi tidak bisa karena mungkin terjerumus ke dalam 'ketidak-tahuan'. Contoh paling populer dan selalu salah dilaksanakan oleh sebagian rekan2 di milis ini maupun para wartawan di media cetak dan elektronik adalah penggunaan kata depan 'di' di depan kata waktu (hari, jam, bulan, dll.). Seharusnya kata yang tepat sebagai kata depannya adalah 'pada'. Demikian saya tuliskan komentar saya di milis tercinta pada Senin ini. salam, syaiful On Sun, May 4, 2008 at 2:03 AM, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Saat saya seorang murid SMP pada tahun 1977-1980, sekitar 30 tahun yang > lalu, saya menjadi penggemar acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang > ditayangkan satu-satunya stasiun televisi saat itu – TVRI. Guru Bahasa > Indonesia saya memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk memperhatikan > acara televisi tersebut dan mencatatnya. Maka, setiap Selasa malam pukul > 20.00 saya siap di depan televisi untuk meringkas pembahasan Yus Badudu -ahli > Bahasa Indonesia kala itu - yang mengupas kesalahan penggunaan bahasa > Indonesia. > > Tugas sekolah ini telah memupuk kecintaan akan Bahasa Indonesia. Sampai saat > ini pun, di TVRI masih ada acara tersebut dalam format wawancara antara ahli > bahasa Indonesia dengan pembawa acara Susan Bachtiar membahas > persoalan-persoalan kebahasaan. > > Di mana Yus Badudu (Prof. Dr. Jusuf Syarif Badudu) sekarang ? Yus Badudu > (82 tahun) sudah lama pensiun, tinggal bersama isterinya tercinta di Bandung > di wilayah Bukit Dago, kini Yus Badudu adalah seorang kakek dengan 23 cucu > dari 9 anak dan 9 menantu. Meskipun demikian, sebuah buku baru diterbitkannya > seminggu yang lalu (!). > > Mengapa saya tiba-tiba menulis tentang Yus Badudu ? Saya mengagumi > konsistensinya, itu dibuktikan dengan semua pekerjaan dan karya tulisnya > dalam bidang bahasa Indonesia. Sebagai seorang pengagumnya, saya mengumpulkan > hampir semua buku yang pernah ditulisnya (mengumpulkan dalam hal ini artinya > adalah mengumpulkan buku-buku lama yang kebetulan saya temukan di tukang buku > bekas) dan membeli semua buku baru yang ditulisnya. > > Saya barusan saja membeli buku barunya itu, sebuah buku yang berhasil > ditulis dan diselesaikannya pada saat usianya 82 tahun. Buku baru ini baru > saja (April 2008) diterbitkan Kompas. Judulnya adalah "Kamus Peribahasa : > Memahami Arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan Ungkapan". Hingga kini > peribahasa masih dipergunakan dan diajarkan di sekolah. Tetapi, seringkali > para pengguna hanya mampu mengerti arti kiasannya tanpa memahami arti > sebenarnya kalimat yang dipergunakan. Dengan membaca buku ini, kita akan > lebih memahami latar belakang dan arti peribahasa itu secara lebih mendalam, > sehingga kita akan lebih yakin menggunakannya. > > Sebelum buku ini, lima tahun yang lalu saya pun membeli buku Yus Badudu yang > saat itu baru diterbitkan (Maret 2003) oleh Kompas berjudul, "Kamus Kata-Kata > Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia". Buku ini diselesaikan Yus Badudu saat > usianya 77 tahun. Buku ini akan menolong kita memahami kata-kata serapan > asing dan menggunakannya secara benar. > > Saat membeli buku kamus kata serapan asing itu, saya pun membeli buku Yus > Badudu paling tabal yang pernah ditulisnya "Kamus Umum Bahasa Indonesia > Badudu-Zain" (Pustaka Sinar Harapan, 2001) setebal 1646 halaman. Kamus > Badudu-Zain merupakan revisi besar atas "Kamus Moderen Bahasa Indonesia" > susunan Sutan Mohammad Zain (1954). Disebut revisi besar karena jumlah lema > (entry) menjadi bertambah sekitar dua kali (dari 12.645 lema menjadi 24.500 > lema). Pewaris Zain, yaitu anaknya, meminta Yus Badudu merevisi kamus Zain > ini dan menerbitkannya. Maka, Yus Badudu mengerjakannya selama 13 tahun dan > berhasil menyelesaikannya pada tahun 2001 saat Yus Badudu berusia 75 tahun. > Perlu diperhatikan bahwa Yus Badudu mengerjakannya seorang diri bukan tim > seperti halnya penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan > Nasional, 2007, edisi ketiga). Kamus Besar Bahasa Indonesia disusun oleh 38 > ahli bahasa Indonesia dan memang luar biasa hasilnya sebab bisa mengumpulkan > 72.000 lema > kata bahasa Indonesia dalam edisi ketiganya. > > Kembali kepada Yus Badudu, dengan tiga karya utamanya yang dihasilkannya > saat usianya 75-82 tahun itu jelas mencerminkan suatu konsistensi yang luar > biasa. Sebuah teladan bagi kita semua bahwa siapa saja yang menggunakan > akalnya dengan rajin, akan tetap terlatih, tajam sekalipun usianya sudah di > atas 80 tahun. Dan saya pikir hanya cinta yang mendalam kepada bahasa > Indonesia sajalah yang menyebabkan Yus Badudu tetap berkarya dalam bidangnya. > Cinta memang penggerak utama banyak hal. > > Sekalipun Yus Badudu menjadi sarjana (S1) Ba
Re: [iagi-net-l] Balasan: RE: [iagi-net-l] Balasan: Re: [iagi-net-l] sertifikasi IAGI , nasibmu kini ????????????
Yth Pak Chaerul, Pertama saya sampaikan permohonan maaf karena baru membalas email Bapak. Hampir selama dua minggu kemarin saya benar2 disibukkan oleh berbagai project yang mesti diselesaikan belum lagi beberapa site visit yang harus dilakukan. Menyampung diskusi kita mengenai program sertifikasi ini, kebetulan sekali mulai hari senin ini saya ditugaskan di Indonesia uintuk sekitar 4 hari setelah itu ada project yg mesti saya tangani di mongolia sekitar 2mingguan. Setelah itu saya balik lagi ke Indonesia untuk project lainnya selama +/- 10 hari. Apakah mungkin saya diberi kesempatan untuk dapat bertemu langsung dengan Bapak untuk mendapat pencerahan dan juga diskusi masalah program sertifikasi ini, itupun kalau tidak menyita waktu dan kesibukan Bapak. Ada info yang lain yang ingin saya sampaikan. Kebetulan sekali Bos saya di Brisbane ini adalah Pat Hanna. Beliau adalah salah satu fellow AusIMM yang juga banyak memberikan kontribusi terhadap penyempurnaan sertifikasi kompeten person coal geologist di institusi ini. Saya sudah menyampaikan diskusi kita ke beliau dan alhamdulillah tanggapannya positif sekali. Bahkan beliau bersedia untuk diajak diskusi sebagai competent nara sumber. Beliau juga bilang kenal dengan Bapak dan minta saya menyampaikan salam dari beliau ke Bapak. Oke Pak, saya tunggu kabar dari Bapak dan jika Bapak tidak keberatan apakah bisa saya mendapatkan kontak numbernya. Untuk lebih detailnya mungkin sebaiknya kita melanjutkan email ini lewat jalur pribadi saja, mungkin juga ada beberapa anggota iagi lainnya yg berminat membahas hal ini bisa sekalian kita ajak berdiskusi. Atas perhatian dan tanggapannya, saya ucapkan terima kasih banyak. Wassalam, Yoga - Original Message - From: Chairul Nas <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Mon Apr 21 04:22:05 2008 Subject: [iagi-net-l] Balasan: RE: [iagi-net-l] Balasan: Re: [iagi-net-l] sertifikasi IAGI , nasibmu kini Pak Yoga, Trimakasih atas balasan emailnya. Ternyata Pak Yoga masih ingat perjalanan kita ke Bojongmanik atau Sukabumi dlm rangka latihan geologi batubara di Lapangan Bojongmanik. Tahun 2001 itu adalah program NEDO terakhir untuk Pelatihan Coal Geology and Coal Exploration di Indonesia. Saya telah dilibatkan dlm pelatihan NEDO ini sejak tahun 1997, dimana sebagian besar lapangannya di Bojongmanik; hanya sekali saja yg di Sukabumi karena batubaranya tipis-tipis. Setahu saya lembaga yg pernah membahas Sertifikasi Ahli Geologi Batubara adalah Direktorat Sumberdaya Mineral (sekarang Pusat Sumberdaya Geologi) Bandung. Sayapun menjadi anggota di Tim Sertifikasi tsb, dan sekarang sudah rampung. Nanti akan saya minta copy laporannya kepada Pak Eko, karena bliaulah yg menjadi ketuanya saat itu. Kalau yg di Perhapi, saya belum pernah mendengar ttg adanya program Sertifikasi Ahli Geologi Batubara. Kalau benar ada, mungkin sekarang sudah masuk kedalam LSP-Perhapi yg sekarang sudah jalan ini. Pak Yoga, kapan pulang ke Indonesia Looking forward to seeing you here in Jkt. Wassalam, Chairul Nas "Suryanegara, Yoga" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Yth Pak Nas, Terima kasih atas semua info-nya. Insya Allah saya siap membantu jika Pak Nas memerlukan bantuan untuk masalah sertifikasi ini. Ada sedikit saran, agar kita tidak start dari awal lagi, gimana kalo hasil rembukan bapak2 dan Ibu2 di perhapi yang waktu itu khusus membahas masalah sertifikasi "coal geologist" termasuk hasil kajiannya konsultant waktu itu, sebaiknya direview sesaat dan kalau dirasakan perlu ada penambahan atau koreksi ya tinggal sempurnakan saja. Saya sempat membaca hasil rumusannya konsultan sertifikasi saat itu, dan saya rasa sudah cukup detail, jadi mungkin tinggal Pak Nas (IAGI) sempurnakan saja and bisa langsung di aplikasikan. Ada dua kali saya sempat berdiskusi dengan tim sertifikasi SNI untuk bidang coal (dgn Ibu Fatimah) dan juga saya sempat membaca juk-lak-nya, saya rasa standard dan methode yang sudah ada relatif cukup lengkap. Hanya masalahnya waktu itu saya sempat agak tidak setuju bahwa sertifikasi ini bisa didapat hanya dengan mengikuti sejumlah hari untuk training dan lulus test. Hal ini yang mungkin menurut saya harus jadi pertimbangan bapak2 semua, bahwa sertifikasi kompeten person bukan hanya mempertimbangkan faktor teknis-nya saja tapi yang utama adalah harus mempertimbangkan etika profesional itu sendiri. Hasil diskusi saya dengan teman2 di sini (australia) bahwa untuk mendapatkan sertifikat kompeten person tidak hanya didasarkan pada pengetahuan teknis saja (dibuktikan dengan pengalaman kerja) akan tetapi juga harus direkomendasikan oleh paling tidak 2 orang member dan fellow organisasi ini. Hal ini menggambarkan bahwa kelayakan kompetensi seseorang benar2 harus diketahui oleh profesional lainnya. Ini menandakan bahwa adanya kepercayaan dari para profesional lainnya. Dibawah saya sertakan link sebagai bahan referensi seperti apa yang dimaksud dengan kompeten person