Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,... Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak? dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?) 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss, artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)? selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD) samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang bagus untuk set shoe. 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin lihat. Trims Pak.. 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila pore press hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada interval 5000 ft terakhir. Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'. Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph. Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah suatu rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa waktu loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam. Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the two events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti gempa / fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan ahlinya. Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang ada di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor. Tujuan kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran, 'black box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi. Drilling data yang bapak maksud sebagai berikut: * MW in 14.7 ppg. Berat lumpur yang sama dipakai pada 5000 ft terakhir * ECD ~15 ppg dari perhitungan(Mud Eng dan Mud Logger keduanya melakukan perhitungan tersebut). PWD tool atau pressure measurement tool lainnya tidak dipakai * LOT 16.4 ppg @ 3580 ft, 12-1/4 hole section. * Formasi dari kedalaman ~6000 ft adalah batuan volkani-klastic sampai pada kedalaman 9297 ft TD.
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Yanto sampai sekarang dari awal kejadian sampai sekarang saya masih mikir-mikir mau diapakan lumpur itu. Dibuang ke laut lewat Kali Porong udah brenti, sekarang lumpur yang dominan air masih keluar dan dibuang kemana tidak ada yang tahu. Kemarin sudah dikorbankan Sungai Porong sekarang sungai mana lagi? Fenomena yang muncul akhir-akhir ini tambah bikin bingung aja ada ynag naik ada yang turun tapi kelihatannya distribusi bubbles, retakan-retakan polanya tetap dari yang saya perkirakan, berbentuk ellips sumbu panjang NW-SE seluas sekitar 6-7 km2. Moga-moga ini tetap cuman kondisi subsurface saat ini masih tanda tanya besoar. (Untung Sudarsono) Pak Bambang Benar waktu lah yang akan menentukan . , sebenarnya jargon ini sudah sangat kita kenal . Sebagai mana saya postingkan dalam millis ini beberapa kali , pertanyaan - nya atau saya : apa yang harus dilakukan dengan semburan lumpurnya ???, jadi apakah waktu akan dibiarkan berlalu saja ... dan nanti akan dapat memberikan penjelasan apa yang telah terjadi ? Nah tentunya kita sebagai ilmuwan akan memanfaatkn segala macam data spt kegempaan (apakah benar asumsi Awang ) , karakter lumpur (apakah komposisinya konstan , bagaimana bila dibandingkn dengan lumpur Bleduk Kuwu umpamanya ).dsb dsb. Saya masih ada pertanyaan : Apakah kalau Lapindo di katagorikan sebagai pencemar mempunyai kewajiban untuk melakukan hal diatas ? Ataukah kewajiban tersebut sebatas CSR ? Munkin ada yang bisa menjawabnya . Si Abah Sungguh bijak dan benar sekali kata-kata dari pak Koesoema,.. mungkin hanya waktu yang akan memutuskan. Bagi saya ini bukan masalah kalah menang, tetapi mencari jawaban apa yang sesungguhnya terjadi. Dalam hal ini tidak ada pihak yang menang, baik Lapindo, rakyat sekitar maupun Davies cs. Lusi merupakan fenomena kelas dunia, masa hanya peneliti asing saja yang asik menggeluti kejadian dipekarangan rumah kita dan hanya mereka yang nulis di jurnal2 scientific. Karena itulah saya tergelitik untuk mencoba memahami fenomena ini. Tidak ada salahnya kita terus menggali dan melakukan studi berdasarkan data2 yang ada. Pada awalnya kita semua, termasuk saya mengira ini bersumber dari sumur, namun ada beberapa kejanggalan yang saya amati. Jika lumpur bersumber dari bocornya sumur karena hydro-fractured, kenapa sumur dalam keadaan statis dan tidak kehilangan drilling mud? Drilling merupakan closed-system, kalau ada yang bocor, seharusnya volume drilling mud berkurang. Ibaratnya kalau bak kamar mandi kita bocor, permukaan airnya pasti turun karena volume berkurang. Lalu kenapa masih bisa sirkulasi kalau dianggap sudah bocor? Tekanan yang diamati baik di annulus maupun di drillpipe tidak menunjang adanya kebocoran disumur. Juga saat sample lumpur diambil dibeberapa tempat lalu dianalisa, tidak ada trace oil based mud yang dipakai sebagai drilling mud. Ini hanya sedikit contoh dari beberapa kejanggalan2 yang membuat saya berfikir dua kali. Untuk mas Agus Hendratno, baiknya drilling report tersebut dilengkapi dengan real time chart mas, supaya bisa cross-check laporan karena drilling report bisa saja subjektif dan bias. Ditunggu ketoprakan mas,.. hehe Wass. Bambang -Original Message- From: R.P.Koesoemadinata [mailto:koeso...@melsa.net.id] Sent: Wednesday, March 03, 2010 7:59 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kita itu harus belajar dari Pansus Century bahwa ternyata ada kebenaran secara politis yang diputuskan oleh sidang Paripurna DPR secara aklamasi atau dengan voting, kebenaran hukum yang diputuskan oleh kekuasan hakim yang dapat naik banding, atau kekuasan penegak hukum untuk meng-SP3-kan, dan kebenaran ilmiah yang hanya dapat diputuskan oleh waktu. Ada maxim di antara geologists: GEOLOGISTS NEVER CHANGE THEIR IDEAS, BUT EVENTUALLY THEY FADE AWAY Debat Lusi ini baik untuk sebagai permainan intelektual tetapi jangan harapkan akan muncul keputusan mana yang benar dalam waktu yang singkat. Yang merasa kalah adu argumen selalu bisa men-generate data baru. Waktu lah yang nanti akan menentukan Wassalam RPK - Original Message - From: Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 5:38 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Tapi bagaimana kalau itu ternyata adalah (ini pikiran nakal saja, mohon maaf) : adanya masalah kritis dalam pemboran (yang mestinya mencari jendulan limestone, malah nembak mud diapir) pada saat yang sama ada peluang reaktivasi sesar watukosek dari gempa jogja?? Jadi ini bukan pada pro-gempa atau pro-UGBO, tapi pro dua-duanya. Pada 26 Januari 2006 sore, saat trip geologi antara BPMIGAS - Geologi UGM, kami mampir ke sumur BJP-1 dan disitu terjadi perdebatan stratigrafi dari target sumur,
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Natan yang baik,.. Saya sebenernya ngga keberatan nunjukin data yang dimaksud, apalagi untuk tujuan scientific bukan komersial. Tapi soal data khan ada aturan Migas soal data release yang musti minta izin dulu. Kalau bapak pernah ikut proses farm-in suatu PSC, selalu musti tanda tangan confidentiality agreement standard milik Migas. Setiap kali mau publish paper yang berhubungan dengan data sumur/seismic saja musti minta izin BPMIGAS. Ini alasan pertama. Alasan kedua, saya sudah beberapa tahun ini tidak di Lapindo lagi, masa mau buka2 data milik orang lain,.. Nah, mungkin ada teman2 Lapindo yang ikut milis ini dan mau komentar?? Kalau pak Natan ke kantor Lapindo untuk inspeksi data, saya ikutan nimbrung deh, supaya diskusinya enak. Nanti bisa bapak buatkan sari dan simpulkan untuk milis,.. gimana? Pak Nyoto ikut sekalian? Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 3:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,... Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak? dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?) 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss, artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)? selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD) samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang bagus untuk set shoe. 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin lihat. Trims Pak.. 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila pore press hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada interval 5000 ft terakhir. Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'. Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph. Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah suatu rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa waktu loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam. Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the two events suggests a temporal connection exists
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia (termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer, tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud Volcano yang begitu2 saja yang keluar. Salam Yayang - Original Message - From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 05, 2010 4:11 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Natan yang baik,.. Saya sebenernya ngga keberatan nunjukin data yang dimaksud, apalagi untuk tujuan scientific bukan komersial. Tapi soal data khan ada aturan Migas soal data release yang musti minta izin dulu. Kalau bapak pernah ikut proses farm-in suatu PSC, selalu musti tanda tangan confidentiality agreement standard milik Migas. Setiap kali mau publish paper yang berhubungan dengan data sumur/seismic saja musti minta izin BPMIGAS. Ini alasan pertama. Alasan kedua, saya sudah beberapa tahun ini tidak di Lapindo lagi, masa mau buka2 data milik orang lain,.. Nah, mungkin ada teman2 Lapindo yang ikut milis ini dan mau komentar?? Kalau pak Natan ke kantor Lapindo untuk inspeksi data, saya ikutan nimbrung deh, supaya diskusinya enak. Nanti bisa bapak buatkan sari dan simpulkan untuk milis,.. gimana? Pak Nyoto ikut sekalian? Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 3:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,... Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat mudlog/materlog,.. silahkan datang ke
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
PakDhe, Jalan tengahnya mungkin bisa memanfaatkan data-data yang sudah publish. Data yang sama khan belum tentu menghasilkan interpretasi yang sama. Tentunya harus dihilangkan perasaan curiga bahwa data publish tsb sudah dimodifikasi (kecuali ada bukti meyakinkan secara teknis bahwa data tsb sudah dimodifikasi)... Semakin menarik neh..kompor.com From: abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Fri, March 5, 2010 5:53:34 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia (termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer, tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud Volcano yang begitu2 saja yang keluar. Salam Yayang - Original Message - From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 05, 2010 4:11 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Natan yang baik,.. Saya sebenernya ngga keberatan nunjukin data yang dimaksud, apalagi untuk tujuan scientific bukan komersial. Tapi soal data khan ada aturan Migas soal data release yang musti minta izin dulu. Kalau bapak pernah ikut proses farm-in suatu PSC, selalu musti tanda tangan confidentiality agreement standard milik Migas. Setiap kali mau publish paper yang berhubungan dengan data sumur/seismic saja musti minta izin BPMIGAS. Ini alasan pertama. Alasan kedua, saya sudah beberapa tahun ini tidak di Lapindo lagi, masa mau buka2 data milik orang lain,.. Nah, mungkin ada teman2 Lapindo yang ikut milis ini dan mau komentar?? Kalau pak Natan ke kantor Lapindo untuk inspeksi data, saya ikutan nimbrung deh, supaya diskusinya enak. Nanti bisa bapak buatkan sari dan simpulkan untuk milis,.. gimana? Pak Nyoto ikut sekalian? Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 3:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya.
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Broer ADB, Saya yakin diizinkan. Sebagai contoh, kita semua tahu Mark Tingay adalah pendukung UGBO dan sudah menulis beberapa paper tentang LUSI. Dia minta lihat data2 sesimic dan sumur BJP-1, lalu oleh Lapindo diproses mintakan perizinan ke Migas, dan diberikan izin untuk jangka waktu tertentu. Saya lupa persisnya, kalau ngga salah 6 bulan. Dalam hal ini saya yakin Lapindo tidak ada yang ditutup-tutupi, dan sudah disampaikan dibeberapa pertemuan internasional data2 drilling bisa dilihat dan di-scrutinize. Undangan ini disampaikan juga ke Davies dan Manga, supaya tidak sekedar pakai sebagian data atau asumsi. Soal kawan dari ITB, kalau ngga salah duduk perkaranya data-data hasil survey yang dibiayai oleh Lapindo dipublikasi tanpa sepengetahuan dan seizin Lapindo dan BPMIGAS/ Migas, padahal dalam setiap service kontrak ada klausul confidentiality. Saya pikir kalau dimintakan izin sesuai dengan prosedur yang selama ini diterapkan oleh BPMIGAS dan Migas, tidak akan menjadi masalah. Juga biasanya sebagai courtesy disebut dalam acknowledgement. Kalau kita lihat publikasi2 di IPA, IAGI,.. Selalu mencantumkan terima kasih pada BPMIGAS dan Migas atas izin yang diberikan untuk mempublikasikan paper tersebut. Saya pikir ini masalah standard. Khusus untuk permintaan pak Natan, saya ngga mau menjadi orang yang mem-posting data tsb, tahu dong ada konsekuensi hukum soal data. Kalau nunjukin atau dipakai sebagai bahan diskusi perorangan atau di forum, lain soal. Meskipun saya tahu data tersebut sudah beredar dimana-mana, malah ada yang mempublikasi,.. Entah ada izin dari Migas atau tidak. Begitu Cak Yayang,.. Wass. Bambang -- Sent from my BlackBerry Wireless Hosted by Petrodata System -Original Message- From: abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Fri Mar 05 16:53:34 2010 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia (termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer, tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud Volcano yang begitu2 saja yang keluar. Salam Yayang - Original Message - From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 05, 2010 4:11 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Natan yang
Re: [iagi-net-l] Koreksi Rw
Pak Shofi, trims sekali. Saya coba, nanti kl ada kesulitan tolong support lagi ya :-) Salam, FF --- On Fri, 5/3/10, Shofiyuddin shofiyud...@gmail.com wrote: From: Shofiyuddin shofiyud...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net-l] Koreksi Rw To: iagi-net@iagi.or.id Date: Friday, 5 March, 2010, 14:01 oh gitu toh, masalahnya bukan di Rw tapi calculated Sw nya ya. Ndak papa Sw besar, tapi bukan berarti gak ada minyaknya. Seperti kita tahu clay itu akan mengikat air yang kita namakan sebagai clay bound water (CBW). semakin banyak clay content nya semakin besar pula CBW nya. Namanya juga CBW, dia akan terikat sama clay nya dan tidak ada terproduksi keluar. Kalo ada log MRIL atawa CMR, akan dapat diketahui secara persis apakah besarnya Sw ini akibat CBW atau bukan. Biasanya MRIL log akan menghasilkan Bulk Volume Irreducible Water (BVI) dan Total Porosity (PHIT). Nah derive Swirr dengan rumus : Swirr = BVI/PHIT Nah plot Swirr dengan hasil perhitungan Sw nya. kalo sama sama consisten nilainya, berarti air yang terdapat disana merupakan CBW, otherwise akan berupa mobile water. Kalo MRIL/CMR gak ada, bisa juga dengan menggunakan Buckle Plot, plot antara Sw (y) dan Porosity (x) untuk menilai apakah air formasi dalam keadaan Swirr atawa mobile. Atau bisa juga dengan menggunakan kurva Bulk Volume Water (BVW) yang merupakan perkalian antara Sw dan Porosity. Maximum BVW akan mencerminkan air dan minimum/consistent (diatas oil water contact) BVW akan mencerminkan Swirr. Mungkin yang laen bisa mengkoreksi atau menambahkan. Monggo and met wiken. 2010/3/4 Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk Pak Nyoto dan Pak Shofi, Terima kasih atas penjelasannya, saya jadi lebih mengerti. Nah, untuk kasus ini saya sudah menghitung Rw di clean SS yg 100% air, sementara SS yg berisi minyak ada di dekat clean water SS, SS minyak tersebut kotor (kandungan shale-nya tinggi). Rw hasil perhitungan di SS yg 100% air tadi bisa lgsg dipakai utk menghitung Sw di SS minyak yg kotor tanpa dikoreksi dulu berarti Pak? Bukankah high shale content di SS minyak tsb akan membuat perhitungan Sw menjadi lebih pesimistis bila Rw dr 100% water SS langsung dipakai tanpa dikoreksi terlebih dahulu? Mohon pencerahan lebih jauh Pak. Trims. Salam, FF On Mar 4, 2010, at 3:42 PM, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com wrote: Pak Firman, Hitungan sederhananya : Rwa (Apparent Water Resistivity) = POROSITY pangkat m (Cementation Factor, kalau Ss nya clean, m=2), kemudian dikalikan dengan Rt (True Resistivity dalam Ohmm), satuannya Rwa dalam ohmm juga. Harga Rwa ini bisa dicari salinity nya berapa ppm NaCl ekivalen, yaitu dengan mencari teperature pada kedalaman SS yg dihitung Rwanya tsb, kemduian dengan menggunakan chart Resistivity-Temperature-Salinity, bisa dibaca harga salinity pada temperature harga resisvity dari perhitungan Rwa diatas. Kalau SS yg dihitung Rwa nya tadi berupa clean water ss atau Vcl=0% Sw=100%, maka Rwa = Rw, dan harga Rw ini bisa digunakan utk menghitung Sw di lapisan2 disekitarnya asal belum terjadi perubahan water salnity dari formasi itu. Sedang sebaliknya kalau Rwa dihitung dari SS yg dirty (tidak clean SS), maka harga Rwa yg didapat tidak bisa digunakan utk pengganti Rw. Jadi metode ini tidak bisa dibalik, kuncinya Rwa harus dihitung di interval Clean Water SS, jadi Volume Clay nya harus sebisa mungkin mendekati 0% atau bisa sampai 5% dan harus mengandung water 100%, tidak boleh ada HC (oil ataupun gas) sedikitpun, sebab akan mempengaruhi harga perolehan Rwa menjadi terlalu tinggi ini menghasilkan harga Sw yg tinggi pula sehingga hasilnya lebih pesimistis. Mudah2an cukup jelas bisa membantu. wass, nyoto 2010/3/4 Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk Dear All, Pada kesempatan ini saya ingin bertanya metode yg digunakan untuk mengoreksi Rw yg didapat dari water bearing clean sand untuk digunakan (analog) dalam perhitungan Sw di hydrocarbon bearing sand yg shale content-nya jauh lebih tinggi tapi berdekatan dengan water bearing clean sand tersebut, dan sebaliknya (analog Rw water bearing sand yg shale content-nya tinggi untuk menghitung Sw di hydrocarbon bearing clean sand). Apakah ada persamaan khusus atau chart tertentu? Dan apabila ada literatur terkait saya akan sangat berterima kasih dan senang sekali. Trims. Salam, FF PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to:
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Dear All, Membaca perdebatan tentang LUSI dalam konteks ilmiah dalam milis ini saya yakin banyak diantara kita yang jadi begitu bergairah untuk berdebat lebih dalam dengan data aktual yang lengkap di hadapan kita. Terus terang saja membaca perdebatan beberapa hari terakhir ini meningkatkan rasa penasaran dan keingintahuan saya terhadap proses pemboran BJP-1 sampai pada kejadian timbulnya semburan lumpur dalam skala yg sangat dahsyat. Dulu sewaktu pertama kali kejadian ini bermula, saya termasuk orang yang tidak terlalu ambil peduli untuk terlibat lebih jauh mempelajari apa gerangan penyebab semburan lumpur tersebut. Mungkin hal ini disebabkan oleh tahanan psikologis yang ada pada diri saya waktu itu, perasaan pesimis jika terlibat/mempelajari/mengkaji/nimbrung toh tidak akan dapat berbuat banyak karena hal besar seperti ini pastinya sudah ditangani langsung oleh banyak ahli kebumian dan pemboran yang jauh lebih mumpuni dan berpengalaman. Jadi waktu itu saya memutuskan untuk diam saja sambil curi2 mempelajari penyebab semburan lumpur tersebut hanya dari membaca paper2 dan debat2 ilmiah di milist ini yang sudah sangat sering terjadi. Namun semakin hari bukannya semakin terang benderang dalam diri ini tapi malah sebaliknya, semakin bingung. Karena dengan hanya membaca perdebatan2 sesaat seperti ini banyak kronologi yang lompat2, fakta2 yang terputus2, dll. Belum lagi membaca paper2 ilmiah masing2 bersikukuh dengan kesimpulannya sendiri2 dengan asumsi data yg digunakan adalah data yg sahih. Wallahu alam. Saya yakin banyak juga orang yg seperti saya, yang dulu sewaktu awal mula semburan lumpur hanya bisa diam terpaku, penasaran, tapi bingung mau ngapain, namun sejalan dengan waktu keingintahuan itu semakin memuncak sehingga kehausan akan data2 fresh yg faktual, data kronologi, semakin menjadi-jadi. Saya (dan mungkin banyak orang seperti saya termasuk Pak Broer Natan yg heboh dan istiqamah ini) rindu sekali diadakan suatu workshop tentang semburan lumpur Sidoarjo. Rindu sekali sebuah workshop yg mengupas dari mulai BJP-1 diajukan proposalnya, apa latar belakangnya, bagaimana play targetnya, prognosis geologinya, disain awal sumurnya, dilanjutkan dengan proses pemboran seterang-terangnya, sampai hari H tanggal 26 Mei 2006 ketika semburan itu terjadi. Mungkinkah workshop seperti ini diadakan (mungkin sudah pernah, tapi sekali lagi diadakan). Karena manfaatnya saya yakin sangat besar untuk dunia ilmu kebumian dan pemboran. Jadi pada kesempatan ini saya mengusulkan kepada IAGI untuk menginisiasi workshop ini untuk kesekian kalinya mungkin? Terbuka untuk siapapun ahli ilmu kebumian. Saya yakin jika IAGI sebagai inisiator, pembukaan data2 tidak akan mengalami hambatan yg berarti. Data-data seperti Mudlog, daily geological report, daily drilling report, wireline log section sebelumnya, data lumpur, data hidrolika pemboran, lintasan seismik yg melewati sumur BJP-1, proposal geologi dan pemboran BJP-1, Geological Prognosis, data gempa, dan sebagainya yang lengkap... itu semua bahan2 mentah workshop ini yg akan dipelototi bersama oleh peserta workshop. Rasa penasaran saya belum dapat terpuaskan jika belum melihat dengan mata sendiri data2 tersebut dan kemudian menganalisa dan bertukar pikiran dengan ahli ilmu kebumian yg lebih pengalaman. Besar harapan saya usul ini mendapat tanggapan yg memadai dari IAGI. Amiin. Salam, FF On Fri, 5/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote: From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Date: Friday, 5 March, 2010, 19:01 Pak Bambang, Don't go beyond your limit. Kalau memang tidak bisa, ga masalah Pak. Yang sangat melegakan adalah, Pak Bambang *TIDAK PERNAH MENGATAKAN GEMPA SEBAGAI PENYEBAB LUSI.* Thanks Pak.. Salam, Natan 2010/3/5 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Broer ADB, Saya yakin diizinkan. Sebagai contoh, kita semua tahu Mark Tingay adalah pendukung UGBO dan sudah menulis beberapa paper tentang LUSI. Dia minta lihat data2 sesimic dan sumur BJP-1, lalu oleh Lapindo diproses mintakan perizinan ke Migas, dan diberikan izin untuk jangka waktu tertentu. Saya lupa persisnya, kalau ngga salah 6 bulan. Dalam hal ini saya yakin Lapindo tidak ada yang ditutup-tutupi, dan sudah disampaikan dibeberapa pertemuan internasional data2 drilling bisa dilihat dan di-scrutinize. Undangan ini disampaikan juga ke Davies dan Manga, supaya tidak sekedar pakai sebagian data atau asumsi. Soal kawan dari ITB, kalau ngga salah duduk perkaranya data-data hasil survey yang dibiayai oleh Lapindo dipublikasi tanpa sepengetahuan dan seizin Lapindo dan BPMIGAS/ Migas, padahal dalam setiap service kontrak ada klausul confidentiality. Saya pikir kalau dimintakan izin sesuai dengan prosedur yang selama ini diterapkan oleh BPMIGAS dan Migas, tidak akan menjadi masalah. Juga biasanya sebagai courtesy disebut dalam acknowledgement.
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
cak yayang...aku kok jadi kepikir, mengingat ini masalah kita bersama, kalau bikin gugatan class action tentang perlunya keterbukaan data ke lembaga2 yang menurut sampeyan berwenang itu... gitu gimana ya.. et abachtiar_CBN wrote: BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia (termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer, tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud Volcano yang begitu2 saja yang keluar. Salam Yayang - Original Message - From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 05, 2010 4:11 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Natan yang baik,.. Saya sebenernya ngga keberatan nunjukin data yang dimaksud, apalagi untuk tujuan scientific bukan komersial. Tapi soal data khan ada aturan Migas soal data release yang musti minta izin dulu. Kalau bapak pernah ikut proses farm-in suatu PSC, selalu musti tanda tangan confidentiality agreement standard milik Migas. Setiap kali mau publish paper yang berhubungan dengan data sumur/seismic saja musti minta izin BPMIGAS. Ini alasan pertama. Alasan kedua, saya sudah beberapa tahun ini tidak di Lapindo lagi, masa mau buka2 data milik orang lain,.. Nah, mungkin ada teman2 Lapindo yang ikut milis ini dan mau komentar?? Kalau pak Natan ke kantor Lapindo untuk inspeksi data, saya ikutan nimbrung deh, supaya diskusinya enak. Nanti bisa bapak buatkan sari dan simpulkan untuk milis,.. gimana? Pak Nyoto ikut sekalian? Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 3:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Seandainya Saja Seandainya saja daerah LUSI dan sekitarnya ini bisa ditembak high resolution Seismic 3D, sehingga subsurfacenya bisa diimage dengan baik dan meyakinkan (utamanya pola2 rekahannya apakah berhubungan dengan sumur atau sama sekali tidak) sehingga tidak menimbulkan salah persepsi, mungkin akan bisa memberikan pencerahan buat kita semua mengenai masalah ini. Kita semua sudah tahu daerah situ, ada atau tidak ada pemboran, potensial untuk terjadinya mudvolcano, kita semua tahu disita ada system patahan yang bila mana terreaktifasi akan bisa menjadi sumber keluarnya lumpur, kita semua tahu bahwa pengeboran BPJ-1 tidak bisa dikatakan mulus tanpa masalah, tapi kita semua tidak tahu apakah sub-surface data yang ada sekarang sudah cukup mendukung untuk diambil kesimpulan yang meyakinkan ??? Tentu saja menembak Seismic 3D di daerah semburan lumpur dan padat penduduk seperti itu akan menghadapi tantangan yang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan kan ya . Semoga tidak malah menambah ruwet ya , lebih kurangnya mohon maaf Salam From: Yanyan Triyana yanyantriy...@yahoo.co.uk To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thu, 4 March, 2010 7:15:03 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Selama ini, adakah clue tentang keberadaan Lusi ini dari seismic? Misalkan penampakan seperti halnya salt, mud diapir, ataukah velocity anomaly?. Kalau ada dan kebetulan bisa dipetakan geobody-nya, mungkin bisa di estimasi volumenya dan kemudian bisa dijadikan acuan untuk memperkirakan berapa lama semburan ini akan berlangsung. Saya pikir hal ini akan sangat penting sebagai salah satu input utk proses penanganan lumpur selanjutnya. Wass, =Yanyan= From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wed, 3 March, 2010 15:56:36 Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Betul cak Yayang,.. selama dalam ranah ilimiah, diskusi ini sehat dan konstruktif,.. lanjutkan,.. Wass. Bambang -Original Message- From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] Sent: Wednesday, March 03, 2010 2:02 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan ikut2an terimbas panas dan ngambek. salam broer, adb === - Original Message - From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM === Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif. Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat. Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro...
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
hehehe...gugatan class action.???., gek nanti saksi-saksi yang dihadirkan tidak berimbang. kalau mendaftarkan gugatan class action..., saksi-saksinya harus lengkap dan disodorkan lebih dahulu sebelum masa persidangan..., lalu yang digugat renteng mas.., walau peraturan / regulasi yang mengatur tentang pemanfaatan data psc.., tidak pada unit yang pegang otoritas aturan itu.., tapi aturan tsb didasarkan pada PP, lalu UU.., jadi makin panjang ribetnya. Misal aturan itu jelas ada PTPTK-nya di BPMIGAS dan juga SOP di Migas, maka atasan dari aturan itu adalah ketetapan Menteri ESDM, atasan menteri adalah presiden. Jadi pihak yang tergugat menjadi renteng ke atas, walau subtansi hukumnya adalah ijin pemanfaatan data psc. Saya justru punya opini lain : Kemarin saya diskusi dengan kawan geologi itb tentang uneg-uneg lusi ini.., kalau tuntutan dari para praktisi dan saintis kebumian dan ahli mekanik pemboran terhadap rasa ingin tahu yang tinggi terkait dengan semburan lumpur di Porong tsb (baik yang Opsi A maupun Opsi C...karena yang Opsi A-C kalah voting sudah...), maka buka-buka data itu harus dengan SK Menteri ESDM. Pertanyaan berikutnya sk.menteri esdm tersebut dasarnya apa? hal ini terkait dengan masalah kepentingan negara atau tidak? jadi harus kita bikinkan justifikasi teknik kepada pak menteri tentang pentingnya buka data itu. Beranikah kita secara asosiasi profesi mendorong untuk dikeluarkan SK Menteri untuk investigasi ulang terkait semburan lumpur dengan memanfaatkan data-data psc dan data lain yang selama ini menjadi rahasia negara demi kepentingan saintifik.??? Asosiasi profesi harus ada task force dan itu joint asosiasi, misal : Joint Asosiasi Profesi Ahli Kebumian dan Migas..., berani? salam, agus hend.89 From: ET Paripurno paripu...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Fri, March 5, 2010 11:05:20 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI cak yayang...aku kok jadi kepikir, mengingat ini masalah kita bersama, kalau bikin gugatan class action tentang perlunya keterbukaan data ke lembaga2 yang menurut sampeyan berwenang itu... gitu gimana ya.. et abachtiar_CBN wrote: BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia (termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer, tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud