RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-06 Terurut Topik Sugeng Hartono
Pak Doddy Yth,

Untuk mengetahui apakah bit sudah mencium formasi Kujung (gamping)tentunya 
kita perlu melihat Mudlog atau Masterlog (dibuat oleh crew mudloggers) dan 
progress sample log (oleh wellsite geologist). Ini bukan pekerjaan yang sulit, 
ibarat sudah menjadi makanan wsg. Dan, kedua log ini pun sangat bergantung 
kepada pengalaman mudloggers dan wsg (crew yg kurang pengalaman biasanya kurang 
konfiden untuk menentukan ini). Sebenarnya perubahan litologi dari bukan 
gamping ke gamping juga akan ditengarai adanya perubahan ROP (rate of 
penetration)yg cukup mencolok. Rekaman ROP (juga RPM, hookload,pump pressure, 
dll)dapat dilihat dengan jelas di Chart Geolograph yang berada di ruang 
driller. Sayang sekali, lebih dari 15 th terakhir ini yg namanya Geolograph 
sudah pada rusak...:( Biasanya rig mechanic mengatakan tidak ada spare-part 
(atau memang tidak mampu memperbaikinya?).
Tentang batu pasir (very porous volcanic sand?)yang begitu tebal (sampai 
3000'?)pernah dipertanyakan seorang kawan yg geologist-mudlogger: bagaimana 
menjelaskannya, aktivitas volkanik sampai dapat menghasilkan batu pasir begitu 
tebal; mungkin ada letusan yg hebat dan berlangsung cukup lama. Mungkin ada 
kawan-2 lain yg dapat menerangkannya.
Jadi, diskusi ini akan lebih bermakna kalau kita dapat melihat Mudlog-nya.
Demikian komentar saya, semoga berguna.

Salam,
sugeng

 




-Original Message-
From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com]
Sent: Fri 3/5/2010 2:24 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 
Terima kasih pak Bambang atas penjelasannya. Sangat menarik untuk
dicermati lebih dalam.

Mengenai look ahead seismic, waktu ketemu Wayne Basden (ex chief
Geophysics-nya Santos) yang lagi operasi lutut di Bangkok beberapa tahun
kemarin, dia bilang sepertinya bit sudah mencium lapisan Kujung.

Tapi ya ini dari cerita ngobrol-ngobrol karena waktu sumur Banjarpanji
mengalami BO saya sudah tidak merumput di Santos lagi.

Mengenai Jeruk, sependek ingatan saya, di Jeruk tidak dijumpai lapisan
batupasir yang sangat tebal sampe ~3000'. Bahkan waktu Dukuh yang
terletak di selatan Jeruk dibor juga tidak dijumpai lapisan batupasir
yang tebal seperti di Banjarpanji-1. Mungkin Pak Awang bisa menjelaskan
secara regional karena pengetahuan saya di offshore madura cuma
sejengkal jari saja.

Akan tetapi, saya sangat menikmati diskusi ini sekarang karena lebih
ilmiah dan menggunakan penjelasan yang bisa diperdebatkan secara ilmiah
juga.

Semoga Pak Koesoema juga bisa menambahkan cerita-cerita seputar Kujung
karena beliau juga salah satu pakar soal Kujung.

Dan saya juga menyampaikan terima kasih ke Pak Bambang yang telah
mengirim beberapa paper tentang LUSI via Pak Sawolo.

Saya juga mengenal pak Sawolo waktu merumput di Unocal dulu.

Terima kasih pak dan salam buat Pak Sawolo dan Mas Edy.

 

-DS- 

 

-Original Message-
From: Bambang P. Istadi [mailto:bambang.ist...@energi-mp.com] 
Sent: Friday, 05 March, 2010 8:58 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 

Pak Doddy yang baik,

 

Menurut teman2 drilling, fungsi dari 16 intermediate liner di

Banjarpanji adalah sebagai casing pertama yang harus dipasang sesudah

memasuki transition zone. Ini disebabkan casing 20 tidak di design

untuk menahan tekanan transisi. Rupanya transition zone disumur ini

lebih dangkal dari yang diprediksi (berdasarkan sumur offset Porong),

sehingga 16 intermediate liner tersebut harus dipasang disekitar 2200

ft untuk menjaga kick tolerance yang memadai.

 

Soal secondary target Lapisan karbonat yang hilang merupakan prognosis

yang diinterpretasikan sebagai mounding feature yang kemungkinan besar

karbonat, tapi ternyata bukan. Sumur wildcat memang sering tidak

menjumpai apa yang sebelumnya diperkirakan. Saya pernah melakukan

statistics antara prognosis dengan actual encountered dibeberapa

lapangan produksi di Kaltim, ternyata meskipun sudah banyak sumurpun

tingkat akurasinya kecil, apalagi sumur eksplorasi wildcat.

 

Mengenai kenapa 12-1/4 section di bor sampai 9297'. Asumsi pak Doddy

benar bahwa karena LOT di 13-3/8 casing cukup tinggi (16.4 ppg), dan

yang di bor adalah volcaniclastic sandstone dengan MW yang relatif

rendah (14.7 ppg), maka sumur bisa di bor sampai kedalaman ~9400 ft

dengan safe. Safety dari sumur ini serta perhitungannya di bahas secara

rinci di paper yang linknya sudah saya berikan. Kalau ingin copynya,

bisa bisa saya kirim melalui japri.

 

GG dilibatkan dalam pemilihan casing seat. Kedalaman top of

Kujung/Prupuh tersebut diprediksi dengan look ahead seismic dan hasilnya

kita diskusikan dengan drilling apakah sumur aman untuk dibor sampai

kedalaman tersebut.

 

Benar, pengalaman dari Edi Sutriono dan Ralph Adam pun mengatakan bahwa

untuk berhasil menembus lapisan karbonat Kujung Fm/Prupuh, dan bisa

melakukan test, maka casing 9-5/8 harus dipasang di top of karbonat.

Disumur Jeruk, open hole section 12-1/4 mereka lebih panjang dari


Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-06 Terurut Topik Nyoto
Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka  
saya yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum  
SREG dg kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw  
kesimpulan itu adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is.


Wass,
nyoto




Sent from my iPhone 3GS
Powered by maxis

On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa  
nataniel.mang...@gmail.com wrote:



Pak Bambang yang baik,

Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
melebihi 5M from Surface to TD.

So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
ini, dengan bantuan moderator tentunya.

Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1
orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3).

Trimakasih lagi Pak Bambang

On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:

Pak Natan,

Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan
gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi  
sumur,...


Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang  
sudah

dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat
mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta  
teman2 di

Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud.

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss  
diberikan

sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab
LUSI.
jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi  
apa

Pak?
dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan
pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang
tidak
berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?)

1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total
Loss,
artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi
saat
Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)?

selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft  
(TD)
samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing?  
agak

aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu
reason
open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer  
yang

bagus untuk set shoe.

1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin,  
biar

lebih
afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik  
ingin

lihat.

Trims Pak..

2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com


Pak Natan,

Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila
pore press  hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan
pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah  
terjadinya

gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud
losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur

pada

interval 5000 ft terakhir.

Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'.
Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of  
loss

nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah:

Mud

Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud

Loss

kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss
pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph.

Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage
loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah

suatu

rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat
dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah  
dan

terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa

waktu

loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya
suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam.

Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga,  
dalam
Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan  
gempa

Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the

two
events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing  
dari

loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa
sebagai penyebab LUSI.

Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti

gempa

/ fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan

ahlinya.

Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang

ada
di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor.  
Tujuan

kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran,

'black

box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat
melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi.

Drilling data yang 

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-06 Terurut Topik Sunu Praptono
Wah menarik juga tuch kalau benar akan ada pengadilan kepada orang yang
didakwa menggunakan data secara tidak sah.
Kapan tuh pengadilannya ? Saya rasa itu sesuatu yang baru di Indonesia
sebagai langkah penting penghormatan kepada hak property.

Bagaimana pula sikap organisasi profesi macam IAGI/IPA/HAGI dll dan
organisasi terkait, seperti BPMIGAS DITJEN MIGAS dan lain lain ?

Seru ... seru 


Soenoe.



2010/3/5 abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id

 BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ...
 kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum
 adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam
 publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua
 kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1
 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan
 nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor
 dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang
 mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper
 bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut
 oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa
 paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2
 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega
 leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan
 yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain
 yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran,
 seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat Lapindo
 - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn counter-argument
 ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik yg memicu
 mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi
 dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia (termasuk
 engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas
 atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu.
 Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan
 paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), tetapi
 jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan
 pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya
 arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg
 mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada
 umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer,
 tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg
 pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu
 sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo
 mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data
 seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke
 petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi
 data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr
 dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud Volcano yang begitu2 saja yang
 keluar.

 Salam

 Yayang

 - Original Message - From: Bambang P. Istadi 
 bambang.ist...@energi-mp.com

 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Friday, March 05, 2010 4:11 PM
 Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI



 Pak Natan yang baik,..

 Saya sebenernya ngga keberatan nunjukin data yang dimaksud, apalagi
 untuk tujuan scientific bukan komersial. Tapi soal data khan ada aturan
 Migas soal data release yang musti minta izin dulu. Kalau bapak pernah
 ikut proses farm-in suatu PSC, selalu musti tanda tangan confidentiality
 agreement standard milik Migas. Setiap kali mau publish paper yang
 berhubungan dengan data sumur/seismic saja musti minta izin BPMIGAS. Ini
 alasan pertama.

 Alasan kedua, saya sudah beberapa tahun ini tidak di Lapindo lagi, masa
 mau buka2 data milik orang lain,.. Nah, mungkin ada teman2 Lapindo yang
 ikut milis ini dan mau komentar?? Kalau pak Natan ke kantor Lapindo
 untuk inspeksi data, saya ikutan nimbrung deh, supaya diskusinya enak.
 Nanti bisa bapak buatkan sari dan simpulkan untuk milis,.. gimana? Pak
 Nyoto ikut sekalian?

 Wass.
 Bambang


 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
 Sent: Friday, March 05, 2010 3:08 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 Pak Bambang yang baik,

 Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
 Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
 copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
 melebihi 5M from Surface to TD.

 So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
 ini, dengan bantuan moderator tentunya.

 Karena, saya yakin pasti ada juga yang 

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-06 Terurut Topik Sunu Praptono
Pak Nyoto ke-el yth,

Selain proses politik di DPR, LUSI juga telah diexercise secara hukum di
pengadilan dan hasilnya telah mempunyai kekuatan hukum tetap. kalau gak
salah di situ dalam putusannya disebutkan: dimungkinkan membuka kasus itu
kembali bila ada bukti-bukti baru.

Untuk itu saya menyarankan iAGI sebaiknya menginventarisir point-point apa
saja yang telah muncul di forum pengadilan sehingga bisa fokus ke pencarian
bukti-bukti baru. Saya kuatir sebenarnya thread uneg-uneg lusi ini secara
material telah diungkapkan semua di pengadilan dan mendasari putusan hakim,
termasuk master log yang diributkan, akibatnya akan sia-sia saja dan kita
sebagai organisasi profesi akan malu hati karena meributkan sesuatu yang
basi.

Bukti-bukti baru adalah hal-hal yang muncul belakangan, karena Lusi ini
telah berusia hampir 4 tahun. Contoh bukti baru yang tidak dibahas di mana
pun adalah: sebagai suatu kasus UGBO, Lusi pada hakekatnya adalah sebuah
sumur Banjarpanji-1 yang secara natural memproduksi fluida (air) dari
reservoir Kujung dengan rate misalnya 50ribu-100ribu barel per day dan
sampai sekarang tidak ketahuan kapan akan decline. (Angka lebih akurat
mengenai flow rate bisa ditanyakan ke rekan-rekan BPLS yang mengamati
terus-menerus). Air itu menggerus lapisan shale Formasi Kalibeng sehingga
muncul di permukaan sebagai fenomena Lusi. Pertanyaannya berapa kapasitas
reservoir Formasi Kujung sehingga bisa mendukung performance yang begitu
dahsyat ? Kenapa gas Kujung nya tidak kunjung muncul di permukaan ?

salam,
Soenoe.



2010/3/7 Nyoto ssoena...@gmail.com

 Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka saya
 yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum SREG dg
 kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw kesimpulan itu
 adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is.

 Wass,
 nyoto




 Sent from my iPhone 3GS
 Powered by maxis


 On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
 wrote:

  Pak Bambang yang baik,

 Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
 Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
 copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
 melebihi 5M from Surface to TD.

 So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
 ini, dengan bantuan moderator tentunya.

 Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1
 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3).

 Trimakasih lagi Pak Bambang

 On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:

 Pak Natan,

 Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan
 gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,...

 Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah
 dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat
 mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di
 Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud.

 Wass.
 Bambang


 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
 Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan
 sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab
 LUSI.
 jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa
 Pak?
 dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan
 pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang
 tidak
 berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?)

 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total
 Loss,
 artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi
 saat
 Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)?

 selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD)
 samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak
 aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu
 reason
 open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang
 bagus untuk set shoe.

 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar
 lebih
 afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin
 lihat.

 Trims Pak..

 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

  Pak Natan,

 Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila
 pore press  hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan
 pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya
 gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud
 losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur

 pada

 interval 5000 ft terakhir.

 Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'.
 Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss
 nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di