Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela

2016-04-01 Terurut Topik Yusmal - yusmal_yu...@yahoo.com
Gak percuma Cak Phie, Mbak Nuning , Tulang Haposan lama berkiprah di dunia 
eksplorasi minyak dan gas, bisa memberikan pencerahan yg objektif, tidak saja 
dr segi pengembangan industri oil & gas saja, tapi segi ketahanannya juga... 
Bravo...yy

Dikirim dari iPhone saya

Pada 1 Apr 2016, pukul 17.22, Achmad Luthfi  menulis:

> 
> Sebetulnya kalau Abah Yanto mau sharing blok2 disekitar perbatasan ada salah 
> satu tujuan membantu pengamanan teritori. Ingat kita kalah di Sipadan-Ligitan 
> karena tak ada kegiatan kita disana, sementara Malaysia aktif membangun 
> resort di sana. 
> Perbatasan dengan Australia ada dua blok awalnya, blok Saborabe (offshore) 
> dengan operator Japex, dan blok Masela (offshore) dengan operator Inpex. 
> Japex gagal setelah membor 2 sumur dry hole. Inpex berhasil menemukan 
> lapangan Abadi, lokasi blok Masela sangat dekat dengan perbatasan Indonesia 
> dengan Australia.
> 
> Di perbatasan timur antara Indonesia dengan Papua New Guinea, di teritori 
> Indonesia dekat perbatasan ada Blok Warim (onshore) yang dioperasikan oleh 
> Conoco, ada discovery minyak yang cadangannya menarik, sayang Conoco 
> terkendala mengembangkan lapangan tsb karena dinilai Internasional berada 
> dalam Lorenz World Heritage.
> 
> Di utara, Perbatasan Indonesia dengan Malaysia ada blok Ambalat (offshore) 
> dengan operator ENI, dan blok East Ambalat (offshore) dengan operator Chevron.
> 
> Di laut Cina Selatan dekat perbatasan yg sekarang ramai disengketakan, ada 
> blok Natuna D Alpha (offshore) dengan operator Esso/Exxon, sekarang blok ini 
> di-redefine menjadi blok East Natuna dengan operator Pertamina dan ExxonMobil.
> 
> Penempatan blok diperbatasan punya arti penting dalam keamanan teritory 
> Indonesia. 
> Semoga Teritory Indonesia tetap utuh.
> 
>> On 1 Apr 2016 16:46, "Nugrahani"  wrote:
>> Bener semua yang diungkapkan pak Luthfi.
>> Terima kasih ya pak Luthfi.
>> 
>> 
>> Salam,
>> (Cuman brani bilang "bener" ...karena dah diminta gak omong2 soal Masela - 
>> dan lainnya - )
>> 
>> 
>> [cid:__storage_emulated_0__EmailTempImage_138097816493495cachecopyImage_bmp@sec.galaxytab]
>> Nugrahani
>> 
>> 
>> 
>> 
>> 
>> Sent from my Samsung Galaxy smartphone.
>> 
>> 
>>  Original message 
>> From: Achmad Luthfi 
>> Date:04/01/2016 16:17 (GMT+07:00)
>> To: iagi-net@iagi.or.id
>> Cc:
>> Subject: Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela
>> 
>> 
>> Sedikit melempengkan yang dibaca mas Sugeng Suhartono di tempo:
>> 
>> - Total tak pernah ada di Masela
>> -Rekomendasi POD lap. Abadi, Masela dari bpmigas ke mesdm 14 nov 2008
>> -Persetujuan prinsip yg Pertama oleh mesdm 6 Des 2010
>> 
>> So dokumen POD berada dalam evaluasi KESDM selama 2 tahun tiga minggu (bukan 
>> di bpmigas). Emboooh jaman sopo menterine.
>> 
>> Studi yang ditanya Vita semuanya ada, bahkan ada studi literature ttg 
>> kegempaan di palung antara lap Abadi dan P. Tanimbar yg berjarak 150 km. 
>> Studi biota lautpun ada. Jarak ke P. Aru dari lap. Abadi sekitar 600 km.
>> Sekarang yang diputuskan presiden ya dilaksanakan saja walau harus studi 
>> mulai dari awal lagi.
>> 
>> On 1 Apr 2016 15:52, "Sugeng Hartono - 
>> sugeng.harton...@yahoo.com" 
>> http://yahoo.com>=sugeng.harton...@iagi.or.id>
>>  wrote:
>> Selamat sore.
>> 
>> Tadinya saya bertanya-tanya di manakah lokasi Masela, setelah membaca 
>> majalah Tempo, 6-3-2016 barulah tahu, block ini dekat dengan P.Tanimbar. 
>> Yang gencar saya dengar adalah "perseteruan" antara Menteri ESDM SS dan 
>> Menko RS.
>> SS :" Ada yg ingin mengganti investor"
>> RR: "Kilang di darat banyak manfaat".
>> Sebelum diputuskan oleh presiden saya sempat bertanya kepada teman 
>> (geologist juga), jawabnya: "Kenapa kita mesti membangun (lagi) kilang di 
>> Maluku, lha wong kilang di Aceh dari 6 train hanya satu yang beroperasi 
>> alias lainnya menganggur. Atau kirim saja gas dari Masela ke Bontang di 
>> Kaltim, di sana juga mulai ada penurunan pasokan gas".
>> 
>> Di Tempo disebutkan bahwa tanah di Tanimbar sudah dikuasi para mafia tanah. 
>> Menko RR adalah pejabat yg paling ngotot membatalkan rencana pengembangan 
>> Gas Abadi di Blok Masela menggunakan skema kilang terapung (FLGN). Ia 
>> mengusulkan pemerintah mengembangkan lapangan gas di Laut Arafuru itu dengan 
>> membangun kila di darat (OLNG). Gara-2 urusan ini, RR membuka perseteruan 
>> terbuka dengan menteri ESDM SS.
>> 
>> Sebagian komentar SS "Saya menangkap pesan, di balik keributan offshore dan 
>> onshore, ada yg ingin mengganti investor lama dengan investor baru. Ini 
>> sangat tidak terpuji. Investor yg sudah 16 tahun tiba-2 hendak diganti". 
>> Ditanya, Anda tahu dari mana, jawab SS:"Ada yg menyampaikan ada pertemuan 
>> Inpex dng staf Menko yg menyodorkan investor baru.dst
>> Ditanya, setelah itu ada tindak lanjutnya?
>> Jawab SS: "Saya tidak tahu. Tapi praktek begini bukan sekali di sektor 
>> migas. Masela bisa dilihat waktu tahun 2010. Permin

Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela

2016-04-01 Terurut Topik Yusmal - yusmal_yu...@yahoo.com
Benar yg di tulis Cak Phie mengenai proyek besar Masela, Presiden sudah 
putuskan, ya laksanakan saja, sejauh itu didasarkan pada kepentingan nasional/ 
rakyat banyak...kita dari posisi, keahlian kita, mengawalnyaagar sasaran 
pembangunam negeri ini tercapai...yy

Dikirim dari iPhone saya

Pada 1 Apr 2016, pukul 16.14, Achmad Luthfi  menulis:

> 
> Sedikit melempengkan yang dibaca mas Sugeng Suhartono di tempo:
> 
> - Total tak pernah ada di Masela
> -Rekomendasi POD lap. Abadi, Masela dari bpmigas ke mesdm 14 nov 2008
> -Persetujuan prinsip yg Pertama oleh mesdm 6 Des 2010
> 
> So dokumen POD berada dalam evaluasi KESDM selama 2 tahun tiga minggu (bukan 
> di bpmigas). Emboooh jaman sopo menterine.
> 
> Studi yang ditanya Vita semuanya ada, bahkan ada studi literature ttg 
> kegempaan di palung antara lap Abadi dan P. Tanimbar yg berjarak 150 km. 
> Studi biota lautpun ada. Jarak ke P. Aru dari lap. Abadi sekitar 600 km. 
> Sekarang yang diputuskan presiden ya dilaksanakan saja walau harus studi 
> mulai dari awal lagi. 
>> On 1 Apr 2016 15:52, "Sugeng Hartono - sugeng.harton...@yahoo.com" 
>>  wrote:
>> Selamat sore.
>> 
>> Tadinya saya bertanya-tanya di manakah lokasi Masela, setelah membaca 
>> majalah Tempo, 6-3-2016 barulah tahu, block ini dekat dengan P.Tanimbar. 
>> Yang gencar saya dengar adalah "perseteruan" antara Menteri ESDM SS dan 
>> Menko RS.
>> SS :" Ada yg ingin mengganti investor"
>> RR: "Kilang di darat banyak manfaat".
>> Sebelum diputuskan oleh presiden saya sempat bertanya kepada teman 
>> (geologist juga), jawabnya: "Kenapa kita mesti membangun (lagi) kilang di 
>> Maluku, lha wong kilang di Aceh dari 6 train hanya satu yang beroperasi 
>> alias lainnya menganggur. Atau kirim saja gas dari Masela ke Bontang di 
>> Kaltim, di sana juga mulai ada penurunan pasokan gas".
>> 
>> Di Tempo disebutkan bahwa tanah di Tanimbar sudah dikuasi para mafia tanah. 
>> Menko RR adalah pejabat yg paling ngotot membatalkan rencana pengembangan 
>> Gas Abadi di Blok Masela menggunakan skema kilang terapung (FLGN). Ia 
>> mengusulkan pemerintah mengembangkan lapangan gas di Laut Arafuru itu dengan 
>> membangun kila di darat (OLNG). Gara-2 urusan ini, RR membuka perseteruan 
>> terbuka dengan menteri ESDM SS.
>> 
>> Sebagian komentar SS "Saya menangkap pesan, di balik keributan offshore dan 
>> onshore, ada yg ingin mengganti investor lama dengan investor baru. Ini 
>> sangat tidak terpuji. Investor yg sudah 16 tahun tiba-2 hendak diganti". 
>> Ditanya, Anda tahu dari mana, jawab SS:"Ada yg menyampaikan ada pertemuan 
>> Inpex dng staf Menko yg menyodorkan investor baru.dst
>> Ditanya, setelah itu ada tindak lanjutnya?
>> Jawab SS: "Saya tidak tahu. Tapi praktek begini bukan sekali di sektor 
>> migas. Masela bisa dilihat waktu tahun 2010. Permintaan rekomendasi revisi 
>> tertunda lama. Total dan Inpex dipaksa memasukkan perusahaan swasta 
>> nasional, PT Energi Mega Persada TBK milik Bakrie Group, mendapat hak 
>> partisipasi 10% di blok tersebut.  Rekomendasi BP Migas lama tidak keluar 
>> sampai 24 November 2010. Begitu perusahaan swasta ini masuk, besoknya surat 
>> rekomendasi keluar. Mungkin masih ada yg berpikir cara seperti ini masih 
>> bisa dipakai. Mereka lupa bahwa zaman sudah berubah".
>> 
>> Apakah benar bahwa bisnis tidak jauh-2 amat dengan politik? Yang jelas 
>> keputusan peperintah sudah dibuat. Semoga ini menjadi yang terbaik, dan 
>> cadangan gas di Masela benar-2 bermanfaat untuk kesejahteraan Rakyat.
>> 
>> Salam,
>> Sugeng
>> 
>> 
>> 
>> 
>> On Friday, April 1, 2016 11:09 AM, Dandy Hidayat 
>>  wrote:
>> 
>> 
>> Dengan Hormat 
>> 
>> Sebaiknya di tanyakan langsung kepada pihak INPEX , saya sempat bekerja 
>> selama 2 tahun saya kerja untuk project ini , 
>> 
>> Namun saya tidak bisa memberikan jawaban dan penjelasan terkait Penempatan 
>> FLNG atau OLNG karena tidak sesuai dengan kapasitas saya yang sudah Resign 
>> sejak 4 tahun lalu. 
>> 
>> Saya sarankan undang saja pihak INPEX (juga SHELL) untuk mendengar 
>> penjelasan lebih detail , Ada teman - teman IAGI di INPEX dan kita bisa buat 
>> sambil Afternoon Tea Break 
>> 
>> Sayang project ini hanya berputar - putar pada masalah non technical dan 
>> lebih pada kepentingan politik dan ekonomi 
>> 
>> Salam 
>> 
>> Dandy Hidayat 
>> 04-17-727-4142
>> 
>> 2016-04-01 11:17 GMT+08:00 Achmad Luthfi :
>> 
>> Keputusan lap. Abadi, Masela sekarang ini tak bisa diukur dengan pertanyaan 
>> Parvita. Masela sudah masuk dalam pusaran turbulensi politik, ini juga 
>> tercermin dari tulisan pak Ong, maupun gencar-nya berita2 online yang 
>> menuduh Kuntoro MS dibalik FLNG. Lha siapa dibelakang sutradara OLNG? 
>> Embh.
>> Yang jelas dampaknya sudah diuraikan pak Ong. 
>> Pusaran politik Masela juga terefleksi rumors yg bergaung nyaring MESDM akan 
>> dipindah ke pos lain, kalau nanti ternyata bener MESDM dipindah ke pos lain 
>> tak terelakkan memang Masela diterjang turbulensi tsb, dengan mudah orang 
>> menuduh dibelakang MESD

RE: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela

2016-04-01 Terurut Topik Achmad Luthfi
Sebetulnya kalau Abah Yanto mau sharing blok2 disekitar perbatasan ada
salah satu tujuan membantu pengamanan teritori. Ingat kita kalah di
Sipadan-Ligitan karena tak ada kegiatan kita disana, sementara Malaysia
aktif membangun resort di sana.
Perbatasan dengan Australia ada dua blok awalnya, blok Saborabe (offshore)
dengan operator Japex, dan blok Masela (offshore) dengan operator Inpex.
Japex gagal setelah membor 2 sumur dry hole. Inpex berhasil menemukan
lapangan Abadi, lokasi blok Masela sangat dekat dengan perbatasan Indonesia
dengan Australia.

Di perbatasan timur antara Indonesia dengan Papua New Guinea, di teritori
Indonesia dekat perbatasan ada Blok Warim (onshore) yang dioperasikan oleh
Conoco, ada discovery minyak yang cadangannya menarik, sayang Conoco
terkendala mengembangkan lapangan tsb karena dinilai Internasional berada
dalam Lorenz World Heritage.

Di utara, Perbatasan Indonesia dengan Malaysia ada blok Ambalat (offshore)
dengan operator ENI, dan blok East Ambalat (offshore) dengan operator
Chevron.

Di laut Cina Selatan dekat perbatasan yg sekarang ramai disengketakan, ada
blok Natuna D Alpha (offshore) dengan operator Esso/Exxon, sekarang blok
ini di-redefine menjadi blok East Natuna dengan operator Pertamina dan
ExxonMobil.

Penempatan blok diperbatasan punya arti penting dalam keamanan teritory
Indonesia.
Semoga Teritory Indonesia tetap utuh.
On 1 Apr 2016 16:46, "Nugrahani"  wrote:

> Bener semua yang diungkapkan pak Luthfi.
> Terima kasih ya pak Luthfi.
>
>
> Salam,
> (Cuman brani bilang "bener" ...karena dah diminta gak omong2 soal Masela -
> dan lainnya - )
>
>
>
> [cid:__storage_emulated_0__EmailTempImage_138097816493495cachecopyImage_bmp@sec.galaxytab
> ]
> Nugrahani
>
>
>
>
>
> Sent from my Samsung Galaxy smartphone.
>
>
>  Original message 
> From: Achmad Luthfi 
> Date:04/01/2016 16:17 (GMT+07:00)
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc:
> Subject: Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela
>
>
> Sedikit melempengkan yang dibaca mas Sugeng Suhartono di tempo:
>
> - Total tak pernah ada di Masela
> -Rekomendasi POD lap. Abadi, Masela dari bpmigas ke mesdm 14 nov 2008
> -Persetujuan prinsip yg Pertama oleh mesdm 6 Des 2010
>
> So dokumen POD berada dalam evaluasi KESDM selama 2 tahun tiga minggu
> (bukan di bpmigas). Emboooh jaman sopo menterine.
>
> Studi yang ditanya Vita semuanya ada, bahkan ada studi literature ttg
> kegempaan di palung antara lap Abadi dan P. Tanimbar yg berjarak 150 km.
> Studi biota lautpun ada. Jarak ke P. Aru dari lap. Abadi sekitar 600 km.
> Sekarang yang diputuskan presiden ya dilaksanakan saja walau harus studi
> mulai dari awal lagi.
>
> On 1 Apr 2016 15:52, "Sugeng Hartono - sugeng.harton...@yahoo.com sugeng.harton...@yahoo.com>" http://yahoo.com>=
> sugeng.harton...@iagi.or.id> wrote:
> Selamat sore.
>
> Tadinya saya bertanya-tanya di manakah lokasi Masela, setelah membaca
> majalah Tempo, 6-3-2016 barulah tahu, block ini dekat dengan P.Tanimbar.
> Yang gencar saya dengar adalah "perseteruan" antara Menteri ESDM SS dan
> Menko RS.
> SS :" Ada yg ingin mengganti investor"
> RR: "Kilang di darat banyak manfaat".
> Sebelum diputuskan oleh presiden saya sempat bertanya kepada teman
> (geologist juga), jawabnya: "Kenapa kita mesti membangun (lagi) kilang di
> Maluku, lha wong kilang di Aceh dari 6 train hanya satu yang beroperasi
> alias lainnya menganggur. Atau kirim saja gas dari Masela ke Bontang di
> Kaltim, di sana juga mulai ada penurunan pasokan gas".
>
> Di Tempo disebutkan bahwa tanah di Tanimbar sudah dikuasi para mafia
> tanah. Menko RR adalah pejabat yg paling ngotot membatalkan rencana
> pengembangan Gas Abadi di Blok Masela menggunakan skema kilang terapung
> (FLGN). Ia mengusulkan pemerintah mengembangkan lapangan gas di Laut
> Arafuru itu dengan membangun kila di darat (OLNG). Gara-2 urusan ini, RR
> membuka perseteruan terbuka dengan menteri ESDM SS.
>
> Sebagian komentar SS "Saya menangkap pesan, di balik keributan offshore
> dan onshore, ada yg ingin mengganti investor lama dengan investor baru. Ini
> sangat tidak terpuji. Investor yg sudah 16 tahun tiba-2 hendak diganti".
> Ditanya, Anda tahu dari mana, jawab SS:"Ada yg menyampaikan ada pertemuan
> Inpex dng staf Menko yg menyodorkan investor baru.dst
> Ditanya, setelah itu ada tindak lanjutnya?
> Jawab SS: "Saya tidak tahu. Tapi praktek begini bukan sekali di sektor
> migas. Masela bisa dilihat waktu tahun 2010. Permintaan rekomendasi revisi
> tertunda lama. Total dan Inpex dipaksa memasukkan perusahaan swasta
> nasional, PT Energi Mega Persada TBK milik Bakrie Group, mendapat hak
> partisipasi 10% di blok tersebut.  Rekomendasi BP Migas lama tidak keluar
> sampai 24 November 2010. Begitu perusahaan swasta ini masuk, besoknya surat
> rekomendasi keluar. Mungkin masih ada yg berpikir cara seperti ini masih
> bisa dipakai. Mereka lupa bahwa zaman sudah berubah".
>
> Apakah benar bahwa bisnis tidak jauh-2 amat dengan politik? Yang jelas
> 

RE: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela

2016-04-01 Terurut Topik Nugrahani
Bener semua yang diungkapkan pak Luthfi.
Terima kasih ya pak Luthfi.


Salam,
(Cuman brani bilang "bener" ...karena dah diminta gak omong2 soal Masela - dan 
lainnya - )


[cid:__storage_emulated_0__EmailTempImage_138097816493495cachecopyImage_bmp@sec.galaxytab]
Nugrahani





Sent from my Samsung Galaxy smartphone.


 Original message 
From: Achmad Luthfi 
Date:04/01/2016 16:17 (GMT+07:00)
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc:
Subject: Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela


Sedikit melempengkan yang dibaca mas Sugeng Suhartono di tempo:

- Total tak pernah ada di Masela
-Rekomendasi POD lap. Abadi, Masela dari bpmigas ke mesdm 14 nov 2008
-Persetujuan prinsip yg Pertama oleh mesdm 6 Des 2010

So dokumen POD berada dalam evaluasi KESDM selama 2 tahun tiga minggu (bukan di 
bpmigas). Emboooh jaman sopo menterine.

Studi yang ditanya Vita semuanya ada, bahkan ada studi literature ttg kegempaan 
di palung antara lap Abadi dan P. Tanimbar yg berjarak 150 km. Studi biota 
lautpun ada. Jarak ke P. Aru dari lap. Abadi sekitar 600 km.
Sekarang yang diputuskan presiden ya dilaksanakan saja walau harus studi mulai 
dari awal lagi.

On 1 Apr 2016 15:52, "Sugeng Hartono - 
sugeng.harton...@yahoo.com" 
http://yahoo.com>=sugeng.harton...@iagi.or.id>
 wrote:
Selamat sore.

Tadinya saya bertanya-tanya di manakah lokasi Masela, setelah membaca majalah 
Tempo, 6-3-2016 barulah tahu, block ini dekat dengan P.Tanimbar. Yang gencar 
saya dengar adalah "perseteruan" antara Menteri ESDM SS dan Menko RS.
SS :" Ada yg ingin mengganti investor"
RR: "Kilang di darat banyak manfaat".
Sebelum diputuskan oleh presiden saya sempat bertanya kepada teman (geologist 
juga), jawabnya: "Kenapa kita mesti membangun (lagi) kilang di Maluku, lha wong 
kilang di Aceh dari 6 train hanya satu yang beroperasi alias lainnya 
menganggur. Atau kirim saja gas dari Masela ke Bontang di Kaltim, di sana juga 
mulai ada penurunan pasokan gas".

Di Tempo disebutkan bahwa tanah di Tanimbar sudah dikuasi para mafia tanah. 
Menko RR adalah pejabat yg paling ngotot membatalkan rencana pengembangan Gas 
Abadi di Blok Masela menggunakan skema kilang terapung (FLGN). Ia mengusulkan 
pemerintah mengembangkan lapangan gas di Laut Arafuru itu dengan membangun kila 
di darat (OLNG). Gara-2 urusan ini, RR membuka perseteruan terbuka dengan 
menteri ESDM SS.

Sebagian komentar SS "Saya menangkap pesan, di balik keributan offshore dan 
onshore, ada yg ingin mengganti investor lama dengan investor baru. Ini sangat 
tidak terpuji. Investor yg sudah 16 tahun tiba-2 hendak diganti". Ditanya, Anda 
tahu dari mana, jawab SS:"Ada yg menyampaikan ada pertemuan Inpex dng staf 
Menko yg menyodorkan investor baru.dst
Ditanya, setelah itu ada tindak lanjutnya?
Jawab SS: "Saya tidak tahu. Tapi praktek begini bukan sekali di sektor migas. 
Masela bisa dilihat waktu tahun 2010. Permintaan rekomendasi revisi tertunda 
lama. Total dan Inpex dipaksa memasukkan perusahaan swasta nasional, PT Energi 
Mega Persada TBK milik Bakrie Group, mendapat hak partisipasi 10% di blok 
tersebut.  Rekomendasi BP Migas lama tidak keluar sampai 24 November 2010. 
Begitu perusahaan swasta ini masuk, besoknya surat rekomendasi keluar. Mungkin 
masih ada yg berpikir cara seperti ini masih bisa dipakai. Mereka lupa bahwa 
zaman sudah berubah".

Apakah benar bahwa bisnis tidak jauh-2 amat dengan politik? Yang jelas 
keputusan peperintah sudah dibuat. Semoga ini menjadi yang terbaik, dan 
cadangan gas di Masela benar-2 bermanfaat untuk kesejahteraan Rakyat.

Salam,
Sugeng




On Friday, April 1, 2016 11:09 AM, Dandy Hidayat 
mailto:dandy.hidayat@gmail.com>> wrote:


Dengan Hormat

Sebaiknya di tanyakan langsung kepada pihak INPEX , saya sempat bekerja selama 
2 tahun saya kerja untuk project ini ,

Namun saya tidak bisa memberikan jawaban dan penjelasan terkait Penempatan FLNG 
atau OLNG karena tidak sesuai dengan kapasitas saya yang sudah Resign sejak 4 
tahun lalu.

Saya sarankan undang saja pihak INPEX (juga SHELL) untuk mendengar penjelasan 
lebih detail , Ada teman - teman IAGI di INPEX dan kita bisa buat sambil 
Afternoon Tea Break

Sayang project ini hanya berputar - putar pada masalah non technical dan lebih 
pada kepentingan politik dan ekonomi

Salam

Dandy Hidayat
04-17-727-4142

2016-04-01 11:17 GMT+08:00 Achmad Luthfi 
mailto:aluthfi...@gmail.com>>:

Keputusan lap. Abadi, Masela sekarang ini tak bisa diukur dengan pertanyaan 
Parvita. Masela sudah masuk dalam pusaran turbulensi politik, ini juga 
tercermin dari tulisan pak Ong, maupun gencar-nya berita2 online yang menuduh 
Kuntoro MS dibalik FLNG. Lha siapa dibelakang sutradara OLNG? Embh.
Yang jelas dampaknya sudah diuraikan pak Ong.
Pusaran politik Masela juga terefleksi rumors yg bergaung nyaring MESDM akan 
dipindah ke pos lain, kalau nanti ternyata bener MESDM dipindah ke pos lain tak 
terelakkan memang Masela diterjang turbulensi tsb, dengan mudah o

Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela

2016-04-01 Terurut Topik Achmad Luthfi
Sedikit melempengkan yang dibaca mas Sugeng Suhartono di tempo:

- Total tak pernah ada di Masela
-Rekomendasi POD lap. Abadi, Masela dari bpmigas ke mesdm 14 nov 2008
-Persetujuan prinsip yg Pertama oleh mesdm 6 Des 2010

So dokumen POD berada dalam evaluasi KESDM selama 2 tahun tiga minggu
(bukan di bpmigas). Emboooh jaman sopo menterine.

Studi yang ditanya Vita semuanya ada, bahkan ada studi literature ttg
kegempaan di palung antara lap Abadi dan P. Tanimbar yg berjarak 150 km.
Studi biota lautpun ada. Jarak ke P. Aru dari lap. Abadi sekitar 600 km.
Sekarang yang diputuskan presiden ya dilaksanakan saja walau harus studi
mulai dari awal lagi.
On 1 Apr 2016 15:52, "Sugeng Hartono - sugeng.harton...@yahoo.com"
 wrote:

> Selamat sore.
>
> Tadinya saya bertanya-tanya di manakah lokasi Masela, setelah membaca
> majalah Tempo, 6-3-2016 barulah tahu, block ini dekat dengan P.Tanimbar.
> Yang gencar saya dengar adalah "perseteruan" antara Menteri ESDM SS dan
> Menko RS.
> SS :" Ada yg ingin mengganti investor"
> RR: "Kilang di darat banyak manfaat".
> Sebelum diputuskan oleh presiden saya sempat bertanya kepada teman
> (geologist juga), jawabnya: "Kenapa kita mesti membangun (lagi) kilang di
> Maluku, lha wong kilang di Aceh dari 6 train hanya satu yang beroperasi
> alias lainnya menganggur. Atau kirim saja gas dari Masela ke Bontang di
> Kaltim, di sana juga mulai ada penurunan pasokan gas".
>
> Di Tempo disebutkan bahwa tanah di Tanimbar sudah dikuasi para mafia
> tanah. Menko RR adalah pejabat yg paling ngotot membatalkan rencana
> pengembangan Gas Abadi di Blok Masela menggunakan skema kilang terapung
> (FLGN). Ia mengusulkan pemerintah mengembangkan lapangan gas di Laut
> Arafuru itu dengan membangun kila di darat (OLNG). Gara-2 urusan ini, RR
> membuka perseteruan terbuka dengan menteri ESDM SS.
>
> Sebagian komentar SS "Saya menangkap pesan, di balik keributan offshore
> dan onshore, ada yg ingin mengganti investor lama dengan investor baru. Ini
> sangat tidak terpuji. Investor yg sudah 16 tahun tiba-2 hendak diganti".
> Ditanya, Anda tahu dari mana, jawab SS:"Ada yg menyampaikan ada pertemuan
> Inpex dng staf Menko yg menyodorkan investor baru.dst
> Ditanya, setelah itu ada tindak lanjutnya?
> Jawab SS: "Saya tidak tahu. Tapi praktek begini bukan sekali di sektor
> migas. Masela bisa dilihat waktu tahun 2010. Permintaan rekomendasi revisi
> tertunda lama. Total dan Inpex dipaksa memasukkan perusahaan swasta
> nasional, PT Energi Mega Persada TBK milik Bakrie Group, mendapat hak
> partisipasi 10% di blok tersebut.  Rekomendasi BP Migas lama tidak keluar
> sampai 24 November 2010. Begitu perusahaan swasta ini masuk, besoknya surat
> rekomendasi keluar. Mungkin masih ada yg berpikir cara seperti ini masih
> bisa dipakai. Mereka lupa bahwa zaman sudah berubah".
>
> Apakah benar bahwa bisnis tidak jauh-2 amat dengan politik? Yang jelas
> keputusan peperintah sudah dibuat. Semoga ini menjadi yang terbaik, dan
> cadangan gas di Masela benar-2 bermanfaat untuk kesejahteraan Rakyat.
>
> Salam,
> Sugeng
>
>
>
>
> On Friday, April 1, 2016 11:09 AM, Dandy Hidayat <
> dandy.hidayat@gmail.com> wrote:
>
>
> Dengan Hormat
>
> Sebaiknya di tanyakan langsung kepada pihak INPEX , saya sempat bekerja
> selama 2 tahun saya kerja untuk project ini ,
>
> Namun saya tidak bisa memberikan jawaban dan penjelasan terkait Penempatan
> FLNG atau OLNG karena tidak sesuai dengan kapasitas saya yang sudah Resign
> sejak 4 tahun lalu.
>
> Saya sarankan undang saja pihak INPEX (juga SHELL) untuk mendengar
> penjelasan lebih detail , Ada teman - teman IAGI di INPEX dan kita bisa
> buat sambil Afternoon Tea Break
>
> Sayang project ini hanya berputar - putar pada masalah non technical dan
> lebih pada kepentingan politik dan ekonomi
>
> Salam
>
> Dandy Hidayat
> 04-17-727-4142
>
> 2016-04-01 11:17 GMT+08:00 Achmad Luthfi :
>
>
> Keputusan lap. Abadi, Masela sekarang ini tak bisa diukur dengan
> pertanyaan Parvita. Masela sudah masuk dalam pusaran turbulensi politik,
> ini juga tercermin dari tulisan pak Ong, maupun gencar-nya berita2 online
> yang menuduh Kuntoro MS dibalik FLNG. Lha siapa dibelakang sutradara OLNG?
> Embh.
> Yang jelas dampaknya sudah diuraikan pak Ong.
> Pusaran politik Masela juga terefleksi rumors yg bergaung nyaring MESDM
> akan dipindah ke pos lain, kalau nanti ternyata bener MESDM dipindah ke pos
> lain tak terelakkan memang Masela diterjang turbulensi tsb, dengan mudah
> orang menuduh dibelakang MESDM yg sekarang adalah Kuntoro MS. Dan siapa
> yang akan menduduki jabatan MESDM akan dituduh oleh lawan politiknya
> sebagai bagian dari alur cerita sutradara ONLNG.
> Beredar rumors salah satu kandidat MESDM dari fortuga mantan dirjen di
> KESDM.
> Ini sekedar untuk dibaca belon tamtu benar adanya.
> On 1 Apr 2016 09:15, "Parvita Siregar"  wrote:
>
> Pak Yanto, terimakasih atas forward opini di atas.
>
> Saya hanya agak tergelitik saja, seingat saya, Prospek atau Calon Lapangan
> Abadi ini PODnya sudah lu

Re: [iagi-net] OPINI lain mengenai Masela

2016-04-01 Terurut Topik Sugeng Hartono - sugeng.harton...@yahoo.com
Selamat sore.
Tadinya saya bertanya-tanya di manakah lokasi Masela, setelah membaca majalah 
Tempo, 6-3-2016 barulah tahu, block ini dekat dengan P.Tanimbar. Yang gencar 
saya dengar adalah "perseteruan" antara Menteri ESDM SS dan Menko RS.SS :" Ada 
yg ingin mengganti investor"RR: "Kilang di darat banyak manfaat".Sebelum 
diputuskan oleh presiden saya sempat bertanya kepada teman (geologist juga), 
jawabnya: "Kenapa kita mesti membangun (lagi) kilang di Maluku, lha wong kilang 
di Aceh dari 6 train hanya satu yang beroperasi alias lainnya menganggur. Atau 
kirim saja gas dari Masela ke Bontang di Kaltim, di sana juga mulai ada 
penurunan pasokan gas".
Di Tempo disebutkan bahwa tanah di Tanimbar sudah dikuasi para mafia tanah. 
Menko RR adalah pejabat yg paling ngotot membatalkan rencana pengembangan Gas 
Abadi di Blok Masela menggunakan skema kilang terapung (FLGN). Ia mengusulkan 
pemerintah mengembangkan lapangan gas di Laut Arafuru itu dengan membangun kila 
di darat (OLNG). Gara-2 urusan ini, RR membuka perseteruan terbuka dengan 
menteri ESDM SS.
Sebagian komentar SS "Saya menangkap pesan, di balik keributan offshore dan 
onshore, ada yg ingin mengganti investor lama dengan investor baru. Ini sangat 
tidak terpuji. Investor yg sudah 16 tahun tiba-2 hendak diganti". Ditanya, Anda 
tahu dari mana, jawab SS:"Ada yg menyampaikan ada pertemuan Inpex dng staf 
Menko yg menyodorkan investor baru.dstDitanya, setelah itu ada tindak 
lanjutnya?Jawab SS: "Saya tidak tahu. Tapi praktek begini bukan sekali di 
sektor migas. Masela bisa dilihat waktu tahun 2010. Permintaan rekomendasi 
revisi tertunda lama. Total dan Inpex dipaksa memasukkan perusahaan swasta 
nasional, PT Energi Mega Persada TBK milik Bakrie Group, mendapat hak 
partisipasi 10% di blok tersebut.  Rekomendasi BP Migas lama tidak keluar 
sampai 24 November 2010. Begitu perusahaan swasta ini masuk, besoknya surat 
rekomendasi keluar. Mungkin masih ada yg berpikir cara seperti ini masih bisa 
dipakai. Mereka lupa bahwa zaman sudah berubah".
Apakah benar bahwa bisnis tidak jauh-2 amat dengan politik? Yang jelas 
keputusan peperintah sudah dibuat. Semoga ini menjadi yang terbaik, dan 
cadangan gas di Masela benar-2 bermanfaat untuk kesejahteraan Rakyat.
Salam,Sugeng

 

On Friday, April 1, 2016 11:09 AM, Dandy Hidayat 
 wrote:
 

 Dengan Hormat 
Sebaiknya di tanyakan langsung kepada pihak INPEX , saya sempat bekerja selama 
2 tahun saya kerja untuk project ini , 
Namun saya tidak bisa memberikan jawaban dan penjelasan terkait Penempatan FLNG 
atau OLNG karena tidak sesuai dengan kapasitas saya yang sudah Resign sejak 4 
tahun lalu. 
Saya sarankan undang saja pihak INPEX (juga SHELL) untuk mendengar penjelasan 
lebih detail , Ada teman - teman IAGI di INPEX dan kita bisa buat sambil 
Afternoon Tea Break 
Sayang project ini hanya berputar - putar pada masalah non technical dan lebih 
pada kepentingan politik dan ekonomi 
Salam 
Dandy Hidayat 04-17-727-4142

2016-04-01 11:17 GMT+08:00 Achmad Luthfi :


Keputusan lap. Abadi, Masela sekarang ini tak bisa diukur dengan pertanyaan 
Parvita. Masela sudah masuk dalam pusaran turbulensi politik, ini juga 
tercermin dari tulisan pak Ong, maupun gencar-nya berita2 online yang menuduh 
Kuntoro MS dibalik FLNG. Lha siapa dibelakang sutradara OLNG? Embh.
Yang jelas dampaknya sudah diuraikan pak Ong. 
Pusaran politik Masela juga terefleksi rumors yg bergaung nyaring MESDM akan 
dipindah ke pos lain, kalau nanti ternyata bener MESDM dipindah ke pos lain tak 
terelakkan memang Masela diterjang turbulensi tsb, dengan mudah orang menuduh 
dibelakang MESDM yg sekarang adalah Kuntoro MS. Dan siapa yang akan menduduki 
jabatan MESDM akan dituduh oleh lawan politiknya sebagai bagian dari alur 
cerita sutradara ONLNG. 
Beredar rumors salah satu kandidat MESDM dari fortuga mantan dirjen di KESDM. 
Ini sekedar untuk dibaca belon tamtu benar adanya. 
On 1 Apr 2016 09:15, "Parvita Siregar"  wrote:

Pak Yanto, terimakasih atas forward opini di atas.  
Saya hanya agak tergelitik saja, seingat saya, Prospek atau Calon Lapangan 
Abadi ini PODnya sudah lumayan berlangsungnya.  Setelah pemerintahan Jokowi ini 
baru ada wacana onshore-offshore. Saya hanya ada beberapa pertanyaan:
1.   Apakah dulu dalam prosesnya tidak pernah dipertimbangkan wacana onshore 
processing?  Apakah apa yang dilakukan oleh INPEX dan dikaji oleh SKK Migas 
selama bertahun2 ini salah?  
2.  Dengan berubahnya keputusan yang drastis seperti ini, berarti semua konsep 
harus dirombak.  Ini memakan waktu dan uang.  Di saat banyak perusahaan oil and 
gas tutup dan seperti yang opini ini katakan, adanya banjir LNG dari Afrika 
dll, apakah keputusan ini membuktikan bahwa memang di Indonesia belum ada 
kepastian policy (di IPA berkali2 ini didengungkan sebagai kelemahan Indonesia 
yang menghambat kontraktor untuk invest di sini)?
3.  Kalau melihat lokasi Abadi, lalu, misalnya fasilitas onshore ada di 
Tanimbar, artinya melewati subduction zone.  Kalau konturny