Re: [iagi-net] TEMUAN UNIK DI GUNUNG PADANG : ROLLING STONE
Sabar menanti; kan sdh ada ahlinya. Salam.bdn. Pada 12 Nov 2014 08:30, "Sujatmiko" menulis: > Rekan-rekan IAGI-MGEI yang budiman, > > > > Berita temuan “The Rolling Stone” yang dirilis oleh Detik News edisi 10 > November 2014 sungguh menggelikan. Berita tersebut menyiratkan bahwa > penemunya menafsirkannya sebagai artefak budaya hasil karya manusia > berteknologi canggih. Batu yang konon disebut mirip dengan “Hajarul Aswad” > tersebut berwarna hitam mengkilat karena adanya kandungan kristal. Selain > dari itu katanya ada bagian yang “terpangkas” sehingga di bagian dalamnya > terlihat ada batu bundar yang bisa diputar-putar. > > > > Mang Okim sungguh bersyukur bahwa berita “spektakuler” tersebut tidak > diumumkan oleh Kang Danny Hilman melainkan oleh Arkeolog Dr. Ali Akbar yang > mang Okim perkirakan , mohon maaf , belum pernah mendapat kuliah ilmu > geologi dasar. Sekedar penambah wawasan ( kalau mau percaya sama mang Okim > --- ta’ iya !), fenomena “Batu Koclak” bukanlah sesuatu yang spektakuler > karena cukup banyak ditemukan di lapangan. Mang Okim pernah menemukannya > tahun 1990-an di aliran anak sungai Long Lees di hulu S. Mahakam. Di sungai > ini bergeletakan batu-batu inti dari hasil *spheroidal weathering *batuan > basaltis . Mata “ suiseki” mang Okim langsung menemukan satu batu bundar > berdiameter 20 cm-an yang selain bentuknya unik ( mirip kelopak kulit di > ujung penis anak disunat --- he-hee ), di dalamnya terasa ada goyangan air > ( di batu mulia disebut enhydros ). Di base-camp, air di dalam batu > tersebut lenyap berganti dengan koclakan batu. Di pelajaran geologi, > fenomena ini dijelaskan sebagai hasil kombinasi pelapukan kimia yang > melepaskan batu initinya, dan pelapukan mekanik yang menghasilkan bentuknya > yang unik. Alhamdulilah bahwa “batu suiseki koclak” unik ini dibeli seorang > kolektor dengan nilai tiket pesawat Bandung-Balikpapan pp 2 X --- he-hee. > Beberapa batu koclak lainnya bisa dilihat di kantor mang Okim, di antaranya > satu fosil kayu tersilisifikasi seberat 2 Ton-an yang ada lobangnya dengan > kandungan batu cukup besar di dalamnya ( tidak bisa dikeluarkan dari mulut > lobangnya). > > > > Kembali ke batu “ Rolling Stone “ yang diumumkan oleh Dr. Ali Akbar, mang > Okim jadinya ingat ke naskah presentasi beliau di kongres arkeologi > internasional Korea yang konon mendapat sambutan gegap gempita dari banyak > delegasi. Yang dipertanyakan oleh Editor Kongres di naskah tersebut antara > lain mengenai temperatur dalam pembuatan artefak keramik temuan di Gunung > Padang yang ditulis 4.000 derajat Celcius, dan temperatur peleburan batu > yang menghasilkan artefak fragmen metal yang ditemukan pada kedalaman 2 > meter yang “at least 6.000 degree Celcius “. Catatan Editor untuk kedua > statemen tersebut adalah : “ *I think this is a typing error*”. Itulah > rekan-rekan salah satu keheranan mang Okim bahwa hipotesa artefak metal > sebagai petunjuk industry metalurgi canggih pada 13.000 – 23.000 tahun SM > yang belum terbukti kok sudah sedemikian lantang diumumkan di Kongres > Internasional , padahal tidak sedikit yang meyakini bahwa metal tersebut > bukan “slag” sebagai produk budaya melainkan “bog iron “. > > > > Last but not least, sampai saat ini mang Okim belum pernah membaca tentang > “GEOLOGYCAL SUMMARY ” dari ekskursi geologi G. Padang pada 1 November 2014 > yang lalu, pada hal sudah sekitar 50-an peserta yang mendengarkan diskusi > langsung on the spots / outcrops. Semoga saja hal ini mendapatkan perhatian > dari Pak Ketum IAGI yang memimpin langsung ekskursi tersebut. > > > > Salam Cinta Geo-Arkeologi, > > > > Mang Okim > > > > *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *Agus > Handoyo Harsolumakso > *Sent:* Tuesday, November 11, 2014 6:44 PM > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Subject:* Re: [iagi-net] detikcom | Ini Temuan Unik di Gunung Padang, > RollingStone > > > > Lebih tepatnya bukan berasosiasi tapi diinisiasi oleh rekahan sebagai awal > batuan mulai lebih mudah lapuk karena pengaruh air-udara, tidak hanya > rekahan secara khusus tapi rongga apapun yang memungkinkan air-udara mulai > dapat masuk. Kalau saya benar yang anda maksud, yang anda sebut sebagai > lobang-lobang atau alur-alur itupun mirip dengan yang ada di textbook ;-) > > > > On Tue, Nov 11, 2014 at 5:39 PM, Elino Febriadi > wrote: > > Terima kasih Pak. > > > > Satu hal lagi, mohon dikoreksi, pemahaman saya bahwa "spheroidal > weathering" selalu berasosiasi dengan kekar tempat air masuk. Di foto, > keberadaan kekar memang jelas terlihat dibagian bawah kiri, namun di bagian > atas tidak jelas. > > > > Keraguan di atas makin menguat jika dikaitkan dengan lubang-lubang bulat > berukuran di bawah 10 cm yang banyak terlihat blok-blok basalt di Gunung > Padang. Lubang-lubang ini telah diterangkan sebagai penguat susunan blok > basalt, disamping diterangkan dengan konsep mengulit bawang. Lubang-lubang > tersebut juga tidak tampak berasosiasi dengan kekar dan dilap
[iagi-net] TEMUAN UNIK DI GUNUNG PADANG : ROLLING STONE
Rekan-rekan IAGI-MGEI yang budiman, Berita temuan “The Rolling Stone” yang dirilis oleh Detik News edisi 10 November 2014 sungguh menggelikan. Berita tersebut menyiratkan bahwa penemunya menafsirkannya sebagai artefak budaya hasil karya manusia berteknologi canggih. Batu yang konon disebut mirip dengan “Hajarul Aswad” tersebut berwarna hitam mengkilat karena adanya kandungan kristal. Selain dari itu katanya ada bagian yang “terpangkas” sehingga di bagian dalamnya terlihat ada batu bundar yang bisa diputar-putar. Mang Okim sungguh bersyukur bahwa berita “spektakuler” tersebut tidak diumumkan oleh Kang Danny Hilman melainkan oleh Arkeolog Dr. Ali Akbar yang mang Okim perkirakan , mohon maaf , belum pernah mendapat kuliah ilmu geologi dasar. Sekedar penambah wawasan ( kalau mau percaya sama mang Okim --- ta’ iya !), fenomena “Batu Koclak” bukanlah sesuatu yang spektakuler karena cukup banyak ditemukan di lapangan. Mang Okim pernah menemukannya tahun 1990-an di aliran anak sungai Long Lees di hulu S. Mahakam. Di sungai ini bergeletakan batu-batu inti dari hasil spheroidal weathering batuan basaltis . Mata “ suiseki” mang Okim langsung menemukan satu batu bundar berdiameter 20 cm-an yang selain bentuknya unik ( mirip kelopak kulit di ujung penis anak disunat --- he-hee ), di dalamnya terasa ada goyangan air ( di batu mulia disebut enhydros ). Di base-camp, air di dalam batu tersebut lenyap berganti dengan koclakan batu. Di pelajaran geologi, fenomena ini dijelaskan sebagai hasil kombinasi pelapukan kimia yang melepaskan batu initinya, dan pelapukan mekanik yang menghasilkan bentuknya yang unik. Alhamdulilah bahwa “batu suiseki koclak” unik ini dibeli seorang kolektor dengan nilai tiket pesawat Bandung-Balikpapan pp 2 X --- he-hee. Beberapa batu koclak lainnya bisa dilihat di kantor mang Okim, di antaranya satu fosil kayu tersilisifikasi seberat 2 Ton-an yang ada lobangnya dengan kandungan batu cukup besar di dalamnya ( tidak bisa dikeluarkan dari mulut lobangnya). Kembali ke batu “ Rolling Stone “ yang diumumkan oleh Dr. Ali Akbar, mang Okim jadinya ingat ke naskah presentasi beliau di kongres arkeologi internasional Korea yang konon mendapat sambutan gegap gempita dari banyak delegasi. Yang dipertanyakan oleh Editor Kongres di naskah tersebut antara lain mengenai temperatur dalam pembuatan artefak keramik temuan di Gunung Padang yang ditulis 4.000 derajat Celcius, dan temperatur peleburan batu yang menghasilkan artefak fragmen metal yang ditemukan pada kedalaman 2 meter yang “at least 6.000 degree Celcius “. Catatan Editor untuk kedua statemen tersebut adalah : “ I think this is a typing error”. Itulah rekan-rekan salah satu keheranan mang Okim bahwa hipotesa artefak metal sebagai petunjuk industry metalurgi canggih pada 13.000 – 23.000 tahun SM yang belum terbukti kok sudah sedemikian lantang diumumkan di Kongres Internasional , padahal tidak sedikit yang meyakini bahwa metal tersebut bukan “slag” sebagai produk budaya melainkan “bog iron “. Last but not least, sampai saat ini mang Okim belum pernah membaca tentang “GEOLOGYCAL SUMMARY ” dari ekskursi geologi G. Padang pada 1 November 2014 yang lalu, pada hal sudah sekitar 50-an peserta yang mendengarkan diskusi langsung on the spots / outcrops. Semoga saja hal ini mendapatkan perhatian dari Pak Ketum IAGI yang memimpin langsung ekskursi tersebut. Salam Cinta Geo-Arkeologi, Mang Okim From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Agus Handoyo Harsolumakso Sent: Tuesday, November 11, 2014 6:44 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] detikcom | Ini Temuan Unik di Gunung Padang, RollingStone Lebih tepatnya bukan berasosiasi tapi diinisiasi oleh rekahan sebagai awal batuan mulai lebih mudah lapuk karena pengaruh air-udara, tidak hanya rekahan secara khusus tapi rongga apapun yang memungkinkan air-udara mulai dapat masuk. Kalau saya benar yang anda maksud, yang anda sebut sebagai lobang-lobang atau alur-alur itupun mirip dengan yang ada di textbook ;-) On Tue, Nov 11, 2014 at 5:39 PM, Elino Febriadi wrote: Terima kasih Pak. Satu hal lagi, mohon dikoreksi, pemahaman saya bahwa "spheroidal weathering" selalu berasosiasi dengan kekar tempat air masuk. Di foto, keberadaan kekar memang jelas terlihat dibagian bawah kiri, namun di bagian atas tidak jelas. Keraguan di atas makin menguat jika dikaitkan dengan lubang-lubang bulat berukuran di bawah 10 cm yang banyak terlihat blok-blok basalt di Gunung Padang. Lubang-lubang ini telah diterangkan sebagai penguat susunan blok basalt, disamping diterangkan dengan konsep mengulit bawang. Lubang-lubang tersebut juga tidak tampak berasosiasi dengan kekar dan dilaporkan berisi material "semen". Hanya untuk memperkaya diskusi saja, tanpa bermaksud membantah penjelasan melalui teori mengulit bawang. Salam, Elino Pada Selasa, 11 November 2014 16:42, Agus Handoyo Ha