Bls: [iagi-net-l] Bls: Superplume (Plume Tectonic)

2011-10-18 Terurut Topik Ade Kadarusman
Terimakasih Pak Awang,
 
mengingatkan kembali tentang superplume atau plume tectonics, sekarang Pak 
Awang jauh lebih update dibanding sy,
terakhir sy mempresentasikan tentang plume tectonic/superplume di PIT IAGI di 
Surabaya thn 2001 sebagai keynote speaker yg menggantikan pembimbing sy prof. 
Maruyama.
Padahal dulu sy dicecoki teori ini mulai thn 1995 saat menjadi muridnya prof. 
Maruyama sampai meninggalkan Jepang thn 2003.
 
Update terakhir tentang asal-usul intan Kalimantan sy presentasikan di PIT IAGI 
Lombok tahun lalu dalam special session (invited speker) MGEI Kalimantan 
Resources.
silahkan di cari artikelnya dan powerpointnya.
 
Salam
Ade Kadarusman
yg sedang belajar jadi metalurgist/process engineers,
 

Dari: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
Kepada: Aditya Ariewijaya adtarie32...@gmail.com
Cc: IAGI iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi BPMIGAS 
eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Dikirim: Selasa, 18 Oktober 2011 13:51
Judul: [iagi-net-l] Bls: Superplume (Plume Tectonic)

Aditya,
 
(1) Plume tectonics sebagai mantle plume hypothesis telah dikemukakan pertama 
kalinya oleh Wilson (1963 - A possible origin of the Hawaiian islands: Can. J. 
Phys, 41, 863-870) dan Morgan (1971 - Convection plumes in the lower mantle: 
Nature, 230, 42-43) saat menjelaskan hotspot volcanoes seperti di Hawaii dan 
Iceland. Saat itu, mantle plume didefinisikan sebagai massa ringan (buoyant) 
material mantel yang naik karena keringanannya secara densitas (buoyancy). Saat 
mencapai litosfer, dikenal yang namanya plume heads dengan diameter 500–3000 
km, dan plume tails yang diameternya 100–500 km yang masuk jauh ke mantel atas. 
Pentingnya peranan mantle plume, terutama superplume, dalam evolusi geodinamika 
Bumi, pertama kali diajukan oleh Maruyama (1994 - Plume tectonics: J. Geol.
Soc. Jpn., 100, 24-49) yang menyebutnya sebagai plume tectonics theory. Plume 
tectonics secara komprehensif dibahas dalam buku tulisan Condie (2001 - Mantle 
Plumes and Their Record in Earth History, Camridge University Press, Cambridge, 
306 ps).
 
Plume tectonics akan tetap dalam bentuk hipotesis kalau tidak dapat sokongan 
seismic tomography. Seismic tomography adalah suatu teknik untuk menentikan 
struktur 3-dimensi interior Bumi dengan cara menggabungkan informasi dari 
sejumlah besar gelombang seismik yang melintasi Bumi baik di permukaan maupun 
interiornya yang bersal dari sumber-sumber seismik alamiah maupun buatan. Ada 
global tomography, ada local/regional tomography; dan untuk plume tectonics, 
sumbangan global tomography yang dipelopori oleh Dziewonski (1984 -Mapping the 
lower mantle: determination of lateral heterogeneity in P velocity up to degree 
and order 6: J. Geophys. Res., 89, 5929-5952) besar sekali.
 
Model2 plume tectonics dari berbagai peneliti tentu ada, misalnya: (1) Grand  
et al. (1997 -Global seismic tomography: A snapshot of convection in the Earth: 
GSA Today, 7, 1–7, (2)Anderson (2000 - The thermal state of the upper mantle: 
No role for mantle plumes: Geophys. Res. Lett., 27, 3623–3626), (3) Bijwaard et 
al. (1998- Closing the gap between regional and global travel time tomography. 
J. Geophys. Res., 103, 30055–30078), dan (4) Garnero (2000 - Heterogeneity of 
the lowermost mantle. Annu. Rev. Earth Planet. Sci. 28, 509–537). Hubungan 
dengan teori plate tectonics yang telah berkembang lebih dahulu pun telah ada 
publikasinya, misalnya: Foulger (2003 - Plumes, or plate tectonic processes? 
Astron. Geophys., 43, 6.19–6.23 atau Griffiths  Richards (1989 - The 
adjustment of mantle plumes to changes in plate motion: Geophys. Res. Lett., 16,
437–440.
 
Tentu tidak mudah memperoleh artikel-artikel di jurnal2 yang saya sebutkan di 
atas, tetapi melalui amazone.com kita bisa memperoleh dua buku paling tidak 
yang baik untuk mengetahui lebih jauh soal plume tectonics, yaitu: (1) Condie 
(2001 - Mantle Plumes and Their Record in Earth History, Camridge University 
Press, Cambridge, 306 ps) dan (2) Yuen et al. (eds), 2007 - Superplumes: Beyond 
Plate Tectonics, Springer, Dordrecht, 569 ps.
 
Untuk penerapan plume tectonics di Indonesia, pernah dibahas beberapa kali, 
misalnya: Bijwaard, H., W. Spakman, and E. Engdahl (1998) Closing the gap 
between regional and global travel time tomography. J. Geophys. Res., 103, 
30055–30078; Van derVoo, R.,W. Spakman, and H.
Bijwaard (1999b) Tethyan subducted slabs under India. Earth Planet.
Sci. Lett., 171, 7–20. Prof. Sri Widiyantoro, ITB, salah seorang anggota milis 
yang saya tembuskan ini (Forum HAGI) adalah juga seorang ahli mantle tomography 
dan banyak mempublikasikan mantle tomography bersama koleganya, termasuk untuk 
Indonesia. Silakan Pak Sri menambahkan.
 
(2a) Hotspots tersebar tak teratur tetapi nonrandom di permukaan Bumi. Mereka 
lebih banyak tersebar di dekat divergent plate boundaries (mid-ocean ridges), 
dan biasanya menghilang dari wilayah2 di dekat convergent plate boundaries/ 
subduction zones

Re: [iagi-net-l] Bls: Superplume (Plume Tectonic)

2011-10-18 Terurut Topik rakhmadi avianto
Pak Awang

Betul2 menikmati membaca tulisan anda, mestinya pak Awang tidak kerja di
BPMIGAS karena ilmunya tidak bisa langsung di pakai. Mungkin akan lebih
bermanfaan setelah pensiun dari BPMIGAS nanti pak Awang mengaplikasikan
ilmunya untuk pemanfaatan buat manfaat manusia yg lebih luas, dg menjadi
penasehat teknik di Pertamina.

Bravo

Avi Al Haj

2011/10/18 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Aditya,

 (1) Plume tectonics sebagai mantle plume hypothesis telah dikemukakan
 pertama kalinya oleh Wilson (1963 - A possible origin of the Hawaiian
 islands: Can. J. Phys, 41, 863-870) dan Morgan (1971 - Convection plumes in
 the lower mantle: Nature, 230, 42-43) saat menjelaskan hotspot volcanoes
 seperti di Hawaii dan Iceland. Saat itu, mantle plume didefinisikan sebagai
 massa ringan (buoyant) material mantel yang naik karena keringanannya secara
 densitas (buoyancy). Saat mencapai litosfer, dikenal yang namanya plume
 heads dengan diameter 500–3000 km, dan plume tails yang diameternya 100–500
 km yang masuk jauh ke mantel atas. Pentingnya peranan mantle plume, terutama
 superplume, dalam evolusi geodinamika Bumi, pertama kali diajukan oleh
 Maruyama (1994 - Plume tectonics: J. Geol.
  Soc. Jpn., 100, 24-49) yang menyebutnya sebagai plume tectonics theory.
 Plume tectonics secara komprehensif dibahas dalam buku tulisan Condie (2001
 - Mantle Plumes and Their Record in Earth History, Camridge University
 Press, Cambridge, 306 ps).

 Plume tectonics akan tetap dalam bentuk hipotesis kalau tidak dapat
 sokongan seismic tomography. Seismic tomography adalah suatu teknik untuk
 menentikan struktur 3-dimensi interior Bumi dengan cara menggabungkan
 informasi dari sejumlah besar gelombang seismik yang melintasi Bumi baik di
 permukaan maupun interiornya yang bersal dari sumber-sumber seismik alamiah
 maupun buatan. Ada global tomography, ada local/regional tomography; dan
 untuk plume tectonics, sumbangan global tomography yang dipelopori oleh
 Dziewonski (1984 -Mapping the lower mantle: determination of lateral
 heterogeneity in P velocity up to degree and order 6: J. Geophys. Res., 89,
 5929-5952) besar sekali.

 Model2 plume tectonics dari berbagai peneliti tentu ada, misalnya: (1)
 Grand  et al. (1997 -Global seismic tomography: A snapshot of convection in
 the Earth: GSA Today, 7, 1–7, (2)Anderson (2000 - The thermal state of the
 upper mantle: No role for mantle plumes: Geophys. Res. Lett., 27,
 3623–3626), (3) Bijwaard et al. (1998- Closing the gap between regional and
 global travel time tomography. J. Geophys. Res., 103, 30055–30078), dan (4)
 Garnero (2000 - Heterogeneity of the lowermost mantle. Annu. Rev. Earth
 Planet. Sci. 28, 509–537). Hubungan dengan teori plate tectonics yang telah
 berkembang lebih dahulu pun telah ada publikasinya, misalnya: Foulger (2003
 - Plumes, or plate tectonic processes? Astron. Geophys., 43, 6.19–6.23 atau
 Griffiths  Richards (1989 - The adjustment of mantle plumes to changes in
 plate motion: Geophys. Res. Lett., 16,
  437–440.

 Tentu tidak mudah memperoleh artikel-artikel di jurnal2 yang saya sebutkan
 di atas, tetapi melalui amazone.com kita bisa memperoleh dua buku paling
 tidak yang baik untuk mengetahui lebih jauh soal plume tectonics, yaitu: (1)
 Condie (2001 - Mantle Plumes and Their Record in Earth History, Camridge
 University Press, Cambridge, 306 ps) dan (2) Yuen et al. (eds), 2007 -
 Superplumes: Beyond Plate Tectonics, Springer, Dordrecht, 569 ps.

 Untuk penerapan plume tectonics di Indonesia, pernah dibahas beberapa kali,
 misalnya: Bijwaard, H., W. Spakman, and E. Engdahl (1998) Closing the gap
 between regional and global travel time tomography. J. Geophys. Res., 103,
 30055–30078; Van derVoo, R.,W. Spakman, and H.
  Bijwaard (1999b) Tethyan subducted slabs under India. Earth Planet.
 Sci. Lett., 171, 7–20. Prof. Sri Widiyantoro, ITB, salah seorang anggota
 milis yang saya tembuskan ini (Forum HAGI) adalah juga seorang ahli mantle
 tomography dan banyak mempublikasikan mantle tomography bersama koleganya,
 termasuk untuk Indonesia. Silakan Pak Sri menambahkan.

 (2a) Hotspots tersebar tak teratur tetapi nonrandom di permukaan Bumi.
 Mereka lebih banyak tersebar di dekat divergent plate boundaries (mid-ocean
 ridges), dan biasanya menghilang dari wilayah2 di dekat convergent plate
 boundaries/ subduction zones. Asal hotspots umumnya dihubungkan ke mantle
 plumes (Wilson, 1963; Morgan, 1971), tetapi ada juga yang berhubungan
 dengan intraplate volcanism oleh plate tectonic processes (Anderson, 2000;
 Foulger, 2003). Hubungan antara hotspot dan mantle plume terbaik ditunjukkan
 oleh Yellowstone. Yellowstone adalah the best known continental
 hotspot. Beberapa studi teleseismic tomography telah dilakukan untuk wilayah
 ini
 (Evans, 1982; Saltzer and Humphreys, 1997; Schutt and Humphreys, 2004; Yuan
 and Dueker, 2005). Hasil studi memperlihatkan 100-km diameter upper mantle
 plume terlihat yang meluas dari Yellowstone volcanic caldera sampai
 kedalaman 

Re: [iagi-net-l] Bls: Superplume (Plume Tectonic)

2011-10-18 Terurut Topik Udrekh
Luar biasa pengetahuan pak Awang, segala bisa.

Saat ini saya sedang di India mengikuti workshop IODP (Integrated Ocean
Drilling Program). Di sesi saya cukup banyak dibahas mengenai plume
tectonics,  hotspot maupun LIP. Saya nggak mudeng-mudeng mengikuti
presentasi para pakar. Saat ini, IODP mencoba memberikan prioritas untuk
Indian Ocean. Sebenarnya peluang terbuka cukup luas untuk membuat proposal,
mengingat Indian Ocean memang yang paling minim kegiatan. Terimakasih pak
atas penjelasannya, jadi mulai mudeng.

2011/10/18 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Aditya,

 (1) Plume tectonics sebagai mantle plume hypothesis telah dikemukakan
 pertama kalinya oleh Wilson (1963 - A possible origin of the Hawaiian
 islands: Can. J. Phys, 41, 863-870) dan Morgan (1971 - Convection plumes in
 the lower mantle: Nature, 230, 42-43) saat menjelaskan hotspot volcanoes
 seperti di Hawaii dan Iceland. Saat itu, mantle plume didefinisikan sebagai
 massa ringan (buoyant) material mantel yang naik karena keringanannya secara
 densitas (buoyancy). Saat mencapai litosfer, dikenal yang

-- 
Udrekh
Marine Geoscientist
Nusantara Earth Observation Network
The Agency for The Assessment and Application Of Technology (BPPT)
BPPT 1st Building 20th floor
M.H. Thamrin no. 8
Jakarta 10340
Indonesia
Phone : 62-21-3168908


[iagi-net-l] Bls: Superplume (Plume Tectonic)

2011-10-17 Terurut Topik Awang Satyana
Aditya,
 
(1) Plume tectonics sebagai mantle plume hypothesis telah dikemukakan pertama 
kalinya oleh Wilson (1963 - A possible origin of the Hawaiian islands: Can. J. 
Phys, 41, 863-870) dan Morgan (1971 - Convection plumes in the lower mantle: 
Nature, 230, 42-43) saat menjelaskan hotspot volcanoes seperti di Hawaii dan 
Iceland. Saat itu, mantle plume didefinisikan sebagai massa ringan (buoyant) 
material mantel yang naik karena keringanannya secara densitas (buoyancy). Saat 
mencapai litosfer, dikenal yang namanya plume heads dengan diameter 500–3000 
km, dan plume tails yang diameternya 100–500 km yang masuk jauh ke mantel atas. 
Pentingnya peranan mantle plume, terutama superplume, dalam evolusi geodinamika 
Bumi, pertama kali diajukan oleh Maruyama (1994 - Plume tectonics: J. Geol.
 Soc. Jpn., 100, 24-49) yang menyebutnya sebagai plume tectonics theory. Plume 
tectonics secara komprehensif dibahas dalam buku tulisan Condie (2001 - Mantle 
Plumes and Their Record in Earth History, Camridge University Press, Cambridge, 
306 ps).
 
Plume tectonics akan tetap dalam bentuk hipotesis kalau tidak dapat sokongan 
seismic tomography. Seismic tomography adalah suatu teknik untuk menentikan 
struktur 3-dimensi interior Bumi dengan cara menggabungkan informasi dari 
sejumlah besar gelombang seismik yang melintasi Bumi baik di permukaan maupun 
interiornya yang bersal dari sumber-sumber seismik alamiah maupun buatan. Ada 
global tomography, ada local/regional tomography; dan untuk plume tectonics, 
sumbangan global tomography yang dipelopori oleh Dziewonski (1984 -Mapping the 
lower mantle: determination of lateral heterogeneity in P velocity up to degree 
and order 6: J. Geophys. Res., 89, 5929-5952) besar sekali.
 
Model2 plume tectonics dari berbagai peneliti tentu ada, misalnya: (1) Grand  
et al. (1997 -Global seismic tomography: A snapshot of convection in the Earth: 
GSA Today, 7, 1–7, (2)Anderson (2000 - The thermal state of the upper mantle: 
No role for mantle plumes: Geophys. Res. Lett., 27, 3623–3626), (3) Bijwaard et 
al. (1998- Closing the gap between regional and global travel time tomography. 
J. Geophys. Res., 103, 30055–30078), dan (4) Garnero (2000 - Heterogeneity of 
the lowermost mantle. Annu. Rev. Earth Planet. Sci. 28, 509–537). Hubungan 
dengan teori plate tectonics yang telah berkembang lebih dahulu pun telah ada 
publikasinya, misalnya: Foulger (2003 - Plumes, or plate tectonic processes? 
Astron. Geophys., 43, 6.19–6.23 atau Griffiths  Richards (1989 - The 
adjustment of mantle plumes to changes in plate motion: Geophys. Res. Lett., 16,
 437–440.
 
Tentu tidak mudah memperoleh artikel-artikel di jurnal2 yang saya sebutkan di 
atas, tetapi melalui amazone.com kita bisa memperoleh dua buku paling tidak 
yang baik untuk mengetahui lebih jauh soal plume tectonics, yaitu: (1) Condie 
(2001 - Mantle Plumes and Their Record in Earth History, Camridge University 
Press, Cambridge, 306 ps) dan (2) Yuen et al. (eds), 2007 - Superplumes: Beyond 
Plate Tectonics, Springer, Dordrecht, 569 ps.
 
Untuk penerapan plume tectonics di Indonesia, pernah dibahas beberapa kali, 
misalnya: Bijwaard, H., W. Spakman, and E. Engdahl (1998) Closing the gap 
between regional and global travel time tomography. J. Geophys. Res., 103, 
30055–30078; Van derVoo, R.,W. Spakman, and H.
 Bijwaard (1999b) Tethyan subducted slabs under India. Earth Planet.
Sci. Lett., 171, 7–20. Prof. Sri Widiyantoro, ITB, salah seorang anggota milis 
yang saya tembuskan ini (Forum HAGI) adalah juga seorang ahli mantle tomography 
dan banyak mempublikasikan mantle tomography bersama koleganya, termasuk untuk 
Indonesia. Silakan Pak Sri menambahkan.
 
(2a) Hotspots tersebar tak teratur tetapi nonrandom di permukaan Bumi. Mereka 
lebih banyak tersebar di dekat divergent plate boundaries (mid-ocean ridges), 
dan biasanya menghilang dari wilayah2 di dekat convergent plate boundaries/ 
subduction zones. Asal hotspots umumnya dihubungkan ke mantle plumes (Wilson, 
1963; Morgan, 1971), tetapi ada juga yang berhubungan dengan intraplate 
volcanism oleh plate tectonic processes (Anderson, 2000; Foulger, 2003). 
Hubungan antara hotspot dan mantle plume terbaik ditunjukkan oleh Yellowstone. 
Yellowstone adalah the best known continental hotspot. Beberapa 
studi teleseismic tomography telah dilakukan untuk wilayah ini
(Evans, 1982; Saltzer and Humphreys, 1997; Schutt and Humphreys, 2004; Yuan and 
Dueker, 2005). Hasil studi memperlihatkan 100-km diameter upper mantle plume 
terlihat yang meluas dari Yellowstone volcanic caldera sampai kedalaman 500 km. 
Mantle plume adalah lidah-lidah yang mencuat ke atas dari suatu massa 
superplume, dan menerobos ke permukaan sebagai hotspot.
 
(2b) LIPs -large igneous provinces. LIPs  adalah wilayah-wilayah di kerak Bumi 
yang memiliki sebaran batuan beku di luar kewajaran, begitu luasnya. LIPs yang 
terkenal adalah Siberian Traps di wilayah Siberia, Ontong Java
Plateau di Samudra Pasifik utara Papua New Guinea,