Bls: [iagi-net-l] Bls: Superplume (Plume Tectonic)
Terimakasih Pak Awang, mengingatkan kembali tentang superplume atau plume tectonics, sekarang Pak Awang jauh lebih update dibanding sy, terakhir sy mempresentasikan tentang plume tectonic/superplume di PIT IAGI di Surabaya thn 2001 sebagai keynote speaker yg menggantikan pembimbing sy prof. Maruyama. Padahal dulu sy dicecoki teori ini mulai thn 1995 saat menjadi muridnya prof. Maruyama sampai meninggalkan Jepang thn 2003. Update terakhir tentang asal-usul intan Kalimantan sy presentasikan di PIT IAGI Lombok tahun lalu dalam special session (invited speker) MGEI Kalimantan Resources. silahkan di cari artikelnya dan powerpointnya. Salam Ade Kadarusman yg sedang belajar jadi metalurgist/process engineers, Dari: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Kepada: Aditya Ariewijaya adtarie32...@gmail.com Cc: IAGI iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Dikirim: Selasa, 18 Oktober 2011 13:51 Judul: [iagi-net-l] Bls: Superplume (Plume Tectonic) Aditya, (1) Plume tectonics sebagai mantle plume hypothesis telah dikemukakan pertama kalinya oleh Wilson (1963 - A possible origin of the Hawaiian islands: Can. J. Phys, 41, 863-870) dan Morgan (1971 - Convection plumes in the lower mantle: Nature, 230, 42-43) saat menjelaskan hotspot volcanoes seperti di Hawaii dan Iceland. Saat itu, mantle plume didefinisikan sebagai massa ringan (buoyant) material mantel yang naik karena keringanannya secara densitas (buoyancy). Saat mencapai litosfer, dikenal yang namanya plume heads dengan diameter 500–3000 km, dan plume tails yang diameternya 100–500 km yang masuk jauh ke mantel atas. Pentingnya peranan mantle plume, terutama superplume, dalam evolusi geodinamika Bumi, pertama kali diajukan oleh Maruyama (1994 - Plume tectonics: J. Geol. Soc. Jpn., 100, 24-49) yang menyebutnya sebagai plume tectonics theory. Plume tectonics secara komprehensif dibahas dalam buku tulisan Condie (2001 - Mantle Plumes and Their Record in Earth History, Camridge University Press, Cambridge, 306 ps). Plume tectonics akan tetap dalam bentuk hipotesis kalau tidak dapat sokongan seismic tomography. Seismic tomography adalah suatu teknik untuk menentikan struktur 3-dimensi interior Bumi dengan cara menggabungkan informasi dari sejumlah besar gelombang seismik yang melintasi Bumi baik di permukaan maupun interiornya yang bersal dari sumber-sumber seismik alamiah maupun buatan. Ada global tomography, ada local/regional tomography; dan untuk plume tectonics, sumbangan global tomography yang dipelopori oleh Dziewonski (1984 -Mapping the lower mantle: determination of lateral heterogeneity in P velocity up to degree and order 6: J. Geophys. Res., 89, 5929-5952) besar sekali. Model2 plume tectonics dari berbagai peneliti tentu ada, misalnya: (1) Grand et al. (1997 -Global seismic tomography: A snapshot of convection in the Earth: GSA Today, 7, 1–7, (2)Anderson (2000 - The thermal state of the upper mantle: No role for mantle plumes: Geophys. Res. Lett., 27, 3623–3626), (3) Bijwaard et al. (1998- Closing the gap between regional and global travel time tomography. J. Geophys. Res., 103, 30055–30078), dan (4) Garnero (2000 - Heterogeneity of the lowermost mantle. Annu. Rev. Earth Planet. Sci. 28, 509–537). Hubungan dengan teori plate tectonics yang telah berkembang lebih dahulu pun telah ada publikasinya, misalnya: Foulger (2003 - Plumes, or plate tectonic processes? Astron. Geophys., 43, 6.19–6.23 atau Griffiths Richards (1989 - The adjustment of mantle plumes to changes in plate motion: Geophys. Res. Lett., 16, 437–440. Tentu tidak mudah memperoleh artikel-artikel di jurnal2 yang saya sebutkan di atas, tetapi melalui amazone.com kita bisa memperoleh dua buku paling tidak yang baik untuk mengetahui lebih jauh soal plume tectonics, yaitu: (1) Condie (2001 - Mantle Plumes and Their Record in Earth History, Camridge University Press, Cambridge, 306 ps) dan (2) Yuen et al. (eds), 2007 - Superplumes: Beyond Plate Tectonics, Springer, Dordrecht, 569 ps. Untuk penerapan plume tectonics di Indonesia, pernah dibahas beberapa kali, misalnya: Bijwaard, H., W. Spakman, and E. Engdahl (1998) Closing the gap between regional and global travel time tomography. J. Geophys. Res., 103, 30055–30078; Van derVoo, R.,W. Spakman, and H. Bijwaard (1999b) Tethyan subducted slabs under India. Earth Planet. Sci. Lett., 171, 7–20. Prof. Sri Widiyantoro, ITB, salah seorang anggota milis yang saya tembuskan ini (Forum HAGI) adalah juga seorang ahli mantle tomography dan banyak mempublikasikan mantle tomography bersama koleganya, termasuk untuk Indonesia. Silakan Pak Sri menambahkan. (2a) Hotspots tersebar tak teratur tetapi nonrandom di permukaan Bumi. Mereka lebih banyak tersebar di dekat divergent plate boundaries (mid-ocean ridges), dan biasanya menghilang dari wilayah2 di dekat convergent plate boundaries/ subduction zones
Re: [iagi-net-l] Bls: Superplume (Plume Tectonic)
Pak Awang Betul2 menikmati membaca tulisan anda, mestinya pak Awang tidak kerja di BPMIGAS karena ilmunya tidak bisa langsung di pakai. Mungkin akan lebih bermanfaan setelah pensiun dari BPMIGAS nanti pak Awang mengaplikasikan ilmunya untuk pemanfaatan buat manfaat manusia yg lebih luas, dg menjadi penasehat teknik di Pertamina. Bravo Avi Al Haj 2011/10/18 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Aditya, (1) Plume tectonics sebagai mantle plume hypothesis telah dikemukakan pertama kalinya oleh Wilson (1963 - A possible origin of the Hawaiian islands: Can. J. Phys, 41, 863-870) dan Morgan (1971 - Convection plumes in the lower mantle: Nature, 230, 42-43) saat menjelaskan hotspot volcanoes seperti di Hawaii dan Iceland. Saat itu, mantle plume didefinisikan sebagai massa ringan (buoyant) material mantel yang naik karena keringanannya secara densitas (buoyancy). Saat mencapai litosfer, dikenal yang namanya plume heads dengan diameter 500–3000 km, dan plume tails yang diameternya 100–500 km yang masuk jauh ke mantel atas. Pentingnya peranan mantle plume, terutama superplume, dalam evolusi geodinamika Bumi, pertama kali diajukan oleh Maruyama (1994 - Plume tectonics: J. Geol. Soc. Jpn., 100, 24-49) yang menyebutnya sebagai plume tectonics theory. Plume tectonics secara komprehensif dibahas dalam buku tulisan Condie (2001 - Mantle Plumes and Their Record in Earth History, Camridge University Press, Cambridge, 306 ps). Plume tectonics akan tetap dalam bentuk hipotesis kalau tidak dapat sokongan seismic tomography. Seismic tomography adalah suatu teknik untuk menentikan struktur 3-dimensi interior Bumi dengan cara menggabungkan informasi dari sejumlah besar gelombang seismik yang melintasi Bumi baik di permukaan maupun interiornya yang bersal dari sumber-sumber seismik alamiah maupun buatan. Ada global tomography, ada local/regional tomography; dan untuk plume tectonics, sumbangan global tomography yang dipelopori oleh Dziewonski (1984 -Mapping the lower mantle: determination of lateral heterogeneity in P velocity up to degree and order 6: J. Geophys. Res., 89, 5929-5952) besar sekali. Model2 plume tectonics dari berbagai peneliti tentu ada, misalnya: (1) Grand et al. (1997 -Global seismic tomography: A snapshot of convection in the Earth: GSA Today, 7, 1–7, (2)Anderson (2000 - The thermal state of the upper mantle: No role for mantle plumes: Geophys. Res. Lett., 27, 3623–3626), (3) Bijwaard et al. (1998- Closing the gap between regional and global travel time tomography. J. Geophys. Res., 103, 30055–30078), dan (4) Garnero (2000 - Heterogeneity of the lowermost mantle. Annu. Rev. Earth Planet. Sci. 28, 509–537). Hubungan dengan teori plate tectonics yang telah berkembang lebih dahulu pun telah ada publikasinya, misalnya: Foulger (2003 - Plumes, or plate tectonic processes? Astron. Geophys., 43, 6.19–6.23 atau Griffiths Richards (1989 - The adjustment of mantle plumes to changes in plate motion: Geophys. Res. Lett., 16, 437–440. Tentu tidak mudah memperoleh artikel-artikel di jurnal2 yang saya sebutkan di atas, tetapi melalui amazone.com kita bisa memperoleh dua buku paling tidak yang baik untuk mengetahui lebih jauh soal plume tectonics, yaitu: (1) Condie (2001 - Mantle Plumes and Their Record in Earth History, Camridge University Press, Cambridge, 306 ps) dan (2) Yuen et al. (eds), 2007 - Superplumes: Beyond Plate Tectonics, Springer, Dordrecht, 569 ps. Untuk penerapan plume tectonics di Indonesia, pernah dibahas beberapa kali, misalnya: Bijwaard, H., W. Spakman, and E. Engdahl (1998) Closing the gap between regional and global travel time tomography. J. Geophys. Res., 103, 30055–30078; Van derVoo, R.,W. Spakman, and H. Bijwaard (1999b) Tethyan subducted slabs under India. Earth Planet. Sci. Lett., 171, 7–20. Prof. Sri Widiyantoro, ITB, salah seorang anggota milis yang saya tembuskan ini (Forum HAGI) adalah juga seorang ahli mantle tomography dan banyak mempublikasikan mantle tomography bersama koleganya, termasuk untuk Indonesia. Silakan Pak Sri menambahkan. (2a) Hotspots tersebar tak teratur tetapi nonrandom di permukaan Bumi. Mereka lebih banyak tersebar di dekat divergent plate boundaries (mid-ocean ridges), dan biasanya menghilang dari wilayah2 di dekat convergent plate boundaries/ subduction zones. Asal hotspots umumnya dihubungkan ke mantle plumes (Wilson, 1963; Morgan, 1971), tetapi ada juga yang berhubungan dengan intraplate volcanism oleh plate tectonic processes (Anderson, 2000; Foulger, 2003). Hubungan antara hotspot dan mantle plume terbaik ditunjukkan oleh Yellowstone. Yellowstone adalah the best known continental hotspot. Beberapa studi teleseismic tomography telah dilakukan untuk wilayah ini (Evans, 1982; Saltzer and Humphreys, 1997; Schutt and Humphreys, 2004; Yuan and Dueker, 2005). Hasil studi memperlihatkan 100-km diameter upper mantle plume terlihat yang meluas dari Yellowstone volcanic caldera sampai kedalaman
Re: [iagi-net-l] Bls: Superplume (Plume Tectonic)
Luar biasa pengetahuan pak Awang, segala bisa. Saat ini saya sedang di India mengikuti workshop IODP (Integrated Ocean Drilling Program). Di sesi saya cukup banyak dibahas mengenai plume tectonics, hotspot maupun LIP. Saya nggak mudeng-mudeng mengikuti presentasi para pakar. Saat ini, IODP mencoba memberikan prioritas untuk Indian Ocean. Sebenarnya peluang terbuka cukup luas untuk membuat proposal, mengingat Indian Ocean memang yang paling minim kegiatan. Terimakasih pak atas penjelasannya, jadi mulai mudeng. 2011/10/18 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Aditya, (1) Plume tectonics sebagai mantle plume hypothesis telah dikemukakan pertama kalinya oleh Wilson (1963 - A possible origin of the Hawaiian islands: Can. J. Phys, 41, 863-870) dan Morgan (1971 - Convection plumes in the lower mantle: Nature, 230, 42-43) saat menjelaskan hotspot volcanoes seperti di Hawaii dan Iceland. Saat itu, mantle plume didefinisikan sebagai massa ringan (buoyant) material mantel yang naik karena keringanannya secara densitas (buoyancy). Saat mencapai litosfer, dikenal yang -- Udrekh Marine Geoscientist Nusantara Earth Observation Network The Agency for The Assessment and Application Of Technology (BPPT) BPPT 1st Building 20th floor M.H. Thamrin no. 8 Jakarta 10340 Indonesia Phone : 62-21-3168908
[iagi-net-l] Bls: Superplume (Plume Tectonic)
Aditya, (1) Plume tectonics sebagai mantle plume hypothesis telah dikemukakan pertama kalinya oleh Wilson (1963 - A possible origin of the Hawaiian islands: Can. J. Phys, 41, 863-870) dan Morgan (1971 - Convection plumes in the lower mantle: Nature, 230, 42-43) saat menjelaskan hotspot volcanoes seperti di Hawaii dan Iceland. Saat itu, mantle plume didefinisikan sebagai massa ringan (buoyant) material mantel yang naik karena keringanannya secara densitas (buoyancy). Saat mencapai litosfer, dikenal yang namanya plume heads dengan diameter 500–3000 km, dan plume tails yang diameternya 100–500 km yang masuk jauh ke mantel atas. Pentingnya peranan mantle plume, terutama superplume, dalam evolusi geodinamika Bumi, pertama kali diajukan oleh Maruyama (1994 - Plume tectonics: J. Geol. Soc. Jpn., 100, 24-49) yang menyebutnya sebagai plume tectonics theory. Plume tectonics secara komprehensif dibahas dalam buku tulisan Condie (2001 - Mantle Plumes and Their Record in Earth History, Camridge University Press, Cambridge, 306 ps). Plume tectonics akan tetap dalam bentuk hipotesis kalau tidak dapat sokongan seismic tomography. Seismic tomography adalah suatu teknik untuk menentikan struktur 3-dimensi interior Bumi dengan cara menggabungkan informasi dari sejumlah besar gelombang seismik yang melintasi Bumi baik di permukaan maupun interiornya yang bersal dari sumber-sumber seismik alamiah maupun buatan. Ada global tomography, ada local/regional tomography; dan untuk plume tectonics, sumbangan global tomography yang dipelopori oleh Dziewonski (1984 -Mapping the lower mantle: determination of lateral heterogeneity in P velocity up to degree and order 6: J. Geophys. Res., 89, 5929-5952) besar sekali. Model2 plume tectonics dari berbagai peneliti tentu ada, misalnya: (1) Grand et al. (1997 -Global seismic tomography: A snapshot of convection in the Earth: GSA Today, 7, 1–7, (2)Anderson (2000 - The thermal state of the upper mantle: No role for mantle plumes: Geophys. Res. Lett., 27, 3623–3626), (3) Bijwaard et al. (1998- Closing the gap between regional and global travel time tomography. J. Geophys. Res., 103, 30055–30078), dan (4) Garnero (2000 - Heterogeneity of the lowermost mantle. Annu. Rev. Earth Planet. Sci. 28, 509–537). Hubungan dengan teori plate tectonics yang telah berkembang lebih dahulu pun telah ada publikasinya, misalnya: Foulger (2003 - Plumes, or plate tectonic processes? Astron. Geophys., 43, 6.19–6.23 atau Griffiths Richards (1989 - The adjustment of mantle plumes to changes in plate motion: Geophys. Res. Lett., 16, 437–440. Tentu tidak mudah memperoleh artikel-artikel di jurnal2 yang saya sebutkan di atas, tetapi melalui amazone.com kita bisa memperoleh dua buku paling tidak yang baik untuk mengetahui lebih jauh soal plume tectonics, yaitu: (1) Condie (2001 - Mantle Plumes and Their Record in Earth History, Camridge University Press, Cambridge, 306 ps) dan (2) Yuen et al. (eds), 2007 - Superplumes: Beyond Plate Tectonics, Springer, Dordrecht, 569 ps. Untuk penerapan plume tectonics di Indonesia, pernah dibahas beberapa kali, misalnya: Bijwaard, H., W. Spakman, and E. Engdahl (1998) Closing the gap between regional and global travel time tomography. J. Geophys. Res., 103, 30055–30078; Van derVoo, R.,W. Spakman, and H. Bijwaard (1999b) Tethyan subducted slabs under India. Earth Planet. Sci. Lett., 171, 7–20. Prof. Sri Widiyantoro, ITB, salah seorang anggota milis yang saya tembuskan ini (Forum HAGI) adalah juga seorang ahli mantle tomography dan banyak mempublikasikan mantle tomography bersama koleganya, termasuk untuk Indonesia. Silakan Pak Sri menambahkan. (2a) Hotspots tersebar tak teratur tetapi nonrandom di permukaan Bumi. Mereka lebih banyak tersebar di dekat divergent plate boundaries (mid-ocean ridges), dan biasanya menghilang dari wilayah2 di dekat convergent plate boundaries/ subduction zones. Asal hotspots umumnya dihubungkan ke mantle plumes (Wilson, 1963; Morgan, 1971), tetapi ada juga yang berhubungan dengan intraplate volcanism oleh plate tectonic processes (Anderson, 2000; Foulger, 2003). Hubungan antara hotspot dan mantle plume terbaik ditunjukkan oleh Yellowstone. Yellowstone adalah the best known continental hotspot. Beberapa studi teleseismic tomography telah dilakukan untuk wilayah ini (Evans, 1982; Saltzer and Humphreys, 1997; Schutt and Humphreys, 2004; Yuan and Dueker, 2005). Hasil studi memperlihatkan 100-km diameter upper mantle plume terlihat yang meluas dari Yellowstone volcanic caldera sampai kedalaman 500 km. Mantle plume adalah lidah-lidah yang mencuat ke atas dari suatu massa superplume, dan menerobos ke permukaan sebagai hotspot. (2b) LIPs -large igneous provinces. LIPs adalah wilayah-wilayah di kerak Bumi yang memiliki sebaran batuan beku di luar kewajaran, begitu luasnya. LIPs yang terkenal adalah Siberian Traps di wilayah Siberia, Ontong Java Plateau di Samudra Pasifik utara Papua New Guinea,