[iagi-net-l] Reaktivasi Sesar Watukosek dan Erupsi LUSI
Karena saya menyebut2 bahwa reaktivasi Sesar Watukosek telah menyebabkan erupsi LUSI, seorang anggota milis (Pak Ferdi Kartiko Samodro) bertanya secara pribadi bagaimana detailnya dan mengapa di sepanjang sesar itu hanya di dekat BJP-1 saja LUSI terjadi. Berikut jawaban saya, juga ada jawaban untuk pertanyaan yang diajukan Pak Sunu apa bisa gempa Yogya 27 Mei 2006 mereaktivasi Watukosek lalu menyemburkan LUSI. Semoga bermanfaat, walaupun saya tahu akan mengundang perdebatan (pendapat wajar saja mengundang perdebatan, memang begitulah halnya di dunia ilmiah). salam, Awang - Ferdi, Kecurigaan bahwa reaktivasi Sesar Watukosek merupakan penyebab utama Lusi didasarkan atas gejala-gejala yang teramati di lapangan pada seminggu pertama setelah gempa Yogya 27 Mei 2006 terjadi. Gejala-gejala itu sifatnya tidak lokal, tetapi seperti yang Ferdi tulis di bawah, yaitu menyebar jauh ke selatan- utara sampai sekitar 50 km, dan keunikannya adalah bahwa semua gejala itu terdapat di titik-titik di sepanjang zona Sesar Watukosek. Lusi tidak lahir sendirian, ia ada saudara-saudaranya, yaitu berupa semburan lumpur lain sebanyak empat titik, yang terjadi bersamaan di dalam seminggu lahirnya Lusi. Kelima saudara ini terletak di sepanjang zona Sesar Watukosek membentuk kelurusan BD-TL sepanjang hampir 1 km. Kelurusan semburan-semburan ini dapat membuat kita berpikir ada kelurusan (sesar) di bawah permukaannya yang mengontrolnya. Saya pernah menyaksikan underground blowout baik di onshore (Sumatra Utara) maupun di offshore (Kalimantan Timur), efek ke permukaannya adalah semburan lumpur yang membentuk pola lingkaran mengelilingi sumur. Itu tak terjadi di area sumur Banjar Panji-1 (BJP-1) (Lapindo Brantas, 2006). Di sepanjang 50 km ke selatan-utara dari Lusi, pada hari-hari Lusi baru lahir terdapat beberapa gejala yang menunjukkan gangguan bawah permukaan, semua gejala berlokasi di sepanjang zona Sesar Watukosek: - turunnya produksi lapangan Carat (BD Lusi) dan Tanggulangin (TL Lusi) - keluarnya leleran lumpur pada gunung-gununglumpur purba di sebelah TL Lusi, yaitu: Kalang Anyar, Pulungan, Gunung Anyar - keringnya sumur-sumur penduduk secara tiba2 di sekitar lokasi gunung-gunung lumpur purba tersebut Semua gejala tersebut mau tak mau membuat saya lebih mencurigai bahwa Sesar Watukosek telah bergerak dan menyebabkan perubahan fluida di zona sepanjang 50 km tersebut. Sumur Banjar Panji (BJP)-1 berlokasi di zona sesar Watukosek. Saya memandangnya ia pun sebagai korban reaktivasi sesar sinistral ini, yaitu dengan terjadinya partial loss dan total loss dalam beberapa menit - beberapa jam setelah gempa Yogya 27 Mei terjadi. Loss menunjukkan bahwa ada fracturing baru terjadi di lubang sumur. Karena semua gejala gangguan fluida (produksi sumur menurun, semburan lumpur di area Lusi, leleran lumpur di gunung2 lumpur lama, dan keringnya sumur2 penduduk secara tiba2) terjadi di sepanjang zona Sesar Watukosek sekitar 50 km, maka beralasan bila saya menyebut reaktivasi Sesar Watukosek penyebab semua ini. Dapatkah satu titik lubang bor yang diduga terjadi underground blowout menyebabkan semua gejala di atas dalam kelurusan BD-TL sepanjang 50 km? Saya pikir tidak. Bagaimana kalau semua gejala itu disebabkan reaktivasi zona sesar ? Saya pikir ya. Kita punya banyak bukti di lapangan dan bawah permukaan bahwa Sesar Watukosek itu ada, dan kita juga punya bukti langsung (data kegempaan) dan tak langsung (semua gejala gangguan fluida di atas) bahwa reaktivasinya telah terjadi pada 27 Mei 2006 (gejalanya muncul setelahnya). Mengapa semburan Lusi justru terjadi di dekat lokasi sumur BJP-1, sehingga membuat banyak orang curiga bahwa BJP-1 adalah penyebabnya ? Untuk memahami ini, kita perlu melihat data seismik sepanjang utara-selatan, atau BD-TL memotong Delta Brantas atau Kendeng Deep. Dari situ, kita akan melihat bahwa di area ini banyak diapir yang telah tersembur keluar menjadi gunung lumpur. Kendeng Deep adalah suatu cekungan ‘elisional’, yaitu cekungan yang dicirikan oleh sedimentasi sedimen muda (Pliosen-Plistosen) yang sangat tebal, diendapkan sangat cepat, tak terkompaksi dengan baik, tertekan abnormal (overpressured), mobilitas tinggi karena gradien geotermal relatif tinggi, serta terkompresi secara kuat. Di cekungan elisional, diapir dan gunung lumpur biasa terdapat. Di area Lusi, kalau kita melihat data seismiknya, di situ ada ‘piercement structure’ (seperti diapir) yang sedang naik, diapir yang belum menjadi gunung lumpur. Pengetahuan ini baru kita ketahui setelah pengetahuan tentang mud volcano berkembang pesat di wilayah ini. Piercement structure ini overpressured, lokasinya di selatan BJP-1. Saat reaktivasi Sesar Watukosek terjadi, terdapat release pressure melalui Sesar Watukosek, dan materi dari piercement structure ini meyembur ke permukaan sebagai mud eruption. Diapir akan menjadi gunung lumpur melalui konduit sesar, gunung lumpur adalah
Re: [iagi-net-l] Reaktivasi Sesar Watukosek dan Erupsi LUSI
Kalau bisa ada rekaman yg menunjukkan semua gejala yg dituliskan Pak Awang lengkap dg tanggal dan jam pengambilan datanya shg kerangka ruang dan waktunya jadi bisa lebih nyata (bukan katanya), maka akan sangat bermanfaat itu semua untuk didiskusikan. Data produksi dan tekanan dari sumur2 Carat dan Tanggul Angin secara rinci mulai dr sebelum gempa 27 Mei sampai percis 29 Mei, dan bbrp hari/minggu setelah menyemburnya lumpur akan sangat membantu apabila dibuka dan didiskusikan interpretasinya. Apakah legitimate kesimpulan yg diambil ttg gangguan akibat gempa tsb pd prod dan tekanan akan sangat tergantung kerapatan dan akurasi datanya. Dan mungkin juga variable2 lainnya. Juga dokumentasi tentang keluarnya leleran lumpur di lokasi2 Kalang Anyar, Pulungan, Gn Anyar sebelum kejadian semburan 29Mei tapi pasca gempa 27Mei akan sangat membantu untuk menguatkan skenario reaktivasi sesar tsb. Selain itu catatan dan pengukuran keringnya sumur2 penduduk, koordinatnya, level sebelum, saat, dan sesudah gempa 27Mei s/d 29Mei saat semburan terjadi, tentu akan menjadi bukti yg tak terbantahkan, apalagi kalau ada foto2nya. Nah, skrg kita tahu, kita bisa mulai dr mana. Menarik sekali. Salam ADB Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Date: Tue, 31 May 2011 17:50:16 To: IAGIiagi-net@iagi.or.id; Forum HAGIfo...@hagi.or.id; Geo Unpadgeo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi BPMIGASeksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Reaktivasi Sesar Watukosek dan Erupsi LUSI Karena saya menyebut2 bahwa reaktivasi Sesar Watukosek telah menyebabkan erupsi LUSI, seorang anggota milis (Pak Ferdi Kartiko Samodro) bertanya secara pribadi bagaimana detailnya dan mengapa di sepanjang sesar itu hanya di dekat BJP-1 saja LUSI terjadi. Berikut jawaban saya, juga ada jawaban untuk pertanyaan yang diajukan Pak Sunu apa bisa gempa Yogya 27 Mei 2006 mereaktivasi Watukosek lalu menyemburkan LUSI. Semoga bermanfaat, walaupun saya tahu akan mengundang perdebatan (pendapat wajar saja mengundang perdebatan, memang begitulah halnya di dunia ilmiah). salam, Awang - Ferdi, Kecurigaan bahwa reaktivasi Sesar Watukosek merupakan penyebab utama Lusi didasarkan atas gejala-gejala yang teramati di lapangan pada seminggu pertama setelah gempa Yogya 27 Mei 2006 terjadi. Gejala-gejala itu sifatnya tidak lokal, tetapi seperti yang Ferdi tulis di bawah, yaitu menyebar jauh ke selatan- utara sampai sekitar 50 km, dan keunikannya adalah bahwa semua gejala itu terdapat di titik-titik di sepanjang zona Sesar Watukosek. Lusi tidak lahir sendirian, ia ada saudara-saudaranya, yaitu berupa semburan lumpur lain sebanyak empat titik, yang terjadi bersamaan di dalam seminggu lahirnya Lusi. Kelima saudara ini terletak di sepanjang zona Sesar Watukosek membentuk kelurusan BD-TL sepanjang hampir 1 km. Kelurusan semburan-semburan ini dapat membuat kita berpikir ada kelurusan (sesar) di bawah permukaannya yang mengontrolnya. Saya pernah menyaksikan underground blowout baik di onshore (Sumatra Utara) maupun di offshore (Kalimantan Timur), efek ke permukaannya adalah semburan lumpur yang membentuk pola lingkaran mengelilingi sumur. Itu tak terjadi di area sumur Banjar Panji-1 (BJP-1) (Lapindo Brantas, 2006). Di sepanjang 50 km ke selatan-utara dari Lusi, pada hari-hari Lusi baru lahir terdapat beberapa gejala yang menunjukkan gangguan bawah permukaan, semua gejala berlokasi di sepanjang zona Sesar Watukosek: - turunnya produksi lapangan Carat (BD Lusi) dan Tanggulangin (TL Lusi) - keluarnya leleran lumpur pada gunung-gununglumpur purba di sebelah TL Lusi, yaitu: Kalang Anyar, Pulungan, Gunung Anyar - keringnya sumur-sumur penduduk secara tiba2 di sekitar lokasi gunung-gunung lumpur purba tersebut Semua gejala tersebut mau tak mau membuat saya lebih mencurigai bahwa Sesar Watukosek telah bergerak dan menyebabkan perubahan fluida di zona sepanjang 50 km tersebut. Sumur Banjar Panji (BJP)-1 berlokasi di zona sesar Watukosek. Saya memandangnya ia pun sebagai korban reaktivasi sesar sinistral ini, yaitu dengan terjadinya partial loss dan total loss dalam beberapa menit - beberapa jam setelah gempa Yogya 27 Mei terjadi. Loss menunjukkan bahwa ada fracturing baru terjadi di lubang sumur. Karena semua gejala gangguan fluida (produksi sumur menurun, semburan lumpur di area Lusi, leleran lumpur di gunung2 lumpur lama, dan keringnya sumur2 penduduk secara tiba2) terjadi di sepanjang zona Sesar Watukosek sekitar 50 km, maka beralasan bila saya menyebut reaktivasi Sesar Watukosek penyebab semua ini. Dapatkah satu titik lubang bor yang diduga terjadi underground blowout menyebabkan semua gejala di atas dalam kelurusan BD-TL sepanjang 50 km? Saya pikir tidak. Bagaimana kalau semua gejala itu disebabkan reaktivasi zona sesar ? Saya pikir ya. Kita punya banyak bukti di lapangan dan bawah permukaan bahwa