[iagi-net-l] Reaktivasi Sesar Watukosek dan Erupsi LUSI

2011-05-31 Terurut Topik Awang Satyana
Karena saya menyebut2 bahwa reaktivasi Sesar Watukosek telah menyebabkan erupsi 
LUSI, seorang anggota milis (Pak Ferdi Kartiko Samodro) bertanya secara pribadi 
bagaimana detailnya dan mengapa di sepanjang sesar itu hanya di dekat BJP-1 
saja LUSI terjadi. Berikut jawaban saya, juga ada jawaban untuk pertanyaan yang 
diajukan Pak Sunu apa bisa gempa Yogya 27 Mei 2006 mereaktivasi Watukosek lalu 
menyemburkan LUSI. Semoga bermanfaat, walaupun saya tahu akan mengundang 
perdebatan (pendapat wajar saja mengundang perdebatan, memang begitulah halnya 
di dunia ilmiah).

salam,
Awang

-
Ferdi,

Kecurigaan bahwa reaktivasi Sesar Watukosek merupakan penyebab utama Lusi 
didasarkan atas gejala-gejala yang teramati di lapangan pada seminggu pertama 
setelah gempa Yogya 27 Mei 2006 terjadi. Gejala-gejala itu sifatnya tidak 
lokal, tetapi seperti yang Ferdi tulis di bawah, yaitu menyebar jauh ke 
selatan- utara sampai sekitar 50 km, dan keunikannya adalah bahwa semua gejala 
itu terdapat di titik-titik di sepanjang zona Sesar Watukosek.

Lusi tidak lahir sendirian, ia ada saudara-saudaranya, yaitu berupa semburan 
lumpur lain sebanyak empat titik, yang terjadi bersamaan di dalam seminggu 
lahirnya Lusi. Kelima saudara ini terletak di sepanjang zona Sesar Watukosek 
membentuk kelurusan BD-TL sepanjang hampir 1 km. Kelurusan semburan-semburan 
ini dapat membuat kita berpikir ada kelurusan (sesar) di bawah permukaannya 
yang mengontrolnya. Saya pernah menyaksikan underground blowout baik di onshore 
(Sumatra Utara) maupun di offshore (Kalimantan Timur), efek ke permukaannya 
adalah semburan lumpur yang membentuk pola lingkaran mengelilingi sumur. Itu 
tak terjadi di area sumur Banjar Panji-1 (BJP-1) (Lapindo Brantas, 2006).

Di sepanjang 50 km ke selatan-utara dari Lusi, pada hari-hari Lusi baru lahir 
terdapat beberapa gejala yang menunjukkan gangguan bawah permukaan, semua 
gejala berlokasi di sepanjang zona Sesar Watukosek:

- turunnya produksi lapangan Carat (BD Lusi) dan Tanggulangin (TL Lusi)
- keluarnya leleran lumpur pada gunung-gununglumpur purba di sebelah TL Lusi, 
yaitu: Kalang Anyar, Pulungan, Gunung Anyar
- keringnya sumur-sumur penduduk secara tiba2 di sekitar lokasi gunung-gunung 
lumpur purba tersebut

Semua gejala tersebut mau tak mau membuat saya lebih mencurigai bahwa Sesar 
Watukosek telah bergerak dan menyebabkan perubahan fluida di zona sepanjang 50 
km tersebut. Sumur Banjar Panji (BJP)-1 berlokasi di zona sesar Watukosek. Saya 
memandangnya ia pun sebagai korban reaktivasi sesar sinistral ini, yaitu dengan 
terjadinya partial loss dan total loss dalam beberapa menit -  beberapa jam 
setelah gempa Yogya 27 Mei terjadi. Loss menunjukkan bahwa ada fracturing baru 
terjadi di lubang sumur. Karena semua gejala gangguan fluida (produksi sumur 
menurun, semburan lumpur di area Lusi, leleran lumpur di gunung2 lumpur lama, 
dan keringnya sumur2 penduduk secara tiba2) terjadi di sepanjang zona Sesar 
Watukosek sekitar 50 km, maka beralasan bila saya menyebut reaktivasi Sesar 
Watukosek penyebab semua ini. Dapatkah satu titik lubang bor yang diduga 
terjadi underground blowout menyebabkan semua gejala di atas dalam kelurusan 
BD-TL sepanjang 50 km? Saya pikir tidak.
 Bagaimana kalau semua gejala itu disebabkan reaktivasi zona sesar ? Saya pikir 
ya. Kita punya banyak bukti di lapangan dan bawah permukaan bahwa Sesar 
Watukosek itu ada, dan kita juga punya bukti langsung (data kegempaan) dan tak 
langsung (semua gejala gangguan fluida di atas) bahwa reaktivasinya telah 
terjadi pada 27 Mei 2006 (gejalanya muncul setelahnya).

Mengapa semburan Lusi justru terjadi di dekat lokasi sumur BJP-1, sehingga 
membuat banyak orang curiga bahwa BJP-1 adalah penyebabnya ? Untuk memahami 
ini, kita perlu melihat data seismik sepanjang utara-selatan, atau BD-TL 
memotong Delta Brantas atau Kendeng Deep. Dari situ, kita akan melihat bahwa di 
area ini banyak diapir yang telah tersembur keluar menjadi gunung lumpur. 
Kendeng Deep adalah suatu cekungan ‘elisional’, yaitu cekungan yang dicirikan 
oleh sedimentasi sedimen muda (Pliosen-Plistosen) yang sangat tebal, diendapkan 
sangat cepat, tak terkompaksi dengan baik, tertekan abnormal (overpressured), 
mobilitas tinggi karena gradien geotermal relatif tinggi, serta terkompresi 
secara kuat. Di cekungan elisional, diapir dan gunung lumpur biasa terdapat. 

Di area Lusi, kalau kita melihat data seismiknya, di situ ada ‘piercement 
structure’ (seperti diapir) yang sedang naik, diapir yang belum menjadi gunung 
lumpur. Pengetahuan ini baru kita ketahui setelah pengetahuan tentang mud 
volcano berkembang pesat di wilayah ini. Piercement structure ini 
overpressured, lokasinya di selatan BJP-1. Saat reaktivasi Sesar Watukosek 
terjadi, terdapat release pressure melalui Sesar Watukosek, dan materi dari 
piercement structure ini meyembur ke permukaan sebagai mud eruption. Diapir 
akan menjadi gunung lumpur melalui konduit sesar, gunung lumpur adalah 

Re: [iagi-net-l] Reaktivasi Sesar Watukosek dan Erupsi LUSI

2011-05-31 Terurut Topik abachtiar
Kalau bisa ada rekaman yg menunjukkan semua gejala yg dituliskan Pak Awang 
lengkap dg tanggal dan jam pengambilan datanya shg kerangka ruang dan waktunya 
jadi bisa lebih nyata (bukan katanya), maka akan sangat bermanfaat itu semua 
untuk didiskusikan.

Data produksi dan tekanan dari sumur2 Carat dan Tanggul Angin secara rinci 
mulai dr sebelum gempa 27 Mei sampai percis 29 Mei, dan bbrp hari/minggu 
setelah menyemburnya lumpur akan sangat membantu apabila dibuka dan 
didiskusikan interpretasinya. Apakah legitimate kesimpulan yg diambil ttg 
gangguan akibat gempa tsb pd prod dan tekanan akan sangat tergantung kerapatan 
dan akurasi datanya. Dan mungkin juga variable2 lainnya.

Juga dokumentasi tentang keluarnya leleran lumpur di lokasi2 Kalang Anyar, 
Pulungan, Gn Anyar sebelum kejadian semburan 29Mei tapi pasca gempa 27Mei akan 
sangat membantu untuk menguatkan skenario reaktivasi sesar tsb. 

Selain itu catatan dan pengukuran keringnya sumur2 penduduk, koordinatnya, 
level sebelum, saat, dan sesudah gempa 27Mei s/d 29Mei saat semburan terjadi, 
tentu akan menjadi bukti yg tak terbantahkan, apalagi kalau ada foto2nya.

Nah, skrg kita tahu, kita bisa mulai dr mana. Menarik sekali.

Salam

ADB
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
Date: Tue, 31 May 2011 17:50:16 
To: IAGIiagi-net@iagi.or.id; Forum HAGIfo...@hagi.or.id; Geo 
Unpadgeo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi 
BPMIGASeksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Reaktivasi Sesar Watukosek dan Erupsi LUSI
Karena saya menyebut2 bahwa reaktivasi Sesar Watukosek telah menyebabkan erupsi 
LUSI, seorang anggota milis (Pak Ferdi Kartiko Samodro) bertanya secara pribadi 
bagaimana detailnya dan mengapa di sepanjang sesar itu hanya di dekat BJP-1 
saja LUSI terjadi. Berikut jawaban saya, juga ada jawaban untuk pertanyaan yang 
diajukan Pak Sunu apa bisa gempa Yogya 27 Mei 2006 mereaktivasi Watukosek lalu 
menyemburkan LUSI. Semoga bermanfaat, walaupun saya tahu akan mengundang 
perdebatan (pendapat wajar saja mengundang perdebatan, memang begitulah halnya 
di dunia ilmiah).

salam,
Awang

-
Ferdi,

Kecurigaan bahwa reaktivasi Sesar Watukosek merupakan penyebab utama Lusi 
didasarkan atas gejala-gejala yang teramati di lapangan pada seminggu pertama 
setelah gempa Yogya 27 Mei 2006 terjadi. Gejala-gejala itu sifatnya tidak 
lokal, tetapi seperti yang Ferdi tulis di bawah, yaitu menyebar jauh ke 
selatan- utara sampai sekitar 50 km, dan keunikannya adalah bahwa semua gejala 
itu terdapat di titik-titik di sepanjang zona Sesar Watukosek.

Lusi tidak lahir sendirian, ia ada saudara-saudaranya, yaitu berupa semburan 
lumpur lain sebanyak empat titik, yang terjadi bersamaan di dalam seminggu 
lahirnya Lusi. Kelima saudara ini terletak di sepanjang zona Sesar Watukosek 
membentuk kelurusan BD-TL sepanjang hampir 1 km. Kelurusan semburan-semburan 
ini dapat membuat kita berpikir ada kelurusan (sesar) di bawah permukaannya 
yang mengontrolnya. Saya pernah menyaksikan underground blowout baik di onshore 
(Sumatra Utara) maupun di offshore (Kalimantan Timur), efek ke permukaannya 
adalah semburan lumpur yang membentuk pola lingkaran mengelilingi sumur. Itu 
tak terjadi di area sumur Banjar Panji-1 (BJP-1) (Lapindo Brantas, 2006).

Di sepanjang 50 km ke selatan-utara dari Lusi, pada hari-hari Lusi baru lahir 
terdapat beberapa gejala yang menunjukkan gangguan bawah permukaan, semua 
gejala berlokasi di sepanjang zona Sesar Watukosek:

- turunnya produksi lapangan Carat (BD Lusi) dan Tanggulangin (TL Lusi)
- keluarnya leleran lumpur pada gunung-gununglumpur purba di sebelah TL Lusi, 
yaitu: Kalang Anyar, Pulungan, Gunung Anyar
- keringnya sumur-sumur penduduk secara tiba2 di sekitar lokasi gunung-gunung 
lumpur purba tersebut

Semua gejala tersebut mau tak mau membuat saya lebih mencurigai bahwa Sesar 
Watukosek telah bergerak dan menyebabkan perubahan fluida di zona sepanjang 50 
km tersebut. Sumur Banjar Panji (BJP)-1 berlokasi di zona sesar Watukosek. Saya 
memandangnya ia pun sebagai korban reaktivasi sesar sinistral ini, yaitu dengan 
terjadinya partial loss dan total loss dalam beberapa menit -  beberapa jam 
setelah gempa Yogya 27 Mei terjadi. Loss menunjukkan bahwa ada fracturing baru 
terjadi di lubang sumur. Karena semua gejala gangguan fluida (produksi sumur 
menurun, semburan lumpur di area Lusi, leleran lumpur di gunung2 lumpur lama, 
dan keringnya sumur2 penduduk secara tiba2) terjadi di sepanjang zona Sesar 
Watukosek sekitar 50 km, maka beralasan bila saya menyebut reaktivasi Sesar 
Watukosek penyebab semua ini. Dapatkah satu titik lubang bor yang diduga 
terjadi underground blowout menyebabkan semua gejala di atas dalam kelurusan 
BD-TL sepanjang 50 km? Saya pikir tidak.
 Bagaimana kalau semua gejala itu disebabkan reaktivasi zona sesar ? Saya pikir 
ya. Kita punya banyak bukti di lapangan dan bawah permukaan bahwa