Re: Fw: [Fwd: Re: [iagi-net-l] Panjang Hari dalam Penciptaan Kejadian 1 (was : Daratan dan Lautan Pertama )]

2008-06-23 Terurut Topik zaim

Pak Awang dan Rekan IAGI-netters Yth.,
Saya beberapa kali mengirim ke IAGInet tetapi selalu ditolak/mental. Lalu
saya mendapat kiriman dari [EMAIL PROTECTED] HAGI bahwa saya tidak
dikenal, karena bukan masuk anggota milis. Ya memang saya bukan anggota
HAGI, tetapi saya anggota IAGI dan mengikuti milis IAGI.Namun rupa2nya
saya juga kena cekal oleh IAGI ??.
Mohon info, bagaimana imigrasi IAGI tidak mencekal saya dalam milis IAGI.
Terima kasih,

Wassalam,

Yahdi Zaim.
KK Geologi FITB
ITB


 Berikut tulisan Prof. Yahdi Zaim (ITB) terkait subyek di atas yang pernah
 dimuat Harian Pikiran Rakyat pada Maret 1997. Pak Zaim, terima kasih atas
 kiriman e-mail dan artikelnya.
  
 salam,
 awang
 D I M E N S I
 ---
 Oleh :
  Yahdi Zaim *)
  
  
 Ketika mengikuti perkuliahan pada tahun pertama 25 tahun yang lalu di
 Jurusan Teknik Geologi FTM-ITB, saya sempat bingung mencerna makna dua
 kata kunci yang selalu muncul dalam geologi, yaitu ruang dan waktu (time
 and space). Kebingungan saya ini bukan karena tidak mengerti maksud dan
 arti kedua kata kunci tadi, tetapi untuk mencerna dimensi yang terkandung
 dalam ruang dan waktu tersebut.
  
 Dalam setiap mata kuliah, kata-kata ruang dan waktu selalu muncul dengan
 penekanan yang sangat penting untuk memahami segala aspek dalam ilmu
 kebumian (geologi). Salah satu contoh misalnya, bagaimana terjadinya fosil
 yang dipelajari dalam mata kuliah Paleontologi. Dijelaskan, bahwa
 organisme (baik fauna maupun flora) yang terawetkan melalui proses alamiah
 dalam ruang dan waktu akan dapat menjadi fosil, yang kemudian sering
 didapatkan dalam lapisan batuan sedimen.
  
 Kata-kata ruang dan waktu memang mengandung arti dimensi atau satuan
 besaran, yaitu besaran ruang dan besaran waktu. Nah, dalam mencerna kedua
 besaran  itulah yang membingungkan saya, karena pada saat itu hati saya
 agak masygul menerimanya. Betapa tidak, dimensi ruang yang sebelumnya saya
 fahami adalah satuan luas serta paling tidak adalah dimensi geografis  dan
 administratif dari mulai kecamatan sampai provinsi dalam sistem negara
 kita dan lebih luas lagi adalah dimensi negara dalam sistem antar negara.
 Sedangkan dimensi waktu, satuannya mulai dari detik sampai jam, dari hari
 sampai tahun. Lalu tiba-tiba saya diperkenalkan dan harus menerima dimensi
 lain dalam geologi yang sama sekali berbeda dengan apa yang telah saya
 fahami sebelumnya tadi.
  
 Dalam ilmu kebumian, dimensi ruang tidak dibatasi oleh batas-batas
 geografis dan administratif suatu negara. Dimensi ruang disini bersifat
 tiga dimensi yang meliputi dimensi lateral (horisontal) dari mulai yang
 bersifat lokal suatu daerah, regional suatu negara sampai bersifat global
 antar negara dalam memahami dimensi vertikal yaitu proses-proses yang
 terjadi dalam bumi ini, antara lain gempa, sedimentasi, volkanisme dan
 magmatisme serta tentu saja dunia (baca : bumi) dalam sistem tatasurya dan
 lain sebagainya yang menembus batas-batas  geografis dan administratif
 tersebut di atas. Lebih-lebih dalam era Teori Tektonik Global (Global
 Tectonics Theory) seperti  Tektonik Lempeng (Plate Tectonics) yang dianut
 dalam geologi sekarang ini, proses geodinamika bumi menembus batas-batas
 geografis dan administratif suatu negara. Suatu wilayah yang mengandung
 hidrokarbon atau cebakan mineral ekonomis misalnya, dapat saja dibatasi
 oleh batas-batas geografis dan
  atau administratif suatu negara. Tetapi proses-proses pembentukan dan
 penyebaran kedua bahan tambang tadi dapat menembus kedua batas tersebut.
  
 Dimensi waktu tidak lagi dalam hitungan tahun atau abad, tetapi dalam
 bilangan jutaan tahun. Ini sebenarnya yang membuat saya masygul saat
 pertama kali mencerna dimensi waktu dalam geologi. Dalam hati saya waktu
 itu, dan juga barangkali orang yang awam dalam memahami dimensi waktu
 dalam geologi berpendapat bahwa geologiwan itu aneh, koq percaya pada
 dimensi waktu jutaan tahun, dan mungkin dirasakan sebagai suatu dimensi
 yang imajiner. Tetapi sebenarnya, geologiwan itu masih belum aneh jika
 dibandingkan dengan rekan-rekan yang mendalami bidang astronomi. Betapa
 tidak, karena dalam astronomi dimensi jarak antar bintang saja ukurannya
 dalam jutaan tahun cahaya !. Jadi, dimensi jarak dalam astronomi ini tidak
 lagi dengan besaran kilometer seperti pada jarak antara suatu kota ke kota
 lainnya yang lazim digunakan. Sepertinya dimensi jarak dalam astronomi
 tadi lebih imajiner dalam pandangan orang awam, jika dibandingkan dengan
 dimensi waktu dalam geologi yang
  jutaan tahun tersebut. Padahal, para geologiwan maupun astronomiwan dapat
 menguraikan dan menerangkan kedua dimensi tersebut secara ilmiah yang
 dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.
  
 Dalam perjalanan mencerna dimensi ruang dan waktu selanjutnya, ternyata
 saya merasakan bahwa kedua dimensi tersebut memang sangat logis dan
 diperlukan untuk memahami segala proses yang terjadi dalam bumi kita ini.
 Dan sebenarnya kedua dimensi geologi tadi, terutama dimensi waktu telah
 

Fw: [Fwd: Re: [iagi-net-l] Panjang Hari dalam Penciptaan Kejadian 1 (was : Daratan dan Lautan Pertama )]

2008-06-22 Terurut Topik Awang Satyana
Berikut tulisan Prof. Yahdi Zaim (ITB) terkait subyek di atas yang pernah 
dimuat Harian Pikiran Rakyat pada Maret 1997. Pak Zaim, terima kasih atas 
kiriman e-mail dan artikelnya.
 
salam,
awang
D I M E N S I
---
Oleh :
 Yahdi Zaim *)
 
 
Ketika mengikuti perkuliahan pada tahun pertama 25 tahun yang lalu di Jurusan 
Teknik Geologi FTM-ITB, saya sempat bingung mencerna makna dua kata kunci yang 
selalu muncul dalam geologi, yaitu ruang dan waktu (time and space). 
Kebingungan saya ini bukan karena tidak mengerti maksud dan arti kedua kata 
kunci tadi, tetapi untuk mencerna dimensi yang terkandung dalam ruang dan waktu 
tersebut.
 
Dalam setiap mata kuliah, kata-kata ruang dan waktu selalu muncul dengan 
penekanan yang sangat penting untuk memahami segala aspek dalam ilmu kebumian 
(geologi). Salah satu contoh misalnya, bagaimana terjadinya fosil yang 
dipelajari dalam mata kuliah Paleontologi. Dijelaskan, bahwa organisme (baik 
fauna maupun flora) yang terawetkan melalui proses alamiah dalam ruang dan 
waktu akan dapat menjadi fosil, yang kemudian sering didapatkan dalam lapisan 
batuan sedimen.
 
Kata-kata ruang dan waktu memang mengandung arti dimensi atau satuan besaran, 
yaitu besaran ruang dan besaran waktu. Nah, dalam mencerna kedua besaran  
itulah yang membingungkan saya, karena pada saat itu hati saya agak masygul 
menerimanya. Betapa tidak, dimensi ruang yang sebelumnya saya fahami adalah 
satuan luas serta paling tidak adalah dimensi geografis  dan administratif dari 
mulai kecamatan sampai provinsi dalam sistem negara kita dan lebih luas lagi 
adalah dimensi negara dalam sistem antar negara. Sedangkan dimensi waktu, 
satuannya mulai dari detik sampai jam, dari hari sampai tahun. Lalu tiba-tiba 
saya diperkenalkan dan harus menerima dimensi lain dalam geologi yang sama 
sekali berbeda dengan apa yang telah saya fahami sebelumnya tadi.
 
Dalam ilmu kebumian, dimensi ruang tidak dibatasi oleh batas-batas geografis 
dan administratif suatu negara. Dimensi ruang disini bersifat tiga dimensi yang 
meliputi dimensi lateral (horisontal) dari mulai yang bersifat lokal suatu 
daerah, regional suatu negara sampai bersifat global antar negara dalam 
memahami dimensi vertikal yaitu proses-proses yang terjadi dalam bumi ini, 
antara lain gempa, sedimentasi, volkanisme dan magmatisme serta tentu saja 
dunia (baca : bumi) dalam sistem tatasurya dan lain sebagainya yang menembus 
batas-batas  geografis dan administratif tersebut di atas. Lebih-lebih dalam 
era Teori Tektonik Global (Global Tectonics Theory) seperti  Tektonik Lempeng 
(Plate Tectonics) yang dianut dalam geologi sekarang ini, proses geodinamika 
bumi menembus batas-batas geografis dan administratif suatu negara. Suatu 
wilayah yang mengandung hidrokarbon atau cebakan mineral ekonomis misalnya, 
dapat saja dibatasi oleh batas-batas geografis dan
 atau administratif suatu negara. Tetapi proses-proses pembentukan dan 
penyebaran kedua bahan tambang tadi dapat menembus kedua batas tersebut.
 
Dimensi waktu tidak lagi dalam hitungan tahun atau abad, tetapi dalam bilangan 
jutaan tahun. Ini sebenarnya yang membuat saya masygul saat pertama kali 
mencerna dimensi waktu dalam geologi. Dalam hati saya waktu itu, dan juga 
barangkali orang yang awam dalam memahami dimensi waktu dalam geologi 
berpendapat bahwa geologiwan itu aneh, koq percaya pada dimensi waktu jutaan 
tahun, dan mungkin dirasakan sebagai suatu dimensi yang imajiner. Tetapi 
sebenarnya, geologiwan itu masih belum aneh jika dibandingkan dengan 
rekan-rekan yang mendalami bidang astronomi. Betapa tidak, karena dalam 
astronomi dimensi jarak antar bintang saja ukurannya dalam jutaan tahun cahaya 
!. Jadi, dimensi jarak dalam astronomi ini tidak lagi dengan besaran kilometer 
seperti pada jarak antara suatu kota ke kota lainnya yang lazim digunakan. 
Sepertinya dimensi jarak dalam astronomi tadi lebih imajiner dalam pandangan 
orang awam, jika dibandingkan dengan dimensi waktu dalam geologi yang
 jutaan tahun tersebut. Padahal, para geologiwan maupun astronomiwan dapat 
menguraikan dan menerangkan kedua dimensi tersebut secara ilmiah yang dapat 
dipertanggung jawabkan keabsahannya.
 
Dalam perjalanan mencerna dimensi ruang dan waktu selanjutnya, ternyata saya 
merasakan bahwa kedua dimensi tersebut memang sangat logis dan diperlukan untuk 
memahami segala proses yang terjadi dalam bumi kita ini. Dan sebenarnya kedua 
dimensi geologi tadi, terutama dimensi waktu telah tegas dinyatakan dalam surat 
Al Hadid ayat 4. Dalam ayat tersebut Allah menyatakan bahwa bumi ini diciptakan 
dalam waktu enam hari {Hualladzii kholaqossamaawaati wal ardi fii sittati 
ayyaam; - sittati (=enam), ayyam (=hari)}. Nah, disini masalahnya, tidak banyak 
orang berfikir tentang dimensi Tuhan. Kalau nalar kita hanya berpijak pada 
kekuasaan Tuhan, bahwa Allah Maha Besar dan Maha Kuasa, maka kita akan berhenti 
berfikir yang hanya sampai pada keyakinan akan kekuasaan Tuhan itu saja. Dengan 
demikian maka 

Re: Fw: [Fwd: Re: [iagi-net-l] Panjang Hari dalam Penciptaan Kejadian 1 (was : Daratan dan Lautan Pertama )]

2008-06-22 Terurut Topik zaim
Pak Awang Yth.,
Terima kasih telah memforward-kan tulisan saya lewat milis IAGI.Mudah2an
bermanfaat sebagai bacaan ringan teman2 IAGI.
Salam,
Yahdi Zaim

 Berikut tulisan Prof. Yahdi Zaim (ITB) terkait subyek di atas yang pernah
 dimuat Harian Pikiran Rakyat pada Maret 1997. Pak Zaim, terima kasih atas
 kiriman e-mail dan artikelnya.
  
 salam,
 awang
 D I M E N S I
 ---
 Oleh :
  Yahdi Zaim *)
  
  
 Ketika mengikuti perkuliahan pada tahun pertama 25 tahun yang lalu di
 Jurusan Teknik Geologi FTM-ITB, saya sempat bingung mencerna makna dua
 kata kunci yang selalu muncul dalam geologi, yaitu ruang dan waktu (time
 and space). Kebingungan saya ini bukan karena tidak mengerti maksud dan
 arti kedua kata kunci tadi, tetapi untuk mencerna dimensi yang terkandung
 dalam ruang dan waktu tersebut.
  
 Dalam setiap mata kuliah, kata-kata ruang dan waktu selalu muncul dengan
 penekanan yang sangat penting untuk memahami segala aspek dalam ilmu
 kebumian (geologi). Salah satu contoh misalnya, bagaimana terjadinya fosil
 yang dipelajari dalam mata kuliah Paleontologi. Dijelaskan, bahwa
 organisme (baik fauna maupun flora) yang terawetkan melalui proses alamiah
 dalam ruang dan waktu akan dapat menjadi fosil, yang kemudian sering
 didapatkan dalam lapisan batuan sedimen.
  
 Kata-kata ruang dan waktu memang mengandung arti dimensi atau satuan
 besaran, yaitu besaran ruang dan besaran waktu. Nah, dalam mencerna kedua
 besaran  itulah yang membingungkan saya, karena pada saat itu hati saya
 agak masygul menerimanya. Betapa tidak, dimensi ruang yang sebelumnya saya
 fahami adalah satuan luas serta paling tidak adalah dimensi geografis  dan
 administratif dari mulai kecamatan sampai provinsi dalam sistem negara
 kita dan lebih luas lagi adalah dimensi negara dalam sistem antar negara.
 Sedangkan dimensi waktu, satuannya mulai dari detik sampai jam, dari hari
 sampai tahun. Lalu tiba-tiba saya diperkenalkan dan harus menerima dimensi
 lain dalam geologi yang sama sekali berbeda dengan apa yang telah saya
 fahami sebelumnya tadi.
  
 Dalam ilmu kebumian, dimensi ruang tidak dibatasi oleh batas-batas
 geografis dan administratif suatu negara. Dimensi ruang disini bersifat
 tiga dimensi yang meliputi dimensi lateral (horisontal) dari mulai yang
 bersifat lokal suatu daerah, regional suatu negara sampai bersifat global
 antar negara dalam memahami dimensi vertikal yaitu proses-proses yang
 terjadi dalam bumi ini, antara lain gempa, sedimentasi, volkanisme dan
 magmatisme serta tentu saja dunia (baca : bumi) dalam sistem tatasurya dan
 lain sebagainya yang menembus batas-batas  geografis dan administratif
 tersebut di atas. Lebih-lebih dalam era Teori Tektonik Global (Global
 Tectonics Theory) seperti  Tektonik Lempeng (Plate Tectonics) yang dianut
 dalam geologi sekarang ini, proses geodinamika bumi menembus batas-batas
 geografis dan administratif suatu negara. Suatu wilayah yang mengandung
 hidrokarbon atau cebakan mineral ekonomis misalnya, dapat saja dibatasi
 oleh batas-batas geografis dan
  atau administratif suatu negara. Tetapi proses-proses pembentukan dan
 penyebaran kedua bahan tambang tadi dapat menembus kedua batas tersebut.
  
 Dimensi waktu tidak lagi dalam hitungan tahun atau abad, tetapi dalam
 bilangan jutaan tahun. Ini sebenarnya yang membuat saya masygul saat
 pertama kali mencerna dimensi waktu dalam geologi. Dalam hati saya waktu
 itu, dan juga barangkali orang yang awam dalam memahami dimensi waktu
 dalam geologi berpendapat bahwa geologiwan itu aneh, koq percaya pada
 dimensi waktu jutaan tahun, dan mungkin dirasakan sebagai suatu dimensi
 yang imajiner. Tetapi sebenarnya, geologiwan itu masih belum aneh jika
 dibandingkan dengan rekan-rekan yang mendalami bidang astronomi. Betapa
 tidak, karena dalam astronomi dimensi jarak antar bintang saja ukurannya
 dalam jutaan tahun cahaya !. Jadi, dimensi jarak dalam astronomi ini tidak
 lagi dengan besaran kilometer seperti pada jarak antara suatu kota ke kota
 lainnya yang lazim digunakan. Sepertinya dimensi jarak dalam astronomi
 tadi lebih imajiner dalam pandangan orang awam, jika dibandingkan dengan
 dimensi waktu dalam geologi yang
  jutaan tahun tersebut. Padahal, para geologiwan maupun astronomiwan dapat
 menguraikan dan menerangkan kedua dimensi tersebut secara ilmiah yang
 dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.
  
 Dalam perjalanan mencerna dimensi ruang dan waktu selanjutnya, ternyata
 saya merasakan bahwa kedua dimensi tersebut memang sangat logis dan
 diperlukan untuk memahami segala proses yang terjadi dalam bumi kita ini.
 Dan sebenarnya kedua dimensi geologi tadi, terutama dimensi waktu telah
 tegas dinyatakan dalam surat Al Hadid ayat 4. Dalam ayat tersebut Allah
 menyatakan bahwa bumi ini diciptakan dalam waktu enam hari {Hualladzii
 kholaqossamaawaati wal ardi fii sittati ayyaam; - sittati (=enam), ayyam
 (=hari)}. Nah, disini masalahnya, tidak banyak orang berfikir tentang
 dimensi Tuhan. Kalau nalar kita hanya berpijak