RE: [Fwd: Re: [iagi-net-l] Panjang Hari dalam Penciptaan Kejadian 1 (was : Daratan dan Lautan Pertama )]

2008-06-23 Terurut Topik Kuntadi, Nugrahanto
Salam,

Kang Zaim, kemasygulan Anda tentang sulitnya memahami dimensi Allah adalah 
manusiawi sekali, karena kita manusia hanyalah diberi pengetahuan tentang 
Allah, kecuali hanya sedikit kang. Tetapi, Allah - dengan segala misteri Nya - 
tetap memberikan ruang dan waktu bagi kita manusia sebagai makhluk berakal 
untuk terus mengembangkan pikiran-pikiran sebagaimana diskusi yang tengah 
berlangsung ini.  Berikut saya kutipkan dua buah ayat terakhir dari Surat Yusuf:
110. Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan 
mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para 
rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. 
Dan tidak dapat ditolak siksa Kami dari pada orang-orang yang berdosa. 

111. Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi 
orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, 
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala 
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. 

Ayat 110 di atas dalam kaitannya dengan kisah Nabi Nuh (dan nabi-nabi lainnya), 
dimana bencana alam / geologi yang terjadi adalah akibat 
kemungkaran-kemungkaran yang sudah sedemikian parah sehingga Allah turunkan 
azab kepada kaum yang ingkar, dan Allah selamatkan yang beriman kepada 
rasulnya.  Dan di ayat 111, Allah berfirman bahwa azab yang diturunkan itu 
tidak lain adalah untuk pengajaran bagi orang-orang yang berakal

Sebagai penutup, ada satu lagi ayat yang dahsyat di dalam Surat Al Hasyr 
tentang bagaimana Allah menghendaki manusia untuk memikirkan fenomena ciptaan 
Allah sebagai refleksi dari kekuasaan Nya:
21. Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu 
akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan 
perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.

Salam,
Kuntadi

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, June 23, 2008 11:37 AM
To: IAGI; Geo Unpad; Forum HAGI
Cc: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Subject: Fw: [Fwd: Re: [iagi-net-l] Panjang Hari dalam Penciptaan Kejadian 1 
(was : Daratan dan Lautan Pertama )]

Berikut tulisan Prof. Yahdi Zaim (ITB) terkait subyek di atas yang pernah 
dimuat Harian Pikiran Rakyat pada Maret 1997. Pak Zaim, terima kasih atas 
kiriman e-mail dan artikelnya.
 
salam,
awang
D I M E N S I
---
Oleh :
 Yahdi Zaim *)
 
 
Ketika mengikuti perkuliahan pada tahun pertama 25 tahun yang lalu di Jurusan 
Teknik Geologi FTM-ITB, saya sempat bingung mencerna makna dua kata kunci yang 
selalu muncul dalam geologi, yaitu ruang dan waktu (time and space). 
Kebingungan saya ini bukan karena tidak mengerti maksud dan arti kedua kata 
kunci tadi, tetapi untuk mencerna dimensi yang terkandung dalam ruang dan waktu 
tersebut.
 
Dalam setiap mata kuliah, kata-kata ruang dan waktu selalu muncul dengan 
penekanan yang sangat penting untuk memahami segala aspek dalam ilmu kebumian 
(geologi). Salah satu contoh misalnya, bagaimana terjadinya fosil yang 
dipelajari dalam mata kuliah Paleontologi. Dijelaskan, bahwa organisme (baik 
fauna maupun flora) yang terawetkan melalui proses alamiah dalam ruang dan 
waktu akan dapat menjadi fosil, yang kemudian sering didapatkan dalam lapisan 
batuan sedimen.
 
Kata-kata ruang dan waktu memang mengandung arti dimensi atau satuan besaran, 
yaitu besaran ruang dan besaran waktu. Nah, dalam mencerna kedua besaran  
itulah yang membingungkan saya, karena pada saat itu hati saya agak masygul 
menerimanya. Betapa tidak, dimensi ruang yang sebelumnya saya fahami adalah 
satuan luas serta paling tidak adalah dimensi geografis  dan administratif dari 
mulai kecamatan sampai provinsi dalam sistem negara kita dan lebih luas lagi 
adalah dimensi negara dalam sistem antar negara. Sedangkan dimensi waktu, 
satuannya mulai dari detik sampai jam, dari hari sampai tahun. Lalu tiba-tiba 
saya diperkenalkan dan harus menerima dimensi lain dalam geologi yang sama 
sekali berbeda dengan apa yang telah saya fahami sebelumnya tadi.
 
Dalam ilmu kebumian, dimensi ruang tidak dibatasi oleh batas-batas geografis 
dan administratif suatu negara. Dimensi ruang disini bersifat tiga dimensi yang 
meliputi dimensi lateral (horisontal) dari mulai yang bersifat lokal suatu 
daerah, regional suatu negara sampai bersifat global antar negara dalam 
memahami dimensi vertikal yaitu proses-proses yang terjadi dalam bumi ini, 
antara lain gempa, sedimentasi, volkanisme dan magmatisme serta tentu saja 
dunia (baca : bumi) dalam sistem tatasurya dan lain sebagainya yang menembus 
batas-batas  geografis dan administratif tersebut di atas. Lebih-lebih dalam 
era Teori Tektonik Global (Global Tectonics Theory) seperti  Tektonik Lempeng 
(Plate Tectonics) yang dianut dalam geologi sekarang ini, proses geodinamika 
bumi menembus batas-batas geografis dan administratif suatu

RE: [Fwd: Re: [iagi-net-l] Panjang Hari dalam Penciptaan Kejadian 1 (was : Daratan dan Lautan Pertama )]

2008-06-23 Terurut Topik zaim
Pak Kuntadi Yth.,
Terima kasih atas respon dan pencerahannya. Semoga saya dapat semakin
mendekatkan diri pada Ilahi Rabbi, pencipta semesta alam.

Wassalam,
Yahdi Zaim,
KK Geologi FITB
ITB


 Salam,

 Kang Zaim, kemasygulan Anda tentang sulitnya memahami dimensi Allah adalah
 manusiawi sekali, karena kita manusia hanyalah diberi pengetahuan tentang
 Allah, kecuali hanya sedikit kang. Tetapi, Allah - dengan segala misteri
 Nya - tetap memberikan ruang dan waktu bagi kita manusia sebagai makhluk
 berakal untuk terus mengembangkan pikiran-pikiran sebagaimana diskusi yang
 tengah berlangsung ini.  Berikut saya kutipkan dua buah ayat terakhir dari
 Surat Yusuf:
 110. Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang
 keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan,
 datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan
 orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami dari
 pada orang-orang yang berdosa.

 111. Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
 orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang
 dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
 menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
 beriman.

 Ayat 110 di atas dalam kaitannya dengan kisah Nabi Nuh (dan nabi-nabi
 lainnya), dimana bencana alam / geologi yang terjadi adalah akibat
 kemungkaran-kemungkaran yang sudah sedemikian parah sehingga Allah
 turunkan azab kepada kaum yang ingkar, dan Allah selamatkan yang beriman
 kepada rasulnya.  Dan di ayat 111, Allah berfirman bahwa azab yang
 diturunkan itu tidak lain adalah untuk pengajaran bagi orang-orang yang
 berakal

 Sebagai penutup, ada satu lagi ayat yang dahsyat di dalam Surat Al Hasyr
 tentang bagaimana Allah menghendaki manusia untuk memikirkan fenomena
 ciptaan Allah sebagai refleksi dari kekuasaan Nya:
 21. Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti
 kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada
 Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya
 mereka berfikir.

 Salam,
 Kuntadi

 -Original Message-
 From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Monday, June 23, 2008 11:37 AM
 To: IAGI; Geo Unpad; Forum HAGI
 Cc: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Fw: [Fwd: Re: [iagi-net-l] Panjang Hari dalam Penciptaan Kejadian
 1 (was : Daratan dan Lautan Pertama )]

 Berikut tulisan Prof. Yahdi Zaim (ITB) terkait subyek di atas yang pernah
 dimuat Harian Pikiran Rakyat pada Maret 1997. Pak Zaim, terima kasih atas
 kiriman e-mail dan artikelnya.
  
 salam,
 awang
 D I M E N S I
 ---
 Oleh :
  Yahdi Zaim *)
  
  
 Ketika mengikuti perkuliahan pada tahun pertama 25 tahun yang lalu di
 Jurusan Teknik Geologi FTM-ITB, saya sempat bingung mencerna makna dua
 kata kunci yang selalu muncul dalam geologi, yaitu ruang dan waktu (time
 and space). Kebingungan saya ini bukan karena tidak mengerti maksud dan
 arti kedua kata kunci tadi, tetapi untuk mencerna dimensi yang terkandung
 dalam ruang dan waktu tersebut.
  
 Dalam setiap mata kuliah, kata-kata ruang dan waktu selalu muncul dengan
 penekanan yang sangat penting untuk memahami segala aspek dalam ilmu
 kebumian (geologi). Salah satu contoh misalnya, bagaimana terjadinya fosil
 yang dipelajari dalam mata kuliah Paleontologi. Dijelaskan, bahwa
 organisme (baik fauna maupun flora) yang terawetkan melalui proses alamiah
 dalam ruang dan waktu akan dapat menjadi fosil, yang kemudian sering
 didapatkan dalam lapisan batuan sedimen.
  
 Kata-kata ruang dan waktu memang mengandung arti dimensi atau satuan
 besaran, yaitu besaran ruang dan besaran waktu. Nah, dalam mencerna kedua
 besaran  itulah yang membingungkan saya, karena pada saat itu hati saya
 agak masygul menerimanya. Betapa tidak, dimensi ruang yang sebelumnya saya
 fahami adalah satuan luas serta paling tidak adalah dimensi geografis  dan
 administratif dari mulai kecamatan sampai provinsi dalam sistem negara
 kita dan lebih luas lagi adalah dimensi negara dalam sistem antar negara.
 Sedangkan dimensi waktu, satuannya mulai dari detik sampai jam, dari hari
 sampai tahun. Lalu tiba-tiba saya diperkenalkan dan harus menerima dimensi
 lain dalam geologi yang sama sekali berbeda dengan apa yang telah saya
 fahami sebelumnya tadi.
  
 Dalam ilmu kebumian, dimensi ruang tidak dibatasi oleh batas-batas
 geografis dan administratif suatu negara. Dimensi ruang disini bersifat
 tiga dimensi yang meliputi dimensi lateral (horisontal) dari mulai yang
 bersifat lokal suatu daerah, regional suatu negara sampai bersifat global
 antar negara dalam memahami dimensi vertikal yaitu proses-proses yang
 terjadi dalam bumi ini, antara lain gempa, sedimentasi, volkanisme dan
 magmatisme serta tentu saja dunia (baca : bumi) dalam sistem tatasurya dan
 lain sebagainya yang menembus batas-batas  geografis dan administratif
 tersebut di atas. Lebih