[iagi-net-l] OOT : Renungan 30 September

2007-09-30 Terurut Topik Awang Satyana
Hari ini Minggu 30 September 2007. Kalau sepuluh tahun yang lalu dan 
selebihnya, bendera Merah Putih mesti dipasang setengah tiang di depan rumah 
dan besok dipasang setiang penuh. Kalau sepuluh tahun yang lalu dan selebihnya, 
nanti malam pasti ada pemutaran film "Pengkhianatan G30S/PKI", film yang sudah 
berkali-kali saya tonton, film panjang yang menegangkan, film panjang yang 
bagus sekali, film panjang yang sarat dengan kejahatan PKI dan heroisme 
Soeharto, Kostrad, dan RPKAD.
   
  Era Reformasi terjadi setelah Pak Harto mengundurkan diri. Bendera Merah 
Putih setengah tiang dan setiang penuh tak lagi wajib dipasang di depan rumah 
pada setiap 30 September dan 1 Oktober. Tak ada lagi pemutaran film 
"Pengkhianatan G30S/PKI. Dan, terjadilah kontroversi dalam sejarah seputar G30S 
(Gerakan Tiga Puluh September itu). Siapa dalang sesungguhnya ? Kontroversi 
terjadi karena buku-buku yang membahasnya mulai bermunculan pada era Reformasi 
ini. Buku2 seperti ini tak mungkin bisa saya baca pada era Soeharto jadi 
presiden RI sebab pasti akan dilarang sebelum dicetak diperbanyak. Semua 
kontroversi ini menyimpulkan beberapa hal buat saya : ada sesuatu yang 
ditutup-tutupi dalam sejarah, ada sesuatu yang dibelokkan dalam sejarah, ada 
sesuatu yang direkayasa dalam sejarah. Film "Pengkhianatan G30S/PKI" mungkin 
juga hasil rekayasa sejarah, atau pembelokan sejarah, atau penutupan sejarah, 
diputar untuk semacam sarana indoktrinasi masyarakat.
   
  Saya belajar sejarah di SMP-SMA (1977-1983) dengan kurikulum 1975. Saya 
diajarkan bahwa PKI adalah dalang G30S yang membunuh tujuh pahlawan revolusi 
pada malam 30 September 1965 dan dini hari 1 Oktober 1965 lalu segera berhasil 
ditumpas dengan sangat cepat oleh Soeharto dan RPKAD. Maka gerakan ini disebut 
G30S/PKI. Tetapi,  tak pernah diajarkan dan tak pernah ada di buku pelajaran 
sejarah  bahwa akibat tujuh pahlawan revolusi yang dibunuh PKI itu telah 
terjadi pembantaian massal atas orang2 yang diduga anggota atau simpatisan PKI 
di mana-mana. Paling sedikit setengah juta orang Indonesia dibantai mati oleh 
bangsanya sendiri, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Siapa yang 
membantainya ? Angkatan darat dan ormas2 anti PKI.
   
  Benarkah PKI adalah dalang G30S ? Di situlah kontroversinya. Di bawah ada 
kutipan wawancara Suara Merdeka dengan Dr. Asvi Warman Adam, ahli sejarah dari 
LIPI yang banyak meneliti kontroversi ini.
   
  Yang membingungkan, Kurikulum 2004 mencopot PKI dari G30S berdasarkan masukan 
dari para ahli sejarah sebab makin banyak bukti dan hasil penelitian bahwa 
dalang G30S bukan PKI atau bukan PKI sebagai partai tetapi oknum2 PKI, atau 
bisa Soeharto, atau CIA/Inggris/Australia, dll. Multi tafsir, maka tak benar 
langsung menuduh PKI sebagai dalangnya. Ini memang kenyataan sejarah, bahwa ada 
rekayasa politik dan pertarungan/persaingan politik/kekuasaan menjelang G30S. 
Jadi, jangan membodohi anak didik dengan versi yang belum tentu benar. Jadi, 
namakan saja G30S sampai nanti ada kejelasannya. Sejarah kan terus berkembang. 
Begitulah kira2 masukan para sejarawan yang diterima oleh Tim Kurikulum 2004 
sehingga mencopot PKI dari G30S menjadi G30S saja. Buku2 sejarah untuk SMP dan 
SMA pun dicetak dengan mencantumkan G30S. Tetapi, kemudian Kurikulum TSP 
(tingkat satuan pendidikan) 2006 mencantumkan kembali PKI pada G30S menjadi 
G30S/PKI. Nah, membingungkan ! 
   
  Berbekal Kurikulum 2006 dan SK Menteri Pendidikan Nasional tentang itu, maka 
aparat Kejaksaan memburu buku2 sejarah SMP/MTs dan SMA/MA/SMK yang hanya 
menyebut G30S dalam tragedi 30 September 1965 itu lalu membakarnya. Dalam dua 
tahun ini telah puluhan ribu buku dari banyak penerbit dibakar. Guru, anak 
didik, penerbit, dan orang tua kebingungan. Berapa besar kerugian karena ini ? 
   
  Minggu lalu, 25 September 2007, aparat Kejaksaan Negeri Bekasi memusnahkan 
1468 buku sejarah untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK dari berbagai penerbit yang 
menurut mereka mengajarkan sejarah yang tak sesuai fakta, yaitu hanya 
mencantumkan G30S dan bukan G30S/PKI (berita di Bisnis Jakarta 26 September 
2007 hal. 3). 
   
  Gayung bersambut. Para ahli sejarah dan para penerbit akan memperkarakan 
Kejaksaan dan Depdiknas ke pengadilan atas kasus pembakaran buku2 ini. Para 
penerbit beralasan bahwa buku2 itu ditulis sesuai Kurikulum 2004 dari Depdiknas 
sendiri yang hanya mencantumkan G30S; sedangkan para ahli sejarah beralasan 
bahwa dalang G30S belum tentu PKI.
   
  Begitulah cerita carut-marut di negeri tercinta ini. Ada yang berusaha 
menegakkan fakta, ada yang berusaha tetap mempertahankan kekaburan fakta. Kasus 
G30S, siapa pun dalangnya tak boleh terulang lagi di negeri tercinta ini. 
Apakah kita ingin lagi melihat saudara-saudara kita sendiri terkapar mandi 
darah dibantai tetangganya, apakah kita ingin lagi melihat sungai menjadi merah 
oleh darah puluhan mayat yang dibantai ? Kesalahpahaman, pemahaman buta, 
dendam, dan pemutarbalikan fakta telah mendorong sesama bangsa kita telah 
sal

Re: Hal: [iagi-net-l] Balasan: Hal: [iagi-net-l] Sertifikasi IAGI

2007-09-30 Terurut Topik heri ferius

Cara Saya Bercanda (CSB) meyakinkan apa itu menyamaratakan institusi agar
jaminan mutu dan legitimate?

Salam
HF

- Original Message - 
From: "yanto salim" <[EMAIL PROTECTED]>

To: 
Sent: Tuesday, September 25, 2007 6:41 AM
Subject: Hal: Hal: [iagi-net-l] Balasan: Hal: [iagi-net-l] Sertifikasi IAGI


Pak Heri,

CSB itu singkatan dari apa?.



- Pesan Asli 
Dari: heri ferius <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Terkirim: Sabtu, 22 September, 2007 3:30:44
Topik: Re: Hal: [iagi-net-l] Balasan: Hal: [iagi-net-l] Sertifikasi IAGI

Tanya pak, bisa dipakai buat cari kerja ngak?.
ANGGAP saja, Pengalaman > 13 thn di CSB sebagai wellsite geologist dan
merangkap virtual office geologist dalam evaluasi (maklum pekerja
kontrak-kontrak alias labour supply) dan geologist kumpeni nya pada
baru-baru kemaren sore, dengan keahlian "Click engineer". Pokoke serba tahu
CSB, kalau ada yang ingin tahu detil dan tetek bengek nya CSB, rugi kalau
ngak
sempat diskusi. Trus nyari sertifikat seperti yang dimaksud, bisa diapply ke
kumpani dan diterima.  Jaminan ?.

HF as a unemployment.

- Original Message - 
From: "benyamin sembiring" <[EMAIL PROTECTED]>

To: 
Sent: Wednesday, September 19, 2007 1:40 PM
Subject: Re: Hal: [iagi-net-l] Balasan: Hal: [iagi-net-l] Sertifikasi IAGI



sertifikasi di bidang drilling, juru tembak seismik sangat berbeda sekali
dengan sertifikasi yang diberikan oleh IAGI. Itu adalah sertifikat/ijazah
yang diberikan apabila seseorang ikut kursus drilling, juru tembak dan
dinyatakan lulus.


untuk mendapatkan sertifikasi di IAGI pelamar tidak perlu harus mengikuti
kursus (belajar), test tertulis untuk menyatakan lulus atau tidak lulus
dan
mendapatkan sertifikat.
Sertifikasi di IAGI lebih cenderung kepada pengalaman, pengakuan terhadap
kemampuan seseorang di bidang tertentu sesuai dengan pengalaman.
Pengalaman
disini bisa diartikan tingkat pendidikan, pengalaman bekerja (mengerjakan
pekerjaan sesuai sertifikasi yg diminta),  adanya pengakuan dari orang
lain,
karya ilmiah, dll
Jadi bisa dikatakan bahwa IAGI memberikan lebel kepada seseorang yang
memang
benar-banar ahli dibidang tertentu.

Satu sisi ini sangat baik, mengapa
Kita gak perlu kecolongan mempekerjakan seseorang yang tidak ahlinya, jika
kita butuh ahli geologi di central sumatra basin, kita gak perlu salah
mencari orang yang ahli di well site geologist, dll.
Atau maukah pekerjaan kita dikerjakan oleh orang yang bukan ahlinya.
Mungkin
saja orang tersebut S3 geologi sudah banyak pengalaman, tapi tidak semua
dia
akan tau tentang geologi.

Jadi untuk itulah sertifikasi ahli diberikan

salam
benz (pernah kerja di sekretariat IAGI)






Pada tanggal 19/09/07, yanto salim <[EMAIL PROTECTED]> menulis:


Inilah justifikasi untuk menjalankan Sertifikasi, dan permainan kata kata
yang tentunya sah sah saja, selama sertifikasi itu bukan merupakan
keharusan
sehingga akhirnya menjadi beban biaya baik oleh perorangan maupun
perusahaan
dan kalau cost recovery akan menjadi biaya negara. Hitungannya sederhana
saja 1,000 geologist membayar Rp. 100.000 maka jumlah itu sudah menjadi
Rp.100.000.000.
Tolong di lihat bahwa sistim sertifikasi inisudah menjalar sedemikian
banyaknya apapun alasannya , dibidang drilling, jurutembak seismik
dsb.nyadsbnya. Bayangkan kalau sertfikasi itu hanya berlaku setahun maka
harus
diperpanjang lagi atau di[perbarui, berapa besar biayanya?, waktu yang
hilang.

Susahnya kalau hal ini sudah menjadi tujuan maka akan dicarikan alasan
yang sangat bagus dan lalu dikeluarkan undang undang habislah mau tak mau
harus dilaksanakan.

Apakah dosen dosen yang membuat kita jadi professional tidak diakui
sebagai ahli geologi?

bagi kita harus jeli melihat apakah seorang yang ditatar selama 40 jam
dan
belum berpengalaman, akan bisa menilai seorang geologist yang sudah
berpengalaman dilapangan lebih banyak dari dia.

Kalau sudah berpengalaman kerja sertifikasi kegunaanya ???.
Sadarlah bahwa dengan sertifikasi ini kita menyuburkan lagi kebudayaan
"secarik kertas" sebagai pengakuan  kemampuan dan ini bisa berakibat
negatif
karena dalam proses pembuatan itu ada peluang  walaupun sertifikasinya
gratis.

QUO VADIS.

Yanto Salim





- Pesan Asli 
Dari: Chairul Nas <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Terkirim: Rabu, 19 September, 2007 11:59:21
Topik: [iagi-net-l] Balasan: Hal: [iagi-net-l] Sertifikasi IAGI


Rekans Anggota IAGI,

Setelah lulus dari jurusan Geologi kita dinyatakan berhak menyandang
predikat sebagai seorang "Sarjana Geologi", bukan Ahli Geologi
(geologist).
Lain soal, apabila seorang yang sudah menjadi ahli geologi lebih dulu -
kuliah kembali untuk sekedar mendapat ijazah S1 sarjana geologi, sudah
barang tentu merupakan sarjana yang juga ahli geologi. Untuk "fresh
graduates" dari jurusan geologi, diperlukan waktu untuk menjadi ahli
geologi. Setelah itu, tingkat keahliannya perlu diukur (di-ases) oleh
"assessor" yang diakui oleh BNSP (jika kita mengikuti aturan BNSP).
Asesor
yang diakui (c

Re: [iagi-net-l] OOT : Renungan 30 September

2007-09-30 Terurut Topik Taufik Manan
Forward  tulisan dari Maruli Tobing, mengenai CIA dalam sejarah Indonesia ,
yang dimuat dalam Kompas, 9/2/2001. Saya ambil dari milis lainnya.

Buat yang udah pernah baca, enggak ada salahnya baca lagi biar inget. Buat
yang belum baca, ya sekarang saatnya baca tuk membuka wawasan.

Selamat membaca  dan semoga keprihatinan kita tidak berlanjut lagi di masa
depan.



 =

Kompas, Jumat, 9 Februari 2001

__



Perang Urat Saraf yang Mematikan



MENJELANG bulan Oktober 1965, mendung menyelimuti Jakarta. Di sana-sini
orang berbisik, mencari tahu apa sesungguhnya yang sedang terjadi. Tidak
satu pun bisa menjawabnya, karena memang tidak satu pun tahu apa
sesungguhnya yang sedang terjadi. Hanya firasat sosial yang bergetar
mengisyaratkan kita akan memasuki tahap genting.



Gejolak pertarungan politik yang selama ini mengambil lahan subur di atas
primordialisme, aliran, dan ideologi, tampaknya akan mencapai klimaks. Tidak
seorang pun bisa menjawab apakah situasi itu akan menjebol tembok segregasi
sosial yang lahir dari proses politik bertiraikan saling curiga itu.



Republik Indonesia tidak beda dengan manusia uzur. Sejak dwi tunggal
Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan tahun 1945, nyaris tidak ada
hari tanpa konflik terbuka. Heroisme melawan kolonial di masa silam tetap
dilanggengkan dalam bentuk kekerasan yang diwakili para "jawara" politik.



Puncaknya, badai ekonomi dahsyat. Inflasi meroket sampai 600 persen
menjelang pertengahan tahun 1965. Bung Karno, Pemimpin Besar Revolusi,
menjadi tumpuan harapan. Tetapi, dalam situasi demikian, ia pun tidak beda
dengan nakhoda kapal yang bocor dan oleng di tengah hantaman angin
puting-beliung di samudera luas. Sementara penumpang baku hantam, tanpa
mempedulikan situasi gawat.



Kondisi psikologis demikian mewarnai Jakarta sejak pertengahan tahun
1965. Sulit
dibedakan lagi antara kenyataan dan isu. "Ibu Pertiwi sedang hamil tua"
begitu setiap hari kalimat yang diucapkan penyiar Suara Indonesia Bebas pada
akhir siarannya, dan kemudian ditutup dengan kata, "Berontak!"



Kecuali agen CIA, tidak ada yang tahu persis lokasi radio yang frekuensinya
begitu kuat hingga dapat ditangkap melalui gelombang pendek di seluruh
Indonesia . Banyak yang menduga posisi pemancar tersebut di Malaysia atau
Filipina Selatan.



Namun, Prof Roland G Simbulan dari University of the Philippines , dalam
tulisannya mengenai peran rahasia CIA di Filipina, mengungkapkan hal lain.



Ia mengatakan, tahun 1965 pemancar bergerak sangat canggih dengan frekuensi
tinggi pada gelombang pendek, telah diterbangkan menggunakan pesawat
pengangkut US Air Force C-130 dari pangkalan angkatan udara Clark, Filipina
Tengah, menuju Jakarta. Radio ini ditempatkan di markas Jenderal Soeharto.
Pengiriman radio itu atas perintah William Colby, Direktur CIA Divisi Asia
Timur Jauh.



***



TERDAPAT ratusan tulisan dan komentar mengenai peristiwa sekitar bulan
Oktober 1965 oleh para ilmuwan, pengamat, dan aktivis HAM di mancanegara.
Namun, yang menarik adalah apa yang dikemukakan Sundhaussen dalam bukunya
The Road to Power: Indonesian Military Politics, bahwa untuk memahami
peristiwa G30S, pertama-tama harus mengamati isu yang berkembang saat itu.



Mengikuti alur pikir demikian, Dr Peter Dale Scott dari University of
California, Berkeley, secara jelas menggambarkan trik disinformasi CIA yang
begitu canggih hingga menimbulkan ketegangan luar biasa, khususnya antara
PKI dengan kelompok Jenderal Nasution. Sebagian disinformasi diproduksi
dalam pamflet gelap, yang disebarkan melalui jaringannya yang dulu terlibat
dalam pemberontakan bersenjata. Pamflet ini, meminjam istilah Peter Scott,
merekayasa paranoid.



Salah satu pamflet pada Agustus 1965 berbunyi antara lain, "PKI sudah siap
tempur. Kelompok Jenderal Nasution berharap PKI lebih dulu menarik pelatuk.
Namun, PKI tidak akan melakukan hal ini. PKI tidak akan membiarkan dirinya
terprovokasi seperti dalam Peristiwa Madiun. Sekarang hanya ada dua pilihan:
PKI atau kelompok Nasution. Tidak ada alternatif di luar itu.



Ralph McGehee, veteran CIA yang pernah bekerja selama 25 tahun (1952-1977)
sebagai staf Counterintelligence CIA seksi Komunisme Internasional, menyebut
proses eskalasi disinformasi secara sistematis telah dilakukan CIA. Melalui
tulisannya The Indonesian Massacres and CIA, yang sebagian disensor CIA
karena menggunakan data rahasia negara yang belum boleh dipublikasikan
kepada publik, ia menyebut dokumen palsu itu telah menggiring massa
melakukan kekerasan. Sebab, demikian tambahnya, temuan dokumen itu akan
disusul berita bohong mengenai ditemukannya kuburan massal korban kekejaman
komunis.



Situasi Jakarta pada September 1965 amat sangat tegang. Di kalangan PKI
beredar "dokumen" rencana jahat Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta
pada 5 Oktober 1965, menyusul makin parahnya kondisi kesehatan Bung Karno.
Jika kudeta ini berhasil, Angkatan Darat akan melenyapkan semua kader 

Re: [iagi-net-l] OOT : Renungan 30 September

2007-09-30 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Pahlawan dan penjahat dapat "dibuat" dengan sebuah skenario penulisan
sejarah. Kalau kita mengamati pergerakan dan aksi dalam sebuah
perperangan politik, jangan terlalu mudah mengambil kesimpulan si A
jahat lalu si B pahlawan, dan si C hanya korban.

Kalau ingin tahu hal-hal seperti ini coba tengok filem DEPARTED.
Disana anda akan mengerti suatu saat sesorang yang telah mati dibunuh
akan "terlihat berjasa" dan seseorang terkesan jahat sebenarnya
menyelamatkan tetapi menjadi penjahat karena "kalah" dalam peperangan.

Nuansa-nuansa penilaian penjahat - pahlawan terlalu mudah muncul dalam
sebuah uraian sejarah selama ini. Sejarah yang baik bukan yang
menemukan penjahat atau pahlawan, sejarah yang baik adalah yang
menjelaskan apa yang terjadi. seadanya !

Good history is not talking about right or wrong, but just what happened !

RDP

On 10/1/07, Taufik Manan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Forward  tulisan dari Maruli Tobing, mengenai CIA dalam sejarah Indonesia ,
> yang dimuat dalam Kompas, 9/2/2001. Saya ambil dari milis lainnya.
>
> Buat yang udah pernah baca, enggak ada salahnya baca lagi biar inget. Buat
> yang belum baca, ya sekarang saatnya baca tuk membuka wawasan.
>
> Selamat membaca  dan semoga keprihatinan kita tidak berlanjut lagi di masa
> depan.
>
>
>
>  =
>
> Kompas, Jumat, 9 Februari 2001
>
> __
>
>
>
> Perang Urat Saraf yang Mematikan
>
>
>
> MENJELANG bulan Oktober 1965, mendung menyelimuti Jakarta. Di sana-sini
> orang berbisik, mencari tahu apa sesungguhnya yang sedang terjadi. Tidak
> satu pun bisa menjawabnya, karena memang tidak satu pun tahu apa
> sesungguhnya yang sedang terjadi. Hanya firasat sosial yang bergetar
> mengisyaratkan kita akan memasuki tahap genting.
>
>
>
> Gejolak pertarungan politik yang selama ini mengambil lahan subur di atas
> primordialisme, aliran, dan ideologi, tampaknya akan mencapai klimaks. Tidak
> seorang pun bisa menjawab apakah situasi itu akan menjebol tembok segregasi
> sosial yang lahir dari proses politik bertiraikan saling curiga itu.
>
>
>
> Republik Indonesia tidak beda dengan manusia uzur. Sejak dwi tunggal
> Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan tahun 1945, nyaris tidak ada
> hari tanpa konflik terbuka. Heroisme melawan kolonial di masa silam tetap
> dilanggengkan dalam bentuk kekerasan yang diwakili para "jawara" politik.
>
>
>
> Puncaknya, badai ekonomi dahsyat. Inflasi meroket sampai 600 persen
> menjelang pertengahan tahun 1965. Bung Karno, Pemimpin Besar Revolusi,
> menjadi tumpuan harapan. Tetapi, dalam situasi demikian, ia pun tidak beda
> dengan nakhoda kapal yang bocor dan oleng di tengah hantaman angin
> puting-beliung di samudera luas. Sementara penumpang baku hantam, tanpa
> mempedulikan situasi gawat.
>
>
>
> Kondisi psikologis demikian mewarnai Jakarta sejak pertengahan tahun
> 1965. Sulit
> dibedakan lagi antara kenyataan dan isu. "Ibu Pertiwi sedang hamil tua"
> begitu setiap hari kalimat yang diucapkan penyiar Suara Indonesia Bebas pada
> akhir siarannya, dan kemudian ditutup dengan kata, "Berontak!"
>
>
>
> Kecuali agen CIA, tidak ada yang tahu persis lokasi radio yang frekuensinya
> begitu kuat hingga dapat ditangkap melalui gelombang pendek di seluruh
> Indonesia . Banyak yang menduga posisi pemancar tersebut di Malaysia atau
> Filipina Selatan.
>
>
>
> Namun, Prof Roland G Simbulan dari University of the Philippines , dalam
> tulisannya mengenai peran rahasia CIA di Filipina, mengungkapkan hal lain.
>
>
>
> Ia mengatakan, tahun 1965 pemancar bergerak sangat canggih dengan frekuensi
> tinggi pada gelombang pendek, telah diterbangkan menggunakan pesawat
> pengangkut US Air Force C-130 dari pangkalan angkatan udara Clark, Filipina
> Tengah, menuju Jakarta. Radio ini ditempatkan di markas Jenderal Soeharto.
> Pengiriman radio itu atas perintah William Colby, Direktur CIA Divisi Asia
> Timur Jauh.
>
>
>
> ***
>
>
>
> TERDAPAT ratusan tulisan dan komentar mengenai peristiwa sekitar bulan
> Oktober 1965 oleh para ilmuwan, pengamat, dan aktivis HAM di mancanegara.
> Namun, yang menarik adalah apa yang dikemukakan Sundhaussen dalam bukunya
> The Road to Power: Indonesian Military Politics, bahwa untuk memahami
> peristiwa G30S, pertama-tama harus mengamati isu yang berkembang saat itu.
>
>
>
> Mengikuti alur pikir demikian, Dr Peter Dale Scott dari University of
> California, Berkeley, secara jelas menggambarkan trik disinformasi CIA yang
> begitu canggih hingga menimbulkan ketegangan luar biasa, khususnya antara
> PKI dengan kelompok Jenderal Nasution. Sebagian disinformasi diproduksi
> dalam pamflet gelap, yang disebarkan melalui jaringannya yang dulu terlibat
> dalam pemberontakan bersenjata. Pamflet ini, meminjam istilah Peter Scott,
> merekayasa paranoid.
>
>
>
> Salah satu pamflet pada Agustus 1965 berbunyi antara lain, "PKI sudah siap
> tempur. Kelompok Jenderal Nasution berharap PKI lebih dulu menarik pelatuk.
> Namun, PKI tidak akan melakukan hal ini. P

[iagi-net-l] JCB 2007 : Ladies Program

2007-09-30 Terurut Topik benyamin sembiring
*JOINT CONVENTION BALI 2007 : LADIES PROGRAM*
**

*One day Tour the Bali : Nature & Culture Tour* (Munduk Waterfall, Danau
Beratan, Pacung (lunch-buffet), Taman Ayun, Tanah Lot)
*COST :* M : Rp 450.000 NM : Rp 500.000
*DATE : *13 November 2007
*SPEAKER/GUIDE : *Travel Agent
*STARTED/ENDED :* Bali Convention Centre
*Organizer : *Committee
*Participants : *Min : 20
*Facilities : *Bus AC, t-shirt, guide, entrance fee, lunch - buffet

*One day Tour the Bali : Nusa Lembongan Tour* ; (snorkeling, swimming,
banana boat, canoeing, aqua board, glass bottom boat, underwater viewing
chamber, village tour, 44 m water slide)
*COST : *M : Rp 700.000 NM : Rp 750.000
*DATE : *13 November 2007
*SPEAKER/GUIDE : *Travel Agent
*STARTED/ENDED : *Bali Convention Centre
*Organizer : *Committee
*Participants : *Min : 20
*Facilities : *Bus AC, t-shirt, guide, entrance fee, lunch - buffet

*One day Tour the Bali : Archaeological Tour* (Goa Gajah, Archaeological
Museum, G.Kawi Temple, Tirta Empul, Kintamani (lunch-buffet))
*COST : *M : Rp 450.000 NM : Rp 500.000
*DATE : *14 November 2007
*SPEAKER/GUIDE : *Travel Agent
*STARTED/ENDED : *Bali Convention Centre
*Organizer : *Committee
*Participants : *Min : 20
*Facilities : *Bus AC, t-shirt, guide, entrance fee, lunch - buffet

*One day Tour the Bali : Odyssey Submarine + Water sport* (dengan
menggunakan kapal selam melihat keindahan alam bawah laut, makan siang di
ponton, banana boat, boogie board, donut rider, canoeing, snorkeling,
fishing game)
*COST : *M : Rp 945000  NM : Rp 995.000
*DATE : *14 November 2007
*SPEAKER/GUIDE : *Travel Agent
*STARTED/ENDED : *Bali Convention Centre
*Organizer : *Committee
*Participants : *Min : 20
*Facilities : *Bus AC, t-shirt, guide, entrance fee, lunch - buffet

*One day Tour the Bali : Historical Tour* (Goa Lawah, Kamasan, KertaGosa,
Bukit Jambul (lunch-buffet), Kehen Temple, Batuan)
*COST : *M : Rp 450.000 NM : Rp 500.000
*DATE : *15 November 2007
*SPEAKER/GUIDE : *Travel Agent
*STARTED/ENDED : *Bali Convention Centre
*Organizer : *Committee
*Participants : *Min : 20
*Facilities : *Bus AC, t-shirt, guide, entrance fee, lunch - buffet

*One day Tour the Bali : shopping tour* (Bali Bird Park, Mas, Celuk,
Sukawati, Ubud)
*COST : *M : Rp 450.000 NM : Rp 500.000
*DATE : *15 November 2007
*SPEAKER/GUIDE : *Travel Agent
*STARTED/ENDED : *Bali Convention Centre
*Organizer : *Committee
*Participants : *Min : 20
*Facilities : *Bus AC, t-shirt, guide, entrance fee, lunch - buffet

 *Note *
*The registrants will get 5% discount if registered and due date of payment
before 8th October 2007 *
*Cancellation before 20th day of  "D" day will be charge 25 % of cost. *
*No cancellation before 10th  day of "D" day *

 *Registration and Payment *
Please return this filled form to
JCB 2007 Secretariat Office
ETTI (Exploration Think Tank Indonesia)
Jl. Tebet Timur Dalam III
No. 2-B
Jakarta 12810 Indonesia
Phone +62-218356276
Fax +62-21-83784140
  *Payment Method *
Bank Transfer Addressed to:
Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
BNI Cab. Menteng, Jakarta, Indonesia
A/C : 0010740147
(RUPIAH)
A/C : 0010740158 (DOLLAR)
Swift code: BNINIDJAMTG

 *REGISTRATION FORM *

 I will participate for course/field trip below:
1.

4.One day Tour the Bali : Nature & Culture Tour
5.One day Tour the Bali : Nusa Lembongan Tour
6.One day Tour the Bali : Archaeological Tour
7.One day Tour the Bali : Odyssey Submarine + Water sport
8.One day Tour the Bali : Historical Tour
9.One day Tour the Bali : Shopping Tour
10.
  Name : ………..………*T-Shirt Size : S/M/L/2L/3L *
Company : …..
Position : …..
Department : …..
Address : ..
Telephone/Mobile : .……..…/...……....Fax.: ……….
e-mail : …..
I have included a copy of my
ID Card # : ……
Passport/KIM S # : …...
Valid Thru Passport (dd/mm/yy) : …...….
  Signature : Date:  ……, 2007
  (  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  )


[iagi-net-l] Buka Puasa Bersama & Diskusi Antisipasi Gempa

2007-09-30 Terurut Topik iagisek
 
 
 
 
 
 


IAGI,Ikatan Ahli Geologi Indonesia   

 ," Buka Puasa Bersama dan Diskusi Antisipasi Gempa "
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


Presenters : 
1.Bp. Dr. Danny Hilman (Kajian Potensi dan Resiko Gempa )
2.Bp.Dr. Engkon K Kertapati (Kajian Resiko Bencana Gempa Bumi )
 
Biaya : Rp 150.000,-
 

Pendaftaran 

Hub   : Sutarjo
   : Abdul Qodir 
Telp/Fax  : 837 02848 /  83702577
E-Mail : [EMAIL PROTECTED]
 
Pembatalan diterima sampai jam 12.00 wib. Kamis , 4 Oktober 2007
 
 
Tanggal : 
 
 
Kamis,  4 Oktober 2007
 
 
Waktu : 16.00-20.00 WIB
 
Tempat :
 
 
Room Subadra / Drupadi Lt 2, 
Hotel Bumi Karsa Bidakara Jakarta 

 


Subject

 
 
Buka Puasa Bersama dan Diskusi Antisipapasi Gempa
 
 
<><>