Re: [iagi-net-l] Gunung Kelud Meletus !!!

2007-11-16 Terurut Topik untungm
Gunung Kelut sampai hari ini belum meletus. Padahal data telah menunjukkan 
gejala-2 akan meletusnya gunung tersebut. Mumpung ada peristiwa yang 
langsung kita amati dari suatu gejala alam yang jarang kita jumpai ini. apa 
sudah dicoba dengan pengukuran magnet? Kalau temperatur naik medan magnet di 
gunung tersebut akan naik juga. Keadaan ini gunung belum menunjukkan hahwa 
akan meletus. Bila temperatur naik terus sampai mencapai  titik Curie, 
intensitas magnet akan turun atau tetap seperti semula. Sampai dengan titik 
ini kita harus waspada karena gunung akan meletus.
Maaf, ini bukan suatu anjuran, tetapi teori mengatakan demikian. Seperti 
saya katakan di atas, mumpung ada gejala yang dapat menunjang terbuktinya 
cara ini. mengapa tidak dicoba.
CATATAN: Pengukuran magnet harus continue (continuous recording) Pilih 
tempat yang tidak jauh dari gunung dan sepi magnet).

M. Untung
- Original Message - 
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad [EMAIL PROTECTED]; 
Eksplorasi BPMIGAS [EMAIL PROTECTED]

Sent: Saturday, November 03, 2007 11:06 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Gunung Kelud Meletus !!!


Gunung Kelud belum meletus seperti berita di Detik.com yang dikutip di 
bawah. Wawancara dengan penyiar Elshinta dengan Dr. Surono (kepala PVMBG) 
malam ini (Sabtu 3 Nov. 2007 pukul 21.00 WIB) mengkonfirmasi ini. Walaupun 
semua gejala gunungapi ini sudah jauh melebihi kondisi letusan 1990, 
sehingga disebut overscale (misalnya gempa tremor terjadi 22 jam, suhu air 
kawah mendekati 50 C), tetap saja gunung ini belum meletus. Secara teori, 
gunung ini harusnya sudah meletus. Dr. Surono mengaku tidak tahu mengapa 
begitu dan tidak bisa meramalkan kapan gunung ini akan meletus. Sebanyak 
22 orang pengamat gunungapi dan volcanologist sedang bekerja keras 
memantau gunung yang sangat sulit ditebak ini. Tak pernah sebegitu banyak 
ahli gunungapi diterjunkan untuk mengamati gunungapi, hanya di Kelud pada 
saat ini. Pak Surono pun mengeluhkan dan memprotes secara keras media 
massa yang menambah kerunyaman pemberitaan seputar Kelud.


 salam,
 awang


 Sabtu, 03/11/2007 19:41 WIB
Satlak: Gunung Kelud Belum Meletus


Rita Zoelkarnaen - DetikSurabaya

--Blitar - Meski kondisi Gunung Kelud ibaratnya sudah hamil tua dan 
tinggal menunggu detik-detik melahirkan, namun sampai pukul 19.00 WIB, 
Sabtu (3/11/2007) belum terjadi letusan dari puncak Kelud.


Kondisi tersebut seperti yang dikonfirmasikan Humas Satlak Penanggulangan 
Bencana dan Pengungsi (PBP) Kabupaten Blitar Sukamtono kepada petugas Pos 
Pantau Margomulyo yang sudah turun ke Ngancar Kediri, Umar Rosadi.


Khusus untuk apakah Kelud benar-benar sudah meletus atau belum, warga 
Blitar jangan percaya informasi dari manapun dan siapapun selain dari 
Satlak. Dan begitu Kelud benar-benar meletus, Satlak pasti akan memberikan 
informasi resmi saat itu juga melalui berbagai cara, tegas Sukamtono saat 
dikonfirmasi detiksurabaya.com sekitar pukul 19.00 WIB.


Pantauan detiksurabaya.com di lapangan, sekitar pukul 17.00 WIB tadi sore 
terjadi kepanikan luar biasa di wilayah Kabupaten Blitar. Penyebabnya, 
munculnya berita di televisi swasta nasional bahwa Gunung Kelud sudah 
meletus.


Akibat pemberitaan tersebut, bahkan warga yang panik mengungsi ada yang 
mengalami kecelakaan. Seperti yang terjadi di Desa Kedawung Kecamatan 
Nglegok, terjadi kecelakaan antara dua pengendara sepeda motor.


Lebih lanjut Sukamtono menjelaskan, informasi letusan Kelud akan 
disampaikan dengan berbagai cara. Antara lain dengan langsung menyiarkan 
melalui radio-radio yang ada di Blitar, membunyikan seluruh sirine dan 
titir (memukul kentongan bambu maupun besi - red). (gik/gik)



Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:  Gunung Kelud Meletus !!!

Akhirnya Gunung Kelud dinyatakan meletus pada jam 16.00 WIB

Kediri (ANTARA News) - Gunung Kelud (1.751 m) dinyatakan telah
meletus setelah terjadi gempa tremor over schale Sabtu sore sejak
pukul 16.00 WIB.
Ketua Tim Tanggap Darurat Umar Rosadi menyatakan, sampai sekarang
letusan besar belum terjadi, tapi letusan kecil sudah.

:( Wah yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga ya Pakdhe ?
Tetapi sepertinya letusannya kecil saja ya Pakdhe ?
:D Pernyataan gunung meletus ini memang dipicu dengan mulai
munculnya getaran-getaran (tremor) yang sudah diluar kebiasaan. Tetapi
letusan belum memuncak thole

Letusan gunung api saat ini secara ilmiah sudah dapat dikategorikan
sebagai individual dan unik. demikian juga dengan Gunung Kelud yang
memang memiliki karakteristik tersendiri. Dibawah ini digambarkan
sederhana saja bagaimana kemungkinan terjadinya proses letusan di
Gunung Kelud.

Continue reading Gunung Kelud Meletus !!!.
http://rovicky.wordpress.com/2007/11/03/gunung-kelud-meletus/



--
http://rovicky.wordpress.com/
None one right solution !
No one can monopolize the truth !


JOINT CONVENTION BALI 2007
The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and 

Re: [iagi-net-l] Gunung Kelud Meletus !!!

2007-11-16 Terurut Topik Awang Satyana
Selamat bergabung kembali di milis IAGI Pak Untung, semoga Pak Untung selalu 
sehat.
   
  Kemarin ini saat di JCB07 Bali, Pak Surono diundang panitia untuk membagikan 
pengetahuan dan informasi terkini tentang Gunung Kelud dalam acara makan siang 
(Kamis 15 November 2007). Pak Surono mempresentasikan secara komprehensif 
peningkatan status Gunung Kelud dari normal aktif sampai awas. Tidak ada 
keterangan tentang pengukuran medan magnetik sekitar gunung. Barangkali, metode 
tersebut memang tidak dilakukan. Dalam kegiatan Kelud tahun ini, semua 
parameter acuan letusan 1990 ternyata tak bisa digunakan sebagai acuan. Telah 
terjadi suatu hal yang sama sekali tidak diprediksikan, yaitu hampir hilangnya 
seluruh permukaan danau Kelud sebab termakan oleh tumbuhnya kubah lava yang 
semakin besar dan tinggi. Apa yang akan terjadi berikutnya, masih membuat 
was-was meskipun sejak 8 November 2007 status gunung sudah diturunkan dari 
alert level IV (awas) ke alert level III (siaga).
   
  Saya akan coba sampaikan pemikiran Pak Untung kepada Pak Surono.
   
  salam,
  awang

untungm [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Gunung Kelut sampai hari ini belum meletus. Padahal data telah menunjukkan 
gejala-2 akan meletusnya gunung tersebut. Mumpung ada peristiwa yang 
langsung kita amati dari suatu gejala alam yang jarang kita jumpai ini. apa 
sudah dicoba dengan pengukuran magnet? Kalau temperatur naik medan magnet di 
gunung tersebut akan naik juga. Keadaan ini gunung belum menunjukkan hahwa 
akan meletus. Bila temperatur naik terus sampai mencapai titik Curie, 
intensitas magnet akan turun atau tetap seperti semula. Sampai dengan titik 
ini kita harus waspada karena gunung akan meletus.
Maaf, ini bukan suatu anjuran, tetapi teori mengatakan demikian. Seperti 
saya katakan di atas, mumpung ada gejala yang dapat menunjang terbuktinya 
cara ini. mengapa tidak dicoba.
CATATAN: Pengukuran magnet harus continue (continuous recording) Pilih 
tempat yang tidak jauh dari gunung dan sepi magnet).
M. Untung
- Original Message - 
From: Awang Satyana 
To: ; Geo Unpad ; 
Eksplorasi BPMIGAS 
Sent: Saturday, November 03, 2007 11:06 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Gunung Kelud Meletus !!!


 Gunung Kelud belum meletus seperti berita di Detik.com yang dikutip di 
 bawah. Wawancara dengan penyiar Elshinta dengan Dr. Surono (kepala PVMBG) 
 malam ini (Sabtu 3 Nov. 2007 pukul 21.00 WIB) mengkonfirmasi ini. Walaupun 
 semua gejala gunungapi ini sudah jauh melebihi kondisi letusan 1990, 
 sehingga disebut overscale (misalnya gempa tremor terjadi 22 jam, suhu air 
 kawah mendekati 50 C), tetap saja gunung ini belum meletus. Secara teori, 
 gunung ini harusnya sudah meletus. Dr. Surono mengaku tidak tahu mengapa 
 begitu dan tidak bisa meramalkan kapan gunung ini akan meletus. Sebanyak 
 22 orang pengamat gunungapi dan volcanologist sedang bekerja keras 
 memantau gunung yang sangat sulit ditebak ini. Tak pernah sebegitu banyak 
 ahli gunungapi diterjunkan untuk mengamati gunungapi, hanya di Kelud pada 
 saat ini. Pak Surono pun mengeluhkan dan memprotes secara keras media 
 massa yang menambah kerunyaman pemberitaan seputar Kelud.

 salam,
 awang


 Sabtu, 03/11/2007 19:41 WIB
 Satlak: Gunung Kelud Belum Meletus


 Rita Zoelkarnaen - DetikSurabaya

 --Blitar - Meski kondisi Gunung Kelud ibaratnya sudah hamil tua dan 
 tinggal menunggu detik-detik melahirkan, namun sampai pukul 19.00 WIB, 
 Sabtu (3/11/2007) belum terjadi letusan dari puncak Kelud.

 Kondisi tersebut seperti yang dikonfirmasikan Humas Satlak Penanggulangan 
 Bencana dan Pengungsi (PBP) Kabupaten Blitar Sukamtono kepada petugas Pos 
 Pantau Margomulyo yang sudah turun ke Ngancar Kediri, Umar Rosadi.

 Khusus untuk apakah Kelud benar-benar sudah meletus atau belum, warga 
 Blitar jangan percaya informasi dari manapun dan siapapun selain dari 
 Satlak. Dan begitu Kelud benar-benar meletus, Satlak pasti akan memberikan 
 informasi resmi saat itu juga melalui berbagai cara, tegas Sukamtono saat 
 dikonfirmasi detiksurabaya.com sekitar pukul 19.00 WIB.

 Pantauan detiksurabaya.com di lapangan, sekitar pukul 17.00 WIB tadi sore 
 terjadi kepanikan luar biasa di wilayah Kabupaten Blitar. Penyebabnya, 
 munculnya berita di televisi swasta nasional bahwa Gunung Kelud sudah 
 meletus.

 Akibat pemberitaan tersebut, bahkan warga yang panik mengungsi ada yang 
 mengalami kecelakaan. Seperti yang terjadi di Desa Kedawung Kecamatan 
 Nglegok, terjadi kecelakaan antara dua pengendara sepeda motor.

 Lebih lanjut Sukamtono menjelaskan, informasi letusan Kelud akan 
 disampaikan dengan berbagai cara. Antara lain dengan langsung menyiarkan 
 melalui radio-radio yang ada di Blitar, membunyikan seluruh sirine dan 
 titir (memukul kentongan bambu maupun besi - red). (gik/gik)


 Rovicky Dwi Putrohari wrote: Gunung Kelud Meletus !!!

 Akhirnya Gunung Kelud dinyatakan meletus pada jam 16.00 WIB

 Kediri (ANTARA News) - Gunung Kelud (1.751 m) dinyatakan telah
 meletus setelah terjadi gempa tremor over 

[iagi-net-l] Flora Pegunungan Jawa (van Steenis, 1972, 2006)

2007-11-16 Terurut Topik Awang Satyana
Buat rekan-rekan yang gemar mendaki gunung-gunung di Jawa dan suka mengamati 
flora pegunungan, buku klasik van Steenis ini merupakan panduan yang baik. Buku 
ini kini mudah didapatkan di toko-toko buku besar. Saya melihatnya mulai 
dipajang sekitar dua bulan yang lalu. 
   
  Buku ini diterbitkan pertama kali dalam bahasa Inggris (The Mountain Flora of 
Java) oleh E.J. Brill, Leiden, Belanda 35 tahun yang lalu (1972). Sampai 
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, penyebaran buku ini tentu terbatas, 
kebanyakan di kalangan ilmuwan yang menekuni biologi dan botani saja.  
Penerbitannya di luar negeri membuat buku ini sulit ditemukan. Suatu hal yang 
cukup menyedihkan, isi buku membahas flora pegunungan Jawa, tetapi masyarakat 
yang tinggal di Jawa sendiri susah mengaksesnya. Maka, inisiatif dan usaha 
menerjemahkan buku tersebut dan menjualnya di took-toko buku umum patut 
diacungi jempol. 
   
  Adalah Pusat Penelitian Biologi LIPI yang berinisiatif menerjemahkan dan 
menerbitan buku ini ke dalam bahasa Indonesia. Mereka bekerja sama dengan World 
Bank, John D  CatherineT. MacArthur Foundation, Penerbit EJ Brill Leiden, dan 
Unesco Jakarta office. Buku terjemahannya setebal 259 halaman, lebar, kira-kira 
seukuran kertas A4, dicetak pada kertas yang bagus, memuat 57 halaman penuh 
warna 456 spesies tumbuhan berbunga asli pegunungan Jawa.  Karena dicetak 
deluxe dan banyak warnanya, maka harganya jauh di atas rata-rata kebanyakan 
buku (rata2 harga buku sekarang Rp 40.000, buku van Steenis ini Rp 200.000), 
tetapi dijamin tak akan rugi memilikinya buat penggemar flora pegunungan Jawa.
   
  Gambar-gambar 456 spesies tumbuhan di dalam buku ini dilukis oleh dua orang 
Indonesia : Amir Hamzah dan Moehamad Toha, dua pelukis botani Herbarium 
Bogoriense Kebun Raya Bogor masa lalu. Lukisannya “breathtaking”, penuh dengan 
detail, simetri,  dan kecermatan yang mengagumkan, dilukis dari contoh hidup 
dalam ukuran sebenarnya.
   
  Flora Pegunungan Jawa ditulis oleh CGGJ (Cornelis Gijsbert Gerrit Jan) van 
Steenis (1901-1986). Bagi penggemar botani, nama van Steenis tentu tak asing 
lagi sebab van Steenis adalah pakar flora Indonesia dan Asia Tenggara. 
Buku-bukunya yang terdahulu pernah terbit pada masa Belanda dan awal-awal 
Indonesia merdeka, beberapa di antaranya dipakai sebagai buku ajar di 
sekolah-sekolah menengah, misalnya ”De Nuttige Planten van Indonesie” 
(tumbuhan-tumbuhan bermanfaat di Indonesia), juga yang sudah diterjemahkan oleh 
Pradnya Paramita (ex penerbit J.B Wolters zaman Belandanya): ”Flora untuk 
Sekolah di Indonesia” (1947), diterjemahkan oleh Moeso Surjowinoto dkk.. 
   
  CGGJ van Steenis adalah pakar botani yang pada tahun 1927-1949 bertugas di 
Kebun Raya Bogor dan Herbarium Bogoriense. Sumbangannya sangat besar dalam 
bidang taksonomi, biogeografi, dan ekologi tropika. Van Steenis adalah pendiri 
jurnal Flora Malesiana, sebuah jurnal terkenal pada zamannya tentang tumbuhan 
berbiji dan paku-pakuan di  kawasan Asia Tenggara. Kiprah terakhir van Steenis 
dalam profesinya adalah gurubesar sistematika tumbuhan pada tahun 1962-1972 di 
Rijksherbarium Universitas Leiden. Dikabarkan bahwa van Steenis selama hidupnya 
telah mengumpulkan lebih dari 24.000 nomor koleksi herbarium dan namanya 
diabadikan di dalam lebih daripada 39 spesies tumbuhan. Istrinya, Rietje van 
Steenis-Kruseman adalah asisten abadi van Steenis, yang setia menemaninya 
meneliti tumbuhan.
   
  Terjemahan Mountain Flora of Java (van Steenis, 1972) dikerjakan oleh Jenny A 
Kartawinata, mantan redaktur Femina Group. Jenny bukan pakar botani, tetapi 
jangan kuatir terjemahannya keliru sebab hasil terjemahannya diperiksa secara 
cermat oleh tiga orang pakar botani :  Dr. Kuswata Kartawinata (pakar ekologi 
dan taksonomi tumbuhan, mantan kepala Herbarium Bogoriense, penasihat ekologi 
Unesco Jakarta), Prof. Dr. Elizabeth Widjaja (pakar taksonomi tumbuhan dan 
etnobotani, Herbarium Bogoriense), dan Dr. Tukirin Partomihardjo (pakar ekologi 
tumbuhan, Herbarium Bogoriense). Maka, dijamin terjemahannya berbobot 
sebagaimana aslinya.
   
  Buku ini dirancang agar bermanfaat ganda : (1) sebagai buku panduan botani 
bagi para penggemar alam di Jawa dan sebagian Sumatera ketika menjelajah 
gunung2, hutan, padang rumput terbuka di tengah hutan, rawa, kawah, sekitar 
solfatara dan fumarol, punggung2 gunung dan lereng2 tinggi; dan (2) menambah 
nilai pendidikan bagi para guru dan siswa di Indonesia. Alam harus dikaji dan 
dihargai di lapangan, dilengkapi dengan percobaan dan pengujian pre-asumsi di 
laboratorium. Flora Jawa meliputi kawasan tropika seluas lebih dari 130.000 
km2, termasuk yang paling baik dikaji di dunia sejak karya Junghuhn. 
Tumbuhannya dari Asia tropik sampai Australia tropik. Buku ini diharapkan 
penulisnya menyadarkan masyarakat Jawa akan kekayaan flora di pulau mereka, 
khususnya di pegunungan, dan merangsang kesadaran mereka untuk menghormati dan 
melestarikan warisan ini. Hutan dan vegetasi alami harus