Re: [iagi-net-l] Gunung Kelud Meletus !!!
Gunung Kelut sampai hari ini belum meletus. Padahal data telah menunjukkan gejala-2 akan meletusnya gunung tersebut. Mumpung ada peristiwa yang langsung kita amati dari suatu gejala alam yang jarang kita jumpai ini. apa sudah dicoba dengan pengukuran magnet? Kalau temperatur naik medan magnet di gunung tersebut akan naik juga. Keadaan ini gunung belum menunjukkan hahwa akan meletus. Bila temperatur naik terus sampai mencapai titik Curie, intensitas magnet akan turun atau tetap seperti semula. Sampai dengan titik ini kita harus waspada karena gunung akan meletus. Maaf, ini bukan suatu anjuran, tetapi teori mengatakan demikian. Seperti saya katakan di atas, mumpung ada gejala yang dapat menunjang terbuktinya cara ini. mengapa tidak dicoba. CATATAN: Pengukuran magnet harus continue (continuous recording) Pilih tempat yang tidak jauh dari gunung dan sepi magnet). M. Untung - Original Message - From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad [EMAIL PROTECTED]; Eksplorasi BPMIGAS [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, November 03, 2007 11:06 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Gunung Kelud Meletus !!! Gunung Kelud belum meletus seperti berita di Detik.com yang dikutip di bawah. Wawancara dengan penyiar Elshinta dengan Dr. Surono (kepala PVMBG) malam ini (Sabtu 3 Nov. 2007 pukul 21.00 WIB) mengkonfirmasi ini. Walaupun semua gejala gunungapi ini sudah jauh melebihi kondisi letusan 1990, sehingga disebut overscale (misalnya gempa tremor terjadi 22 jam, suhu air kawah mendekati 50 C), tetap saja gunung ini belum meletus. Secara teori, gunung ini harusnya sudah meletus. Dr. Surono mengaku tidak tahu mengapa begitu dan tidak bisa meramalkan kapan gunung ini akan meletus. Sebanyak 22 orang pengamat gunungapi dan volcanologist sedang bekerja keras memantau gunung yang sangat sulit ditebak ini. Tak pernah sebegitu banyak ahli gunungapi diterjunkan untuk mengamati gunungapi, hanya di Kelud pada saat ini. Pak Surono pun mengeluhkan dan memprotes secara keras media massa yang menambah kerunyaman pemberitaan seputar Kelud. salam, awang Sabtu, 03/11/2007 19:41 WIB Satlak: Gunung Kelud Belum Meletus Rita Zoelkarnaen - DetikSurabaya --Blitar - Meski kondisi Gunung Kelud ibaratnya sudah hamil tua dan tinggal menunggu detik-detik melahirkan, namun sampai pukul 19.00 WIB, Sabtu (3/11/2007) belum terjadi letusan dari puncak Kelud. Kondisi tersebut seperti yang dikonfirmasikan Humas Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) Kabupaten Blitar Sukamtono kepada petugas Pos Pantau Margomulyo yang sudah turun ke Ngancar Kediri, Umar Rosadi. Khusus untuk apakah Kelud benar-benar sudah meletus atau belum, warga Blitar jangan percaya informasi dari manapun dan siapapun selain dari Satlak. Dan begitu Kelud benar-benar meletus, Satlak pasti akan memberikan informasi resmi saat itu juga melalui berbagai cara, tegas Sukamtono saat dikonfirmasi detiksurabaya.com sekitar pukul 19.00 WIB. Pantauan detiksurabaya.com di lapangan, sekitar pukul 17.00 WIB tadi sore terjadi kepanikan luar biasa di wilayah Kabupaten Blitar. Penyebabnya, munculnya berita di televisi swasta nasional bahwa Gunung Kelud sudah meletus. Akibat pemberitaan tersebut, bahkan warga yang panik mengungsi ada yang mengalami kecelakaan. Seperti yang terjadi di Desa Kedawung Kecamatan Nglegok, terjadi kecelakaan antara dua pengendara sepeda motor. Lebih lanjut Sukamtono menjelaskan, informasi letusan Kelud akan disampaikan dengan berbagai cara. Antara lain dengan langsung menyiarkan melalui radio-radio yang ada di Blitar, membunyikan seluruh sirine dan titir (memukul kentongan bambu maupun besi - red). (gik/gik) Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Gunung Kelud Meletus !!! Akhirnya Gunung Kelud dinyatakan meletus pada jam 16.00 WIB Kediri (ANTARA News) - Gunung Kelud (1.751 m) dinyatakan telah meletus setelah terjadi gempa tremor over schale Sabtu sore sejak pukul 16.00 WIB. Ketua Tim Tanggap Darurat Umar Rosadi menyatakan, sampai sekarang letusan besar belum terjadi, tapi letusan kecil sudah. :( Wah yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga ya Pakdhe ? Tetapi sepertinya letusannya kecil saja ya Pakdhe ? :D Pernyataan gunung meletus ini memang dipicu dengan mulai munculnya getaran-getaran (tremor) yang sudah diluar kebiasaan. Tetapi letusan belum memuncak thole Letusan gunung api saat ini secara ilmiah sudah dapat dikategorikan sebagai individual dan unik. demikian juga dengan Gunung Kelud yang memang memiliki karakteristik tersendiri. Dibawah ini digambarkan sederhana saja bagaimana kemungkinan terjadinya proses letusan di Gunung Kelud. Continue reading Gunung Kelud Meletus !!!. http://rovicky.wordpress.com/2007/11/03/gunung-kelud-meletus/ -- http://rovicky.wordpress.com/ None one right solution ! No one can monopolize the truth ! JOINT CONVENTION BALI 2007 The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and
Re: [iagi-net-l] Gunung Kelud Meletus !!!
Selamat bergabung kembali di milis IAGI Pak Untung, semoga Pak Untung selalu sehat. Kemarin ini saat di JCB07 Bali, Pak Surono diundang panitia untuk membagikan pengetahuan dan informasi terkini tentang Gunung Kelud dalam acara makan siang (Kamis 15 November 2007). Pak Surono mempresentasikan secara komprehensif peningkatan status Gunung Kelud dari normal aktif sampai awas. Tidak ada keterangan tentang pengukuran medan magnetik sekitar gunung. Barangkali, metode tersebut memang tidak dilakukan. Dalam kegiatan Kelud tahun ini, semua parameter acuan letusan 1990 ternyata tak bisa digunakan sebagai acuan. Telah terjadi suatu hal yang sama sekali tidak diprediksikan, yaitu hampir hilangnya seluruh permukaan danau Kelud sebab termakan oleh tumbuhnya kubah lava yang semakin besar dan tinggi. Apa yang akan terjadi berikutnya, masih membuat was-was meskipun sejak 8 November 2007 status gunung sudah diturunkan dari alert level IV (awas) ke alert level III (siaga). Saya akan coba sampaikan pemikiran Pak Untung kepada Pak Surono. salam, awang untungm [EMAIL PROTECTED] wrote: Gunung Kelut sampai hari ini belum meletus. Padahal data telah menunjukkan gejala-2 akan meletusnya gunung tersebut. Mumpung ada peristiwa yang langsung kita amati dari suatu gejala alam yang jarang kita jumpai ini. apa sudah dicoba dengan pengukuran magnet? Kalau temperatur naik medan magnet di gunung tersebut akan naik juga. Keadaan ini gunung belum menunjukkan hahwa akan meletus. Bila temperatur naik terus sampai mencapai titik Curie, intensitas magnet akan turun atau tetap seperti semula. Sampai dengan titik ini kita harus waspada karena gunung akan meletus. Maaf, ini bukan suatu anjuran, tetapi teori mengatakan demikian. Seperti saya katakan di atas, mumpung ada gejala yang dapat menunjang terbuktinya cara ini. mengapa tidak dicoba. CATATAN: Pengukuran magnet harus continue (continuous recording) Pilih tempat yang tidak jauh dari gunung dan sepi magnet). M. Untung - Original Message - From: Awang Satyana To: ; Geo Unpad ; Eksplorasi BPMIGAS Sent: Saturday, November 03, 2007 11:06 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Gunung Kelud Meletus !!! Gunung Kelud belum meletus seperti berita di Detik.com yang dikutip di bawah. Wawancara dengan penyiar Elshinta dengan Dr. Surono (kepala PVMBG) malam ini (Sabtu 3 Nov. 2007 pukul 21.00 WIB) mengkonfirmasi ini. Walaupun semua gejala gunungapi ini sudah jauh melebihi kondisi letusan 1990, sehingga disebut overscale (misalnya gempa tremor terjadi 22 jam, suhu air kawah mendekati 50 C), tetap saja gunung ini belum meletus. Secara teori, gunung ini harusnya sudah meletus. Dr. Surono mengaku tidak tahu mengapa begitu dan tidak bisa meramalkan kapan gunung ini akan meletus. Sebanyak 22 orang pengamat gunungapi dan volcanologist sedang bekerja keras memantau gunung yang sangat sulit ditebak ini. Tak pernah sebegitu banyak ahli gunungapi diterjunkan untuk mengamati gunungapi, hanya di Kelud pada saat ini. Pak Surono pun mengeluhkan dan memprotes secara keras media massa yang menambah kerunyaman pemberitaan seputar Kelud. salam, awang Sabtu, 03/11/2007 19:41 WIB Satlak: Gunung Kelud Belum Meletus Rita Zoelkarnaen - DetikSurabaya --Blitar - Meski kondisi Gunung Kelud ibaratnya sudah hamil tua dan tinggal menunggu detik-detik melahirkan, namun sampai pukul 19.00 WIB, Sabtu (3/11/2007) belum terjadi letusan dari puncak Kelud. Kondisi tersebut seperti yang dikonfirmasikan Humas Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) Kabupaten Blitar Sukamtono kepada petugas Pos Pantau Margomulyo yang sudah turun ke Ngancar Kediri, Umar Rosadi. Khusus untuk apakah Kelud benar-benar sudah meletus atau belum, warga Blitar jangan percaya informasi dari manapun dan siapapun selain dari Satlak. Dan begitu Kelud benar-benar meletus, Satlak pasti akan memberikan informasi resmi saat itu juga melalui berbagai cara, tegas Sukamtono saat dikonfirmasi detiksurabaya.com sekitar pukul 19.00 WIB. Pantauan detiksurabaya.com di lapangan, sekitar pukul 17.00 WIB tadi sore terjadi kepanikan luar biasa di wilayah Kabupaten Blitar. Penyebabnya, munculnya berita di televisi swasta nasional bahwa Gunung Kelud sudah meletus. Akibat pemberitaan tersebut, bahkan warga yang panik mengungsi ada yang mengalami kecelakaan. Seperti yang terjadi di Desa Kedawung Kecamatan Nglegok, terjadi kecelakaan antara dua pengendara sepeda motor. Lebih lanjut Sukamtono menjelaskan, informasi letusan Kelud akan disampaikan dengan berbagai cara. Antara lain dengan langsung menyiarkan melalui radio-radio yang ada di Blitar, membunyikan seluruh sirine dan titir (memukul kentongan bambu maupun besi - red). (gik/gik) Rovicky Dwi Putrohari wrote: Gunung Kelud Meletus !!! Akhirnya Gunung Kelud dinyatakan meletus pada jam 16.00 WIB Kediri (ANTARA News) - Gunung Kelud (1.751 m) dinyatakan telah meletus setelah terjadi gempa tremor over
[iagi-net-l] Flora Pegunungan Jawa (van Steenis, 1972, 2006)
Buat rekan-rekan yang gemar mendaki gunung-gunung di Jawa dan suka mengamati flora pegunungan, buku klasik van Steenis ini merupakan panduan yang baik. Buku ini kini mudah didapatkan di toko-toko buku besar. Saya melihatnya mulai dipajang sekitar dua bulan yang lalu. Buku ini diterbitkan pertama kali dalam bahasa Inggris (The Mountain Flora of Java) oleh E.J. Brill, Leiden, Belanda 35 tahun yang lalu (1972). Sampai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, penyebaran buku ini tentu terbatas, kebanyakan di kalangan ilmuwan yang menekuni biologi dan botani saja. Penerbitannya di luar negeri membuat buku ini sulit ditemukan. Suatu hal yang cukup menyedihkan, isi buku membahas flora pegunungan Jawa, tetapi masyarakat yang tinggal di Jawa sendiri susah mengaksesnya. Maka, inisiatif dan usaha menerjemahkan buku tersebut dan menjualnya di took-toko buku umum patut diacungi jempol. Adalah Pusat Penelitian Biologi LIPI yang berinisiatif menerjemahkan dan menerbitan buku ini ke dalam bahasa Indonesia. Mereka bekerja sama dengan World Bank, John D CatherineT. MacArthur Foundation, Penerbit EJ Brill Leiden, dan Unesco Jakarta office. Buku terjemahannya setebal 259 halaman, lebar, kira-kira seukuran kertas A4, dicetak pada kertas yang bagus, memuat 57 halaman penuh warna 456 spesies tumbuhan berbunga asli pegunungan Jawa. Karena dicetak deluxe dan banyak warnanya, maka harganya jauh di atas rata-rata kebanyakan buku (rata2 harga buku sekarang Rp 40.000, buku van Steenis ini Rp 200.000), tetapi dijamin tak akan rugi memilikinya buat penggemar flora pegunungan Jawa. Gambar-gambar 456 spesies tumbuhan di dalam buku ini dilukis oleh dua orang Indonesia : Amir Hamzah dan Moehamad Toha, dua pelukis botani Herbarium Bogoriense Kebun Raya Bogor masa lalu. Lukisannya breathtaking, penuh dengan detail, simetri, dan kecermatan yang mengagumkan, dilukis dari contoh hidup dalam ukuran sebenarnya. Flora Pegunungan Jawa ditulis oleh CGGJ (Cornelis Gijsbert Gerrit Jan) van Steenis (1901-1986). Bagi penggemar botani, nama van Steenis tentu tak asing lagi sebab van Steenis adalah pakar flora Indonesia dan Asia Tenggara. Buku-bukunya yang terdahulu pernah terbit pada masa Belanda dan awal-awal Indonesia merdeka, beberapa di antaranya dipakai sebagai buku ajar di sekolah-sekolah menengah, misalnya De Nuttige Planten van Indonesie (tumbuhan-tumbuhan bermanfaat di Indonesia), juga yang sudah diterjemahkan oleh Pradnya Paramita (ex penerbit J.B Wolters zaman Belandanya): Flora untuk Sekolah di Indonesia (1947), diterjemahkan oleh Moeso Surjowinoto dkk.. CGGJ van Steenis adalah pakar botani yang pada tahun 1927-1949 bertugas di Kebun Raya Bogor dan Herbarium Bogoriense. Sumbangannya sangat besar dalam bidang taksonomi, biogeografi, dan ekologi tropika. Van Steenis adalah pendiri jurnal Flora Malesiana, sebuah jurnal terkenal pada zamannya tentang tumbuhan berbiji dan paku-pakuan di kawasan Asia Tenggara. Kiprah terakhir van Steenis dalam profesinya adalah gurubesar sistematika tumbuhan pada tahun 1962-1972 di Rijksherbarium Universitas Leiden. Dikabarkan bahwa van Steenis selama hidupnya telah mengumpulkan lebih dari 24.000 nomor koleksi herbarium dan namanya diabadikan di dalam lebih daripada 39 spesies tumbuhan. Istrinya, Rietje van Steenis-Kruseman adalah asisten abadi van Steenis, yang setia menemaninya meneliti tumbuhan. Terjemahan Mountain Flora of Java (van Steenis, 1972) dikerjakan oleh Jenny A Kartawinata, mantan redaktur Femina Group. Jenny bukan pakar botani, tetapi jangan kuatir terjemahannya keliru sebab hasil terjemahannya diperiksa secara cermat oleh tiga orang pakar botani : Dr. Kuswata Kartawinata (pakar ekologi dan taksonomi tumbuhan, mantan kepala Herbarium Bogoriense, penasihat ekologi Unesco Jakarta), Prof. Dr. Elizabeth Widjaja (pakar taksonomi tumbuhan dan etnobotani, Herbarium Bogoriense), dan Dr. Tukirin Partomihardjo (pakar ekologi tumbuhan, Herbarium Bogoriense). Maka, dijamin terjemahannya berbobot sebagaimana aslinya. Buku ini dirancang agar bermanfaat ganda : (1) sebagai buku panduan botani bagi para penggemar alam di Jawa dan sebagian Sumatera ketika menjelajah gunung2, hutan, padang rumput terbuka di tengah hutan, rawa, kawah, sekitar solfatara dan fumarol, punggung2 gunung dan lereng2 tinggi; dan (2) menambah nilai pendidikan bagi para guru dan siswa di Indonesia. Alam harus dikaji dan dihargai di lapangan, dilengkapi dengan percobaan dan pengujian pre-asumsi di laboratorium. Flora Jawa meliputi kawasan tropika seluas lebih dari 130.000 km2, termasuk yang paling baik dikaji di dunia sejak karya Junghuhn. Tumbuhannya dari Asia tropik sampai Australia tropik. Buku ini diharapkan penulisnya menyadarkan masyarakat Jawa akan kekayaan flora di pulau mereka, khususnya di pegunungan, dan merangsang kesadaran mereka untuk menghormati dan melestarikan warisan ini. Hutan dan vegetasi alami harus