[iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu
Sampai sore ini, setelah seminggu sejak gempa dahsyat melanda Jepang (gempa Tohoku 11 Maret 2011 pukul 14:46:23 waktu setempat/pukul 12:46:23 WIB) dengan magnitude 9,0 Mw (moment magnitude, data terakhir USGS, dikoreksi dari 8,9 Mw), telah terjadi sebanyak 502 kali gempa susulan. Magnitude gempa susulan bervariasi dari 4,5 - 7,4 Mw, frekuensi gempa susulan makin menurun, dua hari terakhir kemarin frekuensinya rata-rata 30 gempa per hari, hari-hari pertama setelah gempa besar bisa mencapai frekuensi 80-100 gempa per hari. Magnitude juga semakin menurun, yang saat ini di antara 4,0-5,5 Mw. Lokasi episentrum gempa2 susulan masih dominan di area sekitar lokasi gempa utamanya dalam sebaran area sekitar 300 x 500 km2. Sekitar 75 % gempa susulan adalah gempa dangkal (kedalaman sumber gempa 33 km), sisanya dengan kedalaman 33-70 km. Gempa Tohoku berasal dari penyesaran naik di dekat batas antara kerak akresi Lempeng Eurasia yang ditempati busur kepulauan Jepang dengan slab (kerak samudera) Pasifik, berasal dari kedalaman 32 km (data terakhir USGS, dikoreksi dari 10 km). Berdasarkan pemodelan subduction zone geometry analysis, penyesaran naik ini punya strike = 194.89 deg NE , dip = 14.94 deg, meskipun berdasarkan momen tensornya, sesar naik ini punya strike 187 deg NE dan dip 14 deg. Modeling zona rupture ('robekan') gempa ini mengindikasi bahwa gempa telah menyebabkan sesar dengan loncatan (throw) 30-40 meter, bergeser sepanjang sesarnya sepanjang kira-kira 300 km (along-strike) dan 150 km (sepanjang dip/down-dip). Berdasarkan sebaran gempa-gempa susulan, dengan asumsi bahwa gempa-gempa susulan selalu berlokasi di rupture zone yang sama atau maksimal pindah ke dua jalur sesar di dekatnya, panjang wilayah robekan gempa ini sekitar 400-500 km. Analisis menggunakan sekitar 500 stasiun GPS di area pantai Honshu menemukan bahwa pantai telah tergeser sampai 27 meter dan pergeseran tegak sampai tujuh meter akibat gempa ini. Semua pergeseran vertikal di area dekat hiposentrum/episentrum (30-40 meter) dan di pantai (tujuh meter) telah mengganggu kolom air laut Samudera Pasifik di sebelah timur Pulau Honshu yang telah menyebabkan tsunami skala besar dengan run up (tinggi gelombang) sampai 10 meter dan menelan banyak korban. Semua syarat tsunami-genic earthquake sangat dipenuhi oleh gempa Tohoku ini: pusat gempa di laut, sesar penyebab gempa bersifat dip-slip (sesar naik dalam hal ini), sumber gempa dangkal (32 km) dan magnitude gempa besar (9,0 Mw). Seperti kita tahu, dua hari sebelum gempa Tohoku ini, telah terjadi gempa besar pada 9 Maret 2011 (7,2 Mw) dengan kedalaman 32 km. Lokasi episentrum gempa ini berada sangat dekat (40 km ke sebelah timur) dengan lokasi episentrum gempa Tohoku, dengan mekanisme penyesaran yang sama yaitu sesar naik (strike 190 deg NE, dip 7 deg), yang diikuti oleh sebanyak 34 gempa susulan yang beberapa di antaranya melebihi 6 Mw. Gempa 9 Maret ini, melihat mekanismenya, merupakan gempa pendahuluan (foreshock) sebelum gempa utama (mainshock) gempa Tohoku yang terjadi dua hari kemudian. Gempa Tohoku 11 Maret 2011 adalah gempa terbesar dan terkuat bagi Jepang sampai saat ini, yang juga menyebabkan rangkaian beruntun berupa tsunami dan krisis meledaknya beberapa PLTN di Fukushima, Pulau Honshu. Krisis ledakan PLTN masih terjadi sampai saat ini, seiring dengan rentetan gempa-gempa susulan yang terus terjadi, dan bahaya radiasi radioaktif akibat dugaan telah melelehnya sebagian bahan bakar inti radioaktif akibat kegagalan sistem pendingin PLTN dan ledakan serta kebakaran. Saat ini, penduduk sekitar Tokyo-Fukushima panik dan melakukan eksodus karena kekuatiran bahaya radiasi radioaktif yang makin meluas. Radius berbahaya makin meningkat dari semula 20 km, lalu 30 km, dan kini 80 km. Beberapa negara telah menghimbau warga negaranya untuk tidak bepergian ke Jepang, sementara warga negara asing yang sudah berada di Jepang sedang diusahakan untuk dipulangkan oleh negaranya masing2. Gempa Tohoku yang mencapai magnitude 9,0 M adalah record tertinggi gempa terkuat bagi Jepang. Untuk skala dunia pun, bisa dibilang masuk ke lima besar setelah gempa Chile 9,5 SR, gempa Alaska 9,2 SR dan gempa Aceh Indonesia 9,1 Mw. Gempa2 sebelumnya yang dialami Jepang yang berasal dari patahan akibat konvergensi slab Pasifik dan kerak akresi Eurasia adalah: gempa 7,7 M (Juni, 1978), gempa M 7.8 (Desember 1994), gempa M 7.6 (1896) yang dilaporkan menimbulkan tsunami setinggi 38 meter dan memakan korban sebanyak 27.000, dan gempa M 8.6 (1933) yang dilaporkan menimbulkan tsunami setinggi 29 meter dan menewaskan 3000 korban. Laut di sebelah timur Pulau Honshu mempunyai topografi dasar laut embayment (pertelukan) yang akan membahayakan bila menimbulkan tsunami. Embayment yang terbuka ke arah datangnya gelombang, yang lalu menyempit ke arah daratan (seperti corong) akan mengumpulkan massa air laut menjadi tsunami dengan run up yang tinggi. Gempa-gempa susulan
[iagi-net-l] Gempa Tohoku Jepang Setelah Seminggu Berlalu
Sampai sore ini, setelah seminggu sejak gempa dahsyat melanda Jepang (gempa Tohoku 11 Maret 2011 pukul 14:46:23 waktu setempat/pukul 12:46:23 WIB) dengan magnitude 9,0 Mw (moment magnitude, data terakhir USGS, dikoreksi dari 8,9 Mw), telah terjadi sebanyak 502 kali gempa susulan. Magnitude gempa susulan bervariasi dari 4,5 – 7,4 Mw, frekuensi gempa susulan makin menurun, dua hari terakhir kemarin frekuensinya rata-rata 30 gempa per hari, hari-hari pertama setelah gempa besar bisa mencapai frekuensi 80-100 gempa per hari. Magnitude juga semakin menurun, yang saat ini di antara 4,0-5,5 Mw. Lokasi episentrum gempa2 susulan masih dominan di area sekitar lokasi gempa utamanya dalam sebaran area sekitar 300 x 500 km2. Sekitar 75 % gempa susulan adalah gempa dangkal (kedalaman sumber gempa 33 km), sisanya dengan kedalaman 33-70 km. Gempa Tohoku berasal dari penyesaran naik di dekat batas antara kerak akresi Lempeng Eurasia yang ditempati busur kepulauan Jepang dengan slab (kerak samudera) Pasifik, berasal dari kedalaman 32 km (data terakhir USGS, dikoreksi dari 10 km). Berdasarkan pemodelan subduction zone geometry analysis, penyesaran naik ini punya strike = 194.89 deg NE , dip = 14.94 deg, meskipun berdasarkan momen tensornya, sesar naik ini punya strike 187 deg NE dan dip 14 deg. Modeling zona rupture (‘robekan’) gempa ini mengindikasi bahwa gempa telah menyebabkan sesar dengan loncatan (throw) 30-40 meter, bergeser sepanjang sesarnya sepanjang kira-kira 300 km (along-strike) dan 150 km (sepanjang dip/down-dip). Berdasarkan sebaran gempa-gempa susulan, dengan asumsi bahwa gempa-gempa susulan selalu berlokasi di rupture zone yang sama atau maksimal pindah ke dua jalur sesar di dekatnya, panjang wilayah robekan gempa ini sekitar 400-500 km. Analisis menggunakan sekitar 500 stasiun GPS di area pantai Honshu menemukan bahwa pantai telah tergeser sampai 27 meter dan pergeseran tegak sampai tujuh meter akibat gempa ini. Semua pergeseran vertikal di area dekat hiposentrum/episentrum (30-40 meter) dan di pantai (tujuh meter) telah mengganggu kolom air laut Samudera Pasifik di sebelah timur Pulau Honshu yang telah menyebabkan tsunami skala besar dengan run up (tinggi gelombang) sampai 10 meter dan menelan banyak korban. Semua syarat tsunami-genic earthquake sangat dipenuhi oleh gempa Tohoku ini: pusat gempa di laut, sesar penyebab gempa bersifat dip-slip (sesar naik dalam hal ini), sumber gempa dangkal (32 km) dan magnitude gempa besar (9,0 Mw). Seperti kita tahu, dua hari sebelum gempa Tohoku ini, telah terjadi gempa besar pada 9 Maret 2011 (7,2 Mw) dengan kedalaman 32 km. Lokasi episentrum gempa ini berada sangat dekat (40 km ke sebelah timur) dengan lokasi episentrum gempa Tohoku, dengan mekanisme penyesaran yang sama yaitu sesar naik (strike 190 deg NE, dip 7 deg), yang diikuti oleh sebanyak 34 gempa susulan yang beberapa di antaranya melebihi 6 Mw. Gempa 9 Maret ini, melihat mekanismenya, merupakan gempa pendahuluan (foreshock) sebelum gempa utama (mainshock) gempa Tohoku yang terjadi dua hari kemudian. Gempa Tohoku 11 Maret 2011 adalah gempa terbesar dan terkuat bagi Jepang sampai saat ini, yang juga menyebabkan rangkaian beruntun berupa tsunami dan krisis meledaknya beberapa PLTN di Fukushima, Pulau Honshu. Krisis ledakan PLTN masih terjadi sampai saat ini, seiring dengan rentetan gempa-gempa susulan yang terus terjadi, dan bahaya radiasi radioaktif akibat dugaan telah melelehnya sebagian bahan bakar inti radioaktif akibat kegagalan sistem pendingin PLTN dan ledakan serta kebakaran. Saat ini, penduduk sekitar Tokyo-Fukushima panik dan melakukan eksodus karena kekuatiran bahaya radiasi radioaktif yang makin meluas. Radius berbahaya makin meningkat dari semula 20 km, lalu 30 km, dan kini 80 km. Beberapa negara telah menghimbau warga negaranya untuk tidak bepergian ke Jepang, sementara warga negara asing yang sudah berada di Jepang sedang diusahakan untuk dipulangkan oleh negaranya masing2. Gempa Tohoku yang mencapai magnitude 9,0 M adalah record tertinggi gempa terkuat bagi Jepang. Untuk skala dunia pun, bisa dibilang masuk ke lima besar setelah gempa Chile 9,5 SR, gempa Alaska 9,2 SR dan gempa Aceh Indonesia 9,1 Mw. Gempa2 sebelumnya yang dialami Jepang yang berasal dari patahan akibat konvergensi slab Pasifik dan kerak akresi Eurasia adalah: gempa 7,7 M (Juni, 1978), gempa M 7.8 (Desember 1994), gempa M 7.6 (1896) yang dilaporkan menimbulkan tsunami setinggi 38 meter dan memakan korban sebanyak 27.000, dan gempa M 8.6 (1933) yang dilaporkan menimbulkan tsunami setinggi 29 meter dan menewaskan 3000 korban. Laut di sebelah timur Pulau Honshu mempunyai topografi dasar laut embayment (pertelukan) yang akan membahayakan bila menimbulkan tsunami. Embayment yang terbuka ke arah datangnya gelombang, yang lalu menyempit ke arah daratan (seperti corong) akan mengumpulkan massa air laut menjadi tsunami dengan run up yang tinggi. Gempa-gempa