[indo-marxist] Re: Fwd: [Diskusi-Pembebasan] Launching Partai Persatuan Pembebasan Nasional [KP-PAPERNAS] beberapa berita

2006-07-28 Terurut Topik ozi_listeningizy

SUDAH SAATNYA KITA MENDUKUNG PARTAI ATAU ;LEMBAGA YANG BENER-BENAR 
BERSIH DARI KEKUASAAAN ABSOLUT NAN RAKUS.
SEMOGA PARTAI YANG BARU LAUNCHING INI BENER-BENER MEMBUMI DIHATI 
RAKYAT YANG MEMANG TENGGELAM OLEH SUARA-SUARA PENGUASA YANG JARANG 
MENDENGAR KELUH KESAH RAKYATNYA SENDIRI, SEDANGKAN dpr SEBAGAI 
PERWAKILAN UNTUK SUARA HATI NURANI RAKYAT; HANYA SEGELINTIR DAN TAK 
PERNAH PANGKAL UJUNG PENEYELESAIAN BERBAGAI MASALAH YANG KITA DERITA 
SELAMA INI.

BARANGKALI ADA KAWAN-KAWAN UNTUK MENDUKUNG SAYA ATAU IKUT ANDIL DALAM 
MENDIRIKAN BINTANG TIMUR. SUDAH LAMA SEKALI SAYA MENGANGAN-ANGANKAN 
SEBUAH CITA-CITA UNTUK RAKYAT DEM,I RAKYAT DAN HANYA RAKYAT. WADAH 
ASPIRASI INI ADALAH SALAH SATU TERKECIL DARI SEKIAN JUTA LEMBAGA YANG 
MENANGANI BERBAGAI KASUS KEMANUSIAAN. UNTUK SEKARANG AD/ART BELUM 
ADA, MAKA DARI ITU SAYA TUNGGU DARI REAKSI KAWAN-KAWAN SEMUA. SAYA 
TUNGGU KABARNYA. FORMATANYA KITA DISKUSIKAN SELANJUTNYA OK. MEREDEKA 
UNTUK RAKYAT!
--- In indo-marxist@yahoogroups.com, redaksi pembebasan 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 ajsusmana [EMAIL PROTECTED] wrote: To: Diskusi-
[EMAIL PROTECTED]
 From: ajsusmana [EMAIL PROTECTED]
 Date: Mon, 24 Jul 2006 14:50:21 -
 Subject: [Diskusi-Pembebasan] Launching Partai Persatuan Pembebasan 
Nasional [KP-PAPERNAS] beberapa berita
 
   Launching Partai Persatuan 
Pembebasan Nasional [KP-PAPERNAS]
  
  Perspektif Online22 July 2006
  
  Pidato menyambut lahirnya PAPERNAS oleh Mohamad Sobary, Romo Edy 
  Purwanto, Wimar Witoelardan Nursyahbani Katjasungkana. Lagu 
  perjuangan dibawakan oleh Franky Sahilatua menutup acara dengan 
tempo 
  tinggi.
   
  Menurut KP Papernas, kebebasan politik yang diperoleh rakyat telah 
  mulai dimanfaatkan untuk pembangunan wadah-wadah perjuangan, 
sampai 
  dengan mengembangkan bentuk-bentuk perjuangannya. Aksi massa 
terjadi 
  hampir setiap hari di seluruh daerah, di setiap level teritorial. 
  Di sisi yang lain, kebebasan politik ini dimanfaatkan juga oleh 
kaum 
  elit untuk memperkuat kekuasaan mereka. Bukan rahasia lagi, bahwa 
  setelah berada di kekuasaan mereka tidak menggunakan kekuasaan 
  tersebut untuk mengangkat rakyat dari penderitaan, melainkan 
  sebaliknya untuk menindas. 
   
  
  Hingga kini kaum pergerakan belum mampu menyediakan dan menjawab 
  tentang alat perjuangan alternatif ini. Berdirinya berbagai partai 
  progresif, serikat-serikat buruh, ormas-ormas tani, organisasi-
  organisasi semi proletariat perkotaan, baik di nasional maupun 
lokal 
  adalah positif. Namun kebutuhan untuk mengkonsolidasi dan 
memajukan 
  berbagai segi positif itu menuntut alat perjuangan yang lebih 
  daripada itu. 
   
  Oleh karena itu ciri atau karakter pokok dari program perjuangan  
  Front Persatuan Nasional  adalah anti imperialisme dan menjunjung 
  tinggi hak-hak demokrasi rakyat. 
  Program mendesak dari Front Persatuan nasional adalah:1. 
Penghapusan 
  hutang luar negeri dan penarikan kembali obligasi rekapitalisasi 
  perbankan. 2. Nasionalisasi Industri minyak, gas, dan listrik. 
  3. Membuka lapangan kerja dengan program industrialisasi nasional. 
  4. Melindungi industri dalam negeri, mengontrol dan mengawasi 
  perdagangan umum dengan luar negeri. 
  5. Pendidikan dan Kesehatan Gratis untuk seluruh rakyat. 
  6. Upah Minimum Nasional sesuai KHL Untuk Kaum Buruh. 
Penghitungan  
  standar Kebutuhan Hidup layak (KHL) berdasarkan rata-rata standar 
KHL 
  9 kota industri utama.  
  7. Menurunkan harga sarana produksi pertanian, perlindungan 
terhadap 
  hasil-hasil pertanian dalam negeri, dan penyelesaian sengketa 
Agraria 
  dengan mengutamakan keadilan dan kesejahteraan untuk kaum tani. 
  8. Nasionalisasi Industri Perbankan dalam negeri. 9. Penyelamatan 
  asset-aset nasional dari program privatisasi BUMN dan liberalisasi 
  aset-aset ekonomi strategis lainnya (air, migas, listrik, rumah 
sakit,
   universitas dan sebagainya) dari Pemerintahan SBY-Kalla. 
  10. Bubarkan KomandoTeritorial TNI. 
  
  Launching Partai Persatuan Pembebasan Nasional [KP-PAPERNAS]
  Perspektif Online22 July 2006
  Pidato menyambut lahirnya PAPERNAS oleh Mohamad Sobary, Romo Edy 
  Purwanto, Wimar Witoelardan Nursyahbani Katjasungkana. Lagu 
  perjuangan dibawakan oleh Franky Sahilatua menutup acara dengan 
tempo 
  tinggi.
   
  Menurut KP Papernas, kebebasan politik yang diperoleh rakyat telah 
  mulai dimanfaatkan untuk pembangunan wadah-wadah perjuangan, 
sampai 
  dengan mengembangkan bentuk-bentuk perjuangannya. Aksi massa 
terjadi 
  hampir setiap hari di seluruh daerah, di setiap level teritorial. 
  Di sisi yang lain, kebebasan politik ini dimanfaatkan juga oleh 
kaum 
  elit untuk memperkuat kekuasaan mereka. Bukan rahasia lagi, bahwa 
  setelah berada di kekuasaan mereka tidak menggunakan kekuasaan 
  tersebut untuk mengangkat rakyat dari penderitaan, melainkan 
  sebaliknya untuk menindas. 
   
  
  Hingga kini kaum pergerakan belum mampu menyediakan dan menjawab 
  tentang alat perjuangan 

[indo-marxist] internationale

2006-07-28 Terurut Topik pietertahapary
salam..
ada yang punya lagu internationale versi inggris ato indonesia nggak? 
aku cuman punya yang versi prancis ama rusia. bagi2 ya..







Bersatu Rebut Kekuasaan: Hancurkan Kapitalisme, Imperialisme, Neo-Liberalisme, 
Bangun Sosialisme!

Situs Web: http://come.to/indomarxist
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[indo-marxist] Korban Tetaplah sebagai Korban

2006-07-28 Terurut Topik ichank ichank




Sumber : Kompas.com / Edisi Cetak
27 Juli 2006Sepuluh Tahun Kasus 27 Juli
Korban Tetaplah sebagai Korban

Budiman Tanuredjo

Korban
pelanggaran hak asasi manusia tetaplah sebagai korban. Pelaku
pelanggaran hak asasi manusia tetaplah sebagai pelaku. Selama tidak ada
keadilan dan tidak ada pengungkapan kebenaran, tidak akan pernah ada
istilah mantan korban atau bekas pelaku.
Refleksi
itu disampaikan mantan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD)
Budiman Sudjatmiko yang divonis 13 tahun penjara oleh pemerintahan
Soeharto. Budiman dan sejumlah aktivis PRD ditempatkan sebagai musuh
publik saat kerusuhan 27 Juli 1996 meletus. Ia dituduh militer
melakukan subversif dan makar terhadap Soeharto.
Dikotomi
antara korban dan pelaku membuat bangsa ini terbelah secara politik,
sosial, dan kultural. Dan akibatnya, bangsa ini kehilangan satu faktor
integratif yang sebenarnya amat diperlukan. Yang berkembang justru
saling curiga, ujar Budiman dalam percakapan dengan Kompas di Bogor
awal pekan ini.
Keadilan
dan kebenaran adalah sebuah esensi dasar. Sebagaimana ditulis Uskup
Desmond Tutu, tiada masa depan tanpa pemaafan. Namun, Tutu dalam buku
No Future Without Forgiveness juga mengatakan, bagaimana akan
memberikan maaf kalau korban tak pernah tahu siapa yang harus
dimaafkan.
Budiman
yang kini bergabung di PDI Perjuangan tidak menempatkan dirinya sebagai
korban. Saya tak anggap penderitaan saya besar, masih banyak orang
lain yang menderita secara ekonomi dan politik, ujar pria yang kini
menyandang dua master politik dari sebuah universitas di Inggris.
Sepuluh tahun lalu

Hari
Sabtu, 27 Juli, sepuluh tahun lalu, amuk massa terjadi di sebagian
wilayah Jakarta. Asap dari gedung dan kendaraan yang dibakar membubung
di langit. Massa turun ke jalan, khususnya di kawasan Jalan Diponegoro,
Salemba, Kramat.
Massa
marah menyusul pengambilalihan Kantor DPP PDI Jalan Diponegoro No 58
yang dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri dengan cara kekerasan.
Sebelumnya, Soeharto dan pembantu militernya merekayasa Kongres PDI di
Medan dan mendudukkan kembali Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI. Rekayasa
pemerintahan Orde Baru untuk menggulingkan Megawati itu dilawan
pendukung Megawati dengan menggelar mimbar bebas di Kantor DPP PDI.
Mimbar
bebas yang menghadirkan sejumlah tokoh pembangkang Orde Baru, menurut
Budiman, telah mampu membangkitkan kesadaran kritis rakyat atas
perilaku politik Orde Baru. Sehingga ketika terjadi pengambilalihan
secara paksa, perlawanan rakyat pun terjadi.
Hasil
penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia: 5 orang meninggal
dunia, 149 orang (sipil maupun aparat) luka-luka, 136 orang ditahan.
Komnas HAM juga menyimpulkan telah terjadi sejumlah pelanggaran hak
asasi manusia.
Pemerintah
Orde Baru memburu aktivis PRD dan menjebloskannya ke penjara. Budiman
mendapat hukuman terberat, yakni 13 tahun penjara. Tapi insting saya
mengatakan, paling lama saya dipenjara lima tahun, ujar Budiman yang
memperkirakan Orde Baru takkan bertahan lama karena proses pembusukan
politik sudah terjadi, kebobrokan mulai terungkap, dan rakyat mulai
sadar akan berbagai penyimpangan.
Insting
Budiman benar. Dua tahun kemudian, 20 Mei 1998, Presiden Soeharto
dipaksa mundur. Presiden BJ Habibie membebaskan sejumlah tahanan
politik dengan amnesti, kecuali aktivis PRD yang akan dibebaskan dengan
grasi. Budiman menolak pembebasan dengan grasi. Budiman dan kawan-kawan
akhirnya dibebaskan Presiden KH Abdurrahman Wahid dengan amnesti
politik.
Sepuluh tahun kemudian

Kini,
sepuluh tahun sudah peristiwa 27 Juli terjadi. Presiden berganti empat
kali. Namun, Kasus 27 Juli tak kunjung terang. Pengadilan Koneksitas
yang digelar pada era Presiden Megawati hanya mampu membuktikan seorang
buruh bernama Jonathan Marpaung yang terbukti mengerahkan massa dan
melempar batu ke Kantor PDI. Ia dihukum dua bulan sepuluh hari,
sementara dua perwira militer yang diadili, Kol CZI Budi Purnama
(mantan Komandan Detasemen Intel Kodam Jaya) dan Letnan Satu (Inf)
Suharto (mantan Komandan Kompi C Detasemen Intel Kodam Jaya) divonis
bebas.
Peristiwa
27 Juli menghasilkan sejumlah buku dan sejumlah penelitian. Pejabat
militer menulis buku untuk menjelaskan posisinya dalam kasus itu. Benny
S Butarbutar, yang menulis buku Soeyono Bukan Puntung Rokok (2003),
memaparkan Kasus 27 Juli dari perspektif Soeyono yang kala itu menjabat
Kepala Staf Umum ABRI. Ia membangun teori persaingan srikandi kembar
antara Megawati dan Siti Hardijanti Rukmana sebagai latar terjadinya
Kasus 27 Juli. Ia juga memaparkan, rivalitas di tubuh tentara yang
membuatnya tersingkir dari militer. Soeyono menyebutnya sebagai Killing
the Sitting Duck Game, rekayasa untuk Membunuh Bebek Lumpuh. Sehari
sebelum kejadian, Soeyono mengalami kecelakaan di Bolaang Mongondow.
Buku
lain yang muncul adalah Membongkar Misteri Sabtu Kelabu 27 Juli 1996
dengan editor Darmanto Jatman (2001). Tim peneliti Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia juga membukukan hasil penelitian mengenai Militer
dan Politik Kekerasan Orde 

[indo-marxist] Ratusan Warga Mariah Hombang Datangi Mapolsekta Tanah Jawa

2006-07-28 Terurut Topik Serikat Tani Nasional
--- Maaf bila crossposting ---

http://www.hariansib.com/index.php?option=com_contenttask=viewid=9716Itemid=40

Ratusan Warga Mariah Hombang Datangi Mapolsekta Tanah Jawa

Ditulis oleh Redaksi
Thursday, 27 July 2006
Tanah Jawa (SIB)

Ratusan warga Desa Mariah Hombang Kecamatan Hutabayuraja Simalungun
berdelegasi ke Mapolsekta Tanah Jawa guna mendampingi rekannya Kasmin
Manurung (55) untuk memenuhi panggilan tim penyidik Polsekta Tanah
Jawa, Rabu (26/7) pagi. Sekaitan dengan itu warga juga menanyakan
sejauh mana proses hukum yang dilakukan oleh Polsekta Tanah Jawa atas
pengaduan mereka terhadap oknum kepala desa Mariah Hombang yang diduga
menggelapkan uang masyarakat dalam pengurusan sertifikat tanah.

Informasi dihimpun SIB menyebutkan, kehadiran ratusan warga berkaitan
dengan dipanggilnya Kasmin Nainggolan demi kepentingan penyelidikan
seputar pengaduan Tualan Gultom (76) warga Dusun Parsaguan Mariah
Hombang akibat tanaman ubinya dirusak oleh sekelompok  orang, Selasa
(4/7) pagi.

Sekaitan dengan pengrusakan tersebut beberapa orang dari 24 warga yang
diadukan telah dimintai keterangannya oleh Polsekta Tanah Jawa dan
kebetulan Kasmin Nainggolan juga ketua Forum Masyarakat Nagori Mariah
Hombang.

Kapolsekta Tanah Jawa AKP Arifin Siagian yang menyambut kehadiran para
warga mengatakan, setiap pengaduan yang dilakukan masyarakat tetap
ditindak lanjuti oleh kepolisian sebab semua warga sama kedudukannya
di mata hukum.

Sementara itu, Kepala Desa Mariah Hombang Marudut Simanjuntak ketika
dikonfirmasi SIB lewat telepon selulernya mengatakan, masalah tindak
pidana penipuan yang dituduhkan kepadanya sama sekali tidak beralasan.
Simanjuntak mengatakan akibat sesuatu hal, pengurusan sertifikat tanah
tersebut gagal dan akhirnya uang yang sempat diterimanya sebagian
besar telah dipulangkan kepada warganya. (IR/n)

Catatan :

Forum Masyarakat Nagori Mariah Hombang bersama aktivis Serikat Tani
Nasional Kab. Simalungun hingga hari ini terus berjuang menduduki,
memproduksi dan mempertahankan reklaiming 678,5 hektare tanah rakyat
24 Juni 2006 lalu yang dirampas PT. Kuala Gunung.


--
---
Komite Pimpinan Pusat
Serikat Tani Nasional
[Sementara] Jl. Panataran 17 Blok N3 Perum Cimanggu Permai I Bogor 16133
Telp/fax + 62 252 336906, Mobile +62 817 6913 860
Email : [EMAIL PROTECTED]
Site : www.serikat-tani.org
---





Bersatu Rebut Kekuasaan: Hancurkan Kapitalisme, Imperialisme, Neo-Liberalisme, 
Bangun Sosialisme!

Situs Web: http://come.to/indomarxist
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[indo-marxist] TANPA JUDUL ( IV )

2006-07-28 Terurut Topik LEONOWENS SP



TANPA JUDUL ( IV )Tentang kesedihan…  tentang kebahagiaan…  tentang penderitaan…  tentang
 kesenangan…  tentang penyiksaan…  tentang kematian…  dan tentang keabadian…  sebuah bahasa tanpa kepastian kata Terlalu sering…   ya, terlalu
 sering  sehingga bahasa alaminya   seakan telah dihancurkan  oleh pemberontakan abadi  tentang peniadaan yang pasti  suatu kebenaran tanpa judul!Juli 2006, Leonowens SP   
		Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls.  Great rates starting at 1¢/min.
__._,_.___





Bersatu Rebut Kekuasaan: Hancurkan Kapitalisme, Imperialisme, Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme!

Situs Web: http://come.to/indomarxist









   






  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia visa
  
  
Indonesia phone card
  
  
Indonesia calling card
  
  


Indonesia travel
  
  
Indonesia
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "indo-marxist" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  






__,_._,___



[indo-marxist] TANPA JUDUL ( III )

2006-07-28 Terurut Topik LEONOWENS SP



TANPA JUDUL ( III )Walau bukanlah sejatinya…  di negeri yang berdarah-darah  adalah kebenaran pasti bersejarah  tentang manusia dan kehidupannya  semua telah disajikan begitu indahnya   dibalik segala pendusta walau terlalu manisSeperti kebenaran…  tentang sesuatu tanpa judul!Juli 2006, Leonowens SP 
		Groups are talking. Were listening. Check out the handy changes to Yahoo! Groups. 
__._,_.___





Bersatu Rebut Kekuasaan: Hancurkan Kapitalisme, Imperialisme, Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme!

Situs Web: http://come.to/indomarxist









   






  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia visa
  
  
Indonesia phone card
  
  
Indonesia calling card
  
  


Indonesia travel
  
  
Indonesia
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "indo-marxist" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  






__,_._,___



Re: [indo-marxist] internationale

2006-07-28 Terurut Topik boyke
kawan, lagunya seperti apa saya belum pernah dengar? lirik Indonesianya saya
juga ada..


- Original Message -
From: pietertahapary [EMAIL PROTECTED]
To: indo-marxist@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, July 26, 2006 6:28 PM
Subject: [indo-marxist] internationale


 salam..
 ada yang punya lagu internationale versi inggris ato indonesia nggak?
 aku cuman punya yang versi prancis ama rusia. bagi2 ya..







 Bersatu Rebut Kekuasaan: Hancurkan Kapitalisme, Imperialisme,
Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme!

 Situs Web: http://come.to/indomarxist

 Yahoo! Groups Links












The information transmitted is intended only for the person or the entity to 
which it is addressed and may contain confidential and/or privileged material. 
If you have received it by mistake please notify the sender by return e-mail 
and delete this message including any of its attachments from your system. 
Any use, review, reliance or dissemination of this message in whole or in part 
is strictly prohibited. 
Please note that e-mails are susceptible to change. 
The views expressed herein do not necessarily represent those of Summarecon and 
its divisions and should not be construed as the views, offers or acceptances 
of Summarecon and its divisions.







Bersatu Rebut Kekuasaan: Hancurkan Kapitalisme, Imperialisme, Neo-Liberalisme, 
Bangun Sosialisme!

Situs Web: http://come.to/indomarxist
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/