[indo-marxist] Pernyataan Sikap PRP: Krisis Global mengorbankan rakyat pekerja!!!

2008-12-01 Terurut Topik prp pusat




PERNYATAAN SIKAP

PERHIMPUNAN RAKYAT PEKERJA

 

 Rakyat Pekerja dikorbanka untuk
menyelamatkan diri kapitalis keluar dari krisis !!!

Negara harus melindungi hak berpolitik rakyat pekerja !!!

STOP PHK kepada rakyat pekerja !!!

 

Salam rakyat pekerja,

 

Indonesia saat ini sedang berada dalam kondisi krisis ekonomi yang
disebabkan oleh para kapitalis di dunia. Untuk menyelamatkan dirinya,
pemerintah Indonesia melalui para menterinya mengeluarkan SKB 4 Menteri yang 
berisikan kesepakatan untuk tidak
memberlakukan satu standarisasi upah minimum di satu wilayaht tertentu (yang
biasa dikenal dengan UMP/UMK), dengan kata lain Pemerintah melepaskan tanggung
jawab dalam penentuan upah untuk kaum buruh Indonesia. 

 

KRISIS GLOBAL adalah alasan utama dari Pemerintah untuk melepaskan
tanggung jawabnya ini. Kapitalis sedang mengalami krisis dan kita  RAKYAT 
PEKERJA dijadikan tumbal untuk
menutupi krisis kapitalisme. Agar para pengusaha Indonesia tidak
bangkrut, maka harus ada penekanan terhadap biaya produksi, dan biaya produksi
yang paling bisa di tekan serendah-rendahnya adalah upah buruh jika dibanding
dengan menurunkan biaya bahan mentah, biaya perawatan mesin, biaya listrik,
biaya BBM dan bahkan biaya siluman yang besarnya melebihi upah buruh. Bahkan
kalau perlu dilakukanlah PHK massal untuk menyelamatkan biaya produksi yang
harus dikeluarkan oleh para kapitalis.

 

Yang jelas rakyat pekerja hanya dijadikan korban dari krisis global
ini. Seluruh keputusan ekonomi politik yang dibuat selama ini (baik di
Amerika maupun di Indonesia dan juga negara-negara kapitalis lainnya) yang
sekarang ini mengakibatkan krisis, TIDAK DIBUAT OLEH KAUM BURUH melainkan oleh
Segelintir Orang yang MERUPAKAN ANTEK KAUM PEMODAL. 

 

Untuk memperlancar agar rakyat pekerja tidak
memiliki kapasitas untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada masa krisis
ini, pemberangusan terhadap kebebasan rakyat pekerja untuk berpolitik dan
berorganisasi pun dilakukan. Terakhir adalah upaya pembubaran Kongres Gabungan
Serikat Buruh Nusantara (GSBN) SBA KASBI di Makassar oleh aparat TNI AU.
Kongres GSBN yang tadinya akan dilaksanakan di Wisma Drigantara, sebuah
penginapan yang dikelola TNI AU, tiba-tiba saja dibubarkan secara paksa oleh
aparat TNI AU dibantu oleh Polisi Militer. Alasan pembubarannya pun dikarenakan
ada ketakutan dari aparat TNI AU atau pemerintah terhadap pembicaraan buruh
yang akan meluas kemana-mana. Artinya memang, pemerintah kapitalis saat ini
mengupayakan agar rakyat pekerja tidak membicarakan sedikitpun mengenai
masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa ini.

 

Hal ini jelas merupakan pemberangusan hak-hak
berpolitik rakyat pekerja oleh pemerintah kapitalis. Sebelumnya bahkan upaya
penolakan rakyat pekerja terhadap berjalannya SKB 4 Menteri selalu saja
dihadapi dengan represif. Penangkapan pun dilakukan oleh aparat kepolisian
terhadap Andik, salah satu kader PRP Surabaya ketika melaksanakan aksi
penolakan SKB 4 Menteri di Surabaya. 

 

SKB 4 Menteri hanyalah “jembatan” bagi pemerintah
kapitalis dan pengusaha untuk melancarkan PHK massal bagi buruh-buruhnya. 
Ancaman
PHK oleh kapitalis jika SKB 4 Menteri tidak dijalankan, menjadi satu bukti kuat
bahwa ini hanyalah merupakan akal-akalan pemilik modal dan pemerintah
kapitalisme untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari krisis global yang
menimpanya. Dan jalan yang dipakai oleh pemerintah kapitalis dan pemilik modal
untuk menyelamatkan dirinya adalah dengan mengorbankan para rakyat pekerja.

 

Maka dari itu seharusnya rakyat pekerja mulai
menaikkan tuntutannya bukan hanya menolak SKB 4 Menteri dan menaikkan upah. 
Rakyat
pekerja harus berani mengajukan tuntutan untuk mengelola perusahaan-perusahaan
di bawah kontrol rakyat pekerja. Karena dengan cara inilah, rakyat pekerja juga
akan mendapatkan jaminan tidak PHK oleh para pemilik modal. Dengan pengelolaan 
industri
nasional yang dikontrol oleh rakyat pekerja, maka rakyat pekerja juga akan
mengembangkan industria nasional tersebut menjadi kuat dan menjamin keberadaan
buruh di industri tersebut.

 

Maka darii tu, Perhimpunan Rakyat Pekerja
menyatakan sikap:

Memprotes keras pembubaran Kongres
 GSBN oleh aparat TNI AU dan Polisi Militer serta penangkapan terhadap
 kader PRP Surabaya. Hal ini merupakan upaya pemberangusan hak-hak
 berpolitik rakyat pekerja oleh pemerintah kapitalis.Menolak SKB 4 Menteri, 
karena ini
 hanyalah akal-akalan pemerintah kapitalis dan pemilik modal untuk
 melancarkan PHK massal. PHK massal ini merupakan upaya penyelamatan para
 pemilik modal dari krisis global. Menyerukan kepada seluruh rakyat
 pekerja untuk mengambilalih serta mengelola industri nasional di tangan
 rakyat pekerja.Sosialisme adalah jalan satu-satunya
 untuk keluar dari krisis global yang disebabkan oleh para kapitalis saat
 ini.

 

Jakarta, 1 Desember 2008

Komite Pusat Perhimpunan Rakyat Pekerja

 

Sekretaris Jenderal

 

 

 

   Irwansyah



Komite Pusat

Perhimpunan 

[indo-marxist] Fw: [R-Mania] RE-SEARCH

2008-12-01 Terurut Topik Lord voldemort


--- On Sun, 11/30/08, audifax - [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: audifax - [EMAIL PROTECTED]
Subject: [R-Mania] RE-SEARCH
To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
Date: Sunday, November 30, 2008, 7:48 AM











Judul buku  : Re-Search: Sebuah Pengantar untuk “Mencari-Ulang” Metode 
Penelitian dalam Psikologi 
Penulis : Audifax 
Penerbit   : Jalasutra 
Cetakan    : I, Desember 2008 
ISBN : 602-8252-07- 7 
Jumlah Halaman : xxviii + 448 hlm; 15 x 21 cm 
Harga : Rp. 69.000,- 
  
‘RISET’ [Research] atau yang dikenal juga dengan ‘penelitian’ adalah sebuah 
kegiatan ilmiah yang seringkali menyulitkan, terutama pada mahasiswa yang 
mengerjakan skripsi atau mata kuliah metodologi penelitian. Tak jarang mereka 
telah mampu menyelesaikan seluruh perkuliahan, namun gagal memeroleh gelar 
sarjana hanya karena tak mampu mengerjakan skripsi. Fakta itulah yang mendorong 
penulis untuk membuat semacam literatur yang dapat memberi kontribusi bagi 
mereka yang mengalami kesulitan dalam penelitian. Literatur itulah yang 
kemudian terbit menjadi buku berjudul “Re-Search: Sebuah pengantar untuk 
“Mencari-Ulang” Metode Penelitian dalam Psikologi” 
  
Materi dalam buku ini sengaja disusun untuk memberi inspirasi pada kebuntuan 
yang mungkin terjadi dalam mengerjakan penelitian atau ketidaktahuan langkah 
apa yang mesti diambil ketika akan melakukan penelitian. Banyak ‘kebuntuan’, 
‘stagnasi’, ‘ketaktahuan’ yang dialami peneliti, terutama penelitian skripsi. 
Ini karena umumnya mereka belum memiliki wawasan akan alternatif-alternat if 
dalam sebuah penelitian. Di sinilah peran dari buku ini bagi 
penelitian-peneliti an yang Anda lakukan, yaitu memberi wawasan seluas-luasnya 
akan apa yang bisa dan mungkin dilakukan dalam sebuah penelitian. 
  
  
  
  
Daftar Isi 
  
Tentang Penulis 
  
Sebuah Pencarian, sebuah pertemuan 
  
Sebuah Pencarian Ulang   
  
Kata Pengantar oleh Deden Himawan, Dosen Psikologi Transpersonal dan Statistik 
di Bandung – Membangun Paradigma Baru dalam Psikologi 
  
Pengantar 
  
BAGIAN I: PEMAHAMAN MENGENAI PENELITIAN 
  
1. Apa itu Riset? 
    Syarat sebuah riset 
  
2. Bagaimana Menemukan Permasalahan Riset? 
    Tujuan Riset 
  
3. Paradigma Penelitian 
    Paradigma sebagai konstruksi dalam pemikiran kita 
    Positivist – postpositivist – Critical Theory – 
Constructivism 
    Positivis – Kritikal – Interpretivisme 
    Fakta Sosial – Perilaku Sosial – Definisi Sosial 
  
4. Teori, Berteori dan Riset 
    Berteori 
    Teori dan Riset 
    Berteori dari suatu hasil Riset 
  
5. Metodologi 
    Apa itu variabel? 
    Populasi 
    Teknik Sampling 
    Pemahaman seputar Pendekatan Kuantitatif- Kualitatif 
    Perdebatan seputar Pendekatan Kuantitatif- Kualitatif 
    Pertimbangan pemikiran di balik Pendekatan Kuantitatif- Kualitatif 
    Penggabungan Pendekatan Kuantitatif- Kualitatif 
  
6. Data dan Analisisnya 
    Data 
    Teknik Pengambilan Data 
    Focus Group Discussion 
    Brainstorming 
    Decoding Session 
    Analisis Data Kuantitatif 
    Analisis Data Kualitatif 
    Pembahasan Data Kualitatif 
    Pembahasan Data Kuantitatif 
  
7. Kesimpulan Penelitian 
  
BAGIAN 2: ISU FILOSOFIS, KONSEP, PERDEBATAN DAN PELBAGAI TIPE/PENDEKATAN 
ANALISIS DALAM RISET 
  
8. Polling 
    Tahap-tahap polling 
    Besar Sampel 
    Akurasi hasil Polling 
    Merumuskan Pertanyaan 
    Pendekatan Statistik dalam Polling 
    Menginterpretasi Data 
    Kilasan Kelebihan-Kelemahan Polling 
  
9. Riset Survey 
    Penghitungan Statistik dalam Survey 
    Desain Penelitian Survey 
    Kilasan Kelebihan-Kelemahan Survey 
  
10. Studi Kasus 
    Kesahihan penelitian 
    Desain dan Aplikasi 
    Kilasan Kelebihan-Kelemahan Studi Kasus 
  
11. Grounded Theory 
    Pengkodean Terbuka (Open Coding) 
    Pengkodean Aksial (Axial Coding) 
    Pengkodean Selektif (Selective Coding) 
    Kepekaan Teoritis 
    Penggunaan Literatur 
    Literatur Teknis 
    Literatur Non-Teknis 
    Kilasan Kelebihan-Kelemahan Grounded Theory 
  
12. Action Research 
    Prinsip Action Research 
    Kapan Action Research bisa digunakan? 
    Kilasan Kelebihan-Kelemahan 

[indo-marxist] Manuver Politik Aktivis

2008-12-01 Terurut Topik Sosialisme Jawabannya!
Monday, 01 December 2008


Para aktivis kini menggemari politik.Dalam literatur politik
Indonesia, masuknya aktivis ke dunia politik memang sudah lama
berlangsung. 

Semenjak angkatan 1966 hingga angkatan 1998, tak sedikit aktivis yang
telah menjadi politikus. Begitu juga para anggota DPR kini pun
sesungguhnya mantan aktivis yang dibesarkan oleh Kelompok Cipayung
(PMII, HMI, GMNI, PMKRI, GMKI) dan organisasi kemahasiswaan baik intra
maupun ekstra kampus yang lahir tahun 1990-an. 

Tarik Ulur Wajah Aktivis 

Namun eksodus besar-besaran para aktivis ke dunia politik dalam Pemilu
2009 ini menjadi fenomena menarik untuk dicermati dari dua sudut
pandang berbeda. Di satu sisi politik praktis bagi para aktivis adalah
lawan yang musti dikontrol melalui kerja-kerja ekstraparlementer.

Pilihan politik mereka adalah politik moral di mana mereka melakukan
aktivitas mengontrol kebijakan yang hadir dari politik praktis. Telah
menjadi common sense dalam kognisi mereka bahwa aksi-aksi sosial yang
berbasis politik moral bertolak belakang dengan aksi struktural
berbasis politik praktis. Karenanya, praksis politik yang dipraktikkan
para politikus cenderung berlawanan dengan politik moral yang mereka
mainkan.

Demokrasi,bagi para aktivis,akan berjalan di tempat jika kontrol dari
gerakan luar parlemen lemah.Gerakan oposisi tak harus berada di dalam
struktur politik,melainkan harus eksis di tengah masyarakat secara
kultural. Di sini, politikus dan aktivis ibarat minyak dan air yang
meski pun samasama cair tak bisa disatukan. Meskipun sama-sama
berpolitik, masingmasing seolah tak dapat diakurkan. 

Di sisi lain,mindset politik yang diperagakan para aktivis dalam
pelbagai aktivitas kritik kebijakan menjadikan mereka terbiasa
bergelut dan bergulat dengan wacana politik dan demokrasi.Kondisi ini
mendidik mereka berposisi politis saat berhadapan dengan sistem
kekuasaan.Kebiasaan berpolitik ala aktivis ini pada gilirannya akan
menempa mereka menjadi politikus jalanan yang pada prinsipnya
mempunyai corak serupa dengan politikus parpolsebagai sama- sama
berpolitik. 

Senada dengan keyakinan bahwa dinamika aktivisme yang hadir dari rahim
institusi kemahasiswaan merupakan miniatur sistem politik Indonesia.
Di saat yang sama,seiring tingginya literasi politik dan khazanah
demokrasi yang mereka miliki, kesadaran muncul bahwa berperan serta
dalam menata demokrasi mutlak melalui parpol. Sisi pertama
menghadirkan kelompok aktivis yang menolak bergabung dengan parpol.

Bagi mereka,beberapa gelintir orang (aktivis) yang masuk dalam pusaran
ketimpangan sistemik struktur politik akan terbawa arus menjadi
pelaku-pelaku ketimpangan. Kelompok ini sering menyajikan fakta para
aktivis 1966 yang awalnya sedemikian kritis dan menjadi motor gerakan
saat berada di luar parlemen ternyata mengalami nasib serupa saat
duduk di kursi parlemen. 

Idealisme akan terkikis oleh mentalitas korup kekuasaan.Karena
itu,bagi kelompok ini, apa pun yang berbau partai politik hanya akan
memburamkan orientasi perjuangan mereka. Dari sisi kedua muncul
kelompok aktivis yang kompromis dengan politik praktis.Muncul
pergeseran corak berpikir, dari alergi politik praktis menjadi
harusberpolitik.Selain pemahaman tentang signifikansi parpol bagi
demokrasi, masuknya kelompok ini ke dalam parpol distimulasi oleh
makna perubahan. 

Perubahan yang telah digapai pada era 1998 dengan tumbangnya rezim
Orde Baru hanyalah preambul yang mesti dilanjutkan dan dikawal.Dalam
proses selanjutnya, transisi demokrasi pasca-1998 tak berjalan sesuai
keinginan mereka.Hal itu karena tak ada kelompok aktivis yang mengawal
perubahandidalamstrukturpolitik. Masuk ke dalam struktural politik
praktis dan memerankan diri sebagai politikus menjadi semacam cara
untuk mengubah dari dalam (inward changing),sebab perubahan yang
diusahakan dari luar struktur (outward changing) tak pernah mampu
menyentuh substansi perubahan itu sendiri. 

Mengubah dari Dalam 

Perbedaan cara pandang dan pilihan gerakan dua kelompok aktivis ini
menunjukkan betapa sulit mencari format isu bersama (common issues)
untuk diusung sebagai agenda mengawal reformasi.

Menurut beberapa kalangan,keutuhan gerakan dan cara pandang saat
menggulingkan rezim Orde Baru hanyalah romantisme masa lalu yang tak
bisa diulang.Keutuhan itu mutlak dimotivasi oleh hadirnya musuh
bersama (common enemy) sehingga potensi perbedaan cara pandang ini
untuk sementara dapat diakurkan. Pasca-1998 perlahan terjadi proses
degradasi. Mulailah muncul fragmen-fragmen gerakan yang tak hanya
berbeda, tetapi bahkan bertolak belakang.

Seiring dengan itu,muncul stigma bahwa gelombang aktivisme kini
hanyalah kaki tangan para pihak berkepentingan. Tak adanya common
issuesdan common enemy lantas memunculkan opsi lain,yaitu mengubah
stagnasi dan ketimpangan dengan memerankan diri sebagai pemain, bukan
pengamat ataupun pengkritik.Opsi ini mesti diperhatikan oleh para
aktornya. Pertama, meneguhkan orientasi perjuangan politik.

Sebagaimana argumentasi mereka saat masuk ke parpol,