JNM <*> Gods Work Ministry E-Mail

2005-01-06 Terurut Topik pttwr

From: "Dwayne Savaya" <[EMAIL PROTECTED]>

Gods Work Ministry Inspirational and Encouragement E-Mail

Dear Friend,

The good that we do towards others is sure to leave a mark that will never be 
erased.  We are to remember that others are in need all around us and as 
believers in Christ, we have been given the commission to be His hands and feet 
on the earth to care for and love all who are in need.  We are to be conscious 
to the fact that living only for ourselves not caring about the
benefits of others will lead to a lonely and mundane existence.  We are not 
created to hold love in, but rather are to share the love that we have to all 
who are hurting and in need.  One of the first shown emotions is love towards 
someone else.  Just as God's love is imparted upon us, so must we impart the 
love that we have toward our fellow man.  Because of our good
works that we do in Christ's Name, we will be remembered far longer than the 
time it took for that good deed to be done. (Mark 9:41) (Romans 13:8-10)

I hope you are encouraged by today's message to be a doer of good works so that 
all who see you may know Whom you belong to.

DR. WILLIAMS IS UPSTAIRS

A doctor who had devoted his life to helping the underprivileged lived over a 
liquor store in the poor section of a large city.  In front of the liquor store 
was a simple sign reading "Dr. Williams is upstairs."

When he died, he had no relatives and he left no money for his burial.  He had 
never asked for payment from anyone he had ever treated.  Friends and patients 
scraped enough money together to bury the good doctor, but they had no money 
for a tombstone.  It appeared that his grave was going to be unmarked until 
someone came up with a wonderful suggestion.

They took the sign from in front of the liquor store and nailed it to a post 
over his grave.  It made a lovely epitaph: Dr. Williams is upstairs.

Author Unknown

Be encouraged to be a blessing when the opportunity comes before you.  Do not 
do your good works with a motive in mind, but rather do every good deed with 
pureness of heart not seeking a reward, but intent on glorifying the name of 
Lord.  It is God who sees our good works that we do openly and in secret and 
promises to give us a just reward for every good thing that was
done in His Name.  The Lord Jesus declares in Revelation 22:12 "Behold, I am 
coming quickly, and My reward is with Me, to give to every one according to his 
work."  Rejoice and be exceedingly glad for God sees your every effort and will 
reward you in like manner. (Matthew 25:34-40) (Rev. 20:11-13)

Read and meditate on these scriptures:

1 John 4:19-21 "We love Him, because He first loved us. If a man say, I love 
God, and hateth his brother, he is a liar: for he that loveth not his brother 
whom he hath seen, how can he love God whom he hath not seen? And this 
commandment have we from Him, That he who loveth God love his brother also."

Galatians 6:2-4 "Bear ye one another's burdens, and so fulfill the law of 
Christ.  For if a man think himself to be something, when he is nothing, he 
deceiveth himself.  But let every man prove his own work, and then shall he 
have rejoicing in himself alone, and not in another."

1 Corinthians 13:4-7 "Charity suffereth long, and is kind; charity envieth not; 
charity vaunteth not itself, is not puffed up, Doth not behave itself unseemly, 
seeketh not her own, is not easily provoked, thinketh no evil; Rejoiceth not in 
iniquity, but rejoiceth in the truth; Beareth all things, believeth all things, 
hopeth all things, endureth all things."

All of these scriptures can be found in the King James Version Bible.

Today's Selected Poem:  GOD QUALIFIES
Click here to read --- http://www.Godswork.org/inpoem130.htm

Today's Selected Testimony:  THE SPARROW
Click here to read --- http://www.Godswork.org/testimony56.htm

In Christ's Service, 
Dwayne Savaya 
Gods Work Ministry 

Please feel free to visit the Website to read more Encouraging and
Inspirational stories, poems and testimonies.  Our E-mail Archives are
available as well to read the messages that have been sent in the past.

You can also send Free E-cards to friends and loved ones with the many
choices available. You are also welcome to post your prayer requests in our
Prayer Forum.  All this and more available at --- http://www.Godswork.org

You can also send prayer requests to --- [EMAIL PROTECTED]
Add your E-mail address if you'd like correspondence with the prayer partners.

[Non-text portions of this message have been removed]



-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
 Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM -
Daftar : [EMAIL PROTECTED]
Keluar : [EMAIL PROTECTED]
Posting: jesus-net@yahoogroups.com

Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED]
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/jesus-net/

<*> To unsubscribe from th

JNM <*> Si Pincang

2005-01-06 Terurut Topik pttwr

From: Mang_Ucup 

Si Pincang 

Ketika saya masih berada dlm kandungan Ibu, ayah saya ditangkap dengan tuduhan 
PKI, karena Ibu tidak mampu dan tidak punya pekerjaan, maka ia berusaha untuk 
melakukan abortus, tetapi rupanya tidak berhasil 100%. Saya lahir tidak dengan 
tubuh seutuhnya, saya dilahirkan dalam keadaan cacad. Saya hanya memiliki 
sebuah kaki saja.

Rupanya kehadiran saya dari awal mula di dunia ini tidak diharapkan dan juga 
tidak di inginkan. Dunia ini diciptakan hanya untuk orang sehat dan kaya saja. 
Tidak ada tempat bagi kami orang miskin, tidak ada tempat bagi orang cacad atau 
sakit.

Tiga tahun kemudian Ibu saya bunuh diri, karena Ia merasa beban, tugas maupun 
aib, karena mempunyai anak cacad, terlalu berat. Saya diambil ke panti asuhan.

Teman2 saya yang sehat, yang manis menemukan rumah tempat tinggal baru, dirumah 
orang tua angkat mereka, tetapi tidak ada tempat bagi seorang anak cacad 
dirumah mereka, maklum mereka tidak mau mengambil anak cacad, sebagai anak 
angkat mereka.

Saya baru bisa jalan dalam usia 5 th, tetapi saya tidak pernah bisa lari, 
sehingga anak2 kawan sebaya saya tidak mau mengajak saya bermain. Terlinang air 
mata saya keluar, ketika saya melihat kawan2 sebaya saya, mereka bisa bermain 
dengan orang tua mereka sambil tertawa riang dan ceria, tetapi saya hanya bisa 
melihat mereka dari jauh sebab tidak ada tempat bagi anak cacad dilingkungan 
anak2 sehat.

Apakah Anda bisa membayangkan bagaimana perasaan seorang anak yg tidak pernah 
mendapatkan belaian kasih sayang? Kami juga merasa haus dan lapar akan kasih 
sayang, tetapi tidak ada yg mau memberikannya kepada kami, jangankan kasih 
sayang, sapaan hangat pun tidak pernah kami dapatkan.

Apakah salah apabila saya menangis, karena saya merasa rindu ingin mendapatkan 
belaian kasih dari seorang Ibu atau Ayah yg tidak pernah saya dapatkan ataupun 
rasakan. Hati ini rasanya sangat pedih sekali, melihat anak2 lain di belai dgn 
mesranya oleh Ibui atau Ayah mereka.

Saya yakin para pembaca masih bisa mengenang rasa belaian kasih sayang dari Ibu 
atau Ayah kandung Anda? Walaupun pada saat ini Anda telah dewasa, tetapi saya 
yakin Anda masih mendambakannya, masih ingin merasakannya sekali lagi, belaian 
kasih sayang dari Ibu dan Ayah kita?!

Tetapi bagaimana perasaan seorang anak yg tidak pernah merasakannya sama sekali 
apa artinya belaian kasih tsb, yg hanya bisa melihat dari jauh saja, betapa 
indahnya, betapa bahagianya mereka yg bisa mendapatkan dan merasakan belaian 
kasih sayang dari seorang Ibu.

Saya juga sangat ingin sekali masuk sekolah, saya juga ingin turut bisa belajar 
seperti anak2 lain, tetapi menurut ketua panti asuhan, percuma saja saya 
sekolah, karena toh dikemudian hari saya tidak akan bisa mendapatkan kerjaan. 
Maklumlah panti asuhan dimana saya tinggal bukannya panti asuhan dari 
pemerintah. Sebab tidak ada tempat bagi anak miskin maupun anak cacad di 
sekolahan pada saat ini. Sekolahan pada saat ini hanya untuk anak orang
kaya dan hanya untuk anak yang sehat.

Permainan sepak bola hanya bisa saya ikuti sebagai penonton saja, walaupun 
rasanya ingin sekali saya bisa turut merasakan, bagaimana rasanya menendang 
bola itu, tetapi keinginan ini hanya impian yang tidak akan pernah bisa 
terwujudkan, karena tidak ada tempat bagi orang cacad dilapangan olah raga.

Hati saya merasa nyeri dan merasa seperti di iris2 kalau saya melihat anak2 
lain naik sepeda atau main sepatu roda, karena untuk anak pincang tidak ada 
tempat dan kesempatan untuk bisa melakukan ini semua.

Ketika saya dewasa, ingin saya mempunyai penghasilan sendiri, tetapi tidak ada 
tempat dilapangan kerja untuk orang cacad, jangankan untuk orang cacad yg tidak 
berpendidikan seperti saya untuk orang sehatpun sudah tidak ada lowongan kerja 
lagi.

Sejak saya lahir sampai dewasa, tidak pernah saya bisa merasakan rasa kasih 
maupun belaian sayang dari seseorang. Perkataan kasih bagi saya adalah suatu 
hal yang abstrak yang tidak pernah mungkin bisa saya dapatkan maupun rasakan. 
Tidak ada tempat untuk kasih dalam dunia anak cacad.

Saya merasa di dunia ini tidak ada tempat lagi bagi kami orang cacad, orang 
miskin, orang sakit maupun orang tua. Orang kaya tidak mau bergaul dengan orang 
miskin. Orang sehat tidak mau bergaul dengan orang sakit. Orang muda tidak mau 
bergaul dengan orang tua. Tidak ada tempat untuk orang tua di dalam dunia ini, 
tempat mereka adalah dirumah jompo.

Dunia pada saat ini hanya menilai seseorang dari segi lahiriahnya saja, berapa 
banyak sudah bayi yg dibunuh, karena ia lahir cacad dan tidak cantik, berapa 
banyak sudah seorang anak kecil yg harus menderita selama hidupnya, karena ia 
dilahirkan dgn cacad tubuhnya. Berapa banyak perkawinan diakhiri dgn 
perceraian, karena salah satu dari partnernya menderita cacad? Berapa banyak 
orang yg disingkirkan dan dijauhi dari lingkungan, karena ia
penyandang cacad?

Mereka tidak mau menilai atau melihat dalam dan batinnya seseorang, yg mereka 
lihat hanya bungkus dan 

JNM <*> daily devotional

2005-01-06 Terurut Topik pttwr

From: [EMAIL PROTECTED] 

Spurgeon's Morning & Evening Devotions
Morning, January 6
"And so all Israel shall be saved." - Romans 11:26

Then Moses sang at the Red Sea, it was his joy to know that all Israel were 
safe. Not a drop of spray fell from that solid wall until the last of God's 
Israel had safely planted his foot on the
other side the flood. That done, immediately the floods dissolved into their 
proper place again, but not till then.

Part of that song was, "Thou in thy mercy hast led forth the people which thou 
hast redeemed. " In the last time, when the elect shall sing the song of Moses, 
the servant of God, and of
the Lamb, it shall be the boast of Jesus, "Of all whom thou hast given me, I 
have lost none. " In heaven there shall not be a vacant throne.

"For all the chosen race
Shall meet around the throne,
Shall bless the conduct of his grace,
And make his glories known."

As many as God hath chosen, as many as Christ hath redeemed, as many as the 
Spirit hath called, as many as believe in Jesus, shall safely cross the 
dividing sea. We are not all safely landed yet:

"Part of the host have crossed the flood, And part are crossing now."

The vanguard of the army has already reached the shore. We are marching through 
the depths; we are at this day following hard after our Leader into the heart 
of the sea. Let us be of good cheer: the rear-guard shall soon be where the 
vanguard already is; the last of the chosen ones shall soon have crossed the 
sea, and then shall be heard the song of triumph, when all are secure. But oh! 
if one were absent-oh! if one of his chosen family should be cast away-it would 
make an everlasting discord in the song of the redeemed, and cut the strings of 
the harps of paradise, so that music could never be extorted from them.

Evening, January 6
"He was sore athirst, and called on the Lord, and said, thou hast given this 
great deliverance into the hand of thy servant: and now shall I die for 
thirst?" - Judges 15:18

Samson was thirsty and ready to die. The difficulty was totally different from 
any which the hero had met before. Merely to get thirst assuaged is nothing 
like so great a matter as to be
delivered from a thousand Philistines! but when the thirst was upon him, Samson 
felt that little present difficulty more weighty than the great past difficulty 
out of which he had so specially
been delivered.

It is very usual for God's people, when they have enjoyed a great deliverance, 
to find a little trouble too much for them. Samson slays a thousand 
Philistines, and piles them up in heaps, and then faints for a little water! 
Jacob wrestles with God at Peniel, and overcomes Omnipotence itself, and then 
goes "halting on his thigh!" Strange that there must be a shrinking of the 
sinew whenever we win the day. As if the Lord must teach us our
littleness, our nothingness, in order to keep us within bounds.

Samson boasted right loudly when he said, "I have slain a thousand men." His 
boastful throat soon grew hoarse with thirst, and he betook himself to prayer. 
God has many ways of humbling his people.

Dear child of God, if after great mercy you are laid very low, your case is not 
an unusual one. When David had mounted the throne of Israel, he said, "I am 
this day weak, though anointed
king." You must expect to feel weakest when you are enjoying your greatest 
triumph.

If God has wrought for you great deliverances in the past, your present 
difficulty is only like Samson's thirst, and the Lord will not let you faint, 
nor suffer the daughter of the
uncircumcised to triumph over you. The road of sorrow is the road to heaven, 
but there are wells of refreshing water all along the route. So, tried brother, 
cheer your heart with Samson's words, and rest assured that God will deliver 
you ere long.

[Non-text portions of this message have been removed]



-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
 Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM -
Daftar : [EMAIL PROTECTED]
Keluar : [EMAIL PROTECTED]
Posting: jesus-net@yahoogroups.com

Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED]
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/jesus-net/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





JNM <*> Sikap thd anak cacat & Menembus Batas [ Rev ]

2005-01-06 Terurut Topik pttwr

From: [EMAIL PROTECTED]

 Sikap thd anak cacat

 Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia,rahmat dan berkat.Kehadiran
 seorang anak di tengah2 keluarga merupakan harapan dan dambaan.
 Isak tangis kehadirannya pertama kali di dunia,saat ia dilahirkan merupakan
 kegembiraan tersendiri.Tetapi suasana menjadi lain ketika anak yang
 dinantikan itu hidup dalam keadaan cacat mental.Terkadang kondisi macam ini
 dipandang sebagai sebuah aib atau malapetaka.Dan sangat sedikit yang
 menerimanya sebagai sebuah rahmat.

 Keluarga dalam tradisi gereja dipahami sebagai persekutuan
 pribadi2,perhatian khusus perlu diberikan kepada anak-anak,dengan
 mengembangkan penghargaan yg mendalam terhadap martabat pribadi
 mereka,serta sikap sungguh menghormati setiap anak .

 Dengan memupuk serta menunjukkan kepedulian yg mesra dan besar thd  setiap
 anak yg lahir di dunia,Gereja  dipanggil untuk mengutarakan sekali lagi
 dalam sejarah teladan dan perintah Kristus Tuhan yg menaruh anak2 di
 jantung kerajaan Allah:"Biarkanlah anak-anak datang kepadaKu,dan jangan
 menghalang-halangi mereka,sebab mereka itulah yg mempunyai Kerajaan 
Sorga."(luk 18:16).
 Setiap menerima,cinta kasih,penghargaan,kepedulian terhadap setiap anak yg
 lahir di dunia ini,perhatian dalam setiap kehidupannya di bidang
 jasmani,emosional,pendidikan,rohani,semuanya itu menjadi ciri khas pokok
 bagi semua orang Kristen,Khususnya bagi Keluarga Kristen.

 Pengalaman istimewa dari  Ny Dwianto patut sebagai acuan bagi keluarga yg
 melahirkan seorang anak cacat.Berikut penuturan beliau:
 Bagi saya yang  memiliki anak cacat merupakan sesuatu yang sangat
 istimewa.Usai melahirkan dia belum mengetahui bahwa anaknya menderita cacat
 mental.Ibu tsb baru sadar setelah memeriksakan anaknya ke RSPAD.Pada saat
 itulah  Ny Dwianto tahu tentang kondisi anaknya.Tak tahan melihat kondisi
 anak tsb,dia pun menangis sepanjang malam."Kesedihan itu ternyata tidak
 terbatas.Dengan kondisi anak kami demikian,saya dan suami berikhtiar dan
 semakin menjadi lebih dekat kepada Tuhan.Kami sepakat untuk tetap
 berjuang.Apapun yg kami hadapi,kami tetap akan mencari yg terbaik.

 Meski sempat shock.toh mereka akhirnya menerima keadaan ini.Mereka lalu
 berusaha dengan berbagai cara agar anaknya bisa menikmati sekolah atau
 pendikan yang pantas."Saya berdoa terus:"Tuhan kalau mau ambil,ambillah
 anak saya ini lebih dulu,jangan saya.Ny Dwianto membayangkan kalau dia
 meninggal lebih dahulu,anaknya tidak ada yang mendampingi dan
 merawat.Permintaan itu setiap hari saya doakan.Akhirnya dia sampai pada
 suatu sikap bhw ini adalah rahmat.

 Awalnya Ny.Dwianto berpikir,bagaimana caranya mengajarkan kepada anaknya
 ketika tiba waktunya mengalami haid,juga bagaimana menjelaskan kepada
 kakak-adiknya berpacaran.Toh pada akhirnya itu tidak menjadi
 masalah.Semuanya berjalan dengan baik.
 Pada akhirnya Tuhan sendiri yang menentukannya.Sekarang ini semua  mulai
 terjawab satu persatu.Pengalaman seperti ini perlu di sharingkan kepada
 keluarga yang dikaruniai anak cacat.Anak tsb memang tidak tumbuh  normal
 sebagaimana anak2 yang lain,secara mental maupun fisik.

 Ada pendapat yang mengatakan bahwa makin lanjut usia seorang perempuan pada
 waktu melahirkan,makin besar kemungkinan anaknya cacat mental.Apalagi bila
 seorang perempuan mengkonsumsi obat-obatan,minuman keras.Seolah-olah
 pernyataan itu benar,hingga banyak orangtua merasa,entah
 malu,sedih.Buntutnya anak mereka akan disembunyikan,dijauhkan dari
 lingkungan sosialnya.Siapa sih orangtua yang tidak malu mempunyai anak
 demikian.Buang air kecil,air besar,semuanya dalam keadaan seperti
 itu.Pokoknya macam2lah,"kisahnya.

 Menurut Ny.Dwianto,kondisi fisik dan mental anaknya oleh dokter
 dikategorikan  sebagai Sindroma Down berpengaruh pada gerak
 motoriknya.Karena itu pada usia 7 tahun dan mencoba belajar jalan,tangan
 dan diayun bersamaan sejajar.Bahkan menyusupun merupakan sesuatu yang
 paling susah.gerakan yg paling sederhana merupakan kesulitan yg luar biasa 
baginya.

 Bagi saya pengalaman menjadi seorang ibu yg memiliki anak semacam ini
 merupakan yang sangat istimewa.Bahwa dia sdh bisa jalan itu merupakan suatu
 yang luar biasa bagus.Merasa malu sebagai orangtua yg mempunyai cacat
 mental jelas akan membawa akibat lain yg merugikan anak itu sendiri.
 Jadi apa yang ingin saya katakan;pertama jangan malu,karena anak tetap
 mempunyai hak untuk hidup,mempunyai hak untuk dihargai dan diperlakukan spt
 manusia.Disamping tidak perlu malu,orangtua mesti menggali potensi anaknya.
 "Kalau orangtua tidak mau membawa keluar,bawalah ia kesekolah. Jangan
 menyembunyikannya.
 Apa yang dialami keluarga Dwianto adalah cermin bagi keluarga2 yang
 mempunyai anak yg menderita cacat mental.

 Dalam kasus lain,pengalaman sebuah keluarga atas penderitaan  anaknya bisa
 menimbulkan perpecahan kalau dasar perkawinan orangtua tidak kuat,akibatnya
 lebih parah lagi tetapi sebaliknya,bila perkawinan itu kokoh,maka kehidupan
 keluarga dapat semakin kokoh.
 Meminjam ung

JNM <*> Selamat Natal, Sahabatku & Badai natal yang........

2005-01-06 Terurut Topik pttwr

From: o.OPR.Muliawan Gunadi K 

Selamat Natal, Sahabatku
(Christa Holder Ocker - Chicken Soup for the Kid's Soul)

"Aku tidak akan pernah melupakanmu," kata lelaki tua itu. Setetes air mata 
menitik di pipinya yang keriput. "Aku sudah tua. Aku tak bisa mengurusmu lagi." 
Monsieur DuPree memiringkan kepala dan mengamati tuannya. 
"Guk, guk! Guk, guk!" Ia mengibas-ngibaskan ekornya dengan heran. 'Apa maksud 
tuannya?'"Aku tidak bisa mengurus diriku lagi, apalagi mengurusmu."

Lelaki tua itu berdeham, lalu mengambil saputangan dari sakutnya dan 
membersihkan hidungnya dengan suara keras.
"Sebentar lagi aku pindah ke rumah jompo, dan sayang sekali kau tidak bisa 
ikut. Di sana tidak diperbolehkan membawa anjing."

Orang tua yang sudah bungkuk itu terpincang-pincang mendekati Monsieur DuPree. 
Dibelainya kepala anjing itu. "Jangan khawatir, sahabatku. Kita akan mencari 
tempat tinggal untukmu. Tempat tinggal baru yang nyaman."
Lalu ia menambahkan, "Dengan penampilanmu yang cantik, kita tidak akan 
kesulitan. Siapa pun akan bangga memiliki anjing cantik seperti kau."

Monsieur DuPree mengibas-ngibaskan ekornya dengan keras dan mondar-mandir di 
lantai dapur itu. Sesaat bau akrab orang tua itu, yang bercampur dengan bau 
masakan yang lezat, membuat anjing itu merasa nyaman. Tapi kemudian rasa takut 
itu kembali menyerangnya. Ekornya terkulai lemas di antara kakinya dan ia 
berdiri diam. 
"Kemarilah." Dengan susah payah lelaki tua itu berlutut di lantai dan dengan 
penuh sayang ia menarik Monsieur DuPree di dekatnya. Ia mengikatkan sehelai 
pita merah besar di leher anjing itu, lalu menyematkan secarik kertas.
'Apa isinya?' pikir Monsieur DuPree.
"Aku menuliskan di sini," kata si orang tua keras-keras,

"Selamat Natal! Namaku Monsieur DuPree. Untuk sarapan, aku suka makan daging 
panggang dan telur. Keripik jagung juga boleh. Untuk makan malam aku pilih 
kentang lumat dan sedikit daging. Itu saja. Aku cuma makan dua kali sehari. 
Sebagai imbalannya, aku akan menjadi temanmu yang paling setia."
"Guk, guk! Guk, guk!" Monsieur DuPree merasa bingung. Sorot matanya memohon, 
'Ada apa ini?'

Orang tua itu sekali lagi membersihkan hidungnya, lalu sambil berpegangan pada 
sebuah kursi, ia berdiri dari berlututnya.
Dikancingkannya overcoat-nya, lalu ia meraih leher anjing itu sambil berkata 
pelan, "Kemarilah, sahabatku."
Ia membuka pintu. Angin dingin berembus masuk. Ia melangkah keluar sambil 
menarik anjing itu. Senja mulai turun.
Monsieur DuPree diam di tempat, tak mau bergerak.
"Jangan membuat hatiku semakin berat. Aku janji, kau akan jauh lebih baik 
bersama orang lain."
Jalanan sudah sepi. Dengan terbungkuk menahan angin musim dingin, si orang tua 
dan anjingnya terus berjalan.
Salju mulai turun. Lama kemudian mereka tiba di depan sebuah rumah tua bergaya 
Victoria yang dikelilingi pepohonan tinggi yang bergoyang-goyang dan 
bersenandung dihembus angin. Sambil gemetar kedinginan mereka mengamati rumah 
itu.

Di setiap jendelanya tampak cahaya terang. Sayup-sayup terdengar alunan lagu 
Natal terbawa angin.
"Rumah ini bagus untukmu," kata si orang tua dengan gemetar. Ia membungkuk dan 
melepaskan tali leher anjingnya, lalu membuka gerbang rumah itu perlahan-lahan, 
supaya tidak menimbulkan suara berderit.
"Pergilah. Naiklah ke undakan itu dan menggaruklah di pintunya."

Monsieur DuPree berganti-ganti memandang rumah itu dan tuannya, lalu memandang 
rumah itu lagi. Ia tidak mengerti.
"Guk, guk! Guk, guk!"
"Ayo."
Si orang tua mendorong anjingnya.
"Aku tidak memerlukan kau lagi," katanya dengan suara kasar. "Pergi sana!"

Monsieur DuPree merasa tersinggung.
Ia mengira tuannya tidak menyayanginya lagi. Ia tidak mengerti bahwa orang tua 
itu sangat menyayanginya, tapi tak sanggup lagi merawatnya. Pelan-pelan anjing 
itu melangkah ke arah rumah tersebut, naik ke undakannya.
Ia menggaruk-garuk dengan satu cakarnya di pintu depan.
"Guk, guk! Guk, guk!"

Ketika menoleh, ia melihat tuannya menyelinap ke balik sebatang pohon, tepat 
saat seseorang membuka pintu.
Seorang anak lelaki kecil muncul di ambang pintu, berlatar belakang cahaya 
hangat dari dalam rumah.
Melihat Monsieur DuPree, anak itu mengangkat kedua tangannya dan berseru 
senang, "Oh, oh! Ibu, Ayah, lihat apa yang dibawakan Santa untukku!"
Dengan mata berlinang si orang tua mengamati dari balik pohon ketika ibu si 
anak membaca catatan di leher anjing itu. Lalu dengan lembut ditariknya 
Monsieur DuPree ke dalam.
Sambil tersenyum si orang tua menghapus air matanya dengan lengan mantelnya 
yang dingin. Lalu ia menghilang di tengah kegelapan malam sambil berbisik, 
"Selamat Natal, sahabatku."
===
From: "rina novita" <[EMAIL PROTECTED]>

   -*- BADAI NATAL YANG MEMPERSATUKAN CINTA -*-

   Seorang pendeta muda baru saja dipanggil untuk menjadi pendeta di sebuah 
jemaat, yang pada awal abad XIX merupakan gereja paling bergengsi di daerah 
perumahan orang-orang kaya di kota New York. Ketika pendeta muda itu 
ditahbiskan, pers

JNM <*> Misa Syukur KEKAL...; Pelayanan Gereja .... & Malaikat Pantai

2005-01-06 Terurut Topik pttwr

From: Leonard Han 

Misa Syukur KEKAL & Peduli Kasih Bencana Nasional, 
Jumat 7/1/05, UPH Lt. 3 (Gd. A)

Sebab TUHAN, Allahmu, pengasih dan penyayang: Ia tidak akan memalingkan 
wajah-Nya dari pada kamu, bilamana kamu kembali kepada-Nya!" (II Tawarikh 30 : 
9)

Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Betul-betullah kita menanggung akibat 
dosa kita terhadap adik kita itu: bukankah kita melihat bagaimana sesak 
hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak 
mendengarkan permohonannya. Itulah sebabnya kesesakan ini menimpa kita."  
(Kejadian 42 : 21)

Bapak/Ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, 

Seperti yang pernah diumumkan bahwa KEKAL akan mengadakan Natal Bersama dan 
Ucapan Syukur pada tanggal 7 Januari 2005, tetapi karena musibah bencana alam 
gempa bumi dan tsunami yang menimpa Saudara-saudari kita di Nanggroe Aceh 
Darusalam khususnya, dan sepanjang pantai Sumatera Barat, terutama bagian utara 
Sumatara, sebagai rasa solidaritas KEKAL kepada Saudara-saudari kita, perayaan 
"Natal Bersama dan Ucapan Syukur" tersebut kami batalkan dengan pertimbangan 
bahwa sebagian dana yang akan digunakan dalam perayaan tersebut akan kami 
sumbangkan kepada Saudara-saudari kita yang tertimpa musibah. 

Sebagai gantinya, kami mengundang Bapak/Ibu terkasih, untuk dapat hadir 
merasakan kasih Allah yang tak terhingga, yang telah kita terima dari dulu 
hingga saat ini pada Misa Syukur dan Peduli Kasih dengan tema MENGAMBIL BAGIAN 
DALAM KARYA PENYELAMATAN ALLAH yang akan diadakan pada :

Hari/Tanggal:Jumat/7 Januari 2005 (Jumat Pertama)
Pukul   :11.30 - 13.00 WIB
Tempat  :GBI Basilea, UPH Gd. A Lt. 3
Romo  :Rm Yoseph Pontoan, MSC
Pujian  :VAC dan Mudika St. Stefanus

Kolekte yang terkumpul akan disumbangkan untuk korban bencana nasional.

Ajaklah semua saudara/i seiman untuk dapat turut merasakan berkat dan kasih 
dari padaNya.  Kiranya Bapak/Ibu dapat meneruskan e-mail undangan ini kepada 
mereka yang belum/tidak mendapatkannya.
===
From: Denmas Marto 

Pelayanan Gereja di Tengah Bencana

Musibah tsunami yang melanda Banda Aceh dan Sumatera Utara serta sejumlah 
negara di Asia dan Afrika, tepat satu hari setelah Natal 2004, mengubah suasana 
perayaan menyongsong tahun baru menjadi masa perkabungan nasional, dan bahkan 
internasional. Menurut perkiraan Sekjen PBB Kofi Annan, rehabilitasi dan 
rekonstruksi daerah-daerah korban akan membutuhkan waktu setidaknya 10 tahun. 
Gereja dan orang-orang Kristen pun, bergandeng tangan dengan berbagai komponen 
bangsa lainnya, ikut terlibat dalam proyek kemanusiaan ini.

Pelayanan sosial memang bukan barang baru bagi tubuh Kristus. Kita akan 
menengok potret pelayanan gereja pada abad-abad awal.

Di tengah dunia yang masih kekurangan pelayanan sosial saat itu, orang-orang 
Kristen dikenal sebagai para penjaga saudara. Pada akhir abad kedua, Tertullian 
menulis bahwa sementara kuil-kuil kafir menggunakan derma "untuk perayaan dan 
bermabuk-mabukan", orang Kristen menggunakan dana mereka untuk "menyokong dan 
memakamkan orang miskin, memenuhi kebutuhan anak-anak yang kekurangan atau 
yatim-piatu, serta merawat orang-orang lanjut usia."

Dalam sepucuk surat kepada uskup Antiokhia pada tahun 251, uskup Roma 
menyebutkan bahwa "lebih dari 1.500 janda dan orang-orang yang stres" dirawat 
oleh jemaatnya.

Pengakuan akan kedermawanan orang Kristen ini juga disampaikan oleh orang 
non-Kristen. "Orang-orang Galilea yang tidak beriman itu bukan hanya menyantuni 
orang-orang miskin mereka sendiri," keluh kaisar Julian yang tidak percaya 
kepada Tuhan [menurut orang Romawi, orang Kristenlah yang tidak bertuhan!], 
"namun juga orang-orang miskin kita."

Kesediaan orang-orang Kristen untuk mempedulikan orang lain terlihat secara 
dramatis sewaktu dua wabah hebat melanda Kekaisaran Roma. Wabah pertama berawal 
pada tahun 165 dan yang kedua pada tahun 251. Tingkat kematian melonjak lebih 
dari 30 persen. Orang-orang kafir berusaha tidak bersentuhan dengan orang-orang 
yang terkena penyakit itu. Tidak jarang mereka melemparkan orang yang masih 
hidup ke dalam selokan. Orang-orang Kristen, sebaliknya, merawat orang-orang 
sakit itu. Sebagian sampai meninggal akibat tertular penyakit.

Buah dari upaya ini sungguh dramatis. Saat ini kita tahu bahwa perawatan dasar 
- cukup hanya memberikan makanan dan minuman pada korban tanpa disertai 
obat-obatan - akan dapat menurunkan angka kematian saat wabah sampai dua 
pertiganya.

Situasi bencana nasional saat ini merupakan kesempatan khusus bagi gereja untuk 
melanjutkan tradisi tersebut. Mungkin pelayanan yang kita lakukan tampak tidak 
berarti bila dibandingkan dengan masifnya bencana. Namun, kita bisa belajar 
dari pelayanan Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus tergerak menyaksikan orang banyak yang telantar seperti kawanan 
domba tanpa gembala. Namun, Ia menjamah dan menyembuhkan orang satu per sat