Hidup Bersama secara Harmonis
Y.A. Maha Biksu Thich Nhat Hanh
Diterjemahkan oleh: Kurniawati dan diedit oleh: Jimmy Lominto
(bag 10)
Sewaktu saya masih muda, sewaktu saya masih samanera, saya pernah baca ayah dan
ibu memberikan kita kelahiran fisik, tapi orang yang membantu kita mewujudkan
cita-cita adalah sahabat spiritual kita. Walaupun orang tua telah melahirkan
kita, tapi belum tentu mereka dapat membantu mewujudkan cita-cita spiritual
kita. Justru kawan kita, kalyanamitra kitalah yang akan membantu kita
mewujudkan jalur kita. Begitu juga antara guru dan murid. Guru kita telah
melahirkan kehidupan spiritual kita, tapi bisa jadi guru kita malah tidak bisa
membantu kita tumbuh dalam jalur spiritual, mungkin kita harus punya sahabat
spiritual, setelah itu, baru bisa kita tumbuh dalam jalur spiritual. Waktu
umur enam belas tahun, saya benar-benar belajar kata-kata ini: Ibu dan Ayah
memberikan kita kehidupan fisik dan sahabat spiritual kita adalah orang yang
membantu kita mewujudkan sang jalan. Saya tidak pernah melupakan kata-kata
ini. Saya sadar jika saya kehilangan sahabat spiritual, saya akan kehilangan
kehidupan spiritual saya. Maka dari itu, kita harus sangat hati-hati.
Dalam Sutra Avatamsaka dikatakan bahwa kalyanamitra adalah insan yang dapat
membantu kita mempertahankan bodhicitta kita, yaitu pikiran kebangkitan kita,
pikiran cinta kasih kita. Bodhicitta kita adalah energi yang sungguh sangat
dahsyat dalam kehidupan praktik kita dan dalam kita menempuh jalur praktik.
Bodhicitta, pikiran cinta kasih, adalah energi yang menginginkan kita menuju
transformasi penderitaan, bukan hanya dalam diri kita, tapi juga dalam diri
semua orang yang ada di sekeliling kita. Dan ketika kita punya pikiran cinta
kasih ini, kita menjadi kuat dan ketika bodhicitta kita solid dan kokoh, jalan
kita ke depan menjadi sangat jelas. Kita menjadi berenergi dan punya soliditas.
Tapi jika bodhicitta ini melemah atau memudar, kebahagiaan kita pun akan
menjadi pudar dan kita tak akan mampu menawarkan kebahagian pada mereka yang
ada di sekeliling kita, pada orang-orang yang kita kasihi, serta pada
orang-orang lainnya. Maka dari itu, mempertahankan bodhicitta, agar dapat terus
menempuh jalur cita-cita terdalam kita adalah sesuatu yang sangat penting dan
orang yang dapat membantu kita mempertahankan bodhicitta ini dengan solid
adalah kalyanamitra kita. Oleh karena itu, sahabat spiritual kita adalah insan
yang mampu membantu kita berdiam dengan dan berdiam dalam bodhicitta kita,
sehingga bodhicitta kita, pikiran kehidupan kita, tidak pernah kepas dari hati
kita.
Dalam kehidupan kita, kita perlu menemukan sahabat spiritual. Jika kita belum
punya insan itu, kita perlu mencarinya. Mungkin kita sudah punya guru, tapi
guru saja tidak cukup. Kita butuh teman dan teman itu, kalyanamitra itu, adalah
tempat berlindung kita. Mungkin kita temukan sahabat itu dalam Sangha:
seseorang yang kita percaya, seseorang yang apabila kita duduk berdampingan
dengannya kita merasa solid, merasa bebas, kita merasa solid dalam jalur
praktik kita. Kita harus sebut insan ini kalyanamitra kita. Terima kasih
sahabat spiritualku, terima kasih atas kehadiranmu dalam kehidupanku. Seorang
kalyanamitra, menurut Sutra Avatamsaka, adalah orang yang membantu kita dewasa
dalam kapasitas kita untuk berlatih secara solid, berlatih dengan rajin. Insan
ini menyebabkan kita mengembangkan akar-akar bajik kita, karena kita semua
punya akar-akar yang bajik, kita semua punya benih cinta kasih, benih
memaafkan, benih suka cita, benih kebijaksanaan dan benih kebahagiaan.
Benih-benih ini
ada di dalam batin kita semua, tapi kalyanamitra kita adalah orang yang
memiliki kapasitas untuk menyirami benih-benih itu setiap hari, untuk membantu
benih-benih itu tumbuh. Jika kita tidak punya kalyanamitra, benih-benih bajik
yang ada di dalam batin kita, dalam hati kita, tidak akan berkembang terus.
Maka dari itu, saya butuh kalyanamitra saya seperti halnya pohon yang
membutuhkan sinar mentari setiap hari.
Jika kita masih muda, sebaiknya kita tahu kita membutuhkan sahabat spiritual.
Banyak teman yang akan menarik kita masuk ke jalan gelap, yang akan
menghancurkan tubuh maupun pikiran kita, dan kita tak akan punya energi dan
suka cita kehidupan. Kita sepatutnya mengenali bahwa teman-teman ini bukanlah
orang-orang yang perlu kita dekati; orang-orang seperti ini tidak bisa kita
sebut kalyanamitra. Alih-alih kawan spiritual, kita harus menamakan mereka
teman-teman yang buruk. Kita harus menjauhi siapa saja yang kita kenali
sebagai teman buruk, teman yang tidak bajik, seseorang yang menarik kita masuk
ke bar, ke tempat di mana narkoba digunakan, di mana ada para pecandu,
orang-orang yang bicara dengan kasar, orang-orang yang tidak tahu bagaimana
mendengarkan secara mendalam, orang-orang yang kata-katanya penuh kekerasan
seperti perbuatannya. Jika kita tinggal dengan mereka, jika kita terus menerus
balik ke mereka,