[media-dakwah] Hadist Arba'in ( Hadist ke 1 ) : AMAL ITU TERGANTUNG NIATNYA

2007-04-01 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
ÇáÍÏíË ÇáÃæá

HADITS KE-1

AMAL ITU TERGANTUNG NIATNYA


Úä ÃãíÑ ÇáãÄãäíä ÃÈí ÍÝÕ ÚãÑ Èä ÇáÎØÇÈ ÑÖí Çááå Úäå ÞÇá ÓãÚÊ ÑÓæá Çááå Õáì 
Çááå Úáíå æÓáã íÞæá ” ÅäãÇ ÇáÃÚãÇá ÈÇáäíÇÊ , æÅäãÇ áßá ÇãÑÆ ãÇ äæì , Ýãä 
ßÇäÊ åÌÑÊå Åáì Çááå æÑÓæáå ÝåÌÑÊå Åáì Çááå æÑÓæáå , æãä ßÇäÊ åÌÑÊå Åáì ÏäíÇ 
íÕíÈåÇ æ ÇãÑÃÉ íäßÍåÇ ÝåÌÑÊå Åáì ãÇ åÇÌÑ Åáíå “-  ãÊÝÞ Úáíå -

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia 
berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
“Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan 
sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, 
maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya 
itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan 
dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.

[Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin 
Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan 
Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di 
dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. 
Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]

Hadits ini adalah Hadits shahih yang telah disepakati keshahihannya, 
ketinggian derajatnya dan didalamnya banyak mengandung manfaat. Imam Bukhari 
telah meriwayatkannya pada beberapa bab pada kitab shahihnya, juga Imam 
Muslim telah meriwayatkan hadits ini pada akhir bab Jihad.

Hadits ini salah satu pokok penting ajaran islam. Imam Ahmad dan Imam 
Syafi’I berkata : “Hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu.” Begitu 
pula kata imam Baihaqi dll. Hal itu karena perbuatan manusia terdiri dari 
niat didalam hati, ucapan dan tindakan. Sedangkan niat merupakan salah satu 
dari tiga bagian itu. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i, “Hadits ini mencakup 
tujuh puluh bab fiqih”, sejumlah Ulama’ mengatakan hadits ini mencakup 
sepertiga ajaran islam.

Para ulama gemar memulai karangan-karangannya dengan mengutip hadits ini. Di 
antara mereka yang memulai dengan hadits ini pada kitabnya adalah Imam 
Bukhari. Abdurrahman bin Mahdi berkata : “bagi setiap penulis buku hendaknya 
memulai tulisannya dengan hadits ini, untuk mengingatkan para pembacanya 
agar meluruskan niatnya”.

Hadits ini dibanding hadits-hadits yang lain adalah hadits yang sangat 
terkenal, tetapi dilihat dari sumber sanadnya, hadits ini adalah hadits 
ahad, karena hanya diriwayatkan oleh Umar bin Khaththab dari Nabi 
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dari Umar hanya diriwayatkan oleh ‘Alqamah 
bin Abi Waqash, kemudian hanya diriwayatkan oleh Muhammad bin Ibrahim At 
Taimi, dan selanjutnya hanya diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id Al Anshari, 
kemudian barulah menjadi terkenal pada perawi selanjutnya. Lebih dari 200 
orang rawi yang meriwayatkan dari Yahya bin Sa’id dan kebanyakan mereka 
adalah para Imam.

Pertama : Kata “Innamaa” bermakna “hanya/pengecualian” , yaitu menetapkan 
sesuatu yang disebut dan mengingkari selain yang disebut itu. Kata “hanya” 
tersebut terkadang dimaksudkan sebagai pengecualian secara mutlak dan 
terkadang dimaksudkan sebagai pengecualian yang terbatas. Untuk membedakan 
antara dua pengertian ini dapat diketahui dari susunan kalimatnya.
Misalnya, kalimat pada firman Allah : “Innamaa anta mundzirun” (Engkau 
(Muhammad) hanyalah seorang penyampai ancaman). (QS. Ar-Ra’d : 7)

Kalimat ini secara sepintas menyatakan bahwa tugas Nabi Shallallahu ‘alaihi 
wa Sallam hanyalah menyampaikan ancaman dari Allah, tidak mempunyai 
tugas-tugas lain. Padahal sebenarnya beliau mempunyai banyak sekali tugas, 
seperti menyampaikan kabar gembira dan lain sebagainya. Begitu juga kalimat 
pada firman Allah : “Innamal hayatud dunyaa la’ibun walahwun” “Kehidupan 
dunia itu hanyalah kesenangan dan permainan”. (QS. Muhammad : 36)

Kalimat ini (wallahu a’lam) menunjukkan pembatasan berkenaan dengan akibat 
atau dampaknya, apabila dikaitkan dengan hakikat kehidupan dunia, maka 
kehidupan dapat menjadi wahana berbuat kebaikan. Dengan demikian apabila 
disebutkan kata “hanya” dalam suatu kalimat, hendaklah diperhatikan betul 
pengertian yang dimaksudkan.

Pada Hadits ini, kalimat “Segala amal hanya menurut niatnya” yang dimaksud 
dengan amal disini adalah semua amal yang dibenarkan syari’at, sehingga 
setiap amal yang dibenarkan syari’at tanpa niat maka tidak berarti apa-apa 
menurut agama islam. Tentang sabda Rasulullah, “semua amal itu tergantung 
niatnya” ada perbedaan pendapat para ulama tentang maksud kalimat tersebut. 
Sebagian memahami niat sebagai syarat sehingga amal tidak sah tanpa niat, 
sebagian yang lain memahami niat sebagai penyempurna sehingga amal itu akan 
sempurna apabila ada niat.

Kedua : Kalimat “Dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya” oleh 
Khathabi dijelaskan bahwa kalimat ini menunjukkan pengertian yang berbeda 
dari sebelumnya. Yaitu menegaskan sah tidaknya amal bergantung pada niatnya. 
Juga Syaikh Muhyidin An-Nawawi menerangkan bahwa niat menjadi syarat 

[media-dakwah] KRITIS BEDA TIPIS ANTARA CERDAS DAN BODOH

2007-04-01 Terurut Topik suhana hana
KRITIS BEDA TIPIS ANTARA CERDAS DAN BODOH
KECERDASAN MU’TAZILAH DAN KEBODOHAN ISLAM LIBERAL


Assalamu’alaykum wr.wb

Menyimak diskusi sabtuan yg diselenggarakan di INSIST
kalibata, rasanya sangat menarik dengan pemakalah Mas
Henry Shalahuddin, MA mengenai claim Islam Liberal yg
mengatakan bahwa pemahaman mereka adalah mewarisi
pemahaman Mu’tazilah. Benarkah?

Kalau aku menganalogikan kelompok Mu’tazilah spt
seorang anak yg cerdas, kritis, “nakal” namun masih
punya rasa takut untuk tidak melanggar hal2 yg
mendasar dalam melakukan perubahan sesuatu yg memang
tidak layak dan tidak boleh dirubah (baku), namun
karena kekritisannya tersebut yg akhirnya menimbulkan
kekrtisan2 yg tidak perlu, hingga menyebabkan kelompok
Mu’tazilah masuk dalam kelompok ahlul bid’ah.

Sedangkan Islam Liberal aku analogikan spt seorang
anak yg brutal, bodoh, ceroboh dan kekritisannya
tersebut bukan kekritisan orang yg cerdas, namun lebih
tepat sebagai kekritisan yg didasari dgn kekonyolan
dan kebrutalannya yg disebabkan karena kebodohan2nya
dalam berfikir dan tercermin sekali sebagai pribadi2
yg sakit secara psychologis, hingga timbul keinginan
diri untuk mengactulisasikan dirinya dengan cara
apapun agar dikenal dan diakui dalam kelompok
masyarakat awam, dan masyarakat bingung yg mengalami
gangguan psychologis spt mereka.

Kesamaan Mu’tazilah dan Islam Liberal hanya sebatas
kesamaan dalam mengedepankan akal dari pada wahyu.
Namun kelompok Mu’tazilah yg mengedepankan akal masih
dilandasi dgn keyakinan akan kebenaran hal2 yg
mendasar dalam islam dan cara berfikir Mu’tazilah
hanya mencerminkan kecerdasan seorang anak, namun
masih mempunyai rasa takut untuk melanggar hal2 yg
pokok dalam islam. Sedangkan Islam Liberal yg
mengedepankan akal seorang anak yg mengalami gangguan
kejiwaan, hingga melakukan kebrutalan2 dalam beragama
dan cerminan kekonyolan seorang anak yg frustasi dalam
mengekspresikan dirinya agara dapat diakui dan dikenal
oleh masyarakat, hingga melakukan cara apapun dalam
mengekspresikan dirinya tanpa berfikir kalau
kecerobohan dan kekonyolannya tersebut, dilihat oleh
pihak lain sebagai kebodohan2 cara berfikir sesoerang
yg berbalut “intelektual”.

CARA BERFIKIR MU’TAZILAH 
Kajian pemikiran Mu’tazilah lebih pada pembahasan
sifat2 Allah yg menjurus pada pensucian Tuhan yaitu
menolak sifat dan dzat Allah untuk diserupakan dengan
mahlukNya, dari konsep Mu’tazilah ini muncul prinsip
bahwa sifat dan dzat Allah adalah satu. Menurut
pemahaman Mu’tazilah jika Al-qur’an diterima sebagai
sifat Allah yg terpisah dari dzatNya, maka akibatnya
adalah sesuatu yg qodim (kekal) selain dzat Allah. ini
berarti menerima penyerupaan sifat Allah dengan
dzatnya. Maka untuk mengatasi problem ini, maka
Mu’tazilah memperkenalkan prinsipnya bahwa Al-qur’an
itu bukan sifat Allah, tetapi mahluk Allah.

Pembahasan sifat2 Allah secara mendetail belum ada di
zaman Nabi dan Sahabat, hingga pada saat ada salah
seorang sahabat yg menanyakan kedudukan sifat Allah,
membuat merah wajah Rasulullah dan mengatakan “apakah
aku diutus hanya untuk membahas hal seperti itu?”
yaitu dalam arti membahal hal2 yg tidak perlu dan
tidak penting. Karena membahas kedudukan sifat Allah,
hanya satu pembahasan yg sia2 dan buang2 waktu, karena
akal manusia itu terikat dan tidak akan mampu menembus
kedudukan sifat Allah. tapi selaku seorang mukmin
karena keterikatan akalnya cukup mengimani dengan kami
dengar dan kami taat saja. Sedang yg perlu dibahas
adalah ciptaan2 Allah yg tampak di langit dan bumi
untuk menambah ketaqwaan kita padaNya.

Sedangkan pemikiran Mu’tazilah tersebut dilatar
belakangi penolakannya terhadap pemikiran Shi’ah yg
menyebarkan madzhab Tashbih yg mengatakan bahwa sifat
dan dzat Allah menyerupai sifat dan dzat mahlukNya,
hingga timbul prinsip pensucian Tuhan yg menolak
penyerupaan sifat dan dzat Allah dengan mahlukNya dan
sebagai respon menolak akidah Yahudi dan Nasrani
dengan trinitasnya.

5 prinsip Mu’tazilah yaitu Tauhid, Keadilan, Janji dan
ancaman, kedudukan diantara 2 kedudukan, dan amar
makruf nahi munkar dan ulama Mu’tazilah sepakat
apabila seseorang tidak mengakui salah satu dari 5
prinsip tsb atau mengurangi dan menambahi prinsip tsb,
maka orang tsb tidak layak dikatakan sebagai kelompok
Mu’tazilah. Pada umumnya ulama2 Mu’tazilah sepakat
bahwa Al-qur’an adalah firman Allah, ia diciptakan
sebagaimana mahluk lainnya diciptakan, oleh karena itu
Al-qur’an dalam pandangan mereka adalah sesuatu yg
tidak abadi, dengan argumentasi jika dalam al-qur’an
terdapat perintah dan larangan serta janji dan
ancaman, sesungguhnya perintah itu sendiri memerlukan
objek yg diperintah. Spt perintah sholat yg tidak
mungkin ada semenjak azali sebelum manusia diciptakan,
karena tidak mungkin ada perintah tanpa ada manusia
yang diperintahkan terlebih dahulu, maka dari itu
perintah Allah tidak kekal.

Pada prinsipnya Mu’tazilah tidak mempersoalkan
al-qur’an dari segi bahasa, Mu’tazilah tidak
mempersoalkan al-qur’an sbg firman Allah. Mu’tazilah
tetap menggunakan argumentasi 

RE: [media-dakwah] Jatuh Cinta Lagi?

2007-04-01 Terurut Topik Saeful B
Sependapat DAN yang didambakan oleh wanita adalah pria yang memiliki
kesetiaan dan tanggung jawab.
Rejeki datangnya dari Alloh dan kita semua patut meminta kepadaNya.
 
-Original Message-
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
On Behalf Of thoriq kusuma
Sent: Monday, April 02, 2007 10:34 AM
To: dq ari
Cc: Ica Harahap; Media Dakwah
Subject: Re: [media-dakwah] Jatuh Cinta Lagi?
 
jangan terlalu pesimis ah mas...
disamping kekurangan2 pasti ada kelebihan kelebihan yang tidak dipunyai
orang lain.

seperti kata mbak Icha harus optimis. Ikhtiar dan berdoa jalan terus..
kalau kitanya terlalu memandang rendah diri sendiri dan terlalu
memandang
tinggi orang lain, kitanya malah jadi tambah nggak pede. para wanita
malah
nggak tertarik sama orang yang nggak pede-an.
kalo ada pria yang selalu optimis walaupun nggak punya apa2 tampaknya
lebih
menjanjikan daripada pria yang punya segalanya tapi nggak pede.
selamat berjuang deh..Ikhtiar berdoa dan bertawakal.. semoga jodohnya
cepat
ketemu.. amin

On 3/30/07, dq ari [EMAIL PROTECTED] mailto:dichky082%40gmail.com com
wrote:

 saya jd malu tapi mau bnget nehhh

 siapa sih yg g mau beristri wanita sholeh,jilbab,bs mnuntun/mgajarkan
 anak2
 nantinya dlm pondasi agama yg kuat,islami

 yg ada saya yg masih penganguran,lom berpenghasilankering,jauh dr
ilmu
 agama,bkn dr kluarga terhormat,kaya,tdk punya harta,msh ikut
ortu,tabungan
 g
 dabla...bla..bla

 saya yqin syqin-yqinya,smua itu hanya ada dlm legenda,cerita,sinetron
saja
 apa lagi di jaman yg smua mlihat serba matrialistis,gemerlap
 yang mau mnerima sya apa ada nya,dgn kkurangan yang saya miliki

 [Non-text portions of this message have been removed]

 


[Non-text portions of this message have been removed]
 


[Non-text portions of this message have been removed]