[media-dakwah] Tips 142: Betapa Hal Kecil Bisa Merubah Hidup Anda
*Berhentilah mengecilkan sesuatu hanya karena fenomena fisiknya. Mungkin itu bisa merubah hidup Anda. * *Ikhwan Sopa - Trainer* *Tips 142: Betapa Hal Kecil Bisa Merubah Hidup Anda * *ANDA MUNGKIN SERING MEREMEHKAN* Anda mungkin sudah sangat sering mendengar nasehat ini, api kecil adalah kawan, api besar adalah lawan. Saat api masih kecil ia adalah energi yang bersahabat dan menghangatkan. Akan tetapi, saat ia menjadi besar dan tidak terkendali, ia akan menjadi malapetaka yang menyengsarakan. Anda, biasa mencontohkannya dengan kebakaran. Api yang kecil sering kita remehkan. Mungkin saja karena ia masih no harm, cuma hangat dan sama sekali tidak panas. Api kecil kita remehkan hanya karena ia bersahaja dan bersahabat. Terus begitu sampai semuanya sudah terlambat. Itulah yang bisa terjadi sesungguhnya, yaitu sikap yang meremehkan. Maka, tidak jarang kita mendengar musibah kebakaran, yang terjadi hanya karena sepuntung rokok, setengah sisa lilin, atau sepercik sulut dari colokan AC yang konslet. Disadari atau tidak, kita juga sangat mungkin sering memandang sesuatu dengan sebelah mata. Plastik kresek di tengah jalan. Botol air mineral yang menyumbat selokan. Sedikit air menggenang di batok kelapa yang telentang. Seulas oli yang merembes di sela-sela sil mesin kendaraan, dan sebagainya. Bisa jadi, kita juga sering meremehkan apa yang ada pada orang lain. Orang yang cacat, orang yang tidak mampu, orang yang berpenampilan buruk, orang yang tak terdidik, orang yang ber-iq rendah, orang yang tidak bisa menyebutkan huruf r dengan benar, orang yang tidak ngganteng, dan sebagainya. Bahkan disadari atau tidak, kita mungkin sudah terbiasa juga dalam meremehkan, apa-apa yang ada pada diri dan di dalam jiwa kita. Bahwa Anda perlu mencoba menulis, sebanyak Anda berbicara atau mendengar, Anda belum tentu melakukannya. Bahwa kita perlu secara teratur berolahraga, kita mungkin lebih memilih bergelung di pagi buta. Bahwa Anda perlu juga berekreasi dan tidak terlalu gila dalam bekerja. Bahwa kita tidak perlu terlalu banyak bagadang. Bahwa Anda musti selalu berpikiran positif. Bahwa kita perlu untuk sering bersilaturahim. Bahwa Anda perlu ikhlas dan menerima keadaan tanpa terlalu banyak bertanya, dan sebagainya. Semua itu mungkin saja kita remehkan, sampai semuanya mulai terbuka. Terbuka menyeruak dan menunjukkan sikap protesnya. Maka, mulailah tubuh Anda merasa kurang fit. Hati Anda lebih mudah terguncang dan tergoyahkan. Fisik Anda mulai melemah. Pikiran Anda mulai kacau. Iri dan dengki mulai menghinggapi. Bermacam-macam implikasinya. Bagaimana dengan tekanan darah? Bagaimana dengan kondisi jantung yang mungkin bisa menjadi lemah? Kesadaran itu seperti hampir selalu terlambat datangnya. Sebabnya, hanya karena kita telah terlanjur meremehkan dan menunda. Jika Anda tidak termasuk dalam contoh di atas, ya syukurlah. Anda, bisa jadi sehat jiwa dan raga. Congratulation! *HAL KECIL BISA MERUBAH HIDUP ANDA* Dua pertanyaan yang paling sering harus Saya jawab berkaitan dengan workshop sehari Saya adalah: Apakah satu hari bisa merubah hidup Saya? Apakah perubahan itu akan permanen sifatnya? Saya biasa menjawabnya dengan gambaran yang sederhana. Saya jelaskan sambil bertanya, apakah satu detik bisa merubah hidup seseorang? Kemudian Saya jawab sendiri, ya! Bagaimana hal itu bisa terjadi? Di sinilah Anda sering lupa, karena sebenarnya jawaban pertanyaan itu selalu berseliweran di depan mata Anda! Bukan bermaksud mendoakan terjadinya musibah dan bencana, ini hanya gambaran dan cerita. Seseorang yang terbiasa berkendaraan di jalan tol, mungkin saja meremehkan aktivitas berkendaranya. Jika tidak berhati-hati, kemelengannya akan membawa celaka. Dan meleng itu, adalah jelas sebuah tanda meremehkannya. Atau jikapun yang bersangkutan sudah cukup berupaya untuk selalu fokus dan berkonsentrasi dengan kemudinya, mungkin saja tiba-tiba mobilnya pecah ban. Sangat mungkin bukan? Berapa detikkah itu terjadi? Berubahkah hidupnya? Berubahkah hidup keluarganya? Berubahkah hidup anak dan istri atau suaminya? Sebuah pesawat yang terjun menghunjam ke laut dan terus merasuk sampai ke dasarnya, berapa detik? Kapal yang tenggelam ke dasar laut, berapa menit? Berubahkah kehidupan mereka, kehidupan sanak dan familinya? Ya! Hidup ini tidak akan pernah sama lagi bagi mereka. Tapi Pak Sopa, bukankah semua itu adalah persoalan besar dan bukan hal kecilseperti yang Bapak maksud? Ya saudaraku, kita tidak bisa tidak, akan melihatnya sebagai sebuah peristiwa besar yang memilukan setiap hati dan mata. Peristiwa kemanusiaan yang penuh tragedi dan bela sungkawa. Memang itulah adanya. Akan tetapi, bagaimanakah selama ini Anda melihatnya dengan kaca mata self development, dari kacamata pengembangan diri Anda sebagai seorang pembelajar? Anda mungkin lupa, atau bahkan Anda mungkin belum melihatnya. Itulah yang terjadi, dan itulah yang mungkin sudah terlanjur menjadi kebiasaan. Anda mungkin telah melupakan, bahwa itu bukan hanya peristiwa sosial yang nyata,
[media-dakwah] [Bagian 2] Kaidah Penerapan Sunnah
Kaidah Penerapan Sunnah Penulis: Al Ustadz Muhammad Umar as Sewed (Bagian 2) Keshahihan Diroyat (Kebenaran Istimbath Hukum) Perkara yang kedua, jika telah dipastikan keshahihan suatu hadits, kita harus meneliti pula makna yang dimaksudkan. Kita harus benar dalam mengambil hukum (istimbath hukum) dari hadits tersebut. Tentunya, harus kita ketahui bahwa yang paling tepat dalam melakukan istimbath hukum dan penerapannya terhadap sunnah adalah generasi pertama dan utama dari umat ini, yakni dari kalangan para Shahabat Radhiallahu 'anhum. Jangan sampai kita keliru dalam menafsirkan atau mengambil kesimpulan terhadap hadits-hadits yang shahih tersebut. Sebagai contoh, ada sebagian kaum muslimin yang menafsirkan kalimat khuruj fie sabilillah dengan mengembara yang diistilahkan oleh syaikhul Islam dengan siyahah. Beliau menjelaskan bahwa siyahah adalah perkara kebidahan kaum sufi. Padahal dalam Al Quran dan As Sunnah maksud kalimat khuruj fie sabilillah adalah jihad dan berperang di jalan Allah. Untuk itu, dalam masalah istimbath kita harus merujuk kepada mereka yang telah dipastikan kebenarannya dalam penerapan Quran dan as-Sunnah, yaitu generasi para shahabat, sebagaimana Allah berfirman: Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (at-Taubah: 100) Dalam ayat ini Allah meridlai tiga golongan manusia yakni kaum Muhajirin, Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan ihsan (baik). Hanya merekalah yang telah mendapatkan rekomendasi dan pujian dari Allah. Hal ini menunjukkan kalau mereka telah tepat dalam menerapkan al-Quran dan as-Sunnah dalam kehidupannya. Karena kita bukan dari kaum Muhajirin dan bukan pula kaum Anshar, maka hendaknya kita menjadi para pengikut mereka dengan ihsan (baik, red), baik dalam memahami, istimbath hukum, menafsirkan dan ataupun penerapannya agar kita termasuk dalam golongan yang diridlai-Nya. Barangsiapa yang tidak mau mengikuti mereka, berarti mereka telah menentang Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dan tidak mau mendengarkan ucapan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam berikut: Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian yang berikutnya, kemudian yang berikutnya. (HR. Bukhari Muslim) Manusia yang terbaik adalah para shahabat, kemudian yang mengikuti mereka setelahnya (para tabiin), kemudian yang mengikuti mereka (atbaut tabiin). Para shahabat merupakan generasi yang telah dipastikan keimanan mereka dalam ucapan Allah Taala : Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah (kaum muhajirin), dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin yakni kaum anshar), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia. (al-Anfaal: 74) Dengan demikian barangsiapa yang tidak mau mengikuti orang-orang yang beriman tersebut terancam dengan kesesatan di dunia dan adzab jahannam di akhirat. Allah tegaskan dalam firman-Nya: Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (an-Nisaa: 115) Oleh karena itu barangsiapa yang mengikuti mereka akan mendapatkan petunjuk, dan yang meninggalkannya terancam akan mendapatkan kesesatan. Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (al-Baqarah: 137) Dalam ayat ini yang dimaksud kata ganti orang kedua yaitu kalian dalam ucapan Allah: Jika mereka beriman seperti kalian beriman adalah para shahabat. Artinya, jika mereka beriman seperti para shahabat beriman, maka dia akan mendapatkan petunjuk ke jalan yang benar dan lurus. Namun sebaliknya jika mereka tidak mau mengikuti para shahabat, mereka akan terus berada dalam pertikaian dan perselisihan, menyimpang dari jalan yang lurus dan terjerumus ke dalam kesesatan dan kebidahan. Para Perusak Sunnah Mereka yang menyelisihi kaidah pertama dalam penerapan sunnah ini bukanlah orang yang termasuk menghidupan sunnah, tetapi justru mematikan sunnah. Karena mereka yang memakai hadits-hadits dlaif, maudlu, palsu, dan sejenisnya justru menjatuhkan martabat sunnah nabawiyah. Karena riwayat-riwayat yang mungkar dan palsu tersebut adalah buatan manusia biasa yang banyak mengandung kesalahan,
RE: [media-dakwah] Tanya Soal Aqiqah
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.. Saya juga mau menambahkan pertanyaan tentang Aqiqah. 1. Bagaimana hukumnya kalo Aqiqah tidak dilaksanakan pada hari ke 7 dan hari ke 40 setelah bayi lahir, sedangkan dilaksanakannya setelah saya menikah? 2. Bagaimana hukumnya orang yang telah meninggal sama ahliwarisnya di Aqiqahin? Mungkin itu pertanyaan dari saya, mohon penjelasannya. Terimakasih, Wasalam Yaya -Original Message- From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ahyar Junaedi Sent: Thursday, April 19, 2007 1:23 PM To: media-dakwah@yahoogroups.com Subject: [media-dakwah] Tanya Soal Aqiqah Ass.wr.wb. Mohon pelajaran dari Saudara (i) ku tercinta... Saya ingin melaksanakan Aqiqah anak saya yang pertama... Mohon kiranya diberi informasi mengenai tatacara pelaksanaan Aqiqah sesuai ajaran Rasulullah, apakah ada rukun-rukunnya... Saya pernah membaca, bahwa aqiqah sebaiknya di adakan pada hari ke tujuh. Bagaimana jika pada hari ketujuh tersebut kita belum mempunyai dana untuk melaksanakan aqiqah, apa hukumnya...?? Demikian, mohon kiranya ada yang berkenan meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan saya... Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih... Semoga ilmu dari Saudara (i) menjadi amal yang bernilai pahala Wass.wr.wb. Ahyar This message has been scanned by the Trend Micro InterScan Security Module and found to be free of known security risks. This message has been scanned by the Trend Micro InterScan Security Module and found to be free of known security risks. This message has been scanned by the Trend Micro InterScan Security Module and found to be free of known security risks. This message has been scanned by the Trend Micro InterScan Security Module and found to be free of known security risks. [Non-text portions of this message have been removed]
[media-dakwah] Seri 775 Perlunya Mazhalim dalam Sistem Organisasi Matrix
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 775 Perlunya Mazhalim dalam Sistem Organisasi Matrix Ada dua istilah yang tidak begitu lazim didengar dalam khalayak ramai, yaitu mazhalim dan matrix. -- Mazhalim adalah sebuah lembaga dalam struktur Negara Islam Madinah pada zaman RasuluLlah SAW. Mazhalim ini mempunyai wewenang untuk mengawasi, mencegah dan menghukum aparatur negara yang menzhalimi penduduk. -- Matrix adalah apa saja yang terdiri atas baris dan kolom. Dalam turnamen olah raga, matrix ini tidak asing bagi panitia penyelenggara. Dalam turnamen sepak bola misalnya kesebelasan A, B, C, D dst dalam pool N disusun menurut baris dan kolom. Pertandingan A lawan B misalnya hasilnya seri, sehingga kedua kesebelasan itu masing-masing dapat nilai 1. Maka ditelusuri arah baris dari A yang berpotongan dengan arah kolom dari B dan pada kotak perpotongan itu dibubuhkan angka 1. Demikian pula ditelusuri arah baris dari B yang berpotongan dengan arah kolom dari A dan pada kotak perpotongan itu juga dibubuhkan angka 1. -- Organisasi Matrix adalah organisasi yang terdiri dari dua aliran yang masing-masing dituliskan dalam baris dan kolom. Dahulu, pada waktu Prof. Ahmad Amiruddin, yang mantan Gubernur Sulawesi Selatan, masih menjabat Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), berdasar atas keputusan Musyawarah di Watampone, Unhas diubah struktur organisasinya menjadi Struktur Matrix dalam aliran Program Pendidikan pada baris dan Sumberdaya pada kolom. Setiap dosen punya dua bos, yaitu bertanggung jawab dalam aliran Program kepada Ketua Program Pendidikan dan juga bertanggungjawab dalam aliran Sumberdaya kepada Ketua Jurusan. Para Ketua Program dikepalai Dekan Kajian dan para Ketua Jurusan dikepalai oleh Dekan Fakultas. (Bertanggugnjawab kepada dua bos adalah unik, sebab dalam perahu hanya ada seorang Nakoda. Namun dalam sejarah pernah terjadi kasus Rua KaraEng se're ata, dua Raja satu rakyat, yaitu Kerajaan Kembar Gowa-Tallo, yang dikenal sebagai Kerajaan Makassar). Kembali pada sistem organisasi Matrix dari Unhas itu. Aliran Program Pendidikan mengurusi kurikulum yang relevan dengan pembangunan, memonitor dan mengevaluasi perkuliahan, yang dilakukan oleh Ketua Program Pendidikan. Ketua-Ketua Program Pendidikan seperti dikemukakan di atas, dikepalai oleh Dekan Kajian. Aliran sumberdaya dikepalai oleh Dekan Fakultas yang membawahkan (mengatasi, bukan membawahi) Ketua-Ketua Jurusan yang bertanggung-jawab atas Sumberdaya. Kalau Program Pendidikan membina mahasiswa, maka Sumberdaya membina Dosen dan membina Ilmu. Kegiatan penelitian dalam aliran Program Pendidikan dalam rangka membina mahasiswa, sedangkan kegiatan penelitian dalam aliran Sumberdaya ialah membina ilmu. Seperti dikatakan di atas setiap dosen mempunyai dua bos, yaitu bertanggung-jawab kepada Ketua Program Pendidikan tentang lancarnya perkuliahan yang bahannya sesuai dengan SAP, sedangkan kepada Ketua Jurusan bertanggungjawab dalam hal ilmu yang dibinanya. Dengan Organisasi Matrix ini hilanglah sekat atau kapling jurusan-jurusan dalam intern fakultas dan kapling fakultas dalam intern universitas. Mahasiswa program pendidikan Teknik Mesin misalnya jika mau kuliah Hukum Milik Perindustrian harus mendatangi Fakultas Hukum pada jurusan yang membina mata ajaran yang bersangkutan. Mahasiswa Program Pendidikan Teknik Mesin menganggap Fakultas Hukum adalah fakutasnya pula, menganggap Fakultas Ekonomi fakultasnya pula karena di Fakultas Ekonomi ia shopping mata ajaran Manajemen Industri. Dalam Organisasi Matrix di samping lancarnya proses komunikasi saling berkenalan, berlangsung pula prinsip mahasiswa mendatangi ilmu. Dalam organisasi yang bukan Organisasi Matrix mahasiswa tersekat dalam jurusan dan fakultasnya, ilmu mendatangi mahasiswa, karena ilmu itu dibawa oleh dosen dari luar kapling. Sayang sekali Oganisasi Matrix ini tidak dikenal dalam organisasi rutin yang baku tetapi kaku. Organisasi Matrix di Unhas setelah berlangsung beberapa tahun dibubarkan , karena bertentangan dengan Peraturan Pemerintah, perihal pembentukan organisasi universitas. Maka Pemerintah dan DPR perlu menelurkan undang-undang yang pada pokoknya sistem organisasi Perguruan Tinggi itu dalam semangat otonomi daerah memberikan kebebasan pada Lembaga Perguruan Tinggi untuk memilih sistem organisasi yang disukainya. Kalau di Makassar ini dengan maraknya tawuran mahasiswa antar fakultas, sudah sangat mendesak Organisasi Matrix ini diterapkan. *** Adapun perkara pembantaian mahasiwa di IPDN perlu diterapkan organisasi matrix dalam aliran Sumberdaya + Program dalam satu aliran dan Mazhalim pada aliran lain. Para dosen juga mempunyai dua bos, yaitu dalam aliran Sumberdaya + Program kepada Ketua Jurusan dalam hal pembinaan ilmu dan pembinaan perkuliahan dan dalam aliran Mazhalim kepada Ketua Mazhalim berupa perpanjangan tangan mazhalim dalam hal melapor jika terjadi tindak kekerasan
Re: [media-dakwah] Re: Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta
namun kenyataannya..mba ica juga nda boleh..hanya karena diskusi mba ica dengan mereka yg katanya salafy lalu mba ica mempunyai penilaian bahwa spt itu lah salafy:) Makanya aku tuh nanya dulu tentang salafy lebih lanjut ke Bu Hana sebelum melakukan penilaian, gitu loh Buu Jadi pada saat ini sebenernya aku belum melakukan penilaian secara sepihak tapi aku tuh sedang mencari tau seperti apa ajaran salafy yang sebenernya... aku kutip lagi ya salah satu statementku : Mohon maaf, ga bermaksud menyinggung perasaan siapapun hanya ingin mencari tahu seperti apa ajaran Salafy yang sebenar-benarnya... Alhamdulillah jawaban secara lengkap dan cukup memuaskan aku dah dapet dari Pak Abu jum'at kemaren Pada akhirnya aku bisa menilai bagaimana cara dakwah Salafy sebenernya, siapa saja orang yang benar2 memahami dan menjalankan ajaran tersebut secara baik dan siapa saja orang yang cuma ngaku2 salafy tapi cara dakwahnya tidak seperti cara dakwah salafy yang sesungguhnya... gitu deh kira2... Ok, thanx buat Bu Hana dan Pak Abu yang telah menjawab rasa penasaranku... Jazakumullah... suhana032003 [EMAIL PROTECTED] wrote: hmm..aku ngerti, bahwa pertanyaan itu bukan ditujukan padaku, tapi kepada orang salafy yg mba ica temui kan..? namun kenyataannya..mba ica juga nda boleh..hanya karena diskusi mba ica dengan mereka yg katanya salafy lalu mba ica mempunyai penilaian bahwa spt itu lah salafy:) gini..jika aku memposisikan diriku sebagai seorang murid dari guru salaf, sesungguhnya aku sedang bicara atas nama seorang murid yg mempunyai guru salaf. hmm..jika mba ica boleh menilai salaf hanya karena diskusi dengan orang yg mengaku salaf, akupun boleh menolak bahwa tidak begitu dgn ajaran salaf. hmm..guru kami dalam satu pengajian mempunyai murid lebih kurang dari 20 orang. dari 20 orang itu, akan mempunyai pemahaman yg beraneka ragam, walaupun apa yg disampaikan oleh guru kita adalah sama. karena itu semua tergantung kemampuan individu dalam menerima pelajaran, maupun kemampuan tiap individu yg berbeda dalam menangkap penjelasan. begitupun dengan orang tua kita dalam mendidik anak2nya, walaupun apa yg diajarkan oleh ortu kita sama namun tetap saja, antara anak yg satu dgn yg lainnya pasti berbeda2. untuk urusan bid'ah memang salaf sangat menjaganya agar tidak jatuh ke dalam bi'ah, dan sangat tegas dengan ajaran2 yg membuat sunnah2 baru, yaitu dgn maksud menjaga kemurnian ajaran Rasulullah. dalam menetapkan hukumpun yg selalu diambil adalah dari al-qur'an dan hadist2 yg terjamin ke shahihannya. hmm..aku sanksi di pengajian2 luar salaf, sang guru mau mempraktekkan gimana wudhu nya Rasulullah maupun sholatnya Rasulullah. karena selama banyak pengajian yg aku ikutin, hanya dipengajian salaf saja sang guru mau mempraktekkan wudhu dan sholat Rasulullah.:) rasanya pengajian2 lain sudah melupakan hal2 yg dianggap sepele ini, tapi tidak bagi pengajian salaf. dan yg pertama kali diperkenalkan oleh mereka adalah apa itu tauhid. hmm..guruku sering berkata gini andai kalian melihat salah seorang dari saudara kalian yg sedang menyembah2 patung, jangan dulu dikatakan eehh..kamu sesat tuch..?tapi katakan baik2, bahwa perbuatan yg sedang kamu lakukan adalah perbuatan orang yg lakukan syirik. karena bisa jadi orang itu belum tahu, atau tidak mengerti itu yg pernah diberi tahu ke kita. atau aku sering diskusi sama guru salafku, dan ceritakan semua perkembangan JIL saat ini, beliau hanya bilang sungguh perbuatan itu sudah keluar dari islam lalu aku protes lagi sama guruku gini lalu kenapa MUI tidak mau memfatwa bahwa JIL itu kafir aja? lalu jawab beliau percuma difatwa kafir, kalau tidak dibarengi dengan membunuh. jadi nda mudah lakukan itu, karena negara kita tidak mendukung syariat islam segitu dulu ya..nanti sambung lagi, kalau mba ica masih penasaran. hmm..mungkin aku lebih cerewet dibandingkan dengan murid2 guruku yg lain, karena bila aku belum mendapatkan jawaban atau ada jawaban yg tidak masuk dikepalaku, biasanya aku terus debat sama guru ngajiku:) ya..berhubung..aku yg paling cerewet, mungkin aku murid yg paling diingat oleh beliau. dan mungkin karena aku tidak hanya banyak bertanya pada guru ngaji salafku aja, tapi banyak sekali orang2 yg aku anggap mampu menjawab semua pertanyaanku dan selalu aku ajak diskusi. ya..jadinya aku fleksible gini dech..*_^ salam hana --- In media-dakwah@yahoogroups.com, Ica Harahap [EMAIL PROTECTED] wrote: sekarang aku mau tanya sama mba ica..apa pernah aku (yg katanya punya guru yg salaf) memaksa para members disini untuk ikutin pemahamanku?? kan berkali2 aku bilang..setiap tidak ada lagi kesamaan pendapat yaitu lakukan apa yg menurut kalian baik, karena aku berlepas diri dari semua keinginan kalian atau di awal setiap aku diskusi selalu aku bilang kita share aja ya..andaikan mau diterima itu terserah dan ditolakpun terserah, karena aku lepas dari keduanya Noup...
[media-dakwah] Fw: HIBURAN PARA DA'I 22...WINTER UMAT ISLAM
- Forwarded Message From: abdullah alaussie (via Multiply) [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, April 22, 2007 8:14:26 AM Subject: HIBURAN PARA DA'I 22...WINTER UMAT ISLAM abdullahalaussie This blog entry was sent by [EMAIL PROTECTED] through the Multiply web site. To add a comment, join Multiply if you haven't already (don't worry, it doesn't cost anything). Click thumbnails to enlarge. HIBURAN PARA DA'I 22...WINTER UMAT ISLAMSep 17, '06 7:17 AM for everyone MUSIM WINTER UMAT ISLAM Town Hall-Hunter Hill, Gladsvile bridge. 20/5/06, 01.45 pm Duhai Rabbi Duhai Dzat Yang Maha Mengetahui Yang tersembunyi dan terang-terangan Yang paling baik dan paling buruk Yang paling benar dan paling bathil Izinkanlah hamba mengungkapkan Izinkanlah hamba berkeluhkesah Izinkanlah hamba mengadu Segala kegelisahan diri hamba Tentang realita diri dan umat islam saat ini ya Rabb Agama-Mu kini dihinakan Agama-Mu kini direndahkan Agama-Mu kini dilecehkan Agama-Mu kini dicacimaki Bukan hanya oleh musuh-musuh-Nya Namun juga oleh sebagian besar penganutnya Yang kebanyakan tidak menyadarinya Yang kebanyakan tidak mengetahuinya Yang kebanyakan tidak memahaminya Yang kebanyakan tidak menghayatinya Yang kebanyakan tidak meyakininya Yang kebanyakan tidak mengamalkannya Yang kebnyakan tidak mendakwahkannya ya Rabb... Umat Islam kini dihinakan palestina, bosnia, indonesia menangis moro, dan umat islam dibelahan bumi-Mu lainnya mereka semuanya menangis dan menjerit Bukan hanya oleh musuh-musuh nyatanya Namun juga oleh sebagian besar penganutnya Yang kebanyakan tidak menyadarinya Yang kebanyakan tidak mengetahuinya Yang kebanyakan tidak memahaminya Yang kebanyakan tidak menghayatinya Yang kebanyakan tidak meyakininya Yang kebanyakan tidak mengamalkannya Yang kebanyakan tidak mendakwahkannya Duhai Rabbi sedikit hamba-hamba-Mu yang menyadari semua itu sedikit hamba-hamba-Mu yang menangisi realita itu lebih sedikit lagi hamba-hamba-Mu yang berbicara tentang tantangan eksternal musuh-musuh islam kavitalisme, sosialisme, marxisme, komunisme hedonisme, materialisme, darwinisme, freudisme leninisme, stalinisme, nasionalisme, chauvinisme individualisme, taoisme, maoisme, platoisme, aristoteleisme, leberalisme, pluralisme, feminisme serta external isme-isme sesat dan menyesatkan lainnya Namun sangat sedikit lagi dari hamba-hamba-Mu Yang berbicara tentang tantangan internal islam kebid'ahan, kekhurafatan, kesyirikan, ketakhayulan Duhai Rabbi Ampunilah hamba dan kedua orang tua hamba serta umat islam dimanapun berada berikanlah kekuatan, kemudahan kesabaran, ketawakalan, keistiqomahan dan kemenangan kepada hamba-hamba-Mu didalam menjalani semua ujian ini. masukkanlah kami kedalam kelompok hamba-hamba-Mu yang senantiasa mencintai-Mu dan Engkaupun mencintai-Nya yang senantiasa bersabar dan bersyukur atas segala ujian-Mu masukkanlah kami kedalam hamba-hamba-Mu yang senantiasa saling mencintai karena-Mu yang senantiasa tertanam benih itsar ( persaudaraan islam tertinggi ) didalam taman hati, jiwa dan akal kami yang senantiasa memelihara dan berupaya merealisasikannya kedalam bentuk amal shalih nyata kehidupan kami masukkanlah kami kedalam hamba-hamba-Mu yang Engkau berikan kepahaman agama-Mu dan senantiasa teguh diatas-Nya serta beruasaha mengamalkan dan mendakwahkannya masukkanlah kami kedalam hamba-hamba-Mu yang senantiasa memegang prinsip-prinsip dasar islam adalah agama kami Allah adalah tujuan kami Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam adalah teladan kami al quran dan as sunnah adalah pedoman kami ahlussunnah wal jama'ah adalah manhaj kami salafiyah adalah pemahaman kami al khilafah 'ala minhajin nubuwah adalah pemerintahan ideal kami jihad adalah jalan hidup kami dakwah ilallah adalah kafilah dakwah kami ukhuwah islamiyah adalah bingkai persaudaraan kami saksiyah islamiyah adalah kepribadian kami tasfiyah wa tarbiyah adalah program kami 'isy kariman aumut syahidan adalah misi kami syurga penuh ridha-Mu adalah visi kami sehingga terasa indah segala ujian-Mu ini sehingga terasa bahagia diri-diri ini indah dan bahagia tidak hanya dalam berjuang menempuhi segala ujian-Mu. namun terlebih indah dan bahagia lagi didalam memaknai ujian-Mu Walhamdulillahirabbilalamin washsholatu wasalamu 'ala rasulillah wa alihi wa shohbihi wa man tabi'ahum biihsani ila yaumiddin. Wallahualam bishshowwab ma'rakah sydney, Town Hall-Hunter Hill, Gladsvile bridge. 20/5/06, 01.45 pm Ash shabbaru al atsary Tags: hiburan da'i Add a reply: Multiply Inc, 6001 Park of Commerce, Boca Raton, FL 33487, USA We haven't added your email address to any lists, nor will we share it with anyone at any time. Stop e-mails, view our privacy policy, or report abuse: click here Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke:
[media-dakwah] ..:: Ringkasan Buku: Thaharah Nabi - Tuntunan Bersuci Lengkap
... Ringkasan Buku ... http://buku-islam.blogspot.com Judul: Thaharah Nabi - Tuntunan Bersuci Lengkap Penulis : Dr. Sa'id bin Ali bin Wahb Al Qahthani Penerjemah : Abu Shafiya Penerbit : Media Hidayah - Yogyakarta Cetakan : Pertama, Juni 2004 Halaman : 192 halaman Buku ini cukup ringkas dan padat yang memuat hal hal yang perlu diketahui oleh seorang muslim tentang masalah thaharah. Inilah yang dibahas dalam buku ini. Bahasan Pertama Pengertian Thaharah dan Macam macamnya Bahasan Kedua Macam macam Najis Bahasan Ketiga Amalan amalan yang Termasuk Fitrah Bahasan Keempat Adab Buang Air Bahasan Kelima Wudhu Bahasan Keenam Mengusap Khuf, Serban, dan Gips Bahasan Ketujuh Mandi Bahasan Kedelapan Tayamum Bahasan Kesembilan Haidh, Nifas, Istihadhah, dan Gangguan Kencing Terus Kemudian di sini saya kutipkan salah satu pembahasannya -yaitu pembahasan ketiga- yang semoga bermanfaat buat kaum muslimin. Yaitu tentang Amalan yang termasuk fitrah. Saya bawakan dengan meringkasnya dan tidak menyertakan sebagian footnote yang ada di buku tersebut. [Amalan Amalan yang Termasuk Fitrah] Fitrah di sini artinya amalan amalan atau perbuatan perbuatan. Para ulama berkata, Fitrah ialah amalan amalan yang biasa dilakukan oleh para nabi 'alaihimush shalatu wa sallam. Tidak diragukan lagi, amalan amalan tersebut ada yang hukumnya wajib dan ada yang sunnah. Amalan amalan yang termasuk fitrah adalah sebagai berikut: 1. KHITAN Khitan ialah memotong kulup (kulit yang menutup pucuk penis) sehingga pucuk penis tersebut terlihat. Ini bagi laki laki. Adapun khitan bagi perempuan ialah memotong bagian atas daging yang berbentuk seperti jengger ayam yang terletak di bagian atas lubang vagina. Dianjurkan untuk tidak memotong keseluruhan daging tersebut, karena hal itu akan mengurangi kenikmatan ketika bersenggama. Ini berdasarkan perkataan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang disampaikan kepada tukang khitan perempuan di Madinah: Bila kamu mengkhitan seorang perempuan, potonglah sedikit saja, jangan kamu potong sampai habis, karena hal itu bisa membuat wajah berseri dan lebih terasa nikmat ketika bersenggama. (Hadits ini diriwayatkan ole habu Dawud (IV/368) dan Al Baihaqi. Lafazh di atas adalah yang terdapat dalam riwayat AL Baihaqi. Al Haitsami menyebutkan hadits tersebut dalam kitab Al Majma' (V/172). AL Albani menyebutkan banyak jalur periwayatan hadits tersebut. Dan dia berkata, Kesimpulannya, hadits ini shahih dengan banyaknya jalur periwayatan dan adanya beberapa hadits pendukung. Wallahu'alam. Lihat juga kitab Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah (II/357). Khitan hukumnya wajib bagi laki laki dan sunnah bagi perempuan, menurut pendapat yang benar di antara beberapa pendapat ulama. 2. MENCUKUR BULU KEMALUAN 3. MENCABUT BULU KETIAK 4. MENGGUNTING KUKU 5. MEMANGKAS KUMIS Memangkas kumis hukumnya wajib. Memangkas kumis termasuk fitrah berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Lima hal yang termasuk fitrah: (1)khitan, (2)mencukur bulu kemaluan, (3)mencabut bulu ketiak, (4)memotong kuku, dan (5)memotong kumis. (Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhari yang disyarah dalam kitab Fathul Bari (X/334) dan Muslim (I/221).) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menetapkan batas paling lama seseorang dibolehkan membiarkan bulu bulu tersebut. Anas radhiyallahu'anhu pernah berkata: Kami diberi batasan waktu dalam memotong kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan, yaitu agar bulu bulu tersebut tidak dibiarkan lebih dari empat puluh malam. (HR. Muslim (I/222) dan An Nasai.). 6. MEMANJANGKAN JENGGOT Memanjangkan jenggot hukumnya wajib. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: Selisihilah orang orang musyrik, yaitu lebatkanlah jenggot dan pangkaslah kumis! (HR. Al Bukhari yang disyarah dalam kitab Fathul Bari (X/349) dan Muslim (I/222).). Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: Pangkaslah kumis dan panjangkanlah jenggot! Selisihilah orang orang majusi! (HR. Muslim I/222). Dari Ibnu Umar radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: Pangkas habislah kumis dan lebatkanlah jenggot! (HR. Al Bukhari yang disyarah di kitab Fathul Bari (X/351) dan Muslim (I/222).). Dalam sebuah hadits disebutkan ancaman bagi orang yang tidak mau memangkas kumisnya. Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam radhiyallahu'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang tidak memangkas sebagian kumisnya maka bukan termasuk golongan kami. (HR. At Tirmidzi (V/93) hadits no. 2761. Hadits ini dinilai shahih oleh Al Albani dalam kitab Shahih An Nasai (I/5) dan kitab Shahih Al Jami' hadits no. 6409).). 7. BERSIWAK Kita
[media-dakwah] Re: Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta
oke dech mba ica..akupun malu mengaku2 sebagai murid seorang guru salaf, toch..kenyataannya aku nda sesopan mereka2, pada saat menanggapi komentar2 miring ttg salaf=:) mungkin karena aku terbiasa spontan dan ekspresi langsung pada saat menanggapi apa yg harus aku tanggapi. tapi guru2 salafku itu sopan sekali dan santai sekali dalam mejawab komentar2 miring pada salaf:) waktu pertama kali ngajar kita, mata sang guru selalu diarahkan ke langit2 atau ke jalan tanpa mau melihat ke arah kita sesekali. tapi saat itu juga diprotes sama kita2 yg suka jahil pak..kenapa bapak kalau lagi ngajar kita, matanya selalu ke atas..? ya..karena menjaga agar tidak terjadi hal2 yg menyebabkan maksiat.. jawabnya santai tapi bapak kaga sopan..?mosok kita didepan ngeliatnya ke atas sich..?berarti ilmu bapak belum cukup dong..untuk sekedar melihat kita dan tidak terjadi maksiat..hehehehe guruku hanya senyum2 saja waktu itu, mungkin sambil mikir kali ya..dah itu, mulai dech..sesekali berani liat2 ke arah kita pada saat ada yg bertanya..dan komentar salah seorang temanku yg ternyata kenal juga dengan guru ngajiku itu gini kalau sampai terjadi perubahan sama beliau, berarti hana harus tanggung jawab tuch..?! hehehe yg aku tahu..mereka sopan2 sekali, tidak spt aku yg suka ceplas ceplos seenaknya. ada salah satu guru salaf ku, baru dengar suaraku lewat telphon aja dah ketawa2 beliau, karena sebelumnya spt biasa beliau mancing2 lewat sms, dan beliau tahu sekali kalau aku nda puas langsung telphon dan disana beliau lagi ketawa2 dengerin reaksiku. sedangkan beliau nanggapinnya sopan dan halus banget. Padahal intinya..beliau mau mancing supaya bisa puas nasehatin dan kasih wejangan aja buatku biar aku telphon2. hehehe oke dech..aku juga nda berani mengaku2 salaf, karena ceplas ceplosku dan nda sopanku ini masih suka nda ke kontrol:) salam hana --- In media-dakwah@yahoogroups.com, Ica Harahap [EMAIL PROTECTED] wrote: namun kenyataannya..mba ica juga nda boleh..hanya karena diskusi mba ica dengan mereka yg katanya salafy lalu mba ica mempunyai penilaian bahwa spt itu lah salafy:) Makanya aku tuh nanya dulu tentang salafy lebih lanjut ke Bu Hana sebelum melakukan penilaian, gitu loh Buu Jadi pada saat ini sebenernya aku belum melakukan penilaian secara sepihak tapi aku tuh sedang mencari tau seperti apa ajaran salafy yang sebenernya... aku kutip lagi ya salah satu statementku : Mohon maaf, ga bermaksud menyinggung perasaan siapapun hanya ingin mencari tahu seperti apa ajaran Salafy yang sebenar-benarnya... Alhamdulillah jawaban secara lengkap dan cukup memuaskan aku dah dapet dari Pak Abu jum'at kemaren Pada akhirnya aku bisa menilai bagaimana cara dakwah Salafy sebenernya, siapa saja orang yang benar2 memahami dan menjalankan ajaran tersebut secara baik dan siapa saja orang yang cuma ngaku2 salafy tapi cara dakwahnya tidak seperti cara dakwah salafy yang sesungguhnya... gitu deh kira2... Ok, thanx buat Bu Hana dan Pak Abu yang telah menjawab rasa penasaranku... Jazakumullah... suhana032003 [EMAIL PROTECTED] wrote: hmm..aku ngerti, bahwa pertanyaan itu bukan ditujukan padaku, tapi kepada orang salafy yg mba ica temui kan..? namun kenyataannya..mba ica juga nda boleh..hanya karena diskusi mba ica dengan mereka yg katanya salafy lalu mba ica mempunyai penilaian bahwa spt itu lah salafy:) gini..jika aku memposisikan diriku sebagai seorang murid dari guru salaf, sesungguhnya aku sedang bicara atas nama seorang murid yg mempunyai guru salaf. hmm..jika mba ica boleh menilai salaf hanya karena diskusi dengan orang yg mengaku salaf, akupun boleh menolak bahwa tidak begitu dgn ajaran salaf. hmm..guru kami dalam satu pengajian mempunyai murid lebih kurang dari 20 orang. dari 20 orang itu, akan mempunyai pemahaman yg beraneka ragam, walaupun apa yg disampaikan oleh guru kita adalah sama. karena itu semua tergantung kemampuan individu dalam menerima pelajaran, maupun kemampuan tiap individu yg berbeda dalam menangkap penjelasan. begitupun dengan orang tua kita dalam mendidik anak2nya, walaupun apa yg diajarkan oleh ortu kita sama namun tetap saja, antara anak yg satu dgn yg lainnya pasti berbeda2. untuk urusan bid'ah memang salaf sangat menjaganya agar tidak jatuh ke dalam bi'ah, dan sangat tegas dengan ajaran2 yg membuat sunnah2 baru, yaitu dgn maksud menjaga kemurnian ajaran Rasulullah. dalam menetapkan hukumpun yg selalu diambil adalah dari al-qur'an dan hadist2 yg terjamin ke shahihannya. hmm..aku sanksi di pengajian2 luar salaf, sang guru mau mempraktekkan gimana wudhu nya Rasulullah maupun sholatnya Rasulullah. karena selama banyak pengajian yg aku ikutin, hanya dipengajian salaf saja sang guru mau mempraktekkan wudhu dan sholat Rasulullah.:) rasanya pengajian2 lain sudah melupakan hal2 yg dianggap sepele ini, tapi tidak bagi pengajian salaf. dan yg pertama kali diperkenalkan oleh mereka
[media-dakwah] Zuhud
Zuhud Oleh: Tim dakwatuna.com Zuhud adalah salah satu akhlak utama seorang muslim. Terutama saat di hadapannya terbentang lebar kesempatan untuk meraih dunia dengan segala macam perbendaharaannnya. Apakah itu kekuasaan, harta, kedudukan, dan segala fasilitas lainnya. Karenanya, zuhud adalah karakteristik dasar yang membedakan antara seorang mukmin sejati dengan mukmin awam. Jika tidak memiliki keistimewaan dengan karakteristik ini, seorang mukmin tidak dapat dibedakan lagi dari manusia kebanyakan yang terkena fitnah dunia. Apalagi seorang dai. Jika orang banyak mengatakan dia sama saja, tentu nilai-nilai yang didakwahinya tidak akan membekas ke dalam hati orang-orang yang didakwahinya. Dakwahnya layu sebelum berkembang. Karena itu, setiap mukmin, terutama para dai, harus menjadikan zuhud sebagai perhiasan jati dirinya. Rasulullah saw. bersabda,Zuhudlah terhadap apa yang ada di dunia, maka Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang ada di sisi manusia, maka manusia pun akan mencintaimu (HR Ibnu Majah, tabrani, Ibnu Hibban dan Al-Hakim) Makna dan Hakikat Zuhud Makna dan hakikat zuhud banyak diungkap Al-Quran, hadits, dan para ulama. Misalnya surat Al-Hadiid ayat 20-23 berikut ini. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. Ayat di atas tidak menyebutkan kata zuhud, tetapi mengungkapkan tentang makna dan hakikat zuhud. Ayat ini menerangkan tentang hakikat dunia yang sementara dan hakikat akhirat yang kekal. Kemudian menganjurkan orang-orang beriman untuk berlomba meraih ampunan dari Allah dan surga-Nya di akhirat. Selanjutnya Allah menyebutkan tentang musibah yang menimpa manusia adalah ketetapan Allah dan bagaimana orang-orang beriman harus menyikapi musibah tersebut. Sikap yang benar adalah agar tidak mudah berduka terhadap musibah dan apa saja yang luput dari jangkauan tangan. Selain itu, orang yang beriman juga tidak terlalu gembira sehingga hilang kesadaran terhadap apa yang didapatkan. Begitulah metodologi Al-Quran ketika berbicara tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mengarahkan manusia untuk bersikap zuhud. Dari ayat itu juga, kita mendapat pelajaran bahwa akhlak zuhud tidak mungkin diraih kecuali dengan mengetahui hakikat dunia yang bersifat sementara, cepat berubah, rendah, hina dan bahayanya ketika manusia mencintanya dan hakikat akhirat yang bersifat kekal, baik kenikmatannya maupun penderitaannya. Demikian juga ketika Rasulullah saw., ingin membawa para sahabatnya pada sikap zuhud, beliau memberikan panduan bagaimana seharusnya orang-orang beriman menyikapi kehidupannya di dunia. Rasulullah bersabda, Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau musafir.(HR Bukhari). Selanjutnya Rasulullah mencontohkan langsung kepada para sahabat dan umatnya bagaimana hidup di dunia. Beliau adalah orang yang paling rajin bekerja dan beramal shalih, paling semangat dalam ibadah, paling gigih dalam berjihad. Tetapi pada saat yang sama beliau tidak mengambil hasil dari semua jerih payahnya di dunia berupa harta dan kenikmatan dunia. Kehidupan Rasulullah saw. sangat sederhana dan bersahaja. Beliau lebih mementingkan kebahagiaan hidup di akhirat dan keridhaan Allah swt. Ibnu Masud ra. melihat Rasulullah saw. tidur di atas kain tikar yang lusuh sehingga membekas di pipinya, kemudian berkata, Wahai Rasulullah saw., bagaimana kalau saya ambilkan untukmu kasur? Maka Rasulullah saw. menjawab, Untuk apa dunia itu! Hubungan saya dengan dunia seperti pengendara yang mampir sejenak di bawah pohon, kemudian pergi dan
[media-dakwah] [UNDANGAN] Muslim Tionghoa Indonesia, Sejarah dan Perkembangan, Dinamika Budaya serta Peran Strategisnya
Mohon bantuan publikasi. Jika anda mengenal rekan-rekan mualaf, atau orang-orang yang baru mengenal Islam. Atau siapapun yang ingin melihat indahnya Islam di berbagai budaya yang ada di dunia, atau yang sekedar tertarik tentang Budaya. Terima Kasih Salam, Reza Ervani Forum Ilmu I Milist Reza Ervani Muslim Tionghoa Indonesia, Sejarah dan Perkembangan, Dinamika Budaya serta PeranStrategisnya Sabtu, 28 April 2007, 09.00 - 13.00 WIB Gedung PPSDMS Nurul Fikri, Jln. Lenteng Agung Raya No. 20 Srengseng Sawah Jakarta Selatan 12640 Nara Sumber Utama : H. Syarif Tanudjaja, SH (Tan Lip Siang) Kabid Dakwah, Pendidikan Kebudayaan PENGURUS HARIAN DEWAN PIMPINAN PUSAT PEMBINA IMAN TAUHID ISLAM d/h PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI) PERIODE 2005 - 2010 Materi Tambahan Setelah Sholat Dzuhur: Dinamika Islam di Singapura (disampaikan oleh peserta dari Singapura) Pendaftaran via sms : Ketik FI (spasi) Nama (spasi) Asal Tempat kirim ke 0818648142 atau via email ke : [EMAIL PROTECTED] Investasi Kebersamaan Rp. 50.000,- Transfer ke 130 000 50 59 590 Bank Mandiri KC Siliwangi, Bandung a.n. Marini Roestiana Konfirmasi pembayaran ke 0818648142 Tempat terbatas hanya untuk 50 orang Nama-nama yang telah mendaftar akan dimuat secara berkala di milist http://groups.yahoo.com/group/rezaervani blog : http://rezaervani.blogspot.com Kerjasama dan Sponsorship Reza Ervani 0818648142 [EMAIL PROTECTED] - Ahhh...imagining that irresistible new car smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed]
[media-dakwah] CARA PEMBAGIAN WARISAN
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu, Afwan, mau Tanya ? 1. Bagaiman cara membagi warisan, dengan ahli waris 7 orang anak perempuan 2 orang anak laki-laki. 2.Kapan waktunya warisan dibagikan bolehkah selagi orang tuanya masih hidup, atau salah satunya meninggal atau harus meninggal ke dua-duanya (orang tuanya) terimakasih, Ali Hakim -- No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.446 / Virus Database: 269.5.5/769 - Release Date: 4/19/2007 5:56 PM [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[media-dakwah] Belajar Islam yang Benar
Belajar Islam yang Benar Assalamualaikum wr wb, Beberapa waktu lalu ada yang menanyakan, siapakah yang Islamnya paling benar? Jika ada harap japri ke dia. Menurut saya tidak ada manusia saat ini yang bisa mengklaim dia Islamnya paling benar. Tapi sebagai Muslim kita wajib mengakui bahwa Allah Maha Benar, Al Quran adalah benar, dan Muhammad Rasulullah juga benar. Kita juga harus yakin bahwa sumber agama Islam adalah Al Qur'an dan Hadits yang sahih (yang dloif/maudlu ditolak): Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An Nisaa:59] Sabda Rasulullah Saw: Aku tinggalkan padamu dua hal, yang tidak akan sesat kamu selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.(HR Ibnu 'Abdilbarri) Oleh karena dalam belajar Islam, kita harus mengetahui dalilnya. Misalnya jika ada orang yang bilang bahwa Islam itu terdiri dari Iman (Tauhid), Islam (Fiqih), dan Tasawuf, kita tidak bisa taqlid atau membebek begitu saja. Tanya apa dalilnya? Tanya surat Al Quran ayat berapa yang mendukung pernyataan itu. Jika tak ada, tanya hadits manakah (misalnya: HR Bukhari atau Muslim) yang memuat pernyataan itu. Tidak bisa kita membebek begitu saja: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. [Al Israa:36] Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. [At Taubah:31] Ayat di atas menjelaskan kesesatan kaum Yahudi dan Nasrani karena: mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal. Mereka mengikuti ulamanya tanpa dalil. Sehingga begitu para ulamanya menyatakan Yesus anak Tuhan atau mengadakan bidah, para ummatnya mengikuti begitu saja. Ulama mereka kan lebih alim. Begitu pikirannya. Kembali pada Tawasuf, di Al Quran mau pun hadits tidak ada disebut kata tasawuf. Bahkan kata Tasawuf itu sama sekali bukan berasal dari bahasa Arab. Dalil Tasawuf pun kebanyakan justru kisah-kisah/mimpi orang yang dianggap sufi atau wali yang sering bertentangan dengan ajaran Islam. Paham Tasawuf seperti Wihdatul Wujud (bersatunya manusia dengan Allah) itu menyesatkan. Al Hallaj mengaku sebagai Allah. Ana al Haq (Akulah Allah) begitu katanya. Demikian pula tokoh sufi lain seperti Syekh Siti Jenar yang mengaku sebagai Allah. Terakhir Ahmad Dhani, Dewa, dalam lagunya Satu berkata Aku ini adalah diriMu (Allah). Mungkin orang sufi berpendapat itu karena teramat dekatnya mereka dengan Allah sehingga sampai mengaku sebagai Allah. Padahal Nabi Muhammad SAW yang merupakan manusia sempurna dan paling dekat kepada Allah SWT tidak pernah sekalipun mengaku sebagai Allah. Bukankah Nabi dan ummat Islam selalu berkata Iyyaka na'budu (kepadaMu kami menyembah)? Itulah salah satu arogansi sufi. Mengaku Tuhan seperti Fir'aun. Al Hallaj dan Syekh Siti Jenar difatwa sesat dan dihukum mati oleh para ulama. Sufi Abu Yazid al-Bustami (meninggal diBistam,Iran,261 H/874 M.) Dia adalah pendiri tarekat Naqsyabandiyah. Mengaku berguru pada Imam Ja'far padahal dia baru lahir 40 tahun setelah Imam Ja'far meninggal dunia. Pada suatu waktu dalam pengembaraannya, setelah shalat Subuh Yazid Al-Bustami berkata kepada orang-orang yang mengikutinya,Innii ana Allah laa ilaaha illaa ana fa`budnii (Sesungguhnya aku ini adalah Allah,tiada Tuhan melainkan aku, maka sembahlah aku). Mendengar kata-kata itu, orang-orang yang menyertainya mengatakan bahwa al-Bustami telah gila.Menurut pandangan para sufi, ketika mengucapkan kata-kata itu,al-Bustami sedang berada dalam keadaan ittihad, suatu maqam (tingkatan) tertinggi dalam paham tasawuf. Al-Bustami juga pernah mengucapkan kata-kata,Subhani, subhani, ma a`dhama sya`ni (mahasuci aku,mahasuci aku, alangkah maha agungnya aku). Nah jika Nabi mengajarkan dzikir Subhanallahu (Maha Suci Allah), maka syekh Tasawuf mengajarkan dzikir Subhani (Maha Suci aku). Ini jelas kesombongan yang besar yang dibenci Allah: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. [Luqman:18] Al-Bustami juga berkata,Laisa fi al-jubbah illa Allah (tidak ada didalam jubah ini kecuali Allah). Itulah satu contoh kesesatan jika kita mempelajari ilmu agama yang
[media-dakwah] Pelajaran Berinfak
Pelajaran Berinfak 21 Apr 07 08:06 WIB Oleh Bayu Gawtama Semenjak kedua putri saya mengenal uang dan sedikit memahami nilai serta kegunaannya, sejak saat itulah saya mulai mengajarkan dua hal; menabung dan berinfak. Meski hanya beberapa jenis satuan mata uang saja yang dimengertinya, terutama untuk satuan di bawah lima ribu rupiah, menabung dan berifak semestinya memang menjadi kebiasaan untuk mereka. Dari dua kebiasaan yang sedang ditanamkan itu, hanya satu yang bisa dimengerti oleh kedua putri saya, yakni soal menabung. Ya, mereka mengerti betul bahwa menabung akan membuat ia memiliki uang yang cukup untuk membeli sesuatu. Misalnya, ketika mereka hendak membeli mainan tertentu dengan harga yang sedikit lebih mahal. Maka serta merta mereka akan menanyakan berapa jumlah tabungan yang ada, atau setidaknya langsung membuka penutup kaleng celengan miliki mereka masing-masing kemudian menghitungnya. Bagaimana dengan satu kebiasaan lagi? Tentang berinfak. Selama ini saya akui sedikit bingung untuk memberikan penjelasan yang bisa diterima logika sepasang anak di bawah usia enam tahun tentang manfaat berinfak. Baik, saya sudah mengajarkan dan mencontohkan langsung bagaimana berinfak, kepada siapa dan untuk apa berinfak. Tetapi pertanyaan-pertanyaan polos mereka membuat saya berkeyakinan bahwa mereka belum benar-benar mengerti tentang infak. Misalnya, pernah suatu kali saya mengajarkan langsung agar mereka memberikan sejumlah uang untuk anak yatim. Kemudian mereka berujar, Memang Ayahnya nggak kerja? Kok kita yang ngasih uang? Atau ketika seseorang yang kami persilahkan untuk makan di rumah kami, tiba-tiba saja putri kedua saya berseloroh polos, Memang ibunya di rumah nggak masak ya? Tentu saja kami harus meminta maaf teramat sangat kepadanya, khawatir perasaannya terluka oleh kalimat si kecil itu. Anak-anak tidak cukup memahami kalimat, Allah senang kalau kita bisa membantu orang lain atau terlebih kalimat, Berinfak itu, untungnya buat kita. Kita akan mendapatkan keuntungan berlipat ganda dengan berinfak. Meski kalimat-kalimat tersebut sudah saya ubah menjadi kalimat yang lebih pas dan lebih bisa dipahami untuk usia mereka, tetap saja kesimpulan mereka tidak berubah. Bahwa menabung lebih baik daripada berinfak. Dalam batas pikiran mereka, menabung sama dengan menyimpan dan mengumpulkan uang. Uangnya terlihat, tidak berkurang dan terus bertambah sehingga suatu saat bisa digunakan untuk membeli sesuatu yang diinginkan. Tetapi berinfak, mereka lebih melihatnya sebagai membuang uang, atau memberikan uang secara cuma-cuma kepada fakir miskin, pengemis, anak yatim atau kaum dhuafa (lemah) lainnya yang sangat membutuhkan. Anak-anak pun tidak mampu menangkap manfaat langsung dari berinfak. Misalnya ketika pada satu kesempatan mereka meminta sejumlah uang untuk jajan, kemudian saya bilang uangnya sudah habis, lantas mereka berkata, Tadi uangnya dikasih tukang minta-minta sih Nah, dalam perspektif mereka, berinfak itu merugikan. Setelah sekian lama, akhirnya saya mulai bisa menemukan sedikit cara memberikan pemahaman tentang berinfak kepada kedua putri saya. Suatu hari saya membelikan mereka mainan saat pulang dari kantor. Mereka sangat bahagia mendapatkan mainan itu, namun cukup kritis untuk bertanya, Katanya Abi nggak punya uang? Kok bisa beliin mainan? Di sinilah kesempatan pelajaran berinfak itu datang. Lalu saya mengajaknya berdialog, masih ingat nggak waktu teteh sama dede ngasih uang ke tukang minta-minta kemarin? mereka pun mengangguk. Nah, karena teteh dan dede sudah baik sama tukang minta-minta itu, Allah sayang sama kita. Uang yang Abi pakai untuk membeli mainan ini, hadiah dari Allah karena memberi uang untuk tukang minta-minta. Begitu seterusnya, setiap kali saya membelikan apapun untuk anak-anak. Selalu menjelaskan, bahwa ini hadiah dari Allah karena sudah berinfak. Hingga suatu hari, saya merasa mereka sudah mulai memahami ketika mendengar anak saya berkata, pasti hadiah dari Allah saat saya membawakan lagi sesuatu untuknya. Kemudian mereka pun mengingat-ingat, beberapa hari lalu baru saja memberi uang kepada petugas pengumpul infak masjid di jalan raya. *** Berinfak sesungguhnya pun menabung. Menabung, hanya sejumlah yang ditabunglah yang didapat. Tetapi berinfak, yang didapat kembali jauh lebih banyak dari yang kita berikan. Berinfak, tidak (hanya) berbunga, bahkan berbuah. Buahnya sangat manis untuk dinikmati, dan takkan pernah habis karena akan terus bertambah dan bertambah. (Gaw) http://www.eramuslim.com/atk/oim/7420140341-pelajaran-berinfak.htm - Ahhh...imagining that irresistible new car smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been
RE: [media-dakwah] Re: Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta
Assalamu'alaykum wr wb, Saya rasa tentang Dakwah Salafiyah sudah dikupas tuntas di Majalah Al-Furqon edisi Bulan Maret 2007 Untuk menambahi dari apa yg disampaikan Mbak Hana dan mbak Ica... Wassalamu'alaykum wr wb KETUT JUNAEDI _ From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of suhana032003 Sent: Monday, April 23, 2007 9:49 AM To: media-dakwah@yahoogroups.com Subject: [media-dakwah] Re: Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta oke dech mba ica..akupun malu mengaku2 sebagai murid seorang guru salaf, toch..kenyataannya aku nda sesopan mereka2, pada saat menanggapi komentar2 miring ttg salaf=:) mungkin karena aku terbiasa spontan dan ekspresi langsung pada saat menanggapi apa yg harus aku tanggapi. tapi guru2 salafku itu sopan sekali dan santai sekali dalam mejawab komentar2 miring pada salaf:) waktu pertama kali ngajar kita, mata sang guru selalu diarahkan ke langit2 atau ke jalan tanpa mau melihat ke arah kita sesekali. tapi saat itu juga diprotes sama kita2 yg suka jahil pak..kenapa bapak kalau lagi ngajar kita, matanya selalu ke atas..? ya..karena menjaga agar tidak terjadi hal2 yg menyebabkan maksiat.. jawabnya santai tapi bapak kaga sopan..?mosok kita didepan ngeliatnya ke atas sich..?berarti ilmu bapak belum cukup dong..untuk sekedar melihat kita dan tidak terjadi maksiat..hehehehe guruku hanya senyum2 saja waktu itu, mungkin sambil mikir kali ya..dah itu, mulai dech..sesekali berani liat2 ke arah kita pada saat ada yg bertanya..dan komentar salah seorang temanku yg ternyata kenal juga dengan guru ngajiku itu gini kalau sampai terjadi perubahan sama beliau, berarti hana harus tanggung jawab tuch..?! hehehe yg aku tahu..mereka sopan2 sekali, tidak spt aku yg suka ceplas ceplos seenaknya. ada salah satu guru salaf ku, baru dengar suaraku lewat telphon aja dah ketawa2 beliau, karena sebelumnya spt biasa beliau mancing2 lewat sms, dan beliau tahu sekali kalau aku nda puas langsung telphon dan disana beliau lagi ketawa2 dengerin reaksiku. sedangkan beliau nanggapinnya sopan dan halus banget. Padahal intinya..beliau mau mancing supaya bisa puas nasehatin dan kasih wejangan aja buatku biar aku telphon2. hehehe oke dech..aku juga nda berani mengaku2 salaf, karena ceplas ceplosku dan nda sopanku ini masih suka nda ke kontrol:) salam hana --- In media-dakwah@yahoogroups.com mailto:media-dakwah%40yahoogroups.com , Ica Harahap [EMAIL PROTECTED] wrote: namun kenyataannya..mba ica juga nda boleh..hanya karena diskusi mba ica dengan mereka yg katanya salafy lalu mba ica mempunyai penilaian bahwa spt itu lah salafy:) Makanya aku tuh nanya dulu tentang salafy lebih lanjut ke Bu Hana sebelum melakukan penilaian, gitu loh Buu Jadi pada saat ini sebenernya aku belum melakukan penilaian secara sepihak tapi aku tuh sedang mencari tau seperti apa ajaran salafy yang sebenernya... aku kutip lagi ya salah satu statementku : Mohon maaf, ga bermaksud menyinggung perasaan siapapun hanya ingin mencari tahu seperti apa ajaran Salafy yang sebenar-benarnya... Alhamdulillah jawaban secara lengkap dan cukup memuaskan aku dah dapet dari Pak Abu jum'at kemaren Pada akhirnya aku bisa menilai bagaimana cara dakwah Salafy sebenernya, siapa saja orang yang benar2 memahami dan menjalankan ajaran tersebut secara baik dan siapa saja orang yang cuma ngaku2 salafy tapi cara dakwahnya tidak seperti cara dakwah salafy yang sesungguhnya... gitu deh kira2... Ok, thanx buat Bu Hana dan Pak Abu yang telah menjawab rasa penasaranku... Jazakumullah... suhana032003 [EMAIL PROTECTED] wrote: hmm..aku ngerti, bahwa pertanyaan itu bukan ditujukan padaku, tapi kepada orang salafy yg mba ica temui kan..? namun kenyataannya..mba ica juga nda boleh..hanya karena diskusi mba ica dengan mereka yg katanya salafy lalu mba ica mempunyai penilaian bahwa spt itu lah salafy:) gini..jika aku memposisikan diriku sebagai seorang murid dari guru salaf, sesungguhnya aku sedang bicara atas nama seorang murid yg mempunyai guru salaf. hmm..jika mba ica boleh menilai salaf hanya karena diskusi dengan orang yg mengaku salaf, akupun boleh menolak bahwa tidak begitu dgn ajaran salaf. hmm..guru kami dalam satu pengajian mempunyai murid lebih kurang dari 20 orang. dari 20 orang itu, akan mempunyai pemahaman yg beraneka ragam, walaupun apa yg disampaikan oleh guru kita adalah sama. karena itu semua tergantung kemampuan individu dalam menerima pelajaran, maupun kemampuan tiap individu yg berbeda dalam menangkap penjelasan. begitupun dengan orang tua kita dalam mendidik anak2nya, walaupun apa yg diajarkan oleh ortu kita sama namun tetap saja, antara anak yg satu dgn yg lainnya pasti berbeda2. untuk urusan bid'ah memang salaf sangat menjaganya agar tidak jatuh ke dalam bi'ah, dan sangat tegas dengan ajaran2 yg membuat sunnah2 baru, yaitu dgn maksud menjaga kemurnian ajaran Rasulullah. dalam menetapkan hukumpun yg selalu diambil adalah dari al-qur'an dan
[media-dakwah] Re: Salafy
wa'alaykum salam wr.wb hmm..aku nda kenal dengan nama2 yg kamu sebutkan itu:) menurutku mungkin tegas aja dan bukan galak:) karena untuk hal2 yg menyalahi ajaran Rasulullah, spt biasanya orang2 salaf itu tegas sekali untuk melarang dan katakan tidak untuk sesuatu yg memang tidak boleh dikerjakan dan tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah dan sahabat. hmm..aku juga bermanis2 hanya pada sesama saudaraku yg muslim dan yg tidak sedang berusaha merusak ajaran Rasulullah:) tapi kalau sama orang kafir or musyrikin yg suka buat kerusakan dan mengatasnamakan islam, aku akan terlihat keras dan kasar sekali dimata mereka. karena benarlah firman Allah. karena memang begitulah sifat2 orang mukmin. (Al Fath: 29) Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. karena bagiku memang benarlah firman Allah yg mengatakan : (Al Mujaadilah : 22) Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan[1462] yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. karena sifat2 orang salaf itu tidak spt sifat2 orang tasawuf, yg suka berkasih sayang dengan para penentang Allah dengan dalih toleransi, walaupun jelas2 mereka menghina dan merusak islam, tapi bagi orang tasawuf, adalah kedamaian yg sebatas pandangan mata mereka yg dangkal sekali dan karena kebodohan mereka yg tidak membaca firman2 Allah akan tabiat orang kafir dan musyrikin. agar kita bersikap lunak dan mengikuti keinginan mereka, spt yg sudah banyak dilakukan oleh orang2 tasawuf terhadap orang2 kafir dan musyrikin selama ini. (Al Qalam: 9)Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu). dan kita juga tidak membaca firman Allah yg mengatakan : (Al Maa'idah:54) Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. Subhanallah..sesungguhnya maha benarlah segala firmanNya.. salam hana Haryanto (PSDM) [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu 'alaikum wr. wb. Mbak Hana gimana dengan Salafy-nya Luqman Baabduh, Umar As Sewed dll Karena saya bingung, mereka kok galak2 banget ya Coba deh mbak Hana masuk website-nya Salafy.or.id Terima kasih ya... mbak atas infonya Wassalamu 'alaikum wr. wb. - Ahhh...imagining that irresistible new car smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [media-dakwah] Re: Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta
Pengertian Salafi RasuluLlah SAW bersabda; Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian yang mengikuti mereka, kemudian mereka yang mengikuti mereka. Kemudian, setelah kamu ada orang-orang yang bersaksi tanpa diminta untuk melakukannya, mereka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersumpah dan tidak memenuhinya [Al Bukhari dan Muslim] Dengan tujuan untuk memahami apa yang dimaksud dengan istilah Salafi sangat penting untuk menjelaskan perbedaan antara istilah berikut; As salaf, As Salafiyyah dan As Salafi. 1. Kata As Salaf di cirikan pada sebuah era, dalam bentuk jamak disebut Al Aslaaf.Ayat dibawah ini menggunakan kata Salaf untuk pengerti secara tepat: Dan Firaun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat (nya)? Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)? Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya. Maka Firaun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut), dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian. [QS Al Zukhruf, 43, 51-56] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barang siapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu, sebagai had-ya yang di bawa sampai ke Kakbah, atau (dendanya) membayar kafarat dengan memberi makan orang-orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barang siapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa. [QS Al Maidah, 5: 95] Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). [QS An Nisaa, 4: 22] Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. [QS Al Baqarah, 2: 275] Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS An Nisaa, 4: 23] As Salaf secara bahasa adalah lawan dari khalaf yang berarti era sebelumnya dan sesudahnya. As Salaf terbagi menjadi dua era; -As Salafus Salih Ini adalah adalah golongan yang pertama dalam Ummat ini seperti Aadam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa (as) dan lainnya serta RasuluLlah Muhammad SAW beserta Shahabat-shahabatnya ra. -As Salafut Taalih Ini termasuk seperti Iblis dan Firaun sebagaimana Allah SWT menyebutkannya dalam Quran. 2. Istilah As Salafiyyah adalah karekteristik pada sebuah manhaj, pluralnya disebut salafiyun. Kata ini diambil dari kata kerja Salafa yang berarti apa saja yang telah selesai, telah berlalu atau yang telah dimulai. Istilah As Salafiyyah adalah sinonim dari apa yang disebut standar Islam (merujuk pada buku Standar Islam pada bab 1 oleh Syeikh Omar Bakri Muhammad) sebagaimana itu menujuk pada manhaj mengikuti Quran dan Sunnah berdasarkan dengan pemahaman Shahabah. As Salafiyyah adalah standard dan itu bukan suatu karakter kelompok atau seseorang,
[media-dakwah] Ulama Wajib Berpolitik
Ulama Wajib Berpolitik Dari Redaksi April 1st, 2007 Dulu di antara tradisi para ulama adalah mengoreksi dan mengawal penguasa untuk menerapkan hukum Allah. Mereka mengikhlaskan niat dan pernyataan mereka membekas di hati. Sebaliknya sekarang, terdapat penguasa yang tamak, namun ulama hanya diam. Andai mereka berbicara, pernyataannya berbeda dengan perbuatannya sehingga tidak mencapai keberhasilan. Kerusakan masyarakat itu adalah akibat kerusakan penguasa dan kerusakan penguasa itu adalah akibat kerusakan ulama. Kerusakan ulama adalah akibat digenggam cinta harta dan jabatan. Siapa saja yang digenggam oleh cinta dunia, niscaya dia tidak mampu menguasai ‘kerikilnya’; bagaimana lagi dapat mengingatkan penguasa dan para pembesar. (Al-Ghazali, Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn, VII/92). Subhânallâh! Berabad-abad yang lampau, Imam al-Ghazali telah mengingatkan kita tentang peran penting ulama dalam mengoreksi dan menjaga penguasa untuk menerapkan hukum-hukum Allah Swt. Sebagaimana kita ketahui, masyarakat dan negara yang tidak diatur oleh hukum Allah Swt. dipastikan akan menuai kehancuran. Dengan sangat jelas Allah Swt. berfirman (yang artinya): Telah nyata kerusakan (fasad) di daratan dan di lautan akibat ulah tangan manusia (QS ar-Rum [21]: 41). Dalam berbagai kitab tafsir disebutkan, yang dimaksud akibat ulah tangan manusia adalah akibat kemaksiatan mereka, sementara yang disebut maksiat adalah setiap pelanggaran terhadap hukum Allah Swt. Karena itu, masyarakat dan negara yang tidak melaksanakan hukum Allah Swt. akan menuai kehancuran. Hanya oleh negaralah hukum-hukum Allah Swt. bisa dilaksanakan seluruhnya. Tanpa penerapan syariah Islam oleh negara, umat Islam akan dikuasai oleh para penguasa zalim; umat tidak bisa lagi diurus secara benar; umat pun tidak lagi memiliki penjaga yang benar-benar melindunginya. Kehancuran itu akan terjadi kalau ulama hanya diam tidak melakukan koreksi terhadap penguasa yang menyimpang. Seperti yang disebut oleh Imam al-Ghazali di atas, kalau penguasa menyimpang, masyarakatnya pasti akan hancur. Tugas mengoreksi penguasa ini memang berat. Tugas ini bisa menuai penderitaan berupa tindakan kejam dari penguasa. Namun, tugas ini sangat mulia. Rasulullah saw. bahkan menyebut aktivitas mengoreksi penguasa ini sebagai afdhal al-jihâd (jihad yang paling utama): اَفْضَلُ اْلجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ Jihad yang paling utama adalah menyatakan keadilan (menyampaikan kebenaran) di hadapan penguasa jahat. (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi). Aktivitas mengoreksi penguasa agar hukum Allah tetap terjaga dan terpelihara jelas aktivitas politik. Bahkan inilah aktivitas politik sejati dalam pandangan Islam, yakni aktivitas politik yang berporos pada upaya pengaturan urusan-urusan umat dengan syariah Islam. Aktivitas politik sejati ini, yakni mengatur urusan umat, adalah aktivitas utama para nabi, termasuk Rasulullah saw., dan para Khalifah penerus Beliau, sebagaimana sabda Beliau:«كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ اْلأَنْبِيَاءُ. كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ, وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ فَتَكْثُرُ. Dulu Bani Israel diurusi oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, ia digantikan oleh nabi yang lain. Namun, sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku. Yang ada adalah para khalifah dan mereka banyak. (HR Muslim). Jadi, jelaslah bagi kita, bahwa politik (sâsa-yasûsu-siyâsat[an]) dalam pengertian sejatinya—yakni mengatur urusan-urusan umat berdasarkan syariah Islam—adalah wajib. Politik sejati ini akan terbengkalai kalau para ulama mendiamkan para penguasa yang mengabaikan rakyat. Karena itu, mengoreksi penguasa—yang merupakan bagian terbesar dari aktivitas amar makruf nahi mungkar—menjadi wajib pula hukumnya. Kewajiban ini dipertegas oleh Rasulullah saw. melalui sabdanya: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ Demi Zat Yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, kalian harus melakukan amar makruf nahi mungkar atau Allah akan menimpakan azab atas kalian, kemudian kalian berdoa kepada-Nya, lalu doa kalian tidak akan dikabulkan. (HR at-Tirmidzi). Dengan demikian, upaya memisahkan ulama dan politik jelas merupakan upaya memperlemah umat dan negara. Inilah justru yang merupakan strategi penting penjajah. Dengan ide sekularismenya, mereka memisahkan agama—termasuk ulamanya—dari politik. Sebab, mereka sangat tahu persis, kalau ulama berpolitik, umat akan terjaga, karena para penguasa ada yang mengoreksi. Politik yang dimaksud di sini tentu adalah politik sejati yang didasarkan pada pelaksanaan seluruh hukum Allah Swt. dalam mengatur urusan umat, bukan politik kotor. Politik kotor justru menjadikan ulama sebatas makelar politikus jahat, sekadar sebagai vote getter bagi para penguasa jahat, dan hanya menjadi alat legitimasi kejahatan
[media-dakwah] Merindukan Ulama Pewaris Nabi
Merindukan Ulama Pewaris Nabi Fokus April 1st, 2007 M. Amien Rais, dalam Cakralawa Islam, (1999) memberikan contoh kecil sikap ulama yang menganggap politik tidak harus dikaitkan dengan moralitas. Suatu saat, ia bertanya kepada seseorang yang dikenal sebagi kiai-politikus tentang kepindahannya dari satu parpol ke parpol yang lain. Jawabannya ternyata mengejutkan. Katanya, politik itu merupakan urusan dunia yang hanya main-main dan permainan saja; sambil mengucapkan dengan fasih firman Allah Swt.: Wa mâ hadzihi al-hayât ad-dunyâ illâ lahw[un] wa lâ'ib[un] (Tiadalah kehidupan dunia ini kecuali main-main dan permainan belaka) (QS al-Ankabut [29]: 64). Cerita kecil ini merupakan salah satu cerminan pandangan yang menyedihkan dari sebagian ulama. Secara tidak sadar, sang ulama sebenarnya sudah terjebak dengan pemikiran sekular, yang memisahkan agama dari kehidupan politik. Jadilah politik menjadi kehilangan pedoman. Prinsip asal meraih kekuasaan; mempertahankan kekuasaan menjadi lebih dominan dibandingkan dengan prinsip mengurus rakyat berdasarkan syariah. Jebakan sekularisme ini juga bisa tampak dari pandangan beberapa ulama yang justru menghindar sama sekali dari dunia politik. Muncul anggapan bahwa politik itu kotor, sementara agama itu bersih; tidak pantas ulama memasuki dunia kotor seperti itu. Ulama seharusnya ada di masjid, pesantren dan majelis taklim. Kajian politik-seperti mengoreksi kebijakan penguasa yang membuat rakyat menderita atau intervensi asing yang mengancam negara-di masjid-masjid atau di majelis-mejelis taklim pun dianggap mengotori agama. Islam akhirnya disempitkan sebatas moralitas (akhlak) atau ibadah ritual seperti shalat, zakat, shaum atau haji. Yang lebih menyedihkan, ulama seperti ini justru akrab dengan penguasa tanpa memberikan kritik terhadap kezalimannya. Jadilah sang ulama menjadi sebatas 'tukang doa' bagi penguasa, yang secara tidak langsung memberikan legitimasi terhadap kezalimannya. Sistem sekular yang diadopsi oleh negara selama ini berperan besar mengkerdilkan peran ulama. Pendapat ini antara lain dilontarkan oleh MR Kurnia dari Lajnah Siyasiyah HTI. Menurutnya, selama ini ulama dipisahkan dari peran politiknya. Selama 350 tahun masa penjajahan, ditambah lebih dari 60 tahun pasca kemerdekaan, Islam dan ulama dimarjinalkan. Dimunculkanlah anggapan bahwa politik itu kotor. Padahal politik Islam itu jernih dan mulia karena mengurusi urusan rakyat dengan syariah, tegasnya. Sistem sekular juga telah membuat ulama menjadi semacam 'tukang cuci'. Kalau ada kesalahan yang dilakukan oleh masyarakat atau pejabat, akhlak yang rusak, yang disalahkan ulama. Padahal penyebabnya justru karena penerapan sistem sekular dan pejabat yang tidak amanah. Bagaimana mungkin menyalahkan ulama atau agama, sementara aturan agama dicampakkan dan ulama dimarjinalkan? Yang harus diisalahkan justru adalah sistem sekularnya, tegas Kurnia. Terang saja fatwa ulama atau nasihat ulama tidak cukup untuk menyelesaikan persoalan karena tidak memiliki kekuatan hukum. Jadilah nasihat atau fatwa sekedar pilihan, bisa dipakai atau dibuang sesuai dengan kepentingan penguasa. Selama hukumnya bukan berdasarkan syariah Islam, fatwa atau pendapat yang berdasarkan syariah Islam tidak akan dipakai, yang ada adalah asas manfaat, lanjut Kurnia. Sayangnya, ulama yang terjun ke politik pun tidak mencerminkan aktivitas politik Islam yang sebenarnya. Alih-alih membawa perubahan dalam sistem politik, sang ulama justru terseret arus; berprilaku tidak jauh berbeda dengan politisi sekular lainnya. Kondisi seperti ini semakin menyebabkan ulama kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Muncullah kemudian pernyataan yang salah, Begitulah kalau ulama terjun ke politik. Seharusnya ulama itu ngurus pesantren atau masjid saja. Di sisi lain, ulama tidak jarang dipakai oleh penguasa untuk membenarkan tindakannya atau dimanfaatkan politisi untuk meraih suara. Setiap menjelang Pemilu atau Pilkada ulama dibujuk dengan tawaran kekuasaan atau harta untuk mendukung calon tertentu. Memang, ada yang menolak tawaran ini, namun banyak juga yang menerimanya tanpa melihat apakah sang calon pantas dipilih berdasarkan syariah Islam atau tidak. Tragisnya, setelah mereka terpilih, sang ulama pun ditinggalkan. Pihak asing juga memanfaatkan peran ulama. Ulama tertentu dipakai untuk menyuarakan kepentingan dan kebijakan asing. Mereka banyak dilibatkan untuk menyuarakan liberalisasi ajaran Islam. Ilmu ulama kemudian dipakai untuk memutarbalikkan ayat al-Quran agar sejalan dengan kepentingan Barat. Muncullah pendapat dari sang ulama yang tidak lebih merupakan corong asing seperti, tidak ada negara Islam, atau negara tidak wajib menerapkan syariah Islam, dll. Pikiran-pikiran sekular ini kemudian dihiasi dengan ayat-ayat al-Quran ataupun hadis sehingga seakan-akan berasal dari Islam. Dalam perang melawan terorisme yang merupakan agenda AS, ulama pun dipakai. Dengan memfaatkan