Agar Amalan Kita Diterima di Sisi Alloh
Penulis: Ustadz Abu Abdirrahman Abdullah Zaen, Lc.
(Mahasiswa S2 Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia)

Dalam suatu ayat, Alloh subhanahu wa ta'ala bercerita tentang keadaan hari 
kiamat:

???? ??????? ??????? ???????????? {1} ?????????????????? ????????? {2} 
????????? ?????????? {3} ??????? ??????????????? {4} ??????? ???? 
??????????????? {5} ?????? ?????? ??????? ?????? ??? ??????? {6} ??????????? 
???????????? ??? ???? 

"Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan?. Banyak muka pada 
hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat 
panas (neraka), diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. Mereka 
tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, yang tidak 
menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar" (QS Al Ghasyiyah: 1-7)

Ayat-ayat tersebut di atas merupakan cerita tentang kondisi sebagian penghuni 
neraka di hari akhirat nanti. Ternyata bukan semua penghuni neraka adalah 
orang-orang di dunianya kerjaannya cuma gemar berbuat maksiat, kecanduan 
narkoba, suka main perempuan dan lain sebagainya. Akan tetapi ternyata ada juga 
di antara penghuni neraka yang di dunianya rajin beramal, bahkan sampai dia 
kelelahan saking berat amalannya. Ini tentunya menimbulkan kekhawatiran yang 
amat besar dalam diri masing-masing kita, jangan-jangan kita termasuk yang 
sudah beramal banyak tapi nantinya termasuk ke dalam golongan yang disebut oleh 
Alloh subhanahu wa ta'ala di dalam awal surat Al Ghasyiyah tersebut di atas.

Jadi, untuk menghilangkan rasa cemas itu, kita perlu mengetahui mengapa 
orang-orang yang disebutkan dalam ayat di atas sudah beramal tapi malah 
ganjarannya neraka? Bagaimanakah model amalan mereka?

Dengan mengkaji penjelasan para ulama terhadap ayat ini (Lihat: Majmu' 
Al-Fatawa li Syaikhil Islam XVI:217, dan Shaid al-Khatir karya Ibn al-Jauzi 
I:373) kita bisa mengetahui bahwa ternyata rahasia kesialan mereka adalah 
karena mereka beramal tapi tidak memenuhi syarat-syarat diterimanya amalan.

Merujuk kepada dalil-dalil dari Al Quran dan Al Hadits kita bisa menemukan 
bahwa syarat pokok diterimanya amalan seorang hamba ada dua: 

  1.. Ikhlas karena Alloh subhanahu wa ta'ala.
  2.. Mengikuti tuntunan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam.
Dua syarat ini disebutkan dengan jelas dalam akhir surat al-Kahfi:

(?????? ????? ???????? ??????? ??????? ???????????? ??????? ???????? ???? 
???????? ??????????? ??????? ???????) 

?  "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaklah ia 
mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam 
beribadat kepada Rabb-nya". (QS Al Kahfi: 110) 

Oleh karena itu Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini berkata, "Dua hal 
ini merupakan dua rukun amal yang diterima. (Jadi suatu amalan) harus ikhlas 
karena Alloh dan sesuai dengan syari'at Rasulullah shalallahu 'alaihi wa 
sallam" (Lihat: Mudzakkirah fil 'Aqidah, karya Dr. Shalih bin Sa'ad as-Suhaimy, 
hal: 9-12).

Mari kita mulai mempelajari bersama, syarat pertama diterimanya suatu amalan, 
yaitu syarat ikhlas karena Alloh ta'ala. Maksudnya adalah: seseorang hanya 
mengharapkan ridho Alloh dari setiap amalannya, bersih dari penyakit riya' 
(ingin dilihat orang lain) dan sum'ah (ingin didengar orang lain), tidak 
mencari pujian dan balasan melainkan hanya dari-Nya. Pendek kata seluruh amalan 
yang ia kerjakan hanya ditujukan kepada Alloh subhanahu wa ta'ala semata, dan 
ini merupakan inti ajaran aqidah yang dibawa oleh seluruh nabi dan rasul 
rodhiallohu 'anhum. (Lihat: Mudzakkirah fil 'Aqidah, karya Dr. Shalih bin Sa'ad 
as-Suhaimy, hal: 10)

Orang yang tidak mengikhlaskan amalannya untuk Alloh subhanahu wa ta'ala, tidak 
hanya mengakibatkan amalannya ditolak oleh Alloh, tapi juga kelak dia akan 
disiksa di neraka. Mari kita simak bersama hadits berikut ini:

Suatu hari ketika Syufay al-Ashbahani memasuki kota Madinah, tiba-tiba dia 
mendapati seseorang yang sedang dikerumuni orang banyak, maka dia pun bertanya, 
"Siapakah orang ini?". Mereka menjawab, "Ini adalah Abu Hurairah sahabat Nabi 
shalallahu 'alaihi wa sallam". Maka Syafi-pun mendekat hingga dia duduk di 
hadapan Abu Hurairah, yang saat itu dia sedang menyampaikan hadits-hadits Nabi 
shalallahu 'alaihi wa sallam kepada para hadirin. Ketika selesai dan hadirin 
telah meninggalkan tempat, Syufay berkata, "Sebutkanlah untukku sebuah hadits 
yang engkau dengar langsung dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dan 
amat engkau hafal dan engkau pahami". Abu Hurairah menjawab, "Baiklah, akan 
kuceritakan padamu suatu hadits yang aku dengar langsung dari Rasulullah 
shalallahu 'alaihi wa sallam dan amat aku pahami". Saat Abu Hurairah akan 
menyebutkan hadits itu tiba-tiba beliau tidak sadarkan diri untuk beberapa 
saat. Ketika siuman dia kembali berkata, "Baiklah, akan kuceritakan padamu 
suatu hadits yang aku dengar langsung dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa 
sallam dan amat aku pahami". Tiba-tiba Abu Hurairah tidak sadarkan diri lagi 
untuk beberapa saat. Ketika siuman dia kembali berkata, "Baiklah, akan 
kuceritakan padamu suatu hadits yang aku dengar langsung dari Rasulullah 
shalallahu 'alaihi wa sallam di rumah ini, saat itu kami hanya berdua dengan 
beliau shalallahu 'alaihi wa sallam". Tiba-tiba Abu Hurairah tidak sadarkan 
diri lagi untuk beberapa saat. Ketika siuman dia mengusap wajahnya dan berkata, 
"Baiklah, akan kuceritakan padamu suatu hadits yang aku dengar langsung dari 
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam di rumah ini, saat itu kami hanya 
berdua dengan beliaushalallahu 'alaihi wa sallam". Tiba-tiba Abu Hurairah tidak 
sadarkan diri lagi dalam waktu yang cukup panjang, hingga Syafipun menyandarkan 
Abu Hurairah ke tubuhnya, sampai beliau siuman. Ketika sadar beliau berkata, 
"Suatu saat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadaku:

((?? ???? ????? ? ????? ??? ??? ??? ??????? ??? ??? ?????? ????? ????? ? ?? ??? 
????? ???? ?? ???? ?? ??? ??? ?????? ???? ???? ?? ???? ???? ???? ???? ??? ????? 
???????: ??? ????? ?? ????? ??? ????? ? ???: ??? ?? ??, ???: ????? ???? ???? 
?????, ???: ??? ???? ?? ????? ????? ? ???? ??????, ????? ???? ??: ????, ????? 
????????: ????, ????? ????: ?? ???? ?? ????: ???? ????? ??? ???. ????? ????? 
????? ????? ????: ??? ???? ???? ??? ?? ???? ????? ??? ????, ???: ???, ???: 
????? ???? ???? ??????, ???: ??? ??? ????? ? ?????, ????? ????: ????, ????? 
????????: ????, ????? ????: ?? ???? ?? ???? ???? ???? ??? ??? ???. ????? ????? 
??? ?? ???? ???? ????? ??: ??? ?????, ?????: ???? ??????? ?? ????? ?????? ??? 
????, ????? ????: ????, ????? ????????: ????, ? ???? ???? ?? ? ?? ??: ?? ???? 
?? ???? ???? ???? ??? ??? ???, ?? ??? ???? ???? ??? ???? ???? ???? ??? ????? 
????: ?? ??? ????? ????? ??????? ??? ??? ???? ???? ??? ????? ??? ???????)).

"Sesungguhnya pada hari kiamat nanti Alloh subhanahu wa ta'ala akan turun 
kepada para hamba-Nya untuk mengadili mereka, dan saat itu masing-masing dari 
mereka dalam keadaan berlutut. Lantas yang pertama kali dipanggil oleh-Nya 
(tiga orang): Seorang yang rajin membaca Al Quran, orang yang berperang di 
jalan Alloh dan orang yang hartanya banyak. Maka Alloh pun berkata kepada si 
qori', "Bukankah Aku telah mengajarkan padamu apa yang telah Aku turunkan 
kepada Rasul-Ku?" Si qori' menjawab, "Benar ya Alloh". Alloh kembali bertanya, 
"Lantas apa yang telah engkau amalkan dengan ilmu yang engkau miliki?" Si Qori 
menjawab, "Aku (pergunakan ayat-ayat Al Quran) yang kupunyai untuk dibaca dalam 
shalat di siang maupun malam hari" serta merta Alloh berkata, "Engkau telah 
berdusta!". Para malaikat juga berkata, "Engkau dusta!" Lantas Alloh berfirman, 
"Akan tetapi (engkau membaca Al Quran) agar supaya engkau disebut-sebut qori'! 
Dan (pujian) itu telah engkau dapatkan (di dunia)". Kemudian didatangkanlah 
seorang yang kaya raya, lantas Alloh berfirman padanya, "Bukankah telah 
Kuluaskan (rizki)mu hingga engkau tidak lagi membutuhkan kepada seseorang?". 
Dia menyahut, "Betul". Alloh kembali bertanya, "Lantas engkau gunakan untuk apa 
(harta) yang telah Kuberikan padamu?". Si kaya menjawab, "(Harta itu) aku 
gunakan untuk silaturrahmi dan bersedekah". Serta merta Alloh berkata, "Engkau 
dusta!". Para malaikat juga berkata, "Engkau dusta!". Lalu Alloh berfirman, 
"Akan tetap engkau ingin agar dikatakan sebagai orang yang dermawan!. Dan 
(pujian) itu telah engkau dapatkan (di dunia)". Lantas didatangkan orang yang 
berperang di jalan Alloh, kemudian dikatakan padanya, "Apa tujuanmu 
berperang?". Orang itu menjawab, "(Karena) Engkau memerintahkan untuk berjihad 
di jalan-Mu, maka aku pun berperang hingga aku terbunuh (di medan perang)". 
Serta merta Alloh berkata, "Engkau dusta!". Para malaikat juga berkata, "Engkau 
dusta!". Lalu Alloh berfirman, "Akan tetap engkau ingin agar dikatakan engkau 
adalah si pemberani!. Dan (pujian) itu telah engkau dapatkan (di dunia)". 
Lantas Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam menepuk lututku sambil berkata, 
"Wahai Abu Hurairah, mereka bertiga adalah makhluk Alloh yang pertama kali yang 
dikobarkan dengannya api neraka di hari kiamat" (HR. Ibnu Khuzaimah dalam kitab 
Shahihnya IV:115, no: 2482, Ibnu Hibban juga dalam kitab Shahihnya II:135, no: 
408. Al-Hakim dalam al-Mustadrak 1/415 berkata, "Isnadnya shahih" dan 
disepakati oleh adz-Dzahaby dan Al Albani)

Meskipun masing-masing dari mereka bertiga memiliki amalan yang banyak, akan 
tetapi justru dimasukkan oleh Alloh ke dalam neraka pertama kali, itu semua 
gara-gara amalan mereka tidak ikhlas karena Alloh subhanahu wa ta'ala. Semoga 
kita semua termasuk orang-orang yang dikaruniai Alloh keikhlasan dalam setiap 
amalan. Amien.

Berhubung ibadah haji juga merupakan suatu amalan shalih yang sangat agung, 
bahkan merupakan rukun Islam yang kelima, maka kita pun dituntut untuk ikhlas 
dalam mengamalkannya, semata-mata mengharap ridho Alloh subhanahu wa ta'ala. 
Hal ini perlu untuk senantiasa ditekankan, karena diakui atau tidak, masih ada, 
atau bahkan mungkin masih banyak orang-orang yang berangkat haji dengan niat 
yang dicemari oleh kepentingan-kepentingan duniawi. Ada dari mereka yang 
berhaji supaya setelah pulang nanti dipanggil pak haji atau bu haji, hingga 
jika suatu saat ada tetangga yang lupa ketika memanggil dengan tidak 
menyebutkan pak haji, dia pun tidak mau menoleh. Ada yang berhaji dengan tujuan 
untuk memperlancar rencana dia untuk meraih kursi di pemerintahan. Ada yang 
berhaji dengan tujuan agar disegani oleh rekan bisnisnya, dan masih banyak 
tujuan-tujuan duniawi lain yang bisa mengotori niat ibadah haji seseorang. 
Kalau kotoran-kotoran tersebut tidak segera kita bersihkan dari diri kita maka 
niscaya usaha kita menabung puluhan tahun agar bisa berhaji akan sia-sia!. Kita 
hanya akan pulang dengan membawa rasa penat dan letih!. Kita hanya akan pulang 
dengan tangan hampa! Dan yang lebih menyedihkan dari itu semua, apa yang Alloh 
ceritakan di dalam ayat di bawah ini:

(??????????? ????? ??? ???????? ???? ?????? ????????????? ??????? ??????????)

"Dan Kami datang kepada amalan yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu 
(bagaikan) debu yang beterbangan" (QS Al Furqan: 23)

Maka, jika ada di antara kita yang masih mengotori niatnya dalam berhaji dengan 
kotoran-kotoran duniawi, mari kita bersihkan kotoran-kotoran tersebut dari 
sekarang agar kelak kita tidak menyesal. Juga kita berusaha mempelajari 
nilai-nilai keimanan yang terkandung di dalam ibadah haji kita, agar ibadah 
yang agung ini tidak terasa hambar, dan agar ibadah haji yang kita kerjakan ini 
semakin memperkuat akidah kita.

Sepengetahuan kami, buku terbaik yang ditulis untuk mengungkap rahasia 
keterkaitan ibadah haji dengan fondasi agama Islam, yakni akidah, adalah buku 
yang berjudul "Pancaran Nilai-Nilai Keimanan dalam Ibadah Haji" (Judul aslinya 
dalam bahasa Arab, "Durus 'Aqadiyah Mustafadah Minal Hajj", yang kemudian 
diterjemahkan dan diringkas lalu kami beri judul dengan judul di atas), yang 
ditulis oleh Syaikh. Prof. Dr. Abdurrozaq bin Abdul Muhsin al-'Abbad al-Badr, 
salah seorang dosen pasca sarjana di Universitas Islam Madinah. Maka kami 
melihat bahwa seharusnya setiap jamaah haji berusaha untuk membaca buku ini 
sebelum berhaji, agar dia bisa berhaji dengan mantap.

Adapun syarat yang kedua agar amalan kita diterima adalah: Mengikuti tuntunan 
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Artinya: Amalan yang kita kerjakan 
untuk mendekatkan diri kita kepada Alloh subhanahu wa ta'ala harus sesuai 
dengan apa yang diterangkan oleh Alloh dan oleh Rasul-Nya shalallahu 'alaihi wa 
sallam. Sebab agama kita yang mulia ini telah disempurnakan oleh Alloh 
subhanahu wa ta'ala sebelum Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam memejamkan 
kedua matanya untuk selama-lamanya. Maka agama kita ini sama sekali tidak 
membutuhkan kepada seseorang untuk menambah sesuatu ke dalamnya, ataupun 
menguranginya.

Alloh subhanahu wa ta'ala telah berfirman:

(????????? ?????????? ?????? ????????? ???????????? ?????????? ????????? 
????????? ?????? ??????????? ??????) 

"Pada hari ini telah telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah 
Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi 
agama bagi kalian". (QS Al Maaidah: 3)

Banyak sekali ayat-ayat Al Quran dan hadits-hadits Nabi shalallahu 'alaihi wa 
sallam yang memerintahkan kita untuk mengikuti Rasulullah shalallahu 'alaihi wa 
sallam, serta memperingatkan kita agar tidak membuat hal-hal yang baru dalam 
agama, yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa 
sallam. Di antaranya adalah firman Alloh:

(???? ???? ???????? ?????????? ??????? ?????????????? ???????????? ??????? 
?????????? ?????? ??????????? ????????? ??????? ???????)

"Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kalian (benar-benar) mencintai Alloh 
hendaklah kalian mengikutiku, niscaya Alloh akan mencintai kalian dan 
mengampuni dosa-dosa kalian. Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha 
Penyayang".(QS Ali Imran: 31)

Dan sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam:

(????? ????? ???? ??????? ???????? ???????? ?? ????, ???? ????? ????????, 
?????? ??????? ??????, ??? ?? ????? ????, ??? ???? ?????, ??? ????? ?? ?????)

"Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunahku dan sunnah para khalifah 
ar-rasyidin (yang diberi petunjuk) sesudahku, gigitlah dengan gigi geraham 
kalian, dan hati-hatilah dari setiap perkara yang baru (dalam agama), karena 
sesungguhnya perkara yang baru (dalam agama) adalah bid'ah, dan setiap bid'ah 
adalah sesat, dan setiap kesesatan adalah di neraka" (HR. At-Tirmidzi IV:149 
dan Ibnu Majah II:1025)

Dalam hadits lain Beliau shalallahu 'alaihi wa sallam memperingatkan,

(?? ???? ?? ????? ??? ?? ??? ??? ??? ??) ???? ????

"Barang siapa yang membuat hal-hal yang baru di dalam perkara (agama) ini yang 
bukan merupakan bagian darinya, maka amalan itu akan tertolak" (HR Bukhari 
III:241 dan Muslim V:132)

Ayat-ayat dan hadits-hadits tersebut di atas telah menegaskan akan wajibnya 
mengikuti tuntunan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dalam beramal. 
Barang siapa yang beramal tidak sesuai dengan tuntunan Beliau shalallahu 
'alaihi wa sallam maka amalannya akan ditolak alias tidak diterima, meskipun 
amalannya besar, meskipun amalan itu telah membudaya di kalangan kaum muslimin 
ataupun amalan tersebut kelihatannya menurut kaca mata sebagian orang baik. 
Pendek kata yang harus dijadikan barometer untuk menilai baik tidaknya suatu 
amalan bukanlah akal manusia, akan tetapi setiap amalan harus di timbang dengan 
timbangan syariat; Al Quran dan Al Hadits. Apa yang sesuai dengan keduanya kita 
kerjakan, dan apa yang tidak sesuai kita tinggalkan. Inilah jalan seorang 
muslim yang sejati.

Di zaman kita ini telah menjamur di kalangan sebagian masyarakat amalan-amalan 
yang dianggap ibadah, padahal sama sekali tidak pernah dikerjakan oleh 
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam maupun para sahabatnya. Apakah mereka 
lebih paham tentang agama Islam daripada Rasulullah shalallahu 'alaihi wa 
sallam dan sahabatnya? Ataukah mereka telah memiliki tuntunan yang berbeda 
dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dan 
para sahabatnya?

Maka marilah mulai detik ini kita kembali mengoreksi amalan-amalan yang selama 
ini kita kerjakan, sudahkah amalan kita sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh 
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam? Sudahkah kita mempelajari bagaimana 
cara Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam sholat? Sudahkah kita mempelajari 
bagaimana cara Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam berhaji? Ketahuilah 
bahwa beliau shalallahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan,

(???? ??? ???????)

"Ambillah oleh kalian manasik haji dariku" (HR Muslim no: 1297)

Berkaitan dengan masalah sholat, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan,

(???? ??? ???????? ????)

"Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat" (HR Bukhari no: 631)

Dengan merealisasikan dua syarat ini yakni ikhlas dan mengikuti tuntunan 
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam niscaya amalan kita akan diterima, dan 
kita akan termasuk golongan yang diceritakan oleh Alloh ta'ala dalam firman-Nya,

?????????????????? ?????????? {8} ??????????? ????????? {9} ??? ??????? 
????????? 

"Banyak muka pada hari itu berseri-seri, mereka senang karena amalannya, dalam 
surga yang tinggi" (QS Al Ghasyiyah: 8-10)

Wallohu ta'ala a'lam, wa shallallohu 'ala nabiyyina muhammadin wa 'ala alihi wa 
shahbihi ajma'in. Selamat berhaji, semoga mabrur. Amien. 

Dipersembahkan oleh:
Tim Mahasiswa Indonesia Universitas Islam Madinah, PO Box: 10234 Madinah KSA

 Sumber : www.muslim.or.id



[Non-text portions of this message have been removed]






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Great things are happening at Yahoo! Groups.  See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke