http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=14
Makna Istikomah

Oleh : Muhammad Bajuri


Allah SWT berfirman, ''Istikomahlah kamu sebagaimana engkau telah
diperintahkan.'' (QS Hud [11]:112). Sasaran ayat ini bukan hanya Rasulullah
SAW, tetapi seluruh hamba-Nya. Sebab, istikamah adalah kunci pembuka
kemuliaan. Bahkan sebagian ulama menempatkan istikomah pada tingkatan
puncak dari tangga pendakian seorang hamba menuju kesempurnaan makrifat,
kebeningan hati, dan kemurnian akidah.

Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqafi berkata, ''Wahai Rasulullah SAW, katakanlah
suatu perkataan kepadaku tentang Islam, sehingga aku tidak perlu lagi
bertanya kepada siapapun selain engkau.'' Beliau bersabda, ''Katakan aku
beriman kepada Allah SWT, lalu istikomahlah.'' (HR Ahmad).

Konsep istikomah tidak sesederhana seperti yang sering dipahami selama ini.
Istikomah seringkali diidentikkan dengan kontinyuitas sebuah amal. Al
Qurthubi menyatakan bahwa ayat istikomah (QS Hud:112) telah membuat rambut
Nabi Muhammad SAW beruban.

Diceritakan bahwa Abi Ali Asy-Syanawi mengaku pernah melihat Rasulullah SAW
dalam mimpi. Dia kemudian bertanya, ''Wahai Rasulullah SAW, ada sebuah
riwayat darimu bahwa engkau pernah berkata, Surat Hud telah membuat kepala
beruban.'' Beliau menjawab, ''Benar.'' Asy Syanawi bertanya kembali, ''Ayat
apakah yang membuat rambutmu beruban, apakah ayat yang menceritakan tentang
kisah-kisah para Nabi atau kehancuran umat terdahulu?'' Beliau bersabda,
''Tidak, tetapi disebabkan ayat yang berbunyi, 'istikomahlah kamu
sebagaimana engkau telah diperintahkan'.'' (Muhammad bin Allan Ash Shadiqi,
Dalil Al Falihin, I/282).

Secara bahasa, kata istikomah merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari
kata istaqama, yastaqimu yang artinya lurus, teguh, dan konsisten. Namun,
pengertian secara bahasa ini belumlah cukup untuk mewujudkan istikomah
sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT. Oleh karena itu, ulama tasawuf
mendefinisikan bahwa istikomah adalah bersikap konsisten terhadap pengakuan
iman dan Islam, serta dengan tulus mengabdikan diri kepada Allah SWT untuk
mengharapkan ridha-Nya di dunia dan akhirat.

Dari sekian banyak definisi yang dikemukakan para ulama, dapat dipahami
bahwa dalam beristikamah ada dua hal pokok yang harus dipenuhinya. Pertama,
beriman kepada Allah SWT. Kedua, mengikuti risalah yang dibawa oleh
Rasulullah SAW, baik secara lahir maupun batin. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa orang yang istikomah adalah orang yang bisa
mengaktualisasikan nilai keimanan, keislaman, dan keihsanan dalam dirinya
secara total.

Meski untuk bisa mencapai tingkatan istikomah itu terasa amat sulit, namun
kita harus tetap berusaha dan ber-munajah semampu kita. Sebab, seperti
dikatakan Ibnu Katsir dalam menjelaskan ayat istikomah (QS Hud:112) ini,
bahwa istikomah merupakan media yang paling baik untuk mendapatkan
pertolongan Allah SWT dalam menghadapi berbagai kesulitan duniawi. Wallahu
a'lam.




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke