----- Original Message -----
From: Ahmad Ridha
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, May 22, 2006 5:28 PM
Subject: [semenit] Fwd: Metode berdakwah yang diridloi Allah Ta'ala
---------- Forwarded message ----------
From: aku_raji <[EMAIL PROTECTED]>
Date: May 21, 2006 4:03 AM
Subject: Metode berdakwah yang diridloi Allah Ta'ala
Metode berdakwah yang diridloi Allah Ta'ala
Penulis: Al Ustadz Muhammad Afifuddin
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا
أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ ;
Katakanlah (hai Muhammad): "Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku berdakwah ke jalan Allah dengan bashirah (petunjuk dan
ilmu), maha suci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang yang
musyrik." (Yusuf: 108)
Makna Lafadz
(هذه سبيلي) : - Berkata Ibnu Zaid: "urusanku, sunnahku dan manhajku."
- Berkata Rabi' bin Anas: "Dakwahku." (At-Thabari 7/315)
- Berkata Muqatil: "Agamaku."
- Berkata Al-Qurthubi: "semua makna di atas adalah satu, yaitu
(jalan dakwah yang ditempuh oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
yang bisa mengantarkan ke surga)." (Tafsir Jami' li Ahkamil Qur`an
9/179).
(على بصيرة) : - Berkata Ibnu Jarir At-Thabari: "di atas keyakinan dan
ilmu." (At-Thabari 7/315)
- Berkata Qatadah: "di atas petunjuk." (Ad-Durrul Mantsur 4/93)
- Berkata Abdur Rahman As-Sa'di: "di atas ilmu dan keyakinan dengan
tanpa ada keraguan dan pertentangan." (Tafsir Karimir Rahman fi
Tafsiri Kalam 4/93)
- Berkata Abu Bakar Al-Jazairi: "di atas ilmu dan keyakinan terhadap
Dzat yang aku (Nabi) berdakwah kepada-Nya serta terhadap hasil dan
buah dakwah ini." (Aisarut Tafaasir 2/653)
(ومن اتبعني) : - Berkata Ibnu Jarir At-Thabari: "orang yang
mengikutiku, membenarkan dan beriman kepadaku." (At-Thabari 7/315)
(سبحان الله) : - Berkata Ibnu Katsir: "yakni aku (Nabi) mensucikan
Allah (dari sifat-sifat negatif dan sifat-sifat ketidaksempurnaan),
aku agungkan Allah dan aku sucikan Allah dari sekutu-sekutu,
persamaan-persamaan, tandingan-tandingan, anak, bapak, istri dan
wazir." (Ibnu Katsir 2/652)
(وما أنا من المشركين) : - Berkata Ibnu Jarir: "dan aku (nabi) berlepas
diri dari ahli syirik, aku bukan dari mereka dan merekapun bukan
dari golonganku." (At-Thabari 7/315)
Tafsir Ayat
Berkata Ibnu Katsir dalam tafsirnya 2/652:
"Allah Ta'ala berfirman kepada utusan-Nya (Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam) yang diutus kepada manusia dan untuk
memerintahkan kepadanya agar mengkabarkan kepada manusia (dan jin)
bahwa ini adalah jalannya, yaitu berdakwah kepada kalimat "Laa Ilaha
Illallah wahdahu laa syarika lahu" (tiada sesembahan yang hak
kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya). Beliau (rasul)
berdakwah ke jalan Allah dengan bashirah, keyakinan dan kejelasan,
dan semua yang mengikutinya juga berdakwah kepada apa yang
didakwahkan oleh beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dengan
bashirah, keyakinan dan kejelasan akal serta syari'at."
Ibnu Jarir dalam kitabnya Syarhul Manazil mengatakan:
"Allah menghendaki dengan pemahamanmu terhadap dalil ini supaya kamu
sampai kepada derajat ilmu tertinggi, yaitu bashirah yang merupakan
derajat khusus, yang membedakan para shahabat dengan umat-umat yang
lainnya. Maka ayat ini menunjukkan bahwa pengikut Rasulullah adalah
ahli bashirah (yang punya bashirah) yang berdakwah ke jalan Allah.
Adapun orang-orang yang bukan ahli bashirah maka mereka bukan
pengikut Rasulullah yang hakiki. Dan kalaupun mau dikatakan pengikut
beliau, maka hanya semata-mata penisbatan dan pengakuan semata."
(lihat Fathul Majid hal. 101)
Apa Hukumnya Berdakwah?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Daqaiqut Tafsir 3/288-289
berkata: "Berdakwah ke jalan Allah merupakan kewajiban setiap orang-
orang yang mengikuti beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka
itu adalah umat beliau yang berdakwah ke jalan Allah seperti dakwah
beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.... Dan kewajiban ini juga
merupakan kewajiban seluruh umat. Inilah yang dinamakan oleh para
ulama dengan fardhu kifayah yang bila sudah ada satu kelompok yang
menegakkannya maka gugurlah kewajiban yang lainnya." Allah berfirman:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ;
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan yang mencegah dari
yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran: 104)
Seluruh umat beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menduduki
tempatnya dalam dakwah ke jalan Allah. Oleh karena itulah, ijma'
(kesepakatan) mereka merupakan hujjah yang qath'i (pasti) karena
mereka tidak akan berkumpul di atas kesesatan. Apabila mereka
berselisih pendapat dalam suatu masalah, maka mereka mengembalikan
apa yang mereka perselisihkan itu ke Allah (Al-Qur'an) dan Rasul-Nya
(As-Sunnah). Dan masing-masing dari umat beliau mendapat kewajiban
untuk berdakwah dengan segenap kemampuannya (kalau tak ada yang
berdakwah). Maka, apa yang telah dia dakwahkan menjadi gugur
(kewajibannya) atas yang lain dan apa yang dia tidak mampu maka dia
tidak dituntut untuk mengerjakannya. Dan sesungguhnya dakwah itu
sendiri adalah amar ma'ruf dan nahi munkar.
Syaikh Abdul Aziz bin Bazz dalam kitabnya Fadhlu ad-Da'wah ilallah
wa Hukmuha hal. 14-16:
"Telah dijelaskan oleh para ulama bahwa dakwah ke jalan Allah adalah
fardhu kifayah, kalau ditinjau dari segi wilayah dan daerah yang
membutuhkan adanya kegiatan dakwah. Maka dakwah ini hukumnya fardhu
kifayah. Tetapi apabila sudah ada salah seorang yang menegakkannya,
maka itu sudah cukup dan gugurlah kewajiban dakwah bagi yang lain.
Dan apabila di suatu wilayah penduduknya tidak menegakkan dakwah
dengan sempurna, maka semua penduduk tersebut berdosa dan semuanya
dibebani kewajiban dakwah menurut kadar kemampuannya.
Adapun kalau ditinjau dari segi keseluruhan negeri maka harus ada
satu kelompok yang menegakkan dakwah ke jalan Allah di segenap
penjuru daerah. Menyampaikan risalah agama Allah dan menjelaskan
perintah-perintah Allah dengan metode yang memungkinkan. Karena
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus para dai dan
mengirimkan surat-surat kepada para raja dan pemimpin serta mengajak
mereka ke jalan Allah. Kadang-kadang dakwah ini menjadi fardhu 'ain
yaitu apabila kamu berada di suatu tempat yang tak ada padanya orang
yang menegakkan dakwah selain kamu. Hal ini sama seperti amar ma'ruf
nahi munkar, karena hukumnya bisa fardhu 'ain dan bisa juga fardhu
kifayah. Apabila kamu berada di suatu tempat di mana tidak ada
padanya orang yang mampu menegakkan dakwah dan menyampaikan perintah-
perintah Allah selain kamu, maka wajib atas kamu untuk menegakkan
dakwah ini. Tetapi kalau sudah ada orang yang menegakkan dakwah dan
beramar ma'ruf nahi munkar, maka dakwah ini menjadi sunnah atas
kamu, dan apabila kamu bersemangat untuk menegakkan dakwah, maka
kamu termasuk orang-orang yang berlomba di dalam kebaikan dan
ketaatan."
Manhaj Para Nabi dan Rasul dalam Berdakwah
Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhali berkata dalam kitabnya Manhajul
Anbiya' fid Dakwah ilallah hal. 41-44: "Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ
هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلاَلَةُ فَسِيرُوا فِي الأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ
عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ ;
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): 'Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut itu.'
Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya, maka berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(Rasul-Rasul)." (An-Nahl: 36)
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ
"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan
Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq
melainkan Aku, maka sembahlah Aku." (Al-Anbiya': 25)
يَاأَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ ﴿٥١﴾
وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ ;
"Hai para Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan
kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan. Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama
kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Rabbmu, maka bertakwalah
kepada-Ku." (Al-Mukminun: 51-52)
Al-Hafiz Ibnu Katsir berkata:
"Agama kalian wahai para Nabi adalah satu, yaitu berdakwah untuk
beribadah hanya kepada Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya." (Ibnu
Katsir 3/ 257)
Adapun dalam As-Sunnah yang semakna dengan ayat di atas adalah sabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيْسَى بْنِ مَرْيَمَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَاْلأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلاَّتٍ،
أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِيْنُهُمْ وَاحِدٌ ;
"Aku adalah manusia yang paling layak dengan Isa bin Maryam di dunia
dan akhirat. Dan para Nabi itu saudara 'allat, ibu mereka berbeda-
beda tapi agama mereka satu." [HR. Bukhari (3443), Muslim 4/1837,
dan Ahmad 2/319, 406, 483]
Ini adalah dakwah seluruh para Nabi, khususnya para Ulul 'Azmi di
antara mereka. Dakwah mereka semua berjalan di atas satu manhaj dan
mereka memulai dakwahnya dengan satu hal, yaitu tauhid, karena
tauhid ini adalah permasalahan terbesar umat manusia dari jaman ke
jaman. Dakwah yang dilakukan para Nabi dan Rasul tersebut
membuktikan bahwa tauhid-lah satu-satunya jalan yang harus ditempuh
dalam mendakwahi manusia ke jalan Allah. Dakwah kepada tauhid juga
merupakan sunnatullah yang telah digariskan untuk para Nabi-Nya dan
pengikut-pengikut mereka yang sejati, tidak boleh ditukar dan tidak
boleh menyimpang daripadanya."
Dalam tafsir Ibnu Katsir hal. 123-125 dinyatakan:
"Tidak diperbolehkan secara syara' maupun akal untuk menyimpang dari
manhaj ini dan memilih manhaj yang lain, karena beberapa sebab:
(1) Manhaj ini (dakwah kepada tauhid) adalah jalan yang paling lurus
yang telah digariskan oleh Allah untuk seluruh para Nabi, dari yang
awal sampai yang akhir. Allahlah peletak manhaj ini dan Allahlah
yang menciptakan manusia. Dia adalah Dzat yang Maha Tahu akan
kemaslahatan rohani dan jiwa mereka.
(2) Para Nabi dan Rasul telah mempraktekkan manhaj ini dengan
sungguh-sungguh dan ini menunjukkan suatu bukti nyata bahwa manhaj
ini bukan hasil ijtihad. Oleh karena itu, kita tidak menjumpai di
dalamnya:
a) seorang Nabi yang memulai dakwahnya dengan tasawuf.
b) seorang Nabi yang memulai dakwahnya dengan filsafat dan ilmu
kalam.
c) seorang Nabi yang memulai dakwahnya dengan politik.
Justru kita dapati bahwa mereka menempuh satu manhaj dan perhatian
mereka pun hanya satu, yaitu tauhidullah (mentauhidkan Allah).
Inilah yang mereka letakkan di peringkat pertama.
(3) Apabila kembali kepada Al-Qur'an, kita akan temui bahwa semua
rasul, aqidahnya adalah Aqidah Tauhid dan dakwahnya dimulai dengan
tauhid. Tauhid ini merupakan masalah terpenting dan terbesar dari
apa yang mereka bawa. Kita akan jumpai pula bahwa Allah Subhanahu wa
Ta'ala memerintahkan kepada Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam
untuk mengikuti dan menempuh manhaj para Rasul terdahulu. Apabila
kita menelaah perjalanan dakwah Nabi kita, niscaya akan kita jumpai
bahwa dakwah beliau dari awal hingga akhir difokuskan kepada masalah
tauhid dan memberantas syirik beserta fenomena-fenomena dan sebab-
sebab yang menjerumus kepadanya."
Semua itu adalah gambaran sekilas tentang manhaj para Nabi dan Rasul
dalam berdakwah ke jalan Allah yang wajib bagi semua du'at (para
da'i) untuk ittiba' dan menempuh apa yang mereka tempuh. Untuk lebih
rincinya, bisa dilihat di buku karya Syaikh Rabi' bin Hadi Al-
Madkhali yang berjudul Manhajul Anbiya' fid Dakwah ilallah.
Bagaimanakah Metode Dakwah yang Benar ?
Allah Azza wa Jalla berfirman:
اُدْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan dengan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...."
(An-Nahl: 125)
Berkenaan dengan ayat ini, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah berkata: "Allah
menyebutkan jenjang-jenjang dakwah dan menjadikannya tiga bagian
menurut keadaan mad'u (obyek dakwah), karena sesungguhnya mad'u itu
kadang-kadang:
1) Orang yang mencari dan cinta kebenaran, dia akan lebih
mementingkan kebenaran daripada yang lainnya kalau dia
mengetahuinya. Maka orang seperti ini diseru dengan al-hikmah
(ilmu), tidak membutuhkan pengarahan ataupun bantahan.
2) Orang yang sibuk dengan sesuatu yang menyelisihi kebenaran, tapi
kalau dia mengetahuinya maka dia akan mengikutinya. Maka orang yang
seperti ini membutuhkan mau'izhah (pengarahan) berupa kabar gembira
dan ancaman.
3) Orang yang menentang dan berpaling dari kebenaran. Maka orang
semacam ini dibantah dengan cara yang baik, kalau-kalau dia mau
ruju' (kembali kepada kebenaran). Tetapi kalau tidak mau maka dibawa
kepada algojo/eksekutor (dalam pemerintahan Islam, red) jika
memungkinkan." (Lihat Fathul Majid hal. 101)
Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa'di berkata:
"Termasuk al-hikmah adalah berdakwah dengan ilmu, bukan dengan
kebodohan. Juga di antaranya memulai dari perkara yang paling
penting (yakni tauhid), dengan masalah yang mudah dicerna dan
dipahami, serta dengan cara yang lemah lembut. Tetapi, apabila cara
ini tidak berhasil, gunakanlah metode berikutnya yaitu mau'izhah
hasanah (pengarahan yang baik). Cara ini disertai dengan targhib
(kabar gembira) dan tarhib (ancaman). Tetapi jika mad'unya merasa
dirinya benar atau dia penyeru kepada kebatilan, maka bantahlah dia
dengan cara yang baik, yaitu dengan cara yang tepat yang membuat dia
mau memenuhi panggilan dakwah." (Taisirul Karimir Rahman fi Tafsiri
Kalamil Mannan 4/254-255)
Akhlak Seorang Da'i
Akhlak da'i yang baik, dapat kita ketahui dari kriteria yang
diberikan oleh Syaikh bin Bazz dalam kitabnya Fadhlud Dakwati
ilallah hal. 32-34. Beliau berkata: "Adapun akhlak dan sifat yang
harus dipunyai oleh seorang da'i di dalam berdakwah banyak sekali,
antara lain:
a. Ikhlas.
Wajib atas seorang da'i untuk ikhlas karena Allah (di dalam
berdakwah), tidak riya', sum'ah (cari popularitas) ataupun pujian
orang. Sebagaimana firman Allah yang artinya:
"Katakanlah (hai Muhammad): Inilah jalanku, aku berdakwah ke (jalan)
Allah...." (Yusuf: 108)
b. Memiliki ilmu tentang apa yang didakwahkannya.
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ ;
"Katakanlah (hai Muhammad): "inilah jalanku, aku berdakwah ke
(jalan) Allah dengan bashirah...." (Yusuf: 108)
Wajib bagi setiap da'i untuk mengilmui apa yang dia dakwahkan dan
melihat dalil-dalilnya, maka apabila telah jelas bagi dia kebenaran
dan dia mengetahuinya maka dia dakwahkan, apakah itu berbentuk
perbuatan ataupun sesuatu yang dilarang untuk dikerjakan.
c. Ramah dan lemah lembut di dalam berdakwah.
"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...." (An-Nahl: 125)
d. Mengamalkan dan menjadi suri teladan yang baik dari apa yang dia
dakwahkan. Tidak seperti orang yang mendakwahkan sesuatu kemudian
dia meninggalkannya atau melarang sesuatu kemudian dia malah
mengerjakannya. Sebab, ini adalah keadaannya orang-orang yang
merugi. Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لاَ تَفْعَلُونَ ; كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ
تَقُولُوا مَا لاَ تَفْعَلُونَ ;
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan yang tidak
kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu perbuat." (Ash-Shaf: 2-3)
Menanggapi tentang akhlak yang harus dimiliki para da'i Syaikh
Shalih bin Fauzan di dalam mukaddimah kitab Manhajul Anbiya' fid
Dakwah ilallah mengatakan:
1. Mengilmui apa yang dia dakwahkan, karena orang jahil tidak berhak
untuk menjadi da'i. Allah berfirman:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ;
"Katakanlah (hai Muhammad), "inilah jalanku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku berdakwah ke (jalan) Allah dengan bashirah."
(Yusuf: 108)
2. Mengamalkan apa yang dia dakwahkan.
Ini dimaksudkan agar dia menjadi suri teladan yang baik, yang
amalannya membenarkan perkataannya, sehingga ahlul batil tidak
mempunyai hujjah untuk melawannya. Allah berfirman tentang Nabi
Syu'aib bahwa dia berkata kepada kaumnya:
وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلاَّ الإِصْلاَحَ مَا
اسْتَطَعْتُ...;
"... Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan)
apa yang aku larang, aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan)
perbaikan selama aku masih berkesanggupan ...." (Hud: 88)
3. Ikhlas dalam berdakwah.
Yaitu karena Allah semata, tidak ingin riya, popularitas, pangkat,
kepemimpinan, dan tidak pula karena tujuan-tujuan duniawi yang
lainnya, karena kalau diselipi dengan maksud-maksud di atas tadi,
maka dakwahnya bukan karena Allah melainkan karena kepentingan
pribadi.
4. Memulai dari yang terpenting kemudian yang penting (berikutnya).
Yaitu memulai dengan perbaikan aqidah, dengan memerintahkan untuk
ikhlas dalam beribadah kepada Allah dan melarang dari perbuatan
syirik. Kemudian juga memerintahkan shalat, zakat, amalan-amalan
wajib dan melarang dari perkara-perkara haram yang lainnya. Sebab,
inilah jalan yang ditempuh oleh para Rasul. Allah berfirman yang
artinya:
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): 'Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut
itu...." (An-Nahl: 36)
"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan
Kami wahyukan kepadanya: "bahwasanya tidak ada sesembahan yang hak
kecuali Aku, maka sembahlah Aku." (Al-Anbiya': 25)
Sejarah perjalanan dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
merupakan contoh yang baik dan manhaj dakwah yang paling lengkap,
karena beliau shallallahu 'alaihi wa sallam tinggal di Mekkah selama
13 tahun untuk menyeru umat manusia kepada tauhid dan melarang
mereka dari perbuatan syirik. Ini dilakukan sebelum menyeru kepada
shalat (lima waktu), zakat, puasa, dan haji. Dan ini sebelum
melarang mereka dari zina, riba, mencuri dan bunuh diri.
5. Bersabar terhadap apa yang menimpa dirinya dalam berdakwah ke
jalan Allah.
Seorang da'i harus sabar dalam berdakwah karena perjalanan dakwah
tidak selamanya mulus dan tidak semudah yang dibayangkan. Jalan
dakwah itu penuh dengan rintangan dan marabahaya. Contoh-contoh da'i
yang baik tentu saja adalah para Rasulullah shalawatullah wa
salamuhu alaihim. Allah berfirman:
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا
"Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) Rasul-Rasul sebelum kamu,
akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang
dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada
mereka...." (Al-An'am: 34)
6. Berbudi pekerti yang luhur dan menggunakan hikmah dalam dakwahnya.
Dengan cara ini, dakwah sering kali lebih mudah diterima. Dan ini
sesuai pula dengan apa yang Allah perintahkan kepada Nabi Musa dan
Nabi Harun ketika mereka berdakwah kepada Fir'aun, orang yang paling
kafir di muka bumi saat itu karena mengaku sebagai Tuhan. Allah
berfirman:
فَقُولاَ لَهُ قَوْلاً لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى;
"Maka bicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut." (Thaha: 44)
Demikian pula apa yang difirmankan Allah pada Nabi Muhammad,
bagaimana beliau harus berdakwah kepada umatnya:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ;
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." (Ali Imran: 159)
7. Bertekad bulat dengan cita-cita yang kuat.
Seorang da'i tidaklah boleh putus asa dalam berdakwah dan tidak pula
boleh putus asa dari pertolongan dan bantuan Allah, walaupun ia
telah berdakwah dalam jangka waktu yang lama. Cukuplah bagi dia,
para Rasul sebagai suri teladannya. Ingatlah bagaimana sikap Nabi
Nuh yang selama 950 tahun menyeru kaumnya ke jalan Allah. Ingatlah
pula apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam ketika kaumnya dengan kejamnya menganiaya beliau, sampai-
sampai beliau didatangi malaikat penjaga gunung yang meminta izin
untuk menjatuhkan batu-batuan kepada mereka. Rasulullah pada saat
itu hanya menjawab (yang maknanya): "Jangan, (biarlah) aku
tangguhkan mereka. Mudah-mudahan Allah mengeluarkan dari anak cucu
mereka, orang-orang yang beribadah kepada Allah saja dan tidak
menyekutukannya dengan sesuatupun."
Inilah beberapa akhlak yang harus dimiliki oleh setiap da'i. Para
da'i yang tidak memiliki sifat dan akhlak di atas, dakwahnya niscaya
akan kandas dan usahanya akan menjadi sia-sia.
Fadhilah (Keutamaan) Dakwah
1. Allah berfirman:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ ;
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
ke jalan Allah, mengerjakan amal shalih dan berkata: "Sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim)." (Fushshilat:
33)
Setelah membaca ayat ini, Hasan Al-Bashri berkata:
"Orang ini adalah kekasih Allah, wali Allah, dan pilihan Allah. Ia
adalah orang yang paling dicintai Allah. Allah kabulkan doanya dan
menyeru manusia kepada apa yang (menyebabkan dia) dikabulkan doanya
oleh Allah. Dan dia beramal shalih ketika dikabulkan doanya sambil
berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri
(muslim)." Maka orang ini adalah khalifah Allah." (At-Thabari 11/109-
110)
2. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Ali bin
Abi Thalib:
لَأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمُرِ النَّعَمِ ;
"...Sungguh jika Allah memberi hidayah kepada seorang laki-laki
disebabkan (dakwah) kamu, niscaya itu lebih baik bagimu daripada
unta merah (harta kekayaan yang termahal)." [HR. Bukhari 7/58,
Muslim (2406) dan Imam Ahmad 5/333]
3. Dari Uqbah bin 'Amr Al-Anshari Al-Badri radhiallahu 'anhu beliau
berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ ;
"Barangsiapa menunjukkan (orang) kepada kebaikan, maka baginya
seperti pahala orang yang melakukannya." (HR. Muslim 1893)
4. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُوْرِهِمْ
شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ
مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا ;
"Barangsiapa menyeru kepada huda (petunjuk) maka baginya pahala
seperti pahala orang yang mengikutinya, tidak akan dikurangi dari
pahala mereka (pengikutnya) sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru
kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang yang
mengikutinya, tidak dikurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun."
[HR. Muslim (2674)]
Tujuan Dakwah Salafiyyah
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz hafizhahullah berkata dalam
bukunya Fadhlud Da'wah ilallah hal. 32:
"Tujuan dakwah adalah mengeluarkan manusia dari gelapnya kekufuran
dan keragu-raguan kepada cahaya kebenaran yang jelas dan murni. Di
samping itu, juga membimbing mereka kepada kebenaran sehingga mereka
mengetahuinya dan mengamalkannya. Pada akhirnya, mereka selamat dari
api neraka dan kemurkaan Allah. Tujuan dakwah juga mengeluarkan
orang kafir dari gelapnya kekufuran kepada cahaya iman dan petunjuk;
mengeluarkan orang jahil dari kegelapan kebodohannya kepada cahaya
ilmu, dan mengeluarkan ahli maksiat dari kegelapan kemaksiatannya
kepada cahaya ketaatan. Inilah seluruh tujuan dakwah, sebagaimana
yang difirmankan Allah:
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ ءَامَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ;
"Allah pelindung orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka
dari kegelapan (kufur) kepada cahaya (iman)..." (Al-Baqarah: 257)
Wallahu a'lam bis-Shawab
Maraji:
1. Tafsir At-Thabari oleh Ibnu Jarir At-Thabari
2. Tafsir Ibnu Katsir oleh Ibnu Katsir
3. Ad-Durrul Mantsur oleh Imam Suyuthi
4. Jami' li Ahkamil Qur'an oleh Imam Qurthubi
5. Aisarut Tafasir oleh Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
6. Taisirul Karimir Rahman oleh Syaikh Abdur Rahman As-Sa'di
7. Daqa'iqut Tafsir oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
8. Manhajul Anbiya' fid Da'wah ilallah oleh Syaikh Rabi' bin Hadi Al-
Madkhali
9. Fadhlud Da'wah Ilallah oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin
Bazz.
= Zuhud - Cermin Kebangkitan Islam =
------------------------------------------------------------------------------
YAHOO! GROUPS LINKS
a.. Visit your group "semenit" on the web.
b.. To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
c.. Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
------------------------------------------------------------------------------
[Non-text portions of this message have been removed]
Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
YAHOO! GROUPS LINKS
- Visit your group "media-dakwah" on the web.
- To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
- Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.