RE: [media-dakwah] Ganti ID (Kehidupan baru di Indonesia kelak)

2006-12-03 Terurut Topik resva
 

 

Assalamualaikum wr wbr

Saya merasa sangat "miris" membaca email Ibukayaknya apatis
bangetmemperbandingkan kehidupan yang sudah Ibu jalani di Mesir
dengan di Indonesia...

Buat Ibu ...ini mungkin akan menjadi ujian kesabaranbisa tidak
dengan kondisi yang lebih buruk dari kondisi sebelumnya ...bisa Ibu
jalani degang tetap istiqamah. Ibu mungkin masih jauh sangat beruntung
bila dibandingkan dengan jutaan manusia Indonesia. Mereka telah
"menangis darah" menjalani kehidupan di Indonesia...

Mungkin buat jutaan manusia Indonesia kehidupan yang Ibu jalani
adalah " surga dunia"..

Tapi apa dengan semua kenyataan itu  membuat kita "apatis" terhadap
tanah air kita sendiri?Saya pikir...semua kita akan mengalami
putaran roda kehidupan dunia yang fanaterkadang senangkadang
menderitakadang kaya berkecukupanterkadang bisa jatuh  miskin
...bukankah semua  ujian itu bagian dari menuju pematangan iman & taqwa
kita

Mungkin Ibu sudah terbiasa dengan hidup yang berkecukupan seperti
itu.sehingga sepertinya tidak bisa membanyangkan betapa "
menderitanya" hidup di Indonesia..

Saran saya jalani saja kehidupan yang mesti Ibu jalani.mungkin
dengan begitu Ibu akan menjadi lebih "bersyukur" dengan apa yang telah
Ibu jalani

Mohon maaf bila ada kata yang tidak pada tempatnya...

Wasslam

 



From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
On Behalf Of Rahima
Sent: Monday, November 27, 2006 2:39 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: [media-dakwah] Ganti ID (Kehidupan baru di Indonesia kelak)

 

Jelas, dan tepat sekali. Di Kairo ini, saya bisa
berinternet dengan biaya murah selama 24 jam.
Sebulannya hanya membayar Le 50=sekitar Rp75.000.Dan
bisa dipakai oleh berapa komputer dalam jangka waktu
yang sama, dengan kecepatan tinggi,dibanding
Indonesia, lambat(diwarnet terutamanya),dengan arti
kata, dalam waktu yang sama dirumah saya, saya bisa
internet dengan komputer yang ada disaya, dan
anak-anak saya yang lain bisa juga internet dirumah
juga(24 jam juga), dikomputer yang lain lagi.4 orang
anak saya kalau saya mau, bisa internet sekaligus.

Sementara di Indonesia, harus ke warnet, kalau dirumah
pakai dial up, biaya perjamnya mahal, pakai
telkomnet,atau apa,tetapi dihitung perjam, dan sangat
lambat jalannya.Saya sudah mencoba menanyakan dengan
system biaya murah perbulannya, sebagaimana seperti
yang ada diMesir ini,namun belum ada jawaban.

Banyak hal-hal sebenarnya yang saya yakin, anak-anak
saya kelak akan kaget bila berada di Indonesia,karena
terbiasa di Mesir(yang sebenarnya negara miskin,negara
padang pasir,tetapi subhanallah,hidup serba murah dan
senang, dengan fasilitas yang memudahkan segala hal).

Contoh saja, negara Mesir ini, negara padang pasir,
namun air sangat melimpah ruah, bisa dihitung dengan
jari, kapan air putus, paling kalau ada perbaikan
saja, itupun berapa kali selama saya 13 thn di Mesir.

Contoh lain, gas, di Indonesia luar biasa mahalnya,
padahal Indonesia termasuk negara sumber gas.Di Mesir
ini gas baik untuk kita masak, atau gas untuk air
hangat, mau mandi,cuci dllsbgnya, semua sangat
murahnya, jadi ngak perlu rebus air kalau mau mandi
air hangat, cukup krannya saja dihidupkan, karena kran
terbagi dua, satu untuk air hangat, satu untuk air
panas, bahkan dilokasi tempat tinggal saya sekarang,
krannya terbagi tiga macam, tambah satu lagi kran
untuk khusus air minum(Aqwa, Barakah), jadi ngak perlu
lagi rebus air untuk minum.

Sementara di Indonesia, gasnya mahal sekali, tetapi
mau bilang apa lagi, saya dari kecil ngak bisa masak
pakai kayu, atau kompor biasa, hanya bisa pakai kompor
gas(dan ini benar-benar problema bagi saya juga kelak
di Indonesia,bukan karena saya orang kaya, tetapi
kondisi hidup dari keluarga saya sejak kecil memang
begitu), sementara lingkungan hidup saya setelah
remaja, dewasa,juga hidup dengan kondisi semacam itu,
masak pakai kompor gas, jadi memang membutuhkan gas
itu.

Di Mesir memang saya hidup ngak jadi masalah, karena
rata-rata, lingkungan di mesir, orang pakai gas.
bahkan, kebanyakan gas nya, gas dengan system meteran
seperti listrik, jarang yang gas tabung, ada
juga.Dengan system meteran itu, kita ngak kehabisan
gas, saat sedang makanan di atas api dalam panci.Kalau
pakai gas tabungkan, saat makanan diatas tungku gas
habis, terpaksa masakannya setengah jadi, ataupun
gorengannya setengah mentah,setengah
masak(hehehe...saya pernah ngalami semacam ini).

Dan masih banyak lagi, lampu telpon, dan bahan-bahan
makanan pokok, untuk hidup sehari-hari di Mesir ini
sangatlah murahnya,dibandingkan dengan di Indonesia,
padahal sama-sama negara berkembang(developing
country), negara miskin, bahkan negara Mesir adalah
negara padang pasir, Indonesia negara kaya akan sumber
daya alamnya, seperti kata nyanyian, rotan dan kayupun
bisa jadi tanaman.Tapi kenyataannya semua serba mahal,
dan semua serba sulit, terkecuali tentunya bagi
pejabat yang kaya, pejabat yan

Re: [media-dakwah] Ganti ID (Kehidupan baru di Indonesia kelak)

2006-11-27 Terurut Topik ubiet kd juroeng
Assalamu'alaikum wr wb.

Terima kasih, kepada Ibu Rahima, yang telah memberikan gambaran
tentang negeri Mesir, Negeri padang pasir yang tandus, negeri miskin.
Namum Insya Allah masih dapat melayani rakyatnya dengan kebutuhan
barang-barang yang murah dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Saya mau tanya, kalau seperti barang untuk kebutuhan pokok murah seperti
biaya air, listrik, gas dlsb, bagaimana dengan biaya pendidikan mulai dari 
yang sejak TK, SD sampai PT ? Adakah sebanding dengan Indonesia?
Lebih mahal atau lebih murah?
Soalnya biaya pendidikan di Indonesia cukup memusingkan  kepala, terutama
orang seperti saya yang hidup  dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan.

Sebagai contoh di tempat saya (Batam), Sebelum pemerintah mensubsidi
dana BOS (Biaya Operasional Sekolah), anak saya yang sekolah SD di daerah
perkotaan dikenakan biaya SPP 20,000 rupiah setiap bulan, kerena kejauhan
saya pindah ke sekolah lain yang tidak lagi di daerah perkotaan, dan setelah 
sekolah dapat dana BOS malah SPPnya jadi 30,000/bln, belum lagi biaya photo 
kopi, dan biaya sumbangan yang diharuskan oleh sekolah tersebut.

Saya merasa berat, namun untuk memberhentikannya bersekolah juga kasihan,
sementara teman-temannya pada sekolah semua. Pernah saya terlambat membayar 
SPP, namun sekolah tersebut marah, dan terus menagihnya.
saya takut juga anak saya jadi ejekan disekolahnya , jadi terpaksa juga.

Selanjutnya saya teringat tentang UUD 1945 tentang pendidikan, yang mewajibkan 
warga negaranya untuk mendapatkan pendidikan, namun itu
hanya Undang-Undang saja, dan keadaannya sangat kontras dilapangan.

Saat ini UUD1945 telah mengalami perubahan yang keempat, dan terus mendapat 
prioritas untuk pendidikan namun kenyataannya dilapangan lagi-lagi tambah 
memberatkan, pihak dinas pendidikan, kepala sekolah, dan komite
seolah-olah pekak dan mereka tidak mau tahu. 

Berikut ini isi UUD45 yang telah mengalami perubahan yang ke empat :

  PERUBAHAN KEEMPAT
 UNDANG-UNDANG DASAR
 NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
   
   
   BAB XIII
 PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
 
 Pasal 31

 
 (1)Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
 (2)Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah 
wajib membiayainya.
 (3)Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan 
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam 
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
 (4)Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh 
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari aggaran 
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan 
pendidikan nasional.
 (5)Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan menjunjung 
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta 
kesejahteraan umat manusia.
  
http://www.mpr.go.id/index.php?section=uud1945_iframe&id=10&judul=PERUBAHAN%20KEEMPAT%20UNDANG-UNDANG%20DASAR%20NEGARA%20REPUBLIK%20INDONESIA%20TAHUN%201945

Kondisi ini benar -benar ironis sama sekali,

Mohon maaf bagi yang tidak berkenan,

Wassalam


Rahima <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  Jelas, dan 
tepat sekali. Di Kairo ini, saya bisa
 berinternet dengan biaya murah selama 24 jam.
 Sebulannya hanya membayar Le 50=sekitar Rp75.000.Dan
 bisa dipakai oleh berapa komputer dalam jangka waktu
 yang sama, dengan kecepatan tinggi,dibanding
 Indonesia, lambat(diwarnet terutamanya),dengan arti
 kata, dalam waktu yang sama dirumah saya, saya bisa
 internet dengan komputer yang ada disaya, dan
 anak-anak saya yang lain bisa juga internet dirumah
 juga(24 jam juga), dikomputer yang lain lagi.4 orang
 anak saya kalau saya mau, bisa internet sekaligus.
 
 Sementara di Indonesia, harus ke warnet, kalau dirumah
 pakai dial up, biaya perjamnya mahal, pakai
 telkomnet,atau apa,tetapi dihitung perjam, dan sangat
 lambat jalannya.Saya sudah mencoba menanyakan dengan
 system biaya murah perbulannya, sebagaimana seperti
 yang ada diMesir ini,namun belum ada jawaban.
 
 Banyak hal-hal sebenarnya yang saya yakin, anak-anak
 saya kelak akan kaget bila berada di Indonesia,karena
 terbiasa di Mesir(yang sebenarnya negara miskin,negara
 padang pasir,tetapi subhanallah,hidup serba murah dan
 senang, dengan fasilitas yang memudahkan segala hal).
 
 Contoh saja, negara Mesir ini, negara padang pasir,
 namun air sangat melimpah ruah, bisa dihitung dengan
 jari, kapan air putus, paling kalau ada perbaikan
 saja, itupun berapa kali selama saya 13 thn di Mesir.
 
 Contoh lain, gas, di Indonesia luar biasa mahalnya,
 padahal Indonesia termasuk negara sumber gas.Di Mesir
 ini gas baik untuk kita masak, atau gas untuk air
 hangat, mau mandi,cuci dllsbgnya, semua sangat
 murahnya, jadi ngak perlu rebus air kalau mau mand