[mediamusliminfo] Makna Thaghut

2012-03-15 Terurut Topik Dedy Iskandar
Makna
Thaghut
 
Dakwah semua Rasul yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala utus adalah menyeru umatnya untuk beribadah kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan mengkufuri thaghut. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:

“Dan telah kami utus seorang Rasul pada setiap umat, (untuk menyeru):
‘Beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah oleh kalian thaghut’.” (An-Nahl:
36)

Kufur kepada thaghut adalah syarat sahnya ibadah seseorang, sebagaimana wudhu
merupakan syarat sah shalat.

Pengertian Thaghut
 
Secara bahasa, kata ini diambil
dari kata طَغَى, artinya melampaui batas.

Adapun menurut istilah syariat, definisi yang terbaik adalah yang disebutkan
Ibnul Qayyim: “(Thaghut) adalah setiap sesuatu yang melampui batasannya, baik
yang disembah (selain Allah Subhanahu wa Ta'ala), atau diikuti atau ditaati
(jika dia ridha diperlakukan demikian).”

Ibnul Qayyim berkata: “Jika engkau perhatikan thaghut-thaghut di alam ini,
tidak akan keluar dari tiga jenis golongan tersebut.”

Definisi lain, thaghut adalah segala sesuatu yang diibadahi selain Allah (dalam
keadaan dia rela).

Wajibnya Mengingkari Thaghut
 
Allah Subhanahu wa Ta’ala
mewajibkan kepada seluruh hamba-Nya untuk mengkufuri thaghut dan beriman kepada
Allah. Dasarnya adalah:

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Rasul-Nya untuk mendakwahkan masalah ini.


Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:

”Dan telah kami utus pada setiap umat seorang Rasul, (yang menyeru
umatnya):Beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah oleh kalian thaghut.”
(An-Nahl: 36)

2. Kufur kepada thaghut merupakan syarat sah iman, sehingga tidak sah iman
seseorang hingga mengingkari thaghut.


Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:

”Barangsiapa yang kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah maka dia telah
berpegang dengan tali yang kokoh.” (Al-Baqarah: 256)

3. Karena ini terkandung dalam lafadz Laa ilaha illallah. Ilallah adalah iman
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kufur kepada thaghut. Laa ilaha menafikan
semua peribatan kepada selain Allah. Laa ilaha illallah menetapkan ibadah hanya
untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Bentuk Pengingkaran terhadap Thaghut
 
Para ulama menerangkan bahwa
mengkufuri thaghut terwujud dengan enam perkara yang ditunjukkan oleh
Al-Qur`an:

1. Meyakini batilnya peribadatan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Meninggalkannya dan meninggalkan peribadahan kepada selain Allah Subhanahu
wa Ta’ala dengan hati, lisan, dan anggota badan.
3. Membencinya dengan hati dan mencercanya dengan lisan. Cercaan dengan lisan
yaitu dengan cara menunjukkan dan menerangkan bahwa sesembahan selain Allah
adalah batil dan tidak bisa memberikan manfaat.
4. Mengkafirkan pengikut dan penyembah thaghut.
5. Memusuhi mereka dengan dzahir dan batin, dengan hati dan anggota badan.
6. Menghilangkan sesembahan-sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
tangan, jika ada kemampuan.

Keenam perkara ini telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan kita
diperintahkan untuk meneladani beliau. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

”Telah ada bagi kalian teladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang yang
bersamanya.” (Al-Mumtahanah: 4)

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam meyakini batilnya peribadahan kepada selain Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapak dan
kaumnya: ‘Apakah yang kalian sembah?’ Mereka berkata: ‘Kami menyembah patung
dan kami akan terus mengibadahinya.’ Maka Ibrahim berkata: ‘Apakah
(patung-patung tersebut) mendengar ketika kalian berdoa? Apakah dia bisa
memberikan manfaat atau menimpakan mudarat?’.” (Asy-Syua’ara`: 69-73)

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam meyakini batilnya sesembahan mereka, bahwa
sesembahan mereka tidak bisa memberikan manfaat atau menimpakan mudarat.

Beliau meninggalkan serta menjauhi sesembahan mereka kemudian hijrah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“(Ibrahim) berkata: ‘Aku akan pergi kepada Rabbku, dan Dia akan memberikan
hidayah kepadaku’.” (Ash-Shaffat: 99)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Ibrahim:

“Aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali Dzat yang telah
menciptakanku karena sungguh Dia akan memberikan hidayah kepadaku.”
(Az-Zukhruf: 26-27)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman tentang Ibrahim ‘alaihissalam:

“Aku akan menjauhi kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah, dan aku akan
berdoa kepada Rabbku.” (Maryam: 48)

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam membenci sesembahan mereka dengan hatinya dan
menjelekkannya dengan lisan, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan
bahwa Ibrahim berkata:

”Celakalah kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah.” (Al-Anbiya`: 67)

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mengingkari mereka dan mengabarkan bahwa mereka
adalah kafir serta mengumumkan bahwa ia berlepas diri dari mereka, sebagaimana
Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan dalam surat Al-Mumtahanah:

“Kami ingkar terhadap kalian, dan telah tampak antara kami dan kalian
permusuhan dan kebencian, hingga kalian 

[mediamusliminfo] Siapakah Al-Jibt dan Thaghut?

2012-03-15 Terurut Topik Dedy Iskandar
Siapakah Al-Jibt
dan Thaghut?
 
“Apakah kamu tidak memerhatikan
orang-orang yang diberi bagian dari Al-Kitab? Mereka percaya kepada Al-Jibt dan
thaghut, serta mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Makkah) bahwa
mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Mereka itulah
orang yang dikutuk Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh
penolong baginya.” (An-Nisa’: 51-52)
 
Sebab
Turunnya Ayat
 
Ibnu Jarir meriwayatkan (5/133):
Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Abi
‘Adi telah menceritakan kepada kami, dari Dawud, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas,
beliau berkata: Ketika Ka’b bin Asyraf tiba di Makkah, orang-orang Quraisy
berkata kepadanya: “Engkau adalah orang yang paling baik dari penduduk Madinah
dan pemuka mereka.” Ia menjawab: “Ya (betul)!” Mereka berkata: “Maukah kamu
melihat kepada seorang shanbur yang terputus dari kaumnya? Ia mengaku bahwa
dirinya lebih baik dari kami. Sementara kami yang lebih memerhatikan
orang-orang yang menunaikan haji, pengabdi Ka’bah, dan memberi minum (bagi
orang-orang yang menunaikan ibadah haji) setiap zaman (terlebih pada musim
dingin saat paceklik).” Ia berkata: “Kalian lebih baik daripada dia.”
 
Ibnu ‘Abbas berkata: “Maka
turunlah ayat:
 
“Sesungguhnya orang-orang yang
membencimu dia yang terputus.” (Al-Kautsar: 3)
 
Turun juga ayat:
 
“Apakah kamu tidak memerhatikan
orang-orang yang diberi bagian dari Al-Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan
thaghut serta mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Makkah) bahwa mereka
itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang
yang dikutuk Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong
baginya.” (An-Nisa: 51)
 
Hadits ini juga disebutkan oleh
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya (1/513). Beliau berkata: Al-Imam Ahmad
berkata: Muhammad bin Abi ‘Adi menceritakan kepadaku…, dengan sanad seperti di
atas.
 
Ibnu Hibban juga meriwayatkan
dalam kitab Shahihnya, sebagaimana terdapat dalam kitab Mawarid Azh-Zham’an
(hal. 428). Asy-Syaikh Abu Abdirrahman Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i berkata:
“Semua perawinya adalah para perawi shahih. Hanya saja yang rajih (kuat) bahwa
(hadits ini) mursal (ucapan Ibnu Abbas, pen.), sebagaimana yang disebutkan
dalam Takhrij Tafsir Ibnu Katsir.” (Lihat Ash-Shahih Al-Musnad min Asbabin
Nuzul, Asy-Syaikh Abu Abdirrahman Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i, hal. 77)
 
“Mereka
percaya,” yaitu
percaya (beriman) kepada al-jibt dan thaghut, kufur kepada Allah, dalam keadaan
mereka mengetahui bahwa beriman kepada keduanya adalah kufur, percaya kepada
keduanya adalah syirik. (Tafsir Ath-Thabari)
 
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin
menerangkan: “Maknanya adalah membenarkan, menetapkan, dan tidak
mengingkarinya.”
 
“Kepada
al-jibt dan thaghut.”
 
Ada
beberapa pendapat ulama dalam memaknai kata al-jibt. Di antaranya:
 
1. Al-Jibt adalah sihir. Ini
adalah pendapat Umar bin Al-Khaththab, Ibnu ‘Abbas, Abul Aliyah, Mujahid,
‘Atha, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Asy-Sya’bi, Al-Hasan, Adh-Dhahak, dan
As-Suddi.
 
2. Al-Jibt adalah setan. Pendapat
ini juga dikemukakan oleh Ibnu ‘Abbas, Abul Aliyah, Mujahid, Atha’, ‘Ikrimah,
Sa’id bin Jubair, Asy-Sya’bi, Al-Hasan, ‘Athiyyah, dan Qatadah.
 
3. Al-Jibt adalah syirik.
Pendapat ini dinyatakan oleh Ibnu ‘Abbas, menurut bahasa orang Habasyah.
 
4. Al-Jibt adalah al-ashnam
(patung-patung). Pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu ‘Abbas.
 
5. Al-Jibt adalah al-kahin
(dukun). Ini adalah pendapat Asy-Sya’bi, Abul Aliyah, Muhammad bin Sirin, dan 
Makhul.
 
6. Al-Jibt adalah Huyai bin
Akhthab. Pendapat ini dinyatakan oleh Ibnu ‘Abbas.
 
7. Al-Jibt adalah Ka’b bin
Al-Asyraf. Pendapat ini dikatakan oleh Mujahid.
 
8. Al-Jibt adalah suara (bisikan)
setan. Pendapat ini dilontarkan oleh Al-Hasan.
 
9. Abu Nashr bin Ismail bin
Hammad Al-Jauhari dalam kitabnya Ash-Shihah, menyebutkan bahwa Al-Jibt adalah
suatu kalimat yang dipakai untuk memaknai patung, dukun, tukang sihir, dan yang
lainnya.
 
10. Al-Jibt adalah tukang sihir
(menurut bahasa Habasyah). Pendapat ini dinyatakan Ibnu Zaid, Sa’id bin Jubair,
Abul Aliyah, Ibnu Sirin, dan Makhul.
 
11. Al-Jibt adalah segala sesuatu
yang disembah selain Allah. Pendapat ini dinyatakan oleh Al-Imam Malik bin
Anas.
 
Tentang
kata thaghut, juga ada beberapa pendapat:
 
1. Setan. Ini pendapat Umar bin
Al-Khaththab, Ibnu ‘Abbas, Abul Aliyah, Atha’, Sa’id bin Jubair, Asy-Sya’bi,
Al-Hasan, Adh-Dhahhak, As-Suddi, dan ‘Ikrimah.
 
2. Tandingan-tandingan selain
Allah, berhala-berhala dan semua yang setan menyeru (mengajak) kepadanya.
 
3. Al-Kahin (dukun). Pendapat ini
dikemukakan oleh Mujahid, Sa’id bin Jubair, Abul Aliyah, dan Qatadah.
 
4. Ibnul Qayyim berkata: “Thaghut
adalah segala sesuatu yang dengannya seorang hamba melampaui batas, baik berupa
yang diibadahi, yang diikuti, atau yang ditaati.”
 
Ahlul ilmi mengatakan bahwa makna
atau tafsir inilah yang paling menyeluruh, sedangkan penafsiran yang lain
merupakan tafsir misal (bentuk konkret yang ada).
 
Ibnu Katsir menjelaskan: