[mencintai-islam] Re: Kesalahpahaman tentang Ibadah

2010-08-26 Terurut Topik hernowobroto
> 1-"hukum asal ibadah adalah terlarang" atau "hukum asal dalam ibadah adalah
> batil hingga terdapat dalil yang memerintahkan"
> 
> 
> 2-"hukum asal dari ibadah adalah halal dan mubah kecuali jika terdapat dalil
> yang mengharamkan atau melarangnya"



Wa'alaikum salam...

Setahu saya " kaidah/logika" tersebut adalah pendapat ulama, bukan dari 
Alqur'an atau hadits, karena secara "teks" saya belum menemukan atau tidak ada 
suatu ayat atau hadits yang berbunyi demikian.

Pendapat tersebut merupakan anologi dari pendapat ulama sebagai 
definisi/penafsiran dari pemahamanya tentang ayat Alqur'an dan teks hadits. 
bukan "teks secara murni" dari Alqur'an maupun hadits.

Dan ini termasuk suatu "bid'ah hasanah" (bid'ah yang baik) walaupun pada 
kenyataannya ulama yang berpendapat pada point 1, justru tetap saja 
mengharamkan segala bentuk bid'ah, karena bid'ah bagi mereka adalah suatu 
kesesatan, dan kesesatan tempatnya di neraka.

Padahal pendapat tentang : 1-"hukum asal ibadah adalah terlarang" atau "hukum 
asal dalam ibadah adalah
> batil hingga terdapat dalil yang memerintahkan"
juga merupakan suatu bid'ah hasanah.

Adapun pendapat pada point 2, adalah pendapat sebagian besar ulama-ulama Mazhab 
syafi'iyyah, yaitu :
bahwa asal sesuatu yang dicipta Allah adalah halal dan mubah. Tidak ada satupun 
yang haram, kecuali karena ada nas yang sah dan tegas dari syar'i (yang 
berwenang membuat hukum itu sendiri, yaitu Allah dan Rasul) yang 
mengharamkannya. Kalau tidak ada nas yang sah --misalnya karena ada sebagian 
Hadis lemah-- atau tidak ada nas yang tegas (sharih) yang menunjukkan haram, 
maka hal tersebut tetap sebagaimana asalnya, yaitu mubah.

Dalilnya dalam Alqur'an sbb :
"Dialah Zat yang menjadikan untuk kamu apa-apa yang ada di bumi ini semuanya." 
(al-Baqarah: 29) 

"Dan Allah telah memerinci kepadamu sesuatu yang Ia telah haramkan atas kamu." 
(al-An'am: 119)

"(Allah) telah memudahkan untuk kamu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa 
yang ada di bumi semuanya daripadaNya." (al-Jatsiyah: 13)

"Belum tahukah kamu, bahwa sesungguhnya Allah telah memudahkan untuk kamu 
apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi; dan Ia telah 
sempurnakan buat kamu nikmat-nikmatNya yang nampak maupun yang tidak nampak." 
(Luqman: 20)

"Dan jangan kamu berani mengatakan terhadap apa yang dikatakan oleh lidah-lidah 
kamu dengan dusta; bahwa ini halal dan ini haram, supaya kamu berbuat dusta 
atas (nama) Allah, sesungguhnya orang-orang yang berani berbuat dusta atas 
(nama) Allah tidak akan dapat bahagia." (an-Nahl: 116)

"Sungguh Allah telah menerangkan kepada kamu apa yang Ia haramkan atas kamu." 
(al-An'am: 119)

Dalil Teks Hadits :
"Apa saja yang Allah halalkan dalam kitabNya, maka dia adalah halal, dan apa 
saja yang Ia haramkan, maka dia itu adalah haram; sedang apa yang Ia 
diamkannya, maka dia itu dibolehkan (ma'fu). Oleh karena itu terimalah dari 
Allah kemaafannya itu, sebab sesungguhnya Allah tidak bakal lupa sedikitpun." 
Kemudian Rasulullah membaca ayat: dan Tuhanmu tidak lupa.(Riwayat Hakim dan 
Bazzar)

"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban, maka jangan kamu 
sia-siakan dia; dan Allah telah memberikan beberapa batas, maka jangan kamu 
langgar dia; dan Allah telah mengharamkan sesuatu, maka jangan kamu 
pertengkarkan dia; dan Allah telah mendiamkan beberapa hal sebagai tanda 
kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, maka jangan kamu perbincangkan dia." 
(Riwayat Daraquthni, dihasankan oleh an-Nawawi)


Jadi, berdasar dari beberapa ayat dan hadits yang tersebut di atas, para ulama2 
syafi'iyyah mengetahui dengan pasti, bahwa hanya Allahlah yang berhak 
menentukan halal dan haram, baik dalam kitabNya (al-Quran) ataupun melalui 
lidah RasulNya (Sunnah). Tugas mereka tidak lebih, hanya menerangkan hukum 
Allah tentang halal dan haram itu.

Demikian, semoga dapat dimengerti.

salam,
Hernowo

--- In mencintai-islam@yahoogroups.com, "Lanie"  wrote:
>
> Assallammu'alaikum..
> 
>  
> 
> 1-"hukum asal ibadah adalah terlarang" atau "hukum asal dalam ibadah adalah
> batil hingga terdapat dalil yang memerintahkan"
> 
> 
> 2-"hukum asal dari ibadah adalah halal dan mubah kecuali jika terdapat dalil
> yang mengharamkan atau melarangnya"
> 
>  
> 
>  
> 
> Saya sering dengar dua kalimat yg bertentangan ini, ada yang tau "Dalil" nya
> nggak ???  mohon dishare.
> 
>  
> 
> Syukron,
> 
>  
> 
>  
> 
> Wassalamu'alaikum.
> 
>  
> 
> A.Lanie
> 
>  
> 
>  
> 
> From: mencintai-islam@yahoogroups.com
> [mailto:mencintai-is...@yahoogroups.com] On Behalf Of ZonJonggol
> Sent: Thursday, August 19, 2010 1:37 PM
> To: mencintai-islam@yahoogroups.com
> Subject: [mencintai-islam] Kesalahpahaman tentang Ibadah
> 
>  
> 
>   
> 
> Salah satu kesalahpahaman lainya yang diyakini sebagian muslim, bahwa "hukum
> asal ibadah adalah terlarang" atau "hukum asal dalam ibadah adalah batil
> hingga terdapat dalil yang memerintahkan'.
> 
> Sebenarnya, hukum asal dari ibadah adalah halal dan mubah kecuali jika
> terdapat dalil yan

[mencintai-islam] KAJIAN ILMIAH TENTANG HAROKAH SALAFY

2010-09-03 Terurut Topik hernowobroto
KAJIAN ILMIAH TENTANG HAROKAH SALAFY

Ditulis oleh orgawam di/pada Juli 31, 2007

KAJIAN ILMIAH TENTANG HAROKAH SALAFY
http://orgawam.wordpress.com/2007/07/31/kajian-ilmiah-tentang-harokah-salafy/

oleh: [EMAIL PROTECTED]

Salafi meyakini bahwa hanya ada satu golongan yang selamat dan masuk
syurga, yakni salafi, dari sekian banyak golongan yang ada saat ini (73
golongan). Salafi menggunakan landasan hadits Nabi saw,
"Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya
masuk neraka kecuali satu golongan." Ditanyakan kepada beliau:
"Siapakah mereka, wahai Rasul Allah?" Beliau menjawab: "Orang-orang
yang mengikutiku dan para sahabatku." [HR Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu
Majah, Ahmad, Ad-Darami dan Al-Hakim].

Kemudian diperkuat lagi dengan kaidah yang mereka gunakan bahwa
"Kebenaran hanya satu sedangkan kesesatan jumlahnya banyak sekali",
kebenaran yang satu ada pada salafi! Keyakinan ini berdasarkan hadits
Nabi Saw,

Rasulullah saw bersabda: "Inilah jalan Allah yang lurus" Lalu beliau
membuat beberapa garis kesebelah kanan dan kiri, kemudian beliau
bersabda: "Inilah jalan-jalan (yang begitu banyak) yang bercerai-berai,
atas setiap jalan itu terdapat syaithan yang mengajak kearahnya".
Kemudian beliau membaca ayat,

Dan (katakanlah): "Sesungguhnya inilah jalanku yang lurus maka ikutilah
dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa." (Qs.
al-An'aam [6]: 153) [HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim] ( lihat 1, hal
47-48).

Sehingga salafi meyakini bahwa semua golongan sesat, bid'ah, tidak
selamat dan tidak masuk syurga. Dengan keyakinan ini maka salafi merasa
dirinya paling benar (karakter 1), sedangkan ulama/golongan lain selalu
salah, sesat dan bid'ah. Sehingga golongan sesat dan bid'ah ini layak
untuk dicela (karakter 2), harus diungkapkan semua keburukannya dan
jangan diungkapkan secuil-pun kebaikannya, karena khawatir nanti
diikuti oleh umat Islam (lihat 4, hal 28-29). Sehingga bertaburanlah
dalam pengajian, daurah, seminar, buku-buku dan website-website salafi
pernyataan bahwa hanya salafi-lah yang paling sesuai dengan as-sunnah
dan celaan sesat dan bid'ah kepada ulama/golongan selain salafi.

Berpecah Belah Sesamanya

Tetapi ada satu hal yang aneh dan sangat bertolak belakang dengan
keyakinan diatas, pada saat kita mencoba lebih jauh mengenal salafi
maka akan dijumpai fakta bahwa secara internal salafi berpecah belah
sesamanya. Salafi yang satu meyakini bahwa dirinya paling benar dan
yang lain sesat, sehingga mereka mencela salafi yang lain dan ditahdzir
(diperingatkan) agar segera bertaubat. Sedangkan salafi yang dicela
juga mengatakan hal yang sama, bahwa merekalah yang paling benar dan
yang lain sesat. Hal ini terjadi, kemungkinan besar karena karakter
salafi yang merasa dirinya paling benar (karakter 1), sehingga sesama
mereka sendiri saling berselisih, mau menang sendiri dan mencela satu
sama lain (karakter 2).

Abdurahman Wonosari:

Berkaitan dengan fitnah tahazzub, yang dinukilkan oleh Syaikh Muqbil
bin Hadi, dengannya memecah-belah barisan salafiyyin dimana-mana,
termasuk di Indonesia. Kemudian fitnah yang ditimbulkan oleh Yayasan
Ihya' ut Turots yang dipimpin oleh Abdurahman Abdul Kholiq serta
Abdullah as Sabt. Abdurahman Abdul Khaliq telah dinasihati secara keras
dan sebagian Ulama' menyebutnya sebagai mubtadi'. Adapun Jum'iyyah
Ihya' ut Turots dan Abdurahman Abdul Khaliq telah berhasil menyusupkan
perpecahan sehingga mencerai-beraikan Salafiyyin di Indonesia. Apakah
Jum'iyah Ihya' ut Turots (disingkat JI) ini memecah-belah dengan
pemikiran, kepandaian,gaya bicara mereka saja? (lihat 6).

Abu Ubaidah Syafrudin:

Bahkan sampai ta'ashub dengan kelompoknya, golongannya, sehingga
menyatakan bahwa salafy yang murni adalah kelompok salafy yang ada di
tempat fulani dan berada di bawah ustadz fulan (lihat 6).
Perpecahan internal ini bisa sangat tajam, sehingga kata-kata yang
diucapkan bisa sangat kasar, sehingga tidak layak diucapkan oleh
seorang hamilud da'wah (pengemban da'wah),

Abdul Mu'thi:

Khususnya yang berkenaan tentang Abu Nida', Aunur Rafiq, Ahmad Faiz
serta kecoak-kecoak yang ada di bawah mereka. Mereka ternyata tidak
berubah seperti sedia kala, dalam mempertahankan hizbiyyah yang ada
pada mereka (lihat 6).

Muhammad Umar As-Sewed:

Adapun Abdul Hakim Amir Abdat dari satu sisi lebih parah dari mereka,
dan sisi lain sama saja. Bahwasanya dia ini, dari satu sisi lebih parah
karena dia otodidak dan tidak jelas belajarnya, sehingga lebih parah
karena banyak menjawab dengan pikirannya sendiri. Memang dengan hadits
tetapi kemudian hadits diterangkan dengan pikirannya sendiri, sehingga
terlalu berbahaya.
Ini kekurangan ajarannya Abdul Hakim ini disebabkan karena dia
menafsirkan seenak sendiri dan memahami seenaknya sendiri. Tafsirnya
dengan Qultu, saya katakan, saya katakan , begitu. Ya.., di dalam
riwayat ini,ini, dan saya katakan, seakan-akan