Re: [muslim_binus] Al-Ma’tsurat Dha’if?

2007-04-17 Terurut Topik Sandy Buchori
assalamu'alaykum warahamtullah wabarakatuh!

Ana ingin sedikit memberikan tambahan dan saran dari tulisan akh.Taufan. Afwan 
bukan maksud ana untuk  mengajak berdebat tapi ana ingin membukan pikiran dan 
pintu diskusi.

Akhy fillah...
Memang benar ketika berdiskusi dalam masalah keshahihan hadits-hadits dari 
sebuah buku kumpulan do'a dan dzikir harus dibarengi dengan ilmu yang kuat. 
Tidak boleh asal sembarangan berucap dan langsung serta-merta 
menyalahkan/melemahkan kualitas dari salah satu kumpulan do'a yang tidak biasa 
kita gunakan. 

 Semisal dalam memandang Al-Ma'surat sebuah karya besar dari Tokoh Islam Hasan 
Al-Bana, bila kita sebagai orang yang tidak menggunakannya dengan beberapa 
alasan tertentu tidak boleh dengan tanpa ilmu menyudutkan atau melemahkan 
kualitas kitab ini. Bilang bahwa buku ini tidak berkualitas karena ada hadits 
dhaif tanpa dukungan suatu dalil/bukti. Begitupula Anda yang sering mengamalkan 
do'a-do'a dari kitab ini tidak boleh fanatik bila datang kabar dari seorang 
ulama yang mentahqiq(meneliti) hadits ini. 

Karena begitulah yang dilakukan oleh Para Imam Empat Mazhab (Abu Hanifah, 
Syafi'i, Malik, Ahmad bin Hambal) yang menjadi teladan kita, salah satu 
diantara mereka adalah "Yang sesuai dengan sunnah Nabi adalah madzhabku, dan 
yang tidak maka campakkanlah itu jauh-jauh"

Saran ana ketika kita membeli atau menggunakan suatu buku kumpulan Do'a-Do'a 
sebaiknya kita melihat isi dari buku itu. Apakah buku itu sudah ada tahqiq-nya 
atau minimal di dalam buku itu dikemukakan sumber pengambilannya (apakah dari 
Al-Quran atau dari Al-Hadits) berdasarkan penafsirannya (maksudnya apakah benar 
do'a itu betul-betul dianjurkan untuk diamalkan pada waktu itu 
(pagi/sore/malam) dan dengan tata cara seperti itu (mis :baca 3x).

Jadi mulailah sedari sekarang kita mulai kritis dalam memilah-memilih buku-buku 
islam terutama buku-buku yang berisi suatu amalan untuk dikerjakan. Keshahihan 
atau kualitas dalil yang diambil oleh buku itu harus bisa dipertanggung 
jawabkan.

Catatan buat Al-Ma'tsurat :
1. Apakah dalam sebuah penerbitan buku kecil Al-Ma'tsurat ini sudah ada catatan 
kaki tentang tahqiq (penelitian) atau dalil pengambilan hukum amalan dari 
do'a-do'a di dalam buku itu?

 Contoh seperti do'a terakhir disana ada do'a Rabithah yang terkenal, apakah 
do'a itu ada contoh dari Nabi dan para sahabat? Kita ingat akan kaidah 
"Seandainya Amalan itu baik, maka Nabi beserta Para Sahabat telah 
mencontohkannya". 

Kita gak salah memohon kepada Allah dengan gaya bahasa sendiri, misal saja 
minta dipermudah ketika menghadapi ujian dengan lafal "Ya Allah, saya memohon 
dipermudah ketika ujian." Itu boleh. Namun do'a itu hanya dipergunakan bagi 
kita pribadi saja tidak harus dibiasakan dan direkomendasikan ke orang-orang. 
Karena ketika kita ingin merekomendasikannya butuh sebuah dalil. 

Dan seutama-utamanya do'a adalah do'a yang diajarkan dari Al-Quran dan 
Hadits-Hadits yang shahih.

2. Ana akui kitab-kitab besar karangan ulama besar terdahulu seperti Kitab 
Al-Adzkar karya Imam Nawawi tidak luput terjatuh dalam pengambilan 
hadits-hadits yang dhaif. Hal itu dimungkinkan karena keterbatasan informasi 
status hadits dari para ulama itu pada masanya. Mereka telah berusaha 
semaksimal mungkin untuk memasukkan hadits-hadits shahih dari buku doa mereka 
menurut informasi status hadits yang mereka terima.

Jadi bagi kita yang hidup di zaman sekarang, merujuk kepada Ulama yang telah 
mengupdate informasi tentang kualitas suatu hadits yang tentunya dengan 
keutamaan ilmu mereka, seperti Muhaddits abad ini Syaikh Muhammad Nashiruddin 
Al-Albani dan lainnya yang telah teruji keahliannya di bidang ilmu hadits.

Nah sekarang kita meninjau buku Al-Ma'tsurat tersebut, afwan bukannya ana 
mendeskriditkan penulisnya. Siapakah Hasan Al-Bana? Apakah dia seorang Ulama 
dalam bidang hadits? Kita telah kita ketahui bahwa dari sejarah yang ada 
mengatakan bahwa beliau adalah Tokoh Besar pergerakan Islam dan bukan seorang 
yang mengabdikan hidupnya untuk meneliti kualitas hadits (muhadditsin). 

Nah tadi kita telah ketahui bahwa ulama besar yang juga ahli dalam bidang 
hadits seperti Imam Nawawi dan Ibnu Taimiyah saja bisa tak luput dari 
kesalahan. Apalagi Hasan Al-Bana?  

Kita lihat Al-Ma'tsurat karya besar beliau tersebut tidak dicantumkan 
sumber-sumber yang jelas pengambilan do'a-do'a tersebut. Nah ini membuat 
syubhat kepada ummat bukan???
Marilah kita cukup adil untuk menimbang permasalahan ini

3. Bila saudara-saudaraku di Ikhwanul Muslimin masih ingin mengamalkan kitab 
Al-Ma'tsurat, silahkan saja! Namun, harus dipilah-pilih mana do'a-do'a yang 
sesuai dengan sunnah Rasul dan mana yang tidak. Jelas, ini harus diinformasikan 
kepada teman-teman antum, terutama yang masih awam terhadap masalah ini. 

Sebarkanlah/terbitkanlah buku tahqiq(revisi) Al-Ma'tsurat bila ada dan tarik 
kitab-kitab Al-Ma'tsurat yang sekarang beredar di masyarakat yang didalamnya 
tidak ada keterangan yang jelas tentang ke

[muslim_binus] Al-Ma’tsurat Dha’if?

2007-04-17 Terurut Topik tauFan_S
AlhamduliLLAAHi wash Shalatu was Salamu `ala RasuliLLAAHi 
wa `ala `alihi,

Ikhwah wa akhwat fiLLAAH,

Semoga ALLAH SWT senantiasa mengumpulkan kita semua setiap waktu 
dalam manisnya ibadah, lisan yang basah dengan dzikruLLAAH, tubuh 
yang penat & letih dalam memperjuangkan ummat & membela agama ALLAH, 
hati yang ikhlas dan jauh dari hasad & ghill, aamiin ya RABB…

Dan segala puji bagi ALLAH jua, yang dengan nikmat-NYA telah 
menunjukkan kepada dakwah ini sebagian hasil dari perjuangan para 
mujahid-NYA, dakwah ini sedikit demi sedikit telah mulai mewarnai 
kehidupan berpolitik & bernegara, sekalipun masih belajar & walaupun 
dengan tertatih-tatih & terjungkal disana-sini, ia telah mulai 
menampakkan berbagai hasil positifnya bagi para penanamnya, 
liyu'jibuz-zurra'a liyaghizha bihimul kuffar, yang tidak akan 
diingkari kecuali oleh orang-orang yang menzhalimi dirinya sendiri…

Sekalipun dihujani berbagai kritik & bahkan juga tuduhan, baik secara 
langsung maupun melalui media massa, tetapi mereka yang berada di 
dalam sistem dapat melihat adanya perkembangan arus kebaikan & 
perbaikan yang signifikan dengan masuknya para da'i dalam sistem 
tersebut, lambat tapi pasti kebatilan mulai tergeser & al-haqq mulai 
menunjukkan pengaruhnya, waLLAAHu musta'an…

Ikhwah wa akhwat fiddin,

Beberapa hari yang lalu, ada beberapa ikhwah yang mengirim email 
maupun SMS ke ana, meminta menjelaskan tentang "Dzikir Al-Ma'tsurat" 
yang ditulis oleh Imam Al-Banna -rahimahuLLAAH- yang katanya banyak 
disebut sebagai kumpulan dzikir yang dha'if & maudhu', oleh sebagian 
saudara kita fiddiin…

Ana teringat beberapa waktu yang lalu, saat berkesempatan mengunjungi 
Islamic Development Bank (IDB) Jeddah bersama beberapa asztidz, saat 
kami berada di Jeddah, kami bertemu dengan ikhwah disana, dan diminta 
memberikan taujih. Setelah selesai menyampaikan taujih, nampak ada 
seorang ulama Jeddah (yang menurut ikhwah disana tidak suka dengan 
harakah & hizb), ia bertanya demikian: Mengapa Al-Ikhwan mengamalkan 
doa Al-Ma'tsurat yang merupakan kumpulan hadits-hadits dha'if?

Saat itu saya tidak berkesempatan menjawabnya, karena telah dijawab 
oleh beberapa ikhwah yang lain, namun nampaknya beliau -
hafizhahuLLAAH- merasa tidak puas. Maka saat ramah-tamah, saya 
mendekatinya & terjadi dialog sbb:

Saya: Apakah antum sudah membaca kitab-kitab kumpulan doa & dzikir 
yang ditulis oleh para ulama kita Salafus Shalih?

Beliau: Sudah, bini'matiLLAAH…

Saya: Apakah antum bisa menunjukkan kepada saya, satu saja dari kitab 
kumpulan doa mereka itu yang tidak berisi hadits-hadits dha'if?

Beliau: Maksud ustadz?

Saya: Saya memohon jika bisa ditunjukkan kepada saya, ada 1 saja 
kitab kumpulan doa/dzikir yang ditulis ulama salaf yang bersih dari 
hadits-hadits dha'if.

Beliau: Wah, ana belum pernah tuh mencek semuanya..

Demikianlah potongan diskusi kami dengan beliau -semoga ALLAH SWT 
mengampuni saya & beliau-, yang kesemuanya ini menunjukkan substansi 
masalah yang sebenarnya, yaitu telah beredarnya berbagai isu & fitnah 
seperti malam yang gelap gulita diantara para aktifis Islam, tanpa 
didasari sikap husnuzhan & rihabatus-shudur…

Seandainya kita semua berpijak pada prinsip husnuzhan & rihabatush-
shudur kepada sesama aktifis & da'i Islam, maka kita bisa membagi 
pekerjaan dakwah ini untuk menggarap berbegai segmen berdasarkan 
karakteristik khusus (khashais) & spesialisasi (takhassusiyat) dari 
masing-masing gerakan Islam, dan tidak perlu disibukkan untuk 
membantah tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh sesama saudara 
sendiri, yang malah amat sangat membantu & menguntungkan para musuh-
musuh Islam untuk memecah-belah ummat, wabiLLAAHi nasta'in..

Kembali ke permasalahan Al-Ma'tsurat, maka ketahuilah wahai ikhwah wa 
akhwat fiLLAAH a'anakumuLLAAH jami'an, bahwa kalau seorang yang alim, 
maka mereka akan tahu bahwa tidak ada satupun kitab yang ditulis 
ulama salafus-shalih yang khusus berisi kumpulan doa & dzikir yang 
tidak berisi hadits-hadits dha'if, sekedar untuk menyebutkan contoh, 
sampai kita Al-Adab Al-Mufrad karangan Kibarul Muhaddits (Tokoh 
Terbesar para Ahli Hadits) yaitu Imam Abi AbdLLAAH Muhammad bin 
Isma'il bin Ibrahim bin Bardizbah Al-Bukhari (Imam Bukhari) juga 
banyak mengandung hadits-hadits dha'if…

Demikian pula kitab Al-Amalul Yaumi wa Laylah (baik yang ditulis oleh 
Imam An-Nasa'i, maupun oleh Imam Ibnu Sunni), kitab Al-Adzkar 
karangan Imam An-Nawawi, dan bahkan kitab Al-Kalimut Thayyib yang 
dikarang oleh salah seorang pelopor mujaddid pembersihan bid'ah & 
khurafat, yaitu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahuLLAAH- (yang 
telah di-syarah/diberi penjelasan oleh muridnya Imam Ibnul Qayyim 
dalam kitabnya Al-Wabilus Shayyib) juga bertaburan hadits-hadits 
dha'if…

Lalu mengapa dengan banyaknya hadits-hadits dha'if dalam tulisan para 
ulama tersebut lisan mereka diam & tidak menyebarkan fitnah, 
sementara terhadap Al-Ma'tsurat (yang kalaupun ada hadits dha'ifnya, 
maka tidaklah sebanyak dalam kitab Al-Kalimut Thayyib-n