[ob] Pansus Century Tidak Puas atau Tidak Cerdas?
hihihi === http://inilah.com/berita/politik/2009/12/23/238762/pansus-century-tidak-puas-atau-tidak-cerdas/ INILAH.COM, Jakarta - Sekitar empat jam bekas Gubernur BI Boediono diperiksa oleh Pansus Hak Angket Kasus Bank Century, Selasa (22/12). Target pansus menggali informasi nyaris tak terwujud dalam pemeriksaan itu. Pansus tidak puas atas jawaban Boediono atau pansus tak cerdas? Hampir empat jam Pansus Hak Angket Bank Century menggilir pertanyaan kepada Boediono terkait tema Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP). Sembilan fraksi berkesempatan bertanya, mengkonfirmasi, mengkonfrontasi, yang bertujuan untuk penyelidikan terhadap Boediono yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden itu. Namun dari seluruh penanya nyaris tidak ada pertanyaan yang bersifat menggali dan menemukan sesuatu yang baru. Alih-alih pansus mampu menggali informasi baru terkait FPJP, justru Pansus tak ubahnya mendapat kuliah umum dari Profesor Boediono. Hal ini pula diakui Ketua Pansus Century Idrus Marham yang menilai informasi dan jawaban Boediono bersifat umum. “Penjelasan Boeidono masih umum. Pendalamannya memang perlu dilakukan klarifikasi, Verifikasi, dan konfrontasi dengan pejabat-pejabat BI yang ada di bawahnya,” akunya di gedung DPR usai rapat pemeriksaan Boediono. Sedangkan pengamat Hukum Tata Negara Hendarmin Ranadireksa menilai pada awalnya ia menyangka Boediono bakal dicecar pertanyaan kritis dan keras oleh anggota pansus Cnetury. Eh, tahunya jadi seperti menonton kuliah Ekonomi Makro dan Manajemen oleh seorang gurubesar. Jernih, tenang, dan santun,” ujarnya kepada INILAH.COM melalui pesan elektronik dari Bandung, Rabu (23/12). Meski demikian, Hendarmain mengaku sejak awal meragukan kemampuan para anggota pansus dalam melakukan penyelidikan kasus Bank Century ini. Jika dikomparasi dengan kemampuan Boediono, Hendarmin menilai, jauh kelas antara pansus Century dengan Boediono. “Sejak awal juga saya melihat akan mentok kalau obyeknya kebijakan. Pansus bisa sukses kalau obyeknya pada penelusuran ke mana aliran dana dan mungkin atau pasti ketemu pidana yang besar di situ,” ujarnya. Sementara pengamat ekonomi Ichsanudin Noorsy menilai banyak hal yang tidak tergali maksimal dari kehadiran Boeidono. Ichsanudin yang juga bekas anggota DPR ini menilai anggota pansus kurang mempersiapan diri dengan baik untuk menggali berbagai informasi penting untuk mengkonfrontasi pernyataan Boediono. Untuk menghadapi seorang teknokrat seperti Boediono pansus harus mempersiapkan diri dengan baik. Namun tampaknya hal itu tidak dilakukan oleh anggota-anggota pansus,” ujarnya seraya menyebut seharusnya banyak hal yang bisa didalami, namun tidak dilakukan oleh Pansus Hak Angket Kasus Bank Century. Ia mencontohkan jawaban Boediono tentang kebijakan pemberian FPJP dilakukan dalam kondisi krisis membutuhkan tindakan responsif dan fleksibel. Menurut Ichsanduin, jawaban Boediono sebenarnya bertentangan dengan prinsip yang dianut perbankan yaitu prudent atau kehati-hatian dan keleluasaan dalam mengambil kebijakan. “Responsif dan fleksibel kan artinya prinsip kehati-hatian ditinggalkan. Responsif disini kan hanya berpatokan pada kekuasan bank sentral semata,” ujarnya. Ia pun menyayangkan, Pansus Century tidak menanyakan lebih lanjut ketika Boediono menjelaskan alasan mengubah Peraturan Bank Indonesia (PBI) mengenai CAR (rasio kecukupan modal) dari 8% menjadi positif saja dengan alasan krisis. “Sebagai seorang teknokrat setiap perubahan harus dilandasi rujukan akademis. Alasan-alasan Boediono yang membandingkan kondisi sekarang dengan kondisi 1998 dimana BI memiliki kewenangan untuk menurunkan CAR, juga tidak ditelusuri dengan baik,” tegasnya. Ichsandin juga menilai penjelasan Boedino tentang kesamaan antara krisis 1997-1998 sama dengan krisis 2008 merupakan pendapat aneh. Menurut dia, Pada 1997-1998 krisis terjadi secara global sementara sektor keuangan di dalam negeri pun amburadul. Namun pada 2008 ini walaupun terjadi krisis global, namun sektor perbankan dan keuangan masih sangat stabil. “Yang terjadi hanyalah adanya fluktuasi nilai tukar dan tidak ada krisis perbankan. Pinjaman uang antarbank naik, modal tidak tergerus, kredit bermasalah pun sama sekali tidak mengkhawatirkan dan likuiditas masih sangat mencukupi. Jadi tidak ada alasan krisis,” tandasnya. Potret kualitas para anggota pansus dapat dilihat secara terbuka oleh publik. Sepatutnya Pansus Hak Angket Bank Century dapat memaksimalkan segenap sumber daya yang dimiliki. Mulai dari kewenangan yang luas, tim ahli, termasuk meiningkatkan kapasitas personal anggota pansus. Jangan sampai pansus hanya modal nafsu besar tetapi minim kemampuan. [mor] + + + + + + + Mohon saat meREPLY posting, text dari posting lama dihapus kecuali diperlukan agar CONTEXTnya jelas. + + + + + + +Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to:
Re: [ob] Pansus Century Tidak Puas atau Tidak Cerdas?
Yg jelas sih gak IKHLAS om widhie... AB On Wed Dec 23rd, 2009 4:25 AM EST Saptono Widhi wrote: hihihi === http://inilah.com/berita/politik/2009/12/23/238762/pansus-century-tidak-puas-atau-tidak-cerdas/ INILAH.COM, Jakarta - Sekitar empat jam bekas Gubernur BI Boediono diperiksa oleh Pansus Hak Angket Kasus Bank Century, Selasa (22/12). Target pansus menggali informasi nyaris tak terwujud dalam pemeriksaan itu. Pansus tidak puas atas jawaban Boediono atau pansus tak cerdas? Hampir empat jam Pansus Hak Angket Bank Century menggilir pertanyaan kepada Boediono terkait tema Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP). Sembilan fraksi berkesempatan bertanya, mengkonfirmasi, mengkonfrontasi, yang bertujuan untuk penyelidikan terhadap Boediono yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden itu. Namun dari seluruh penanya nyaris tidak ada pertanyaan yang bersifat menggali dan menemukan sesuatu yang baru. Alih-alih pansus mampu menggali informasi baru terkait FPJP, justru Pansus tak ubahnya mendapat kuliah umum dari Profesor Boediono. Hal ini pula diakui Ketua Pansus Century Idrus Marham yang menilai informasi dan jawaban Boediono bersifat umum. “Penjelasan Boeidono masih umum. Pendalamannya memang perlu dilakukan klarifikasi, Verifikasi, dan konfrontasi dengan pejabat-pejabat BI yang ada di bawahnya,” akunya di gedung DPR usai rapat pemeriksaan Boediono. Sedangkan pengamat Hukum Tata Negara Hendarmin Ranadireksa menilai pada awalnya ia menyangka Boediono bakal dicecar pertanyaan kritis dan keras oleh anggota pansus Cnetury. Eh, tahunya jadi seperti menonton kuliah Ekonomi Makro dan Manajemen oleh seorang gurubesar. Jernih, tenang, dan santun,” ujarnya kepada INILAH.COM melalui pesan elektronik dari Bandung, Rabu (23/12). Meski demikian, Hendarmain mengaku sejak awal meragukan kemampuan para anggota pansus dalam melakukan penyelidikan kasus Bank Century ini. Jika dikomparasi dengan kemampuan Boediono, Hendarmin menilai, jauh kelas antara pansus Century dengan Boediono. “Sejak awal juga saya melihat akan mentok kalau obyeknya kebijakan. Pansus bisa sukses kalau obyeknya pada penelusuran ke mana aliran dana dan mungkin atau pasti ketemu pidana yang besar di situ,” ujarnya. Sementara pengamat ekonomi Ichsanudin Noorsy menilai banyak hal yang tidak tergali maksimal dari kehadiran Boeidono. Ichsanudin yang juga bekas anggota DPR ini menilai anggota pansus kurang mempersiapan diri dengan baik untuk menggali berbagai informasi penting untuk mengkonfrontasi pernyataan Boediono. Untuk menghadapi seorang teknokrat seperti Boediono pansus harus mempersiapkan diri dengan baik. Namun tampaknya hal itu tidak dilakukan oleh anggota-anggota pansus,” ujarnya seraya menyebut seharusnya banyak hal yang bisa didalami, namun tidak dilakukan oleh Pansus Hak Angket Kasus Bank Century. Ia mencontohkan jawaban Boediono tentang kebijakan pemberian FPJP dilakukan dalam kondisi krisis membutuhkan tindakan responsif dan fleksibel. Menurut Ichsanduin, jawaban Boediono sebenarnya bertentangan dengan prinsip yang dianut perbankan yaitu prudent atau kehati-hatian dan keleluasaan dalam mengambil kebijakan. “Responsif dan fleksibel kan artinya prinsip kehati-hatian ditinggalkan. Responsif disini kan hanya berpatokan pada kekuasan bank sentral semata,” ujarnya. Ia pun menyayangkan, Pansus Century tidak menanyakan lebih lanjut ketika Boediono menjelaskan alasan mengubah Peraturan Bank Indonesia (PBI) mengenai CAR (rasio kecukupan modal) dari 8% menjadi positif saja dengan alasan krisis. “Sebagai seorang teknokrat setiap perubahan harus dilandasi rujukan akademis. Alasan-alasan Boediono yang membandingkan kondisi sekarang dengan kondisi 1998 dimana BI memiliki kewenangan untuk menurunkan CAR, juga tidak ditelusuri dengan baik,” tegasnya. Ichsandin juga menilai penjelasan Boedino tentang kesamaan antara krisis 1997-1998 sama dengan krisis 2008 merupakan pendapat aneh. Menurut dia, Pada 1997-1998 krisis terjadi secara global sementara sektor keuangan di dalam negeri pun amburadul. Namun pada 2008 ini walaupun terjadi krisis global, namun sektor perbankan dan keuangan masih sangat stabil. “Yang terjadi hanyalah adanya fluktuasi nilai tukar dan tidak ada krisis perbankan. Pinjaman uang antarbank naik, modal tidak tergerus, kredit bermasalah pun sama sekali tidak mengkhawatirkan dan likuiditas masih sangat mencukupi. Jadi tidak ada alasan krisis,” tandasnya. Potret kualitas para anggota pansus dapat dilihat secara terbuka oleh publik. Sepatutnya Pansus Hak Angket Bank Century dapat memaksimalkan segenap sumber daya yang dimiliki. Mulai dari kewenangan yang luas, tim ahli, termasuk meiningkatkan kapasitas personal anggota pansus. Jangan sampai pansus hanya modal nafsu besar tetapi minim kemampuan. [mor] + + + + + + + Mohon saat meREPLY posting, text dari posting lama dihapus kecuali diperlukan agar CONTEXTnya jelas. + + + + + + +Yahoo!