Bormindo berpeluang kuasai Apexindo JAKARTA: PT Bormindo
Nusantara berpeluang menang dalam tender penjualan 51,4% saham PT Apexindo
Pratama Duta Tbk milik PT Medco Energi Internasional Tbk meskipun memberikan
harga penawaran Rp2.425 per saham. Harga penawaran ini lebih kecil
dibandingkan penawaran Abacus Capital Rp2.450 per saham yang diajukan kepada
pemilik 51,4%. Penutupan transaksi penjualan 51,4% saham Apexindo direncanakan
selesai pada awal tahun depan. Presiden Direktur Apexindo Hertriono
Kartowisastro mengatakan harga bukan satu-satunya pertimbangan dalam penentuan
pemenang. Dalam proses negosiasi penjualan saham Apexindo, harga merupakan
faktor penting, tetapi poin-poin persyaratan pembelian [sale and purchase
agreement/SPA] tentu harus dipertimbangkan. Kalau harganya tinggi, tetapi
uangnya baru diterima dua tahun kemudian, siapa yang mau apalagi persyaratannya
bukan main, ujarnya kemarin. Dia menuturkan perusahaan migas yang
dikendalikan oleh Keluarga Panigoro itu menyatakan keinginannya untuk menerima
pembayaran secara tunai dalam transaksi penjualan saham perusahaan pengeboran.
Harga saham Apexindo kemarin ditutup stagnan pada level Rp2.325 per saham.
Dengan nilai Rp2.325 per saham berarti kapitalisasi pasar Apexindo mencapai
Rp6,12 triliun. Tidak lolos Hertriono menjelaskan dua pemodal lain yaitu
Recapital Investment Bank dan Texas Pacific Group (TPG) sudah dipastikan tidak
lolos dalam proses finalisasi pemenang. Dari awal dalam proses uji teknis,
mereka sudah tidak masuk. Dia menjelaskan Medco menginginkan penyelesaian
transaksi penjualan saham itu dilaksanakan secepatnya. Hilmi Panigoro [Dirut
Medco] sudah mengatakan supaya proses ini selesai secepatnya. Mudah-mudahan
saja pekan ini bisa terwujud. Sumber Bisnis menambahkan apabila Bormindo
berhasil membeli Apexindo, perusahaan itu kemungkinan dibeli oleh PT Nusantara
Infrastructure Tbk. Beberapa waktu lalu, Komut Bormindo
dan Dirut Nusantara dipegang oleh eksekutif yang sama yakni M. Ramdani Basri.
Namun, kemungkinan itu dibantah oleh Ramdani. Tak ada hubungan antara
Nusantara Infrastructure dan Bomindo Nusantara. Saya dulu kebetulan pernah
dipercaya menjadi Komisaris Utama Bormindo, tuturnya. Nusantara
Infrastructure tetap fokus untuk mengembangkan proyek semen, pengolahan air,
dan pembangkit listrik. Bahkan, emiten itu juga berencana melebarkan ke bisnis
pengeboran minyak. Sementara itu, Medco menunda pelaksanaan rapat umum
pemegang saham luar biasa (RUPSLB) disebabkan oleh belum tercapainya
kesepakatan antara perseroan dengan calon pembeli Apexindo. Semula perseroan
ingin menggelar RUPSLB pada 27 Desember dengan agenda meminta persetujuan
pemegang saham atas rencana perseroan melakukan divestasi 51,4% saham perseroan
di Apexindo. Perseroan mengubah pelaksanaan RUPSLB menjadi 31 Desember.
Sebelum persaingan mengerucut pada Abacus dan Bormindo, empat calon pembeli
telah
memasukkan harga sekaligus dokumen penawaran untuk membeli Apexindo, sedangkan
dua calon pembeli lainnya yakni Essar Oil dari India dan 3i Group Plc
mengundurkan diri dari proses divestasi karena harga yang diminta Medco Energi,
Rp2.700 per saham, terlampau mahal. Dia juga menuturkan pemegang saham baru
Apexindo diharapkan menyuntik dana segar untuk tambahan belanja modal
perseroan. Perusahaan pengeboran itu memperkirakan pendapatan perseroan tahun
ini diperkirakan US$200 juta. Estimasi pendapatan itu berdasarkan
pertimbangan perpanjangan proyek baru dengan kenaikan tarif. Apexindo
diperkirakan membukukan laba bersih US$75 juta tahun depan. Harga saham Medco
pada perdagangan kemarin ditutup melemah 3,64% menjadi Rp5.300 per saham
dibandingkan dengan harga penutupan hari sebelumnya Rp5.500. Harga saham
tertinggi Medco diraih pada 11 September 2007 yaitu Rp6.100. ([EMAIL
PROTECTED]/ [EMAIL PROTECTED]) Oleh M. Munir Haikal Wisnu Wijaya
Bisnis Indonesia
Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com