Bukukan Laba Rp33 Triliun,Geser Posisi George Soros Minggu, 20/04/2008 Kejelian membaca peluang bisnis di tengah krisis tidak dipunyai sembarang orang.John Paulson salah satu yang memiliki kemampuan itu. KRISIS kredit perumahan (subprime mortgage) yang mengguncang perekonomian Amerika Serikat (AS) tahun lalu ternyata mendatangkan keuntunganbagiJohnPaulson. Pendapatan Paulson meningkat tajam seiring perusahaan keuangan yang dikelolanya berkembang sangat pesat. Bahkan,tahun itu,industri yang dipimpinnya memperoleh pendapatan paling tinggi. Dia mampu meraup keuntungan USD3,7 miliar atau setara dengan Rp33,95 triliun. Survei majalah Alphayang terbit beberapa hari lalu menempatkan Paulson di peringkat pertama dalam 10 daftar manajer keuangan paling top di Negeri Paman Sam. Presiden Direktur Paulson & Co Inc ini mampu mengungguli George Soros yang memimpin Soros Fund Management dan James Simons dengan Renaissance Technologies Corp. Kedua investor legendaris itu hanya memperoleh pendapatan kurang dari USD3 miliar (sekitar Rp27,5 triliun) tahun 2007. Alpha menggunakan dua komponen dalam menghitung pendapatan para manajer papan atas dunia tersebut. Pertama pembagian jumlah manajer yang ada di perusahaan dan kedua penilaian dari manajemen pembiayaan. Paulson mengambil alih takhta kepemimpinan manajer keuangan terkaya di AS setelah dirinya berhasil menyelamatkan Paulson Credit Opportunities Fund dari keterpurukan akibat krisis kredit perumahan. Pria yang lahir 51 tahun lalu itu langsung mengambil langkah guna mengatasi krisis tersebut dengan memberikan suntikan dana USD150 juta (Rp1,38 triliun) kepada Paulson Credit Opportunities Fund pada Juni 2006. Langkah tersebut bertujuan mengurangi aset-aset yang disebabkan krisis kredit perumahan itu. Selain itu,pria yang gemar berlayar ini beserta timnya berhasil meraup keuntungan hingga 590% pada akhir 2006. Padahal saat itu para investor lain saling berlomba-lomba berspekulasi di tengah krisis kredit perumahan yang berdampak serius. Secara sederhana krisis kredit perumahan atau subprime mortgage yang mengguncang AS tahun lalu merupakan permasalahan ekonomi sebagai akibat dari sistem pemberian utang yang dilakukan bank-bank di AS. Krisis tersebut bermula ketika terjadi permasalahan perumahan di AS dan pemberian pinjaman bagi pelaku kredit perumahan itu sebagai usaha mengembalikan keadaan keuangan dalam kondisi yang stabil. Namun, selama kurun 20062007, usaha perbaikan keuangan itu gagal. Akibatnya, banyak sekali dilakukan penyitaan. Saya masih tertarik dengan usaha kredit perumahan. Saya pikir, kami akan menjadi pemenang dalam pertaruhan ini, ungkap Paulson. Krisis perumahan ternyata sudah diprediksi jauh sebelumnya oleh Paulson.Karena itu, ayah dari dua putri ini mampu mengendalikan perusahaan investasinya di tengah krisis tersebut. Paulson pun mampu memperoleh keuntungan di tengah krisis tersebut.Bahkan, dia mampu membangun perusahaan sekuritas dengan disokong kredit perumahan. Menurut majalah Bloomberg, Paulson beserta Paulson & Co Inc berhasil mengumpulkan keuntungan yang paling besar selama 2007. Dia mampu mendapatkan pengembalian dari pendanaan kredit sekitar 340% atau setara USD1,14 miliar (Rp10,5 triliun). Keberhasilannya itu merupakan kemenangan dalam pertaruhan yang dia lakukan menghadapi krisis kredit perumahan AS.Kepiawaian dan insting bisnis Paulson sudah terasah sejak muda. Karier peraih MBA Harvard University ini diawali ketika ia bekerja untuk investor legendaris Leon Levy di Odyssey Partners. Saat itu, Paulson diuntungkan dengan merosotnya harga rumah 15 tahun lalu. Hasilnya, ia bisa membeli sebuah apartemen di New York dan sebuah rumah besar di Hamptons.Kedua bangunan tersebut merupakan hasil sitaan yang kemudian dilelang. Paulson mulai mengurus perusahaan finansialnya tahun 1994.Dengan modal awal sebesar USD2 juta (Rp18,4 miliar), ia berhasil mengembangkannya hingga menjadi USD500 juta (Rp4,6 triliun) sampai 2002. Strategi yang dia gunakan adalah menggabungkan pengembalian dari kredit yang diberikan dengan modal baru dari para investor. Tahun 2002 merupakan tahun yang berat bagi Paulson. Saat itu,keadaan ekonomi lesu. Akibatnya,Paulson harus mengatasi permasalahan utang yang melilit perusahaannya. Namun Paulson dapat mengatasi hal itu.Perusahaannya pun mampu mendapatkan keuntungan karena kondisi ekonomi segera pulih. Pada 2005 keadaan ekonomi di AS tidak stabil.Keadaan itu langsung disiasati Paulson dengan mulai menjual jaminan jangka pendek perusahaan itu. Langkah tersebut diambil Paulson sebagai antisipasi dari akibat terburuk yang akan dialami perusahaannya, yaitu kebangkrutan. Ini memang benar-benar gila, kata Paulson saat itu. Ia lalu mendesak para pedagang untuk menemukan cara guna melindungi investasinya dan menjaga keuntungannya. Pada 2006, usaha yang ia lakukan mulai memperlihatkan hasil nyata.Kepercayaan mulai meningkat pada awal tahun.Saat itu,ia berhasil menyelesaikan permasalahan piutang sebesar USD325 juta (Rp2,98 triliun) yang diberikannya kepada Ameriquest Mortgage Co. (muchammad ismail)
--------------------------------- Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.