Re: [obrolan-bandar] Re: Waspadai Asuransi dan Dana Pensiun

2008-11-10 Terurut Topik hendra_bujang
Hehehe.anda yang ngawur bung, sistemnya bukan direct bostapi 
indirectskema skema nya udah canggih

Regards
HB


Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Kidod25 [EMAIL PROTECTED]

Date: Mon, 10 Nov 2008 09:29:54 
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Subject: [obrolan-bandar] Re: Waspadai Asuransi dan Dana Pensiun


Ngawur, Dana Pensiun dan Asuransi ada aturan ketat untuk investasinya 
yang jelas REPO ga boleh. 

salam 




--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Setuju sekali apalagi ditenggarai sebagian besar dana mereka 
ditempatkan di REPO grup grup tertentu..potensi kerugian ini 
sudah pasti akan ditanggung kita kita sebagai pihak yang 
berkepentingan utk jaminan masa tua..
 
 Regards
 HB
 
 Sent from my BlackBerry�
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: datasahamku [EMAIL PROTECTED]
 
 Date: Mon, 10 Nov 2008 07:58:53 
 To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
 Subject: [obrolan-bandar] Waspadai Asuransi dan Dana Pensiun
 
 
 
 VIVAnews - Saat krisis 10 tahun silam, sistem perbankan Indonesia
 porak poranda. Kini sistem perbankan cenderung lebih tahan banting
 menghadapi krisis global, namun sektor finansial lain seperti 
asuransi
 dan dana pensiun patut diwaspadai.
 
 Bank-bank nasional, kata ekonom INDEF Aviliani, kini tidak terlalu
 menghadapi masalah karena manajemen bank kini lebih paham dan 
selektif
 memilih debitor mereka, mana yang bagus dan tidak.
 
 Justru yang perlu diawasi adalah asuransi dan dana pensiun. Kenapa?
 Karena kalau dana pensiun kan bayar premi, kemungkinan dana-dana ini
 ditempatkan pada saham-saham, kata komisaris Bank Rakyat Indonesia
 (BRI) itu dalam diskusi di Gedung DPD, Jakarta, Senin 10 November 
2008.
 
 Padahal saat ini harga saham di Bursa Efek Indonesia tengah 
mengalami
 kejatuhan seiring ambruknya pasar saham dunia. Bahkan BEI sempat
 melakukan suspensi selama dua hari pada Oktober lalu akibat indeks
 saham jatuh hingga melebihi batas bawah autorejection sebesar 10 
persen.
 
 Masalahnya, imbuh Aviliani, dana-dana yang disimpan sebagai 
investasi
 di pasar modal ini tidak ada pengawasannya sama sekali dari pemegang
 polis.
 
 Harusnya pemerintah ikut mengawasi portofolio investasi kedua 
lembaga
 keuangan ini seperti halnya perbankan agar seluruh dana premi 
nasabah
 tidak dilarikan ke saham. Ia lalu menyontohkan AIG di Amerika yang
 akhirnya dibail out pemerintah negeri adidaya itu. Aviliani yakin 
jika
 pemerintah AS tidak segera bertindak, kasus AIG bisa berimbas ke
 Indonesia.
 
 Jadi jangan sampai seperti itu. Kemana portofolia harus dilihat.
 Paling tidak di sistem pengawasannya, sekarang kan hanya di 
Departemen
 Keuangan, katanya. Dan permasalahannya Departemen Keuangan tidak 
bisa
 mengawasi langsung seperti BI mengawasi perbankan.
 
 Pengawasan asuransi dan dana pensiun sangat penting untuk 
menghindari
 blanket guarantee, meski hanya menguasai pangsa pasar 20 persen. 
Jauh
 dibandingkan bank yang menguasai 80 persen dana nasabah. Nah 
mumpung
 masih kecil ini, setidaknya dijamin, jangan sampai dibiarkan agar
 kredibilitasnya tidak hancur, kata dia.
 
 Menilik krisis global yang terjadi saat ini, menurut Aviliani,
 sebetulnya sejak 1980-an, krisis ekonomi sudah diprediksi bakal
 terjadi akibat penggelembungan ekonomi, karena di Amerika yang 
namanya
 supreme mortgage, orang bisa mendapatkan kredit meski tidak memiliki
 pemasukan.
 
 Yang lebih parah lagi, lembaga rating berani memberikan nilai 
sampai A
 meski 'barang' ini tidak bagus. Saat itu raksasa ekonomi Asia, Cina,
 malah ikut membeli sampai US$ 500 miliar, atau hampir seperempat
 devisanya saat ini. Jadi tidak heran jika saat ini Cina diminta
 membantu mengatasi krisis finansial di AS, karena jika tidak turun
 tangan, dana mereka akan menguap begitu saja.
 
 Menurut Aviliani, sebetulnya tanda-tanda penurunan ekonomi sudah
 terlihat sejak 2007. Namun hal itu tidak berlanjut karena pengusaha
 Timur Tengah banyak yang membeli perusahaan di Amerika Serikat. Lain
 ceritanya pada 2008, semua indikator ekonomi stagnan, banyak orang
 yang menarik dana dan perusahaan tidak mampu membayarnya.
 
 Bedanya di kita efeknya sampai dana (asing) Rp 50 triliun ke luar.
 Ada penjualan head fund di sini, sehingga ini menyebabkan kita
 sekarang kekurangan dolar, kata dia.






[obrolan-bandar] Re: Waspadai Asuransi dan Dana Pensiun

2008-11-10 Terurut Topik Kidod25
ok pak tq, mungkin dalam bentuk discre fund, tapi udah mulai ketat 
harus daftar ke BAPEPAM  juga.

salam 

--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Hehehe.anda yang ngawur bung, sistemnya bukan direct 
bostapi indirectskema skema nya udah canggih
 
 Regards
 HB
 
 
 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: Kidod25 [EMAIL PROTECTED]
 
 Date: Mon, 10 Nov 2008 09:29:54 
 To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
 Subject: [obrolan-bandar] Re: Waspadai Asuransi dan Dana Pensiun
 
 
 Ngawur, Dana Pensiun dan Asuransi ada aturan ketat untuk 
investasinya 
 yang jelas REPO ga boleh. 
 
 salam 
 
 
 
 
 --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, hendra_bujang@ wrote:
 
  Setuju sekali apalagi ditenggarai sebagian besar dana mereka 
 ditempatkan di REPO grup grup tertentu..potensi kerugian 
ini 
 sudah pasti akan ditanggung kita kita sebagai pihak yang 
 berkepentingan utk jaminan masa tua..
  
  Regards
  HB
  
  Sent from my BlackBerry®
  powered by Sinyal Kuat INDOSAT
  
  -Original Message-
  From: datasahamku datasahamku@
  
  Date: Mon, 10 Nov 2008 07:58:53 
  To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
  Subject: [obrolan-bandar] Waspadai Asuransi dan Dana Pensiun
  
  
  
  VIVAnews - Saat krisis 10 tahun silam, sistem perbankan Indonesia
  porak poranda. Kini sistem perbankan cenderung lebih tahan banting
  menghadapi krisis global, namun sektor finansial lain seperti 
 asuransi
  dan dana pensiun patut diwaspadai.
  
  Bank-bank nasional, kata ekonom INDEF Aviliani, kini tidak terlalu
  menghadapi masalah karena manajemen bank kini lebih paham dan 
 selektif
  memilih debitor mereka, mana yang bagus dan tidak.
  
  Justru yang perlu diawasi adalah asuransi dan dana pensiun. 
Kenapa?
  Karena kalau dana pensiun kan bayar premi, kemungkinan dana-dana 
ini
  ditempatkan pada saham-saham, kata komisaris Bank Rakyat 
Indonesia
  (BRI) itu dalam diskusi di Gedung DPD, Jakarta, Senin 10 November 
 2008.
  
  Padahal saat ini harga saham di Bursa Efek Indonesia tengah 
 mengalami
  kejatuhan seiring ambruknya pasar saham dunia. Bahkan BEI sempat
  melakukan suspensi selama dua hari pada Oktober lalu akibat indeks
  saham jatuh hingga melebihi batas bawah autorejection sebesar 10 
 persen.
  
  Masalahnya, imbuh Aviliani, dana-dana yang disimpan sebagai 
 investasi
  di pasar modal ini tidak ada pengawasannya sama sekali dari 
pemegang
  polis.
  
  Harusnya pemerintah ikut mengawasi portofolio investasi kedua 
 lembaga
  keuangan ini seperti halnya perbankan agar seluruh dana premi 
 nasabah
  tidak dilarikan ke saham. Ia lalu menyontohkan AIG di Amerika yang
  akhirnya dibail out pemerintah negeri adidaya itu. Aviliani yakin 
 jika
  pemerintah AS tidak segera bertindak, kasus AIG bisa berimbas ke
  Indonesia.
  
  Jadi jangan sampai seperti itu. Kemana portofolia harus dilihat.
  Paling tidak di sistem pengawasannya, sekarang kan hanya di 
 Departemen
  Keuangan, katanya. Dan permasalahannya Departemen Keuangan tidak 
 bisa
  mengawasi langsung seperti BI mengawasi perbankan.
  
  Pengawasan asuransi dan dana pensiun sangat penting untuk 
 menghindari
  blanket guarantee, meski hanya menguasai pangsa pasar 20 persen. 
 Jauh
  dibandingkan bank yang menguasai 80 persen dana nasabah. Nah 
 mumpung
  masih kecil ini, setidaknya dijamin, jangan sampai dibiarkan agar
  kredibilitasnya tidak hancur, kata dia.
  
  Menilik krisis global yang terjadi saat ini, menurut Aviliani,
  sebetulnya sejak 1980-an, krisis ekonomi sudah diprediksi bakal
  terjadi akibat penggelembungan ekonomi, karena di Amerika yang 
 namanya
  supreme mortgage, orang bisa mendapatkan kredit meski tidak 
memiliki
  pemasukan.
  
  Yang lebih parah lagi, lembaga rating berani memberikan nilai 
 sampai A
  meski 'barang' ini tidak bagus. Saat itu raksasa ekonomi Asia, 
Cina,
  malah ikut membeli sampai US$ 500 miliar, atau hampir seperempat
  devisanya saat ini. Jadi tidak heran jika saat ini Cina diminta
  membantu mengatasi krisis finansial di AS, karena jika tidak turun
  tangan, dana mereka akan menguap begitu saja.
  
  Menurut Aviliani, sebetulnya tanda-tanda penurunan ekonomi sudah
  terlihat sejak 2007. Namun hal itu tidak berlanjut karena 
pengusaha
  Timur Tengah banyak yang membeli perusahaan di Amerika Serikat. 
Lain
  ceritanya pada 2008, semua indikator ekonomi stagnan, banyak orang
  yang menarik dana dan perusahaan tidak mampu membayarnya.
  
  Bedanya di kita efeknya sampai dana (asing) Rp 50 triliun ke 
luar.
  Ada penjualan head fund di sini, sehingga ini menyebabkan kita
  sekarang kekurangan dolar, kata dia.
 





[obrolan-bandar] Re: Waspadai Asuransi dan Dana Pensiun

2008-11-10 Terurut Topik Kidod25
Ngawur, Dana Pensiun dan Asuransi ada aturan ketat untuk investasinya 
yang jelas REPO ga boleh. 

salam 




--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Setuju sekali apalagi ditenggarai sebagian besar dana mereka 
ditempatkan di REPO grup grup tertentu..potensi kerugian ini 
sudah pasti akan ditanggung kita kita sebagai pihak yang 
berkepentingan utk jaminan masa tua..
 
 Regards
 HB
 
 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: datasahamku [EMAIL PROTECTED]
 
 Date: Mon, 10 Nov 2008 07:58:53 
 To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
 Subject: [obrolan-bandar] Waspadai Asuransi dan Dana Pensiun
 
 
 
 VIVAnews - Saat krisis 10 tahun silam, sistem perbankan Indonesia
 porak poranda. Kini sistem perbankan cenderung lebih tahan banting
 menghadapi krisis global, namun sektor finansial lain seperti 
asuransi
 dan dana pensiun patut diwaspadai.
 
 Bank-bank nasional, kata ekonom INDEF Aviliani, kini tidak terlalu
 menghadapi masalah karena manajemen bank kini lebih paham dan 
selektif
 memilih debitor mereka, mana yang bagus dan tidak.
 
 Justru yang perlu diawasi adalah asuransi dan dana pensiun. Kenapa?
 Karena kalau dana pensiun kan bayar premi, kemungkinan dana-dana ini
 ditempatkan pada saham-saham, kata komisaris Bank Rakyat Indonesia
 (BRI) itu dalam diskusi di Gedung DPD, Jakarta, Senin 10 November 
2008.
 
 Padahal saat ini harga saham di Bursa Efek Indonesia tengah 
mengalami
 kejatuhan seiring ambruknya pasar saham dunia. Bahkan BEI sempat
 melakukan suspensi selama dua hari pada Oktober lalu akibat indeks
 saham jatuh hingga melebihi batas bawah autorejection sebesar 10 
persen.
 
 Masalahnya, imbuh Aviliani, dana-dana yang disimpan sebagai 
investasi
 di pasar modal ini tidak ada pengawasannya sama sekali dari pemegang
 polis.
 
 Harusnya pemerintah ikut mengawasi portofolio investasi kedua 
lembaga
 keuangan ini seperti halnya perbankan agar seluruh dana premi 
nasabah
 tidak dilarikan ke saham. Ia lalu menyontohkan AIG di Amerika yang
 akhirnya dibail out pemerintah negeri adidaya itu. Aviliani yakin 
jika
 pemerintah AS tidak segera bertindak, kasus AIG bisa berimbas ke
 Indonesia.
 
 Jadi jangan sampai seperti itu. Kemana portofolia harus dilihat.
 Paling tidak di sistem pengawasannya, sekarang kan hanya di 
Departemen
 Keuangan, katanya. Dan permasalahannya Departemen Keuangan tidak 
bisa
 mengawasi langsung seperti BI mengawasi perbankan.
 
 Pengawasan asuransi dan dana pensiun sangat penting untuk 
menghindari
 blanket guarantee, meski hanya menguasai pangsa pasar 20 persen. 
Jauh
 dibandingkan bank yang menguasai 80 persen dana nasabah. Nah 
mumpung
 masih kecil ini, setidaknya dijamin, jangan sampai dibiarkan agar
 kredibilitasnya tidak hancur, kata dia.
 
 Menilik krisis global yang terjadi saat ini, menurut Aviliani,
 sebetulnya sejak 1980-an, krisis ekonomi sudah diprediksi bakal
 terjadi akibat penggelembungan ekonomi, karena di Amerika yang 
namanya
 supreme mortgage, orang bisa mendapatkan kredit meski tidak memiliki
 pemasukan.
 
 Yang lebih parah lagi, lembaga rating berani memberikan nilai 
sampai A
 meski 'barang' ini tidak bagus. Saat itu raksasa ekonomi Asia, Cina,
 malah ikut membeli sampai US$ 500 miliar, atau hampir seperempat
 devisanya saat ini. Jadi tidak heran jika saat ini Cina diminta
 membantu mengatasi krisis finansial di AS, karena jika tidak turun
 tangan, dana mereka akan menguap begitu saja.
 
 Menurut Aviliani, sebetulnya tanda-tanda penurunan ekonomi sudah
 terlihat sejak 2007. Namun hal itu tidak berlanjut karena pengusaha
 Timur Tengah banyak yang membeli perusahaan di Amerika Serikat. Lain
 ceritanya pada 2008, semua indikator ekonomi stagnan, banyak orang
 yang menarik dana dan perusahaan tidak mampu membayarnya.
 
 Bedanya di kita efeknya sampai dana (asing) Rp 50 triliun ke luar.
 Ada penjualan head fund di sini, sehingga ini menyebabkan kita
 sekarang kekurangan dolar, kata dia.