Re: [Re: [Bila Pemerintah Cuek E-commerce Tidak Akan Maju]]

2000-03-14 Terurut Topik Rizal Az

iya agree... sementara Telkom belum solid benar, mendingan VoIp yang ada di
indonesia di "pending" dulu deh...
Kalau memang ada technology yang bisa memonitor or automaticly switch pulsa
untuk sambungan telpon yang ke 2 (karena harus ada program yang bisa ngebedain
antara modem dial, dengan telephone dial), saya juga setuju dengan Dody,
daripada 2 juta nomer telpon itu mubazir...

Mungkin biaya pelaksanaannya akan mahal (kalau sampai harus lay out kabel
khusus), tapi tetap at the end akan lebih menguntungkan buat Telkom,
pemerintah, dan kita semua

Ichal

Dody Ruliawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
Saya setuju VoIP masih menimbulkan kontra kalau
diterapkan di Indo, jadi lebih baik cari jalan lain
dulu sambil membahas bagaimana baiknya penerapan VoIP.
Di Indo itu kan banyak saluran (menurut informasi
lebih dari 2 juta nomer telpon yang tidak bisa
dipasarkan, belum lagi telpon yang nganggur) yang bisa
digunakan untuk internet asal saja tarif pulsa per
bulannya tetap dan murah untuk ukuran orang Indonesia.
Misal untuk saluran ke 2 Rp 100.000,- dan untuk
saluran pertama Rp 150.000,- dengan catatan nomer ini
hanya boleh dipergunakan untuk dial internet, kalau
digunakan untuk yang lainnya ya diperhitungkan seperti
biasa. Syukur kalau sudah ada teknologi yang bisa
membatasi nomer telpon itu hanya bisa memanggil
nomer-nomer tertentu saja.

Yang jelas income Telkom malah naik.sayangnya
belum ada yang "ngipasin" menteri yang membawahi
telkom.

Ngomong-ngomong ada yang tahu emailnya Dr. Onno W.
Purbo ?

Salam,
Dody



Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.



Re: Bila Pemerintah Cuek E-commerce Tidak Akan Maju

2000-03-14 Terurut Topik Alexander Hutapea

On Tue, 14 Mar 2000, Arya Indrathama wrote:

|o|Ditambahkan pula oleh Rhenald, ada satu budaya yang belum berkembang di
|o|Indonesia yaitu budaya mengembalikan barang yang rusak. "Di Amerika, barang
|o|yang rusak biasa dikembalikan", ujar Rhenald. Diharapkan hal tersebut akan
|o|meningkatkan kepercayaan para calon pembeli terhadap e-commerce.

Duh kok pikiranya cuman sampe 'refund policy' doang yah. Masih banyak
faktor2 yg ngebuat 'e-commerce' berjalan, salah satunya infrastruktur
(technical  social). Belom lagi 'overhead cost' belanja di internet masih
gede di Indonesia.

Contoh e-commerce Indonesia yg agak lumayan saya kira adalah
www.sanur.co.id. 'Business Plan' yg saya kira lebih baik daripada
Portalnya Astaga.com. Denger2 mereka dapet dana dari venture capitalist
dgn business model yg ngak jelas itu.

Mengenai VoIP menurut saya biarin aja jalan dulu, nanti misalnya
pemerintah perlu turun tangan yah baru. Misalnya warnet + wartel digabung
jadi satu kan bisa hemat nanti (utk produsen dan konsumen).

www.level3.com sudah bisa menjalankan VoIP di network mereka dan mereka
juga memberikan protokolnya secara gratis. Jadi tergantung developer2nya
utk ngebuatnya gimana utk aplikasinya.

BTW, misalnya VoIP sudah dipake...gimana ngasih tau ke tech. support kalo
networknya lagi down?

salam,
Alex



Re: [Bila Pemerintah Cuek E-commerce Tidak Akan Maju]

2000-03-14 Terurut Topik Nasrullah Idris

Yang penting berpedoman pada :


na   + nb + nc   +  nd   + ...  ISP
na   + nb + nc   +  nd   + ...  Konsumen
na   + nb + nc   +  nd   + ...  Telkom/Indosat
na   + nb + nc   +  nd   + ...  Speed Teknologi
 -


n adalah variabel
a,b,d,c, dst adalah konstanta

Salam,

Nasrullah Idris




From: Rizal Az [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, March 14, 2000 23:50
Subject: Re: [Bila Pemerintah Cuek E-commerce Tidak Akan Maju]


'ya.. itu orang emang beneran egotistical bastard... Emang dia engga' tau
apa
kalau disinipun VoIP lagi di fight abis2an oleh perusahaan2 telpon. Kalau di
Indonesia khan perusahaan telpon itu gov't punya, rakyat yang punya. Kalau
VoIP dibiarin merajalela apa engga' mampus tuh Telkom?. American gov't sih
engga' perlu cari duit di Telephone, kalau kita khan perlu...:(. + dia
bilang
harus ada program komputer masuk Desa (dari pemerintah). Dasar tolol, emang
dia pikir murah?. Biayanya darimana?. TV khan tinggal puter channel aja.
Kalau
komputer khan perlu training yang lumayan. kebanyak TV ada di Balai Desa
(cuma
1). Kalau komputer, masa cuma satu??? terus kalau rusak gimana?.

Gimana kalau perusahaan dia aja yang jadi sponsor utama untuk progam
Internet
Masuk Desa, toh Intel udah kaya raya ini...:)). I bet dia engga' berani tuh
untuk ngomong gitu ke Bossnya disini...:)).

Emang dasar egotistical bas*%#*.


Ichal


Arya Indrathama [EMAIL PROTECTED] wrote:
Masukan yang bagus buat rekan rekan yang sekarang dan masa yang datang akan
berkecimpung dalam bisnis e-commerce di Indonesia.

Arya


Bila Pemerintah Cuek E-commerce Tidak Akan Maju

Reporter: Donny B.U.
detikcom - Jakarta, Ternyata e-commerce di Indonesia tidak akan maju apabila
pemerintah tidak segera turun tangan. Hal tersebut terungkap saat detikcom
melakukan perbincangan dengan Werner Sutanto, Regional Director Dialogic
Division Asean, South Asia Intel Technology pada acara peluncuran portal
Perempuan dan portal Hiburan milik detikcom, Selasa (14/3/2000) bertempat di
Hotel Shangri-La Jakarta.

"Pemanfaatan IP telephony (VoIP) harus bisa ditinjau sedemikian rupa oleh
pemerintah, karena ini yang bisa mendorong perusahaan kecil, medium hingga
besar dapat memanfaatkan komunikasi secara efisien", ujar Werner.
Diungkapkan
oleh Werner bahwa saat ini e-commerce memerlukan satu syarat mutlak agar
dapat berkembang, yaitu Costumer Relationship Management (CRM).

"Sekarang bagaimana kita mau globalisasi dengan mempunyai cabang di negara
lain, apabila untuk berhubungan dengan cabang-cabang tersebut kita masih
menggunakan pulsa interlokal", ujar Werner. Seperti kita ketahui, pulsa
interlokal masih relatif mahal bagi kebanyakan orang di Indonesia. "Budaya
belanja khan sebagian besar masih bertumpu pada suara.

Kita baru yakin apabila bisa berhubungan menggunakan suara atau telepon",
ungkap Warnet. "Teknologi IP Telephony jangan hanya bisa diterapkan oleh si
pemegang dominasi telkom infrastruktur di indonesia", harap Werner
menambahkan

Menurut Rhenald Kasali, Konsultan Marketing Institute of Marketing Education
dan Dosen Khusus Perilaku Konsumen, Program Magister Manajemen Universitas
Indonesia, ada kendala lain yang cukup serius untuk mengembangkan dunia
e-commerce di Indonesia. "Masyarakat kita cenderung saling tidak percaya
satu
sama lain. Kita tidak biasa belanja lewat katalog", ungkap Rhenald.

Ditambahkan pula oleh Rhenald, ada satu budaya yang belum berkembang di
Indonesia yaitu budaya mengembalikan barang yang rusak. "Di Amerika, barang
yang rusak biasa dikembalikan", ujar Rhenald. Diharapkan hal tersebut akan
meningkatkan kepercayaan para calon pembeli terhadap e-commerce.

Walau saat ini e-commerce masih baru, tetapi Rhenald optimis. "Meskipun
brand
name e-commerce di Indonesia belum dikenal, saya yakin dalam kurun waktu 2
tahun saja e-commerce akan benar-benar berjalan. Grafiknya eksponensial
(menanjak tajam) dan akan mengejutkan semua orang", ulas Rhenald.

Tetapi, ada yang menjadi persoalan dalam melakukan penetrasi Internet untuk
merakyatkan e-commerce. "Jarak antara kelas atas dengan kelas bawah akan
semakin jauh", keluh Rhenald. "Masyarakat yang tidak terkait dengan internet
akan makin besar, sehingga pemerintah harus turun tangan", tegas dia.

Dijelaskan bahwa masih sedikit pengguna Internet di Indonesia karena
infrastruktur dan peralatan masih mahal, meskipun sudah ada solusi dengan
menggunakan warnet. "Pemerintah harus masuk ke sekolah-sekolah. Selain itu,
harus lakukan investasi", ujar dia memberikan solusi.

Menurut dia, dulu ada program televisi masuk desa, maka sudah saatnya kini
program komputer dan Internet masuk desa. "Dengan demikian, masyarakat dapat
diberdayakan. Anak muda di desa bisa melihat teknologi agricuture, Taman
Mini
hingga