Re: FW: [R@ntau-Net] Petani Nunggak Rp81 M - dari rantau utk kampuang
Bundo Isna yang terhormat... Kalau salah nanda meng ingati Bundo, mohon dimaafkan Begini Bundo, kalau awak bamain milist, kalau mareply, tolong di potong postingan sabalunnyo. seperti postingan2 Bundo akhir2 ko, kan dunsanak awak alah mambaconyo juoo... nanda liek, bundo kan pakai mail Plat Itam Juo, kasian kan komputer bundo maelo baban nan gadangg.. sayang pulsanyo bundo. - Original Message - From: Isna Huriati To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) Sent: Tuesday, April 06, 2004 9:26 PM Subject: Re: FW: [EMAIL PROTECTED] Petani Nunggak Rp81 M - dari rantau utk kampuang Assalamu'alaikum wr wbTerima kasih atas komentar saudara Adrisman. Kita harus maklum selama 30 tahun , jadi satu generasi kita dibawah penguasa repressif. Pada waktu itu kita tidak punya kesempatan berdiskusi, kalau berbeda pendapat maka lansung dituduh macam macam. Kondisi ini mau tidak mau mempengaruhi segala lini kehidupan kita,tidak terkecuali dunia pendidikan. ---CUT Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Tolong di Potong Ikuaknyooo....
Sakali lai Tolon. kalau mareply, karek lah potongan email nan alah dikirim sabalunnyoo... Tohhh sanak nan lain kan alah punyo postingan etrsebut. Disampiang Tata Tertib, hal semacam ini juga salah satu tata krama ber mailing list - Original Message - Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Legenda Batu Malin Kundang
Legenda Batu Malin Kundang Kisah ini menceritakan tentang hukuman yang diterima oleh seorang anak yang durhaka terhadap orang tuanya. Inti ceritanya adalah sebagai berikut : Dahulu ada seorang ibu dengan seorang anak laki-lakinya bernama Malin Kundang hidup dalam keadaan yang sangat miskin. Setelah dewasa, si anak pergi merantau ke negeri orang untuk merubah hidupnya. Setelah sekian lama dalam perantauan, si pemuda berhasil menjadi seorang saudagar yang kaya-raya dan memperisteri seorang gadis cantik yang berasal dari keturunan orang kaya juga. Suatu ketika, si pemuda yang telah menjadi saudagar tersebut berlayar ke kampung halamannya dikarenakan suatu urusan dagang. Ketika berlabuh dan turun dari kapal layar besarnya, orang-orang kampung mengenalinya sebagai Malin Kundang yang dulu ketika pergi merantau masih dalam keadaan miskin. Orangpun memanggilkan ibunya yang sudah tua bahwasanya anaknya ada di pelabuhan. Si ibu segera berangkat untuk menemui anaknya. Namun, ketika bertemu bukan kebahagian yang dia dapatkan tetapi cacian dan makian dari si Malin Kundang. Malin Kundang yang telah kaya itu merasa malu kepada orang-orang lain, terutama kepada istrinya bahwasanya dia hanya berasal dari kalangan orang miskin. Karena itu dia tidak mengakui bahwa perempuan tua itu adalah ibu kandungnya. Bahkan dengan tega dia meludahi ibu kandungnya sendiri dan mengusir dari kapalnya. Si ibu yang merasa sedih dengan kelakuan anaknya apalagi sampai tidak mengakui dia sebagai ibunya, akhirnya berdoa kepada Tuhan untuk memberi hukuman pada anaknya. Tuhan mengabulkan do'anya. Datanglah badai dan ombak besar menghantam kapal layar yang berukuran besar tersebut dan menghempaskannya ke pinggir pantai. Si Malin Kundang yang merasa bersalah akhirnya memohon-mohon ampunan pada ibunya. Tetapi semuanya sudah terlambat ketika hukuman dari yang maha kuasa sudah datang. Akhirnya Malin Kundang dikutuk menjadi batu. Sampai sekarang, anda dapat menyaksikan batu-batu tersebut pada tepi Pantai Aie Manieh. Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Legenda Lembah Harau
Antah kok iyo atau Tido, nan paralu cerita.hikayat kampuang awak lai banyak juo. --- Legenda Lembah Harau Legenda ini menceritakan, dahulunya Lembah Harau adalah lautan. Hal ini mungkin kita anggap sebagai isapan jempol. Namun, berdasarkan hasil survey team geologi dari Jerman (Barat) pada tahun 1980, dikatakan bahwa batuan perbukitan yang terdapat di Lembah Harau adalah batuan Breksi dan Konglomerat. Batuan jenis ini umumnya terdapat di dasar laut. Menurut legenda, Raja Hindustan berlayar bersama istri dan anaknya, Putri Sari Banilai. Perjalanan ini dalam rangka selamatan atas pertunangan putrinya dengan seorang pemuda Hindustan bernama Bujang Juaro. Sebelum berangkat, Sari Banilai bersumpah dengan tunangannya, apabila ia ingkar janji maka ia akan berubah menjadi batu dan apabila Bujang Juaro yang ingkar janji, maka ia akan berubah menjadi Ular. Namun sayangnya, dalam perjalanan kapal tersebut terbawa oleh gelombang dan terdampar pada sebuah selat (tempat tersebut sekarang dinamakan Lembah Harau). Kapal tersebut tersekat oleh akar yang membelintang pada dua buah bukit hingga akhirnya rusak. Agar tidak karam, kapal itu ditambatkan pada sebuah batu besar yang terdapat di pinggiran bukit (bukit tersebut sekarang dinamakan Bukit Jambu). Batu tempat tambatan kapal itu sekarang dinamakan Batu Tambatan Perahu. Setelah terdampar, Raja Hindustan bersama dengan keluarganya disambut oleh Raja yang memerintah Harau pada waktu itu. Lama kelamaan, karena hubungan baik yang terjalin, Raja Hindustan ingin menikahkan putrinya dengan pemuda setempat bernama Rambun Paneh. Satu hal lagi, untuk kembali ke negeri Hindustan juga tidak memungkinkan. Ia tidak tahu sumpah yang telah diucapkan Sari Banilai dengan tunangannya, Bujang Juaro. Tidak berapa lama kemudian, Rambun Paneh menikah dengan Sari Banilai. Waktu terus berjalan, dan dari perkawinan itu lahirlah seorang putra. Suatu hari, sang kakek, Raja Hindustan, membuatkan mainan untuk cucunya. Sewaktu asyik bermain, mainan tersebut jatuh ke dalam laut. Anak tersebut menangis sejadi-jadinya. Ibunya, Putri Sari Banilai tanpa pikir panjang langsung terjun ke laut untuk mengambilkan mainan tersebut. Sungguh malang, ombak datang menghempaskan dan menjempit tubuhnya pada dua batu besar. Sari Banilai sadar, bahwa ia telah ingkar janji pada tunangannya dahulu, Bujang Juaro. Dalam keadaan pasrah, ia berdoa pada Yang Maha Kuasa, supaya air laut jadi surut. Doanya dikabulkan, tidak berapa lama kemudian air laut menjadi surut. Ia juga berdoa agar peralatan rumah tangganya didekatkan padanya. Dan ia berdoa, seandainya ia membuat kesalahan ia rela dimakan sumpah menjadi batu. Tidak lama berselang, perlahan-lahan tubuh Putri Sari Banilai berubah menjadi batu. Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Usulan nama Bandara baru " Ketaping"
Iyo yohh Tapi lai kasampai mimpi awak ko nan berwenang nantinyo tu Nan mamulai postingan iko adolah mak Zul, jadi mak Zul punyo tangguang jawab manampuang masukan2 dari sanak awak di palanta ko. Kalau ambo satuju, tentang pemakaian nama yang bercirikan Minang untuak Namo andara nan sabanta lai salasai ko. Sebagai tambahan, dari ambo iko namo2 tersebut : 1. Bandara Bundo Kanduang (Bundo Kanduang Airport) 2. Bandara Peto Syarif/Tuanku Imam Bonjol (Tuanku Imam Bonjol Airport) 3. Bandara Merapi Singgalang (Merapi Singgalang Airport) 4. Bandara Alam Minangkabau (Alam Minangkabau Airport) 5. Dll Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Re: [banuanet] Keanehan Nama Kampung
Sabananyo kan "Sulik Aia" mak, bukan "Sulit Air" Kalau Sulit Air kan alah bahasa indonesia - Original Message - From: <[EMAIL PROTECTED]> > Tapi kami warga Sulit Air bangga akan nama ini. Jadi tidak ada wacana di > antara kami untuak manuka namo tersebut. > Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Reminder Tennis - Insya Allah uda Adrisman akanhadir.
Kalau mamak bandaro Labiah lai ado keinginan untuak tibo, kami tunggu dengan senang hati, salamo ko ambo acok cuman mandanga suaro mamak di Radio doangg.. Alun bisa main, ado guru no kalau baminat, kalau ndak? nunggu makan Mie Ayam juga bolehh... sambia maota lamak. Heheheee... Jadi.. ditunggu juo sanak nan lain, nan ado ingin kabasuo jo Netters RN, khusunyo Team Tenis RangMudo rantauNet. - Original Message - From: Bandaro Labiah To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) Sent: Thursday, April 01, 2004 9:58 AM Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Reminder Tennis - Insya Allah uda Adrisman akanhadir. Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: Caleg PAN - Sumbar (Re: [R@ntau-Net] Profil anggota calon DPD.....)
Kok ka di cucuak pulo caleg rang awak tu, mati biko, masuak panjaro awak... ba'aaa alah ajdi pembunuah pulo (mungkin gambar baliau ngkali.. hehehe) Urang PKS, batanyo pulo ciat... apakah Ir. Arkeno, Caleg No. 3 kalau ndak salah dapil jak Bar urang awak?? ambo pernah kenal samo pak Arkeno ko (kalau batua inyo) > lo, di stiker tertulis "Setelah cucuak gambar ka'bah jan > lupo cucuak pulo caleg nan banamo Welldan Palagano" > Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Falsafah Minang Tinggal Slogan
Media Indonesia Online. Jum'at, 26 Maret 2004 00:00 WIB -- Falsafah Minang Tinggal Slogan KALUAK paku kacang balimbiang, tampuruang lenggang-lenggangkan. Anak dipangku kemenakan dibimbiang, urang kampuang dipatenggangkan. Pepatah adat Minangkabau itu menegaskan kewajiban orang Minang dalam adat bukan hanya untuk memelihara anaknya, tetapi juga kemenakan. Jadi, jika ada anak-anak yang terlantar dan tak terpelihara merupakan aib dan malu bagi ayah dan juga mamak (paman)-nya. Mereka gagal sebagai laki-laki di Minangkabau. Hal tersebut, hingga kini masih dipatuhi dan memengaruhi kultur sosial bermasyarakat. Namun, kini anak terlantar berkeliaran di jalanan. Jika dua tahun lalu mungkin masih aneh, kini sudah lumrah. Menurut dosen Sosiologi Universitas Andalas, Alfitri, sekarang ini ajaran adat hanya sekadar slogan. "Adat kini hanya menjadi norma ideal, bukan norma aktual," ujarnya. Konsekuensi perkembangan masyarakat, menurut dia, menguatkan individualisme, sehingga tidak ada lagi kepedulian lingkungan. Seharusnya, menurut Alfitri, jika ayah dan ibu sebagai keluarga inti tidak mampu memelihara anaknya, maka menurut adat Minangkabau, yang punya kewajiban adalah lapis keluarga kedua, seperti paman, bibi, hingga kaum, suku, serta orang kampungnya. Kenyataannya, rasa malu itu telah hilang. Para orang tua anak jalanan itu menyuruh anaknya mengamen dan bahkan mengemis. "Ini karena tak ada lagi harapan lain. Persoalannya tak bisa dilepaskan dari ekonomi yang membelit sebagai persoalan makro," kata Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unand itu. Kesempatan berusaha dan peluang kerja yang sempit mendukung terjadinya hal itu. Pemerintah dan DPRD, menurut dia, mestinya memikirkan masalah ini. Menurut pengamat sosial Hawari Siddik, agak jauh mengaitkan persoalan anak jalanan dengan falsafah Minang. "Ini bukan lagi persoalan adat, melainkan masalah kota karena pengaruh globalisasi dan persoalan ekonomi," kata aktivis Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM) kepada Media, kemarin. Hendra Makmur/N-3 Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Kutuk Ariel Sharon
Nah. a nan karancak sabagai pondasi di Negara nan awak Cintai ko mak??? Barilah kamanakan2 mamak di palanta ko Pencerahan. Apo paralu ndak pakai pondasi??? (itu ndak mungkinnn.) emang awak tingga di rimbo gadangg... Kok awak pakai Qur'an jo Hadis, pasti mamak nan paliang duluan tunuak tangan untuak manolak. Komunis dan Nasionalis sendiri di indon ko, pakai Pancasila juoo... Apo awak cimpak ajo pondasinyo parancih atawa singapu mak atau Amrika. Wassalam, - Original Message - From: basrihasan <[EMAIL PROTECTED]> To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Wednesday, March 24, 2004 5:35 PM Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Kutuk Ariel Sharon > Sebagai bangsa yang ber pancasila, rasanya tidak akan mampu berbuat lebih > dari itu. > Salam > > SBN > > - Original Message - > From: Adrisman <[EMAIL PROTECTED]> > To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) > <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Tuesday, March 23, 2004 10:47 PM > Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Kutuk Ariel Sharon > > > > Nofen, > > Cuma itulah yang mampu dilakukan oleh kita saat ini, semua cuma bisa > > mengutuk sendiri sendiri. > > Apalah artinya kita segelintir individu2, sedang negara2 Islam yang > > tergabung dalam OKI saja tidak pernah kedengaran suaranya. > > > > wassalam > > adr > > - Original Message - > > From: "Nofendri T. Lare" <[EMAIL PROTECTED]> > > To: "KaRaNTau" <[EMAIL PROTECTED]> > > Sent: Tuesday, March 23, 2004 12:11 AM > > Subject: [EMAIL PROTECTED] Kutuk Ariel Sharon > > > > > > > Kalau boleh saya mengutuk, saya KUTUK Negara Israel dan A Sharon saat > ini, > > > yang telah membunuh > > > seorang Tua yang hampir seluruh hidupnya di korsi Roda. > > > > > > Dasar Pengecut > > > > > > > > > > > > > > > Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: > > > http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net > > > > > > > > > Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: > > http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net > > > > > > > Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: > http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net > > Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Tentang Jilbab Lagi
Tarimo kasih uda Doto, atas tanggapan dan Infonyo... Okehh... (alah duo pakan indak ka Ruspau, Minggu bisuak hadirkan???) Ditunggu juo untuak sanak nan ingin kongkow2 jo rang mudo di Lap Tenis. untuak Info, silakan hub Pak Ketua kami, Miko A Mika - Original Message - From: Rahyussalim <[EMAIL PROTECTED]> To: 'Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)' <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, March 25, 2004 6:23 AM Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] Tentang Jilbab Lagi > Assalamualaikum wr wb > > Dek namo ambo alah nyo sabuik pulo dek Sanak Nofeniyolah harus pulo > basuaro ambo. > Satantangan jilbab hubungannnyo jo kanker nasofaring? Dalam artikel tu > Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (2)
Padang Ekspres Online : Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (2) * Kayu Manang, Pilar Kemenangan By padangekspres, Selasa, 23-Maret-2004, 05:18:07 WIB Jangan lupa sejarah. Kalimat singkat ini sangat penting maknanya, demikian juga bagi masyarakat Minang terutama generasi muda untuk mengetahui seluk beluk nagari di daerah ini. Tak Mungkin asap tanpa ada api, tak mungkin sesuatu terjadi kalau tak ada penyebanya. Kondisi inilah yang melatarbelakangi lahirnya sebuah nama nagari yang berada di lingkungan Alam Minangkabau. Fachruddin-Padang Karena tidak kunjung ada pemecahan, kedua orang raja yang bersaudara ini mengadakan uji tanding kekuatan karena tidak ingin rakyatnya yang berperang, sebelum bertemput mereka membuat suatu kesepakatan, bagi siapa yang kalah dalam pertempuran ini, maka seluruh isi dan kekayaan alamnya akan di bawa ke daerah yang menang. Pada harinya, kedua raja ini bertemulah di suatu padang yang luas untuk mengadu kekuatan, tempat ini memang berada tepat di perbatasan antara wilayah kekuasaan kedua raja tadi. Siang berganti malam, selama berhari-hari kedua raja ini terus melakukan pertempuran saling ingin mengalahkan dengan gigihnya, karena memang dari kecil keduanya telah sama di asah dengan berbagai ilmu dan keahlian yang mumpuni, pertempuran sengit ini, hampir tak bisa di lihat oleh mata orang awam, hanya tanda yang terlihat, desau angin menderu, pohon-pohon di sekitarnya bertumbangan, dengan daunnya beterbangan mengitari tempat tersebut. Telah seminggu pertempuran ini berlangsung tanpa bisa dipastikan siapa yang akan memenangkan pertempuran ini. Sampai hari kedelapan karena kelengahan Bujang Juaro, yang menganggap ilmu adiknya lebih rendah, pada saat akan menyarangkan pukulan ke muka adiknya tersebut, pertahanan di pinggangnya terbuka, jadinya, kesempatan ini tidak di sia-siakan Bujang Juandang untuk menyarangkan pukulan telah di persiapkanya dengan kekuatan penuh ke bawah ketiak Bujang Juaro. Sampailah pada akhirnya pukulan telak ini langsung melemahkan tubuh Bujang Juaro, yang semakin lama tidak mampu lagi menahan gempuran Bujang Juandang, dan pada akhirnya di malam kesembilan Ia terpaksa menyerah kalah, kepada adiknya itu. Sejak saat inilah di tancapkanlah oleh Bujang Juandang sebuah kayu, yang biasa di sebut kayu manang di tempat Ia memenangkan pertempuran tersebut. Dengan berat hati Bujang Juaro harus merelakan seluruh kesuburan tanah dan isi alam yang ada di wilayah kekuasaannya tersebut, di angkut oleh Bujang Juandang dengan menggunakan ilmu yang di milikinya kedaerah kekuasaannya yang berada di lembah yang di kelilingi bukit. Dari cerita ini lah daerah yang berada di Lembah ini di sebut dengan kayu manang karena terdapat satu batang besar yang tumbuh di tengah suatu lapangan, di anggap sebagai tongkat kemenangan Bujang Juandang.***Padang Ekspres Online : http://www.padangekspres.com/ Versi online: http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2362 2 Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (1)
Padang Ekspres Online : *Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (1) Kayu Manang, Pilar Kemenangan By padangekspres, Senin, 22-Maret-2004, 03:45:18 WIB Jangan lupakan sejarah. Kalimat singkat ini sangat penting maknanya, demikian juga bagi masyarakat Minang terutama generasi muda untuk mengetahui seluk beluk nagari di daerah ini. Tak Mungkin asap tanpa ada api, tak mungkin sesuatu terjadi kalau tak ada penyebanya. Kondisi inilah yang melatarbelakangi lahirnya sebuah nama nagari yang berada di lingkungan Alam Minangkabau. Salah satu daerah kecil di Kabupaten Solok, Kecamatan Pantai Cermin, tepatnya Nagari Sago terdapat suatu cerita yang terangkum dalam bentuk mitos, tentang asal usul Kayu Manang yang diambil menjadi nama nagari Kayu Manang yang ada di daerah tersebut. Dahulu kala di masa alam di daerah tersebut masih dihuni manusia yang mempunyai kekuatan supranatural, terdapatlah tiga orang, yang menjadi penguasa di Kayu Manang, sebagai pemimpin di sana tersebutlah seorang perempuan bernama Mande Rubiah yang mempunyai dua anak laki-laki, yang sulung bernama Bujang Juaro sedangkan bungsu diberi nama Bujang Juandang. Pada awalnya, hubungan persaudaraan antara kedua kedua putra raja ini rukun dan damai saja, namun karena suatu hal keinginan untuk mendapatkan daerah yang luas dalam wilayah kerajaan ibunya telah menjadikan mereka menjadi bertempur. Kejadian ini bermula, pada suatu hari kedua pangeran ini dipanggil Mande Rubiah untuk membahas pembagian wilayah kekuasaan kepada keduanya, yang telah menginjak remaja. Dengan didampingi beberapa orang penasehat kerajaan Mande Rubiah membuka sidang keluarga dengan anak-anaknya. Hadirin yang datang, baiaklah awak bukak se rapek ko, ambo sabagai rajo di tampek ko, alah mulai gaek, supayo anak ambo yang alah gadang ko, dapek batanggung jawek bisuak, mangkonyo paralu di agiah tampek kuaso daerah yang ka di pimpiannyo beko, duo tampek yang alah ambo rancanaan," katanya kepada hadirin yang datang saat itu, beberapa orang penghulu di wilayah kerajaannya, semua Dubalang yang setia mengikutinya. Dalam lanjutannya, disebutkan dua daerah yang akan dikuasakan tersebut, merupakan tempat yang sama strategisnya, tersebut nama yang sekarang dikenal yaitu Koto Tinggi dan Kayu Manang. Putranya yang sulung, Bujang Juaro dikuasakan untuk memimpin daerah Koto Tinggi, sedang si bungsu dikuasakan untuk memimpin daerah Kayu Manang. Kedua daerah ini saling berdampingan, yang tersebut pertama terletak pada dataran tinggi atau perbukitan sedangkan daerah yang kedua atau Kayu Manang terletak pada dataran rendah di lembah. Setelah rapat kedua pangeran ini, keluar dari balairung kerajaan dengan hati lega, karena bisa menjadi raja yang dipercaya memimpin suatu daerah dengan rakyatnya. Pada awalnya, kepemimpinan kedua raja muda ini berkuasa dengan adil dan memihak rakyat, kedua wilayah kekuasaannya sangat makmur dengan rakyat yang sejahtera, ditambah lagi dengan kekayaan alamnya yang melimpah ruah. Namun, karena saling bersaing untuk membuktikan yang terbaik, kedua raja muda ini mulai lupa dengan hubungan persaudaraannya, Bujang Juaro yang memimpin daerah Kayu Manang tidak puas dengan wilayah kecil yang dipimpinnya. Maka Ia mulai mengambil alih wilayah perbatasan, hal ini pun dilakukan raja Bujang Juandang, karena merasa tidak puas dengan kecilnya wilayah yang ia pimpin. Sekian lama mengobarkan perang dingin, kedua raja ini mulai berfikir untuk saling mengalahkan karena merasa tidak mungkin untuk berdamai lagi, karena menganggap harga dirinya dilecehkan. Hal ini di laporkan penasehat kerajaan, yang biasa di panggil, Datuak Rumbio, kepada Raja Mande Rubiah, " Maaf Mande, ambo manggaduah, alah lamo antaro Bujang Juandang jo Bujang Juaro, batangka masalah bateh kuasonya, apo indak sabaiknyo di damaiaan," katanya. Sebagai seorang pemimpin tertinggi, raja Mande Rubiah telah mendengar keributan antara kedua orang anaknya ini, namun sebagai seorang raja yang bijaksana, Ia tidak mau langsung ikut campur, karena ingin mengetahui bagaimana kedua orang anaknya ini dapat mengatasi persoalan diantara mereka, sebagai seorang calon pemimpin ke depan. Karena tidak kunjung ada pemecahan, kedua orang raja yang bersaudara ini mengadakan uji tanding kekuatan karena tidak ingin rakyatnya yang berperang, sebelum bertemput mereka membuat suatu kesepakatan, bagi siapa yang kalah dalam pertempuran ini, maka seluruh isi dan kekayaan alamnya akan di bawa ke daerah yang menang. Pada harinya, kedua raja ini bertemulah di suatu padang yang luas untuk mengadu kekuatan, tempat ini memang berada tepat di perbatasan antara wilayah kekuasaan kedua raja tadi. Siang berganti malam, selama berhari-hari kedua raja ini terus melakukan pertempuran saling ingin mengalahkan dengan gigihnya, karena memang dari kecil keduanya telah sama di asah dengan berbagai ilmu dan keahlian yang mumpuni, pertempuran sengit ini, hampir tak bisa di lihat oleh mata orang awam, hanya tanda yang terlihat, desau angin menderu, pohon-pohon di se
[R@ntau-Net] Surau Buyung
Surau Buyung Cerpen Dodi Syah Putra By padangekspres, Selasa, 02-Maret-2004, 04:31:42 WIB Ini bukan zaman perang lagi. Tak pula orang diributkan oleh beras bercampur jagung yang ditanak para wanita di dalam belanga usang. Zaman ini orang bicara reformasi dan perang pemikiran. Dimana-mana dipersiapkan adalah pena, disket serta data-data termutakhir dari seluruh penduduk dunia. Tetapi, di sebuah sudut dunia seorang anak muda tampak bermenung. Berpangku telapang tangan menopang dagu dengan mimik kening dikerut-kerutkannya. Tampak berat yang dipikirkan. Saking beratnya, sesekali mulutnya berdesis tanda gamang. Apakah yang dipikirkannya? Pemuda bertubuh tegap itu mengenakan baju panjang lengan potongan cina berwarna biru tua. Rapi dan tampak berwibawa. Pakaiannya itu pun rapi bersetrika. Dengan celana kain yang juga rapih dan licin. Tangannya seperti menggenggam sesuatu. Tapi tak ada. Barangkali genggamannya terlalu kuat. Sesekali kakinya dihentakkan ke tanah. Terompah kulit itu menyibak pasir halus halaman depan mesjid megah itu. Buyung, nama pemuda yang kita bicarakan. Semenjak kecil ia menghuni mesjid yang dulu surau tua lapuk kusam. Saat usia buyung tujuh tahun, walau rumahnya dekat dari sana, ia memilih tidur di surau. Katanya, pada ibunya, "Buyung ingin belajar di surau saja," dan ibunya mengerti kehendak anaknya. Keras hati Buyung suatu ketika ada benarnya. Setamat sekolah dasar Buyung merantau ke kota. Ditinggalkannya teman bermain sesurau. Hendra, Adi dan Tessa yang sama di surau belajar mengaji, silat dan adat minangkabau. Guru mereka, Ustad Yon dan Kasman saat itu pun telah merantau pula di kota tetangga. Enam tahun Buyung di sana. Menamatkan SMP dan Aliyahnya. "Apa pula yang kau menungkan," tanya Hendra. Buyung tersentak. Lamunannya buyar. "Tidak ada yang kumenungkan. Aku hanya memikirkan nasib mesjid ini," jawab Buyung hambar. " Kenapa kau pikirkan mesjid ini. Sudah bagus, megah dan bertingkat pula." "Justru itu, megah dan besar mesjid ini tapi di luarnya saja." "Maksudmu?" Hendra tak habis pikir. "Cobalah perhatikan, barapa banyak jemaah mesjid ini sekarang. Kalaulah Maghrib tiba bisa dihitung jari yang berdiri di shaf muka. Ditambah shaf belakang, beberapa anak mengaji saja," Buyung makin muram. Hendra menggaruk kepala walau tak gatal. Memang benar apa yang diungkapkan Buyung. Mesjid megah dua tingkat ini kini jadi hiasan kampung ini saja. Berbeda sekali dengan masa mereka sepuluh tahun silam. *** "Tessa, panggil semua kawanmu. Suruh masuk. Kita mau belajar!" tegas Ustad Yon. Sementara Ustad Kasman baru selesai mengajar santri kelas tiga yang belajar mengaji irama. Di tangannya sebilah rotan panjang dipukul-pukulkannya lambat ke atas meja. Di belakangnya sebuah papan tulis tua pirang oleh hapusan kapur. Di depannya berbaris meja-meja kecil tempat alas menulis bagi santri TPA. Meja-meja itu setinggi tulang kering. Santri harus duduk bersila. Perempuan di barisan kanan. Laki-laki di barisan kiri. "Kemarin, saya menyuruh kalian menghafal ayat Qursi. Siapa yang telah hafal?" Beberapa santri menunjuk jari ke atas. "Buyung ke depan." Dengan sedikit ragu Buyung kecil maju dan membacakan ayat Qursi. Mulanya tersendat. Kemudian lancar dan bersahaja. "Bagus, silakan duduk kembali." Berikutnya bergiliran santri-santri kecil itu maju membacakan hafalan ayatnya. Yang tidak hafal dapat jatah pecutan rotan di tangannya. Tak peduli lelaki atau perempuan. Pulang dengan tangan memerah dan menghijau. Tiga kali pecutan rotan bergaris di telapaknya. *** Kampung itu kian modern. Ketika dulu Buyung, Hendra, Tessa dan Adi masih bocah hanya petromaks dan lilin yang memandu mereka pergi ke surau. Tiap malam minggu wajib mereka semua bermalam di sana. Selain belajar mengaji juga diajarkan silek tuo oleh Ustad Kasman. Kini, lilin hanya untuk acara ulang tahun anak-anak atau penerang kala listrik padam saja. Petromaks dan lampu dinding sudah karatan bahkan terbuang di belakang rumah. Jika maghrib datang suara azan bersambutan dengan music house para anak muda di posko pemuda. Ditambah hentakan domino di "Lapau Ayah". Malam seperti siang. Siang makin tak karuan. Risaunya Buyung seperti sama dipikirkan oleh orang-orang tua di sana. Buyung yang setiap hari kini menjadi imam shalat berjamaah tentu merasakan sangat perubahan yang terjadi. Waktu Wirid Jumatan lalu, bahkan beberapa jamaah menanyakan kepada Ustad Yon tentang hal ini. "Kampung kita ni Ustad, sudahlah berubah sekali. Zaman berganti kan tidak mesti berubah budi pekerti. Cobalah lihat, anak dan kemenakan main batu domino di meja yang sama. Anak gadis pulang lepas isya sudah biasa. Pakaian mereka, kecil-kecil semua. Akan jadi apa kampung kita ini." Bahkan seorang ibu ikut menimpali. "Susahlah hati kami ini. Banyak anak tetangga yang celaka beranaknya. Sudah mengandung baru menikah. Bakal bencana yang kita terima, Ustad." Ustad Yon bukan tak pernah memikirkan hal ini. Seperti murid demikian guru. Ustad Yon pun telah pusing tujuh keliling. Ta
[R@ntau-Net] Lapau Mak Kari : Ingek-lah Hiduik ka Mati!
Lapau Mak Kari : Ingek-lah Hiduik ka Mati! By padangekspres, Minggu, 21-Maret-2004, 03:50:06 WIB Dindiang lapau Mak Kari lah panuah dek gambar partai nan ka sato Pemilu. Alun lai gambar caleg De Pe De. Tiok suduik tapasang bendera bamacam rono. Ado merah, kuniang, hijau, hitam, kulabu, putiah, pokoknyo sagalo rupo. Ado nan gadang, ado nan ketek. Ado nan panjang ado nan pendek. "Bantuak Nagari awak ko kalabiahan kain jo karateh," si Mira mulai ba-ciloteh. "Banyak anak kamanakan jo dunsanak awak nan indak balampok pungguangnyo. Banyak anak sikola paralu buku," baitu ciloteh Mak Kari mancaliak bandera jo panflet nan baserak di tangah kampuang. "Alun lai tu doh Mak Kari.," sambuik Mak Labai. "Untuak pai kampanye, banyak partai nan mancater kapatabang jo helikopter. Ditambah pulo jo artis-artis ibukota. Sakali kampanye dibaia Sapuluah sampai Duo puluah juta. Ado nan labiah bagai." sambuangnyo. Untuak ma-ambiak muko ka rakyaik ado pulo nan mambagikan sembako, baju, sarato pitih. Salamoko indak takana bagai dek nyo tu doh. Iklan di TiPi alah jaleh maha baianyo. Untuak mancogok Tigo puluah datiak sajo, sadiokan pitih Duo puluah sampai Tigo puluah juta sakali tayang. Bara ratuih juta sa-hari, kali duo puluah hari, kali pulo jo banyak partai. Kabanyo, untuak kampanye sajo, dipakirokan mahabihkan pitih ba-Triliun-Triliun. Antah bara banyak angko nol nyo, indak abeh dek awak doh. "Takana pulo dek den, dari ma pitih sabanyak tu dapek dek urang-urang tu.." tanyo Mak Labai. "Antah lah Mak, Allah nan ka tau. Awak ko rakyaik badarai. Bak kato Balam sajo padi rabah ko nyo.." si Mira manjawe. "Usah ba-ibo hati bana sanak. Bara bana ka sorak jo janjinyo, kan awak juo nan manantukan di dalam biliak suaro. Jan namuah awak dilagak jo kayonyo. Jan namuah digadele dek ota jo janjinyo," baitu bana Mak Kari maingek-an. "Sudah tu.," sambuangnyo, "Kutiko mamiliah, tanyokan ka hati ketek awak basamo, iyo lai bakarajo urang-urang tu kutiko jadi anggota legislatif dulu. Iyo lai mamikiakan nasib awak basamonyo." Nan acok kito caliak di TiPi, dibaco di koran, anggota legislatif tu banyak nan lalok kutiko sidang. Nan kalera bana, urang sidang nyo indak datang. Ado nan mauruih bisnis, ado nan mauruih partai. Kok datang, nyo ma-ota, mambaco koran. Sudah tu nyo lalok bakaruah, bantuak lalok di rumah bakonyo surang. "Kalau-lah ka-manarimo honor, inyo paliang da-ulu. Talambek mambaia inyo ma mete-mete. Sagalo garegak dikaluakannyo. Diujuang periode, nyo mintak pulo uang tulak. Yo bana indak manuruik adaik," si Mira nan mantiak mulai indak saba. "Kan indak kasadonyo bantuak itu doh," umbuak Mak Kari. "Yo indak., tapi kecek guru Mira, kalau labiah dari ciek, banyak namonyo." solang gadih nan mantiak ko. "Jan Mamak lupo..," sambuangnyo. "Untuak manduduak-an surang urang di DePeErDe tingkek duo, paralu Tujuah ribu suaro rakyaik nan mamiliahnyo. Alun lai untuak tingkek provinsi, apolai untuak tingkek Nasional. Sampai bajuta suaro rakyaik nan diwakilinyo." Mak Labai indak namuah katinggalan ba-pandapek: "Jadi aratinyo, kalau surang anggota legislatif nan lalok kutiko sidang, samo aratinyo manyio-nyiokan baribu-ribu sampai bajuta-juta suaro rakyaik tu Mira..?" Mak Kari capek manyolo, "Mungkin inyo panek bagai." "Kalau panek dek mamikiakan awak, rancak tu mah. Lai mambaleh guno ka rakyaik namonyo tu," sambuik Mak Labai. "Kok panek baranti se lah." jawek si Mira jo bijaknyo. "Manga juo mancucuak ka sinan lai. Agiah pulo kesempatan urang nan sabana mamikiakan nasib rakyaik," cirotet si Mira indak tabado. Mancaliak pasaran lah mulai angek, Mak Labai mangecek: "Kini baitu sajolah dek awak basamo.Bak kato rang tuo, ambiak contoh ka nan sudah, ambiak Tuah ka nan manang." "Kok manang jo caro bana, baru mandapek tuah. Itu nan manuruik alua jo patuik," pituah Mak Kari sambia mahiruik kopi nan mulai taraso paik. "Jan di-alua se urang manuruik patuik awak," solo si Mira "Kalau nyo manang jo caro nan indak bana, tantu Tuah indak kadapek. Tapi kalau manang jo caro bana, pasti Tuah tapacik ditangan. Indak ka dicibiakan rakyaik di balakang...," baitu Mak Kari manjalehkan "Sakurangnyo di mato batin sarato hati keteknyo, indak barutang dunia akhiraik," sambuang Mak Labai. "Nan paralu di-ingek, Pamilu ibaraik hujan sa-darok. Sakali limo tahun. Pemilu labiah banyak napasu dunianyo." Mak Kari manambahkan. "Iyo tu mak. Jan sumbarang ma-obral janji sajo" solo si Mira. "Ingek-lah hiduik ka-mati.Usah tajadi ka bakeh awak, sudah-lah kalah dalam Pemilu, di akhiraik taniayo pulo. Bakujuik badan masuak narako..!" Na'udzubillahi min dzaliq..! (yudi)Padang Ekspres Online : http://www.padangekspres.com/ Versi online: http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2346 6 Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] 31 Petak Toko, 2 Unit Rumah dan satu Mushalla Ludes
Padang Ekspres Online Topics / Berita Utama Pasar Piaman Terbakar* 31 Petak Toko, 2 Unit Rumah dan satu Mushalla Ludes By padangekspres Rabu, 24-Maret-2004, 04:25:57 WIB Pariaman, Padek—Sebanyak 31 unit petak toko, 2 unit rumah warga, 1 unit mushala di komplek pertokoan Pasar Kota Pariaman di Jalan St Syahrir, ludes dilalap sijago merah sekitar pukul 04.30 WIB, Selasa (23/3). Akibat peristiwa ini diperkirakan warga mengalami kerugian sebanyak Rp3 miliar lebih. Komplek pasar seluas 1910 meter persegi ini bersebelahan dengan pasar ikan dan sayuran. Toko-toko tersebut berisi pakaian, sembako, bahan bangunan, alat listrik, wartel, elektronik, alat tulis dan lainnya. Disinilah pusat penjualan sembako bagi daerah sekitar Piaman dan sangat ramai oleh akitivitas warga kota. Pertokoan ini milik keluarga almarhum St Darwis Dt Rangkayo Sutan Palembang. Begitu melihat kejadian tragis tersebut warga Kota Pariaman yang baru saja menunaikan shalat subuh, kendati hari masih gelap, segera berhamburan memberikan bantuan memadamkan api dan menyelematkan barang-barang pedagang. Sikap toleransi yang begitu kental ditunjukan oleh warga kota “Tabuik” ini. Usai shalat subuh tersebut, Kapolres Padangpariaman, AKBP Drs H Muhammad Akmil yang masih berpakaian shalat langsung bersama 150 personilnya mengamankan lokasi kejadian. Juga terlihat Wali Kota Pariaman Nasri Nasar, Wakil Wali Kota Pariaman Ir Mahyuddin, Sekdako Drs Muhklis Rahman, Asisten I Fadli SH, Sekdakab Kabupaten Padangpariaman Drs Sudirman Gani, Ketua DPRD Kabupaten Padangpariaman, Anasdi Nazar serta sejumlah pejabat lainnya. Juga kelihatan caleg perempuan dari Partai Golkar asal Pariaman untuk DPRD Sumbar, Hasnah Cendra Dewi. Kepada Padang Ekspres, Hasnah menuturkan keprihatinannya dan meminta korban yang ditimpa musibah agar sabar menerima cobaan ini. ”Pemerintah harus mencarikan penampungan sementara dan solusi terhadap para korban kebakaran ini,” tutur Hasnah. Termasuk akses permodalan bagi pedagang juga dicarikan solusinya. Saat itu, Kapolres dibantu Kasatreskirm AKP Taswin Ahmad dan Kabag Ops AKP Benni BW dibantu petugas Kodim dan satpol PP kabupaten dan kota Pariaman segera membentuk posko penanggulangan kebakaran. Jumlah personil pengamanan itu sebanyak 200 personil. Satu buah tenda barak didirikan diterminal angkutan pedesaan kota Pariaman. Disinilah berbagai informasi,data dan batuan dicatat termasuk nama-nama korban kebakaran. Akibat didirikannya tenda darurattersebut akhirnya angkutan pedesaan untuk sementara terpaksa mencari penumpang di simpang Tabuik dan diatur oleh petugas satlantas dan Dinas Perhubungan Kota Pariaman. Dua unit mobil pemadam kebakaran dari Kabupaten Padangpariaman datang dan dibantu warga segera menyemburkan air ke lokasi api. Untuk memutuskan aliran api, beberapa ruko sengaja dirobohkan warga. Berselang setengah jam kemudian, datang bantuan 1 unit mobil dari Kota Bukittinggi, disusul oleh Kabupaten Solok, Padangpanjang. Pemadam kebakaran dari Kota Padang yang menyatakan telah mengirimkan dua unit pemadam kebakaran sampai berita ini diturunkan belum kelihatan. Akibat tak datangnya bantuan dari kota Padang akhirnya warga sangat kecewa, sehingga secara spontan saja permasalahan ini dilaporkan kepada Wakil Gubernur Sumbar Prof Dr Ir H Fachri Ahmad MSc yang datang ke lokasi tersebut. Wakil Gubernur Sumbar saat itu juga memberikan bantuan dana sebesar Rp10 juta yang diterima oleh Wako Pariaman, H Nasri Nasar dan disaksikan oleh korban kebakaran di posko penanggulangan kebakaran. Bantuan lainnya datang dari pengusaha Sidi Saidina Umar dengan bendera usaha PT Satria Muda Manugraha sebesar Rp5 juta. OS Yerli Asyir dari PKDP Kota Padang juga memberikan bantuan sebesar Rp1 juta. Termasuk KPU Kota Pariaman memberikan bantuan 5 kardus air minum. ”Saya sangat kecewa dengan tim pemadam kebakaran Kota Padang, setelah mereka memberitahu saya, ternyata mereka juga yang tak datang,” tutur H St Darsyamsu Ayang, pemilik komplek pertokoan tersebut kepada Padang Ekspres. Diakui Ayang, kerugian yang dideritanya bersama warga lebih dari Rp3 miliar. Sementara itu Kapolres Pariaman melalui Kasatreskrim AKP Taswin Ahmad menyatakan, dugaan awal api memang berasal dari konsleting atau arus pendek. Hal ini disebabkan karena jaringan listrik yang sudah tua dan tidak diganti oleh pemilik toko. Sementara usia bangunan juga sudah lebih 50 tahun. ”Kita amankan dulu lokasi kejadian, baru kita periksa,” tutur
[R@ntau-Net] Pariaman Dilanda Kebakaran, 31 Petak Ruko, Dua Rumah, 1 Mushala Ludes jadi Abu
Pariaman Dilanda Kebakaran, 31 Petak Ruko, Dua Rumah, 1 Mushala Ludes jadi Abu By posmetro Rabu, 24-Maret-2004, 16:01:15 WIB 10 klik PARIAMAN, METRO Pagi Selasa (23/03), Kota Pariaman benar-benar jadi lautan api. Sedikitnya 31 petak Ruko (Rumah dan Toko), serta dua buah rumah berikut satu mushala ludes jadi abu, tatkala pukul 05.00 WIB warga yang tengah bersiap-siap akan ke masjid menunaikan ibadah shalat Subuh dikejutkan oleh pekik histeris para pemilik bangunan yang terbakar. Akibat kebakaran hebat itu, kerugian sementara yang ditaksir sekitar Rp3 Miliar. Walau sudah meluluhlantakan bangunan Ruko berikut rumah dan Mushala itu, sampai berita ini diturunkan tadi malam sumber api masih simpang siur. Sebab, informasi yang dihimpun POSMETRO di lapangan ada yang mengatakan bahwa sumber api berasal toko bangunan merek Ananda dan Nagoya, karena korsleting listrik. Juga ada yang menyebutkan, api berasal dari kompor rumah penduduk sekitar lokasi yang meledak. Tapi yang jelas, informasi yang dihimpun POSMETRO di Tempat Kejadian Peritiwa (TKP) dari saksi mata menyebutkan, api pertama kali terlihat dari belakang petak toko merek Ananda dan Nagoya. Api yang semula kecil tersebut, lama kelamaan jadi besar, sehingga warga yang menyaksikan pada berhamburan ke lokasi untuk memberikan bantuan. Saat masyarakat yang umumnya pemilik petak toko pada berhamburan ke lokasi sambil mengeluarkan suara teriak hingga histeris agar seluruh warga pada datang untuk memberikan bantuan. Namun, karena api yang melahap bangunan di atas tanah seluar 1910 meter milik almarhum St Darwis Dt Rangkayo Sutan Palembang semakin membesar, sehingga sulit dikendalikan dengan cara konvensional alias tenaga manusia. Dalam amukan api yang asapnya nampak membubung tinggi itu, beberapa pemilik Ruko masih sempat mengeluarkan sebagian barang-barangnya. Amukan jago merah itu baru dapat dikendalikan setelah 2 jam amukan sijago merah membumihanguskan bangunan yang sudah setengah pakai itu. Bangunan Ruko itu ludes jadi abu, karena terbatasnya mobil kebakaran yang dimiliki oleh Pemkab dan Pemko Pariaman. Hanya ada dua unit mobil kebakaran yang nampak menyiram api. Api yang membumi hanguskan pasar Pariaman tersebut dapat dijinakan setelah Pemerintah Kota Pariaman meminta bantuan kepada mobil pemadam kebakaran kota tetangga, terutama dari BPK Bukitinggi, Solok, Padangpanjang dan Kabupaten Agam. Sedangkan dari Padang sendiri tidak terlihat satupun yang mengirim mobilnya ke Pariaman. Amukan jago merah itu, berhasil dijinakan sekitar pukul 08.00 WIB paginya. Pantauan POSMETRO di lapangan, walau dengan armada yang sangat terbatas, namun dua unit mobil BPK milik Pemkab dan Pemko tetap bekerja keras memadamkan api yang dibantu petugas Polres, Kodim serta Sat Pol PP Padangpariaman, berikut warga yang nampak saling bahu membahu menjinak api. Hal itu dilakukan agar api tidak merambah kepada bangunan-bangunan lain yang ada di sekitar lokasi. Ketika mobil BPK dan warga sibuk memadamkan api serta mengeluarkan sebagian barang-barang jualannya, agar tidak habis semua dilahap sijago merah, tampak hadir di TKP Walikota Pariaman H Nasri Nasar,SH Wakil Walikota Ir Mahyuddin, Bupati Padangpariaman Drs H Muslim Kasim dan Sekda Sudirman Gani, SH serta Sekretaris Partai Golkar Kota Drs Mardison Saat itu, para pejabat yang datang di lokasi termasuk Sekteratis Partai Golkar Kota Pariaman Drs Mardison Mahyuddin meminta kepada korban yang ditimpa musibah kebakaran Pasar Pariaman ini agar tabah menghadapi cobaan ini. Selain mereka juga meminta kepada seluruh korban agar jangan mudah terpancing berbagai isu yang menyebakan tokonya terbakar. Karena isu dapat memicu hal-hal yang tidak-tidak, katanya. Kapolres Padangpariaman AKBP Drs H Muhammad Akmil bersama jajarannya nampak sibuk mengamankan lokasi kebakaran. Kapolres yang ditanyai POSMETRO ketika api bergejolak masih bergejolak juga mengaku belum dapat memastikan penyebab kebakaran yang melanda Pasar Kota Pariaman itu. Karena jajarannya masih melakukan penyelidikan lebih jauh soal sumber api. Kemarin, begitu situasi api yang bergejolak dapat dikendalikan, Pemerintah Kota dan Kabupaten Padangpariaman bekerja sama dengan Kodim, Polres telah mendirikan posko penampungan sementara para pedaggang. Kunjungan Wagub Setelah api dipastikan padam rombongan wakil Gubenur Sumbar Prof DR Ir Fahri Ahmad sampai di lokasi didampingi Wakil Walikota Pariaman Ir Mahyuddin. Saat itu Wakil Gubenur menyerahkan bantuan untuk para korban kebakaran sebanyak Rp 10 juta, PT Satria Muda Manugrah Saidina Umar Rp 5 juta dan Bupati Padangpariman Rp 25 juta. Tetapi pemerintah Kota Pariaman hingga kini masih memikirkan bantuan apa yang akan diberikan kepada korban. Karena pemerintah Kota Pariaman adalah penangung jawab dalam musibah ini. Namun, saya meminta kepada pemerintah Kota agar segera memberikan bantuan kepada korban yang ditimpa musibah. Sebab, para korban butuh bantuan tersebut, kata Ujang Ketua Ojek di Kota Pariaman kepada POSMETRO di lokasi kebakaran. Wakil Guber
[R@ntau-Net] Tentang Jilbab Lagi
Bulan-nulan kapatang awak rame mempermasalahkan Jilbab alias Karuduang, iko ado artikel dari kompas, mungkin bisa manambah awak saketek lai tentang jilbab, dan disiko ambo ingin juo mintak tambah penjelasan dari uda Doto (Rahyuss) Thanks, --- Kompas Cyber Media Updated: Selasa, 23 Maret 2004, 11:21 WIB KESEHATAN JILBAB Mengurangi Risiko KANKER Saat ini, jilbab bukan lagi fenomena kelompok sosial tertentu, tetapi sudah menjadi fenomena seluruh lapisan masyarakat. Tidak sedikit jumlah artis, eksekutif, dan publik figur lainnya menggemari dan menggunakannya. Beruntunglah Anda yang sudah mengenakan jilbab (veil), kerudung bagi wanita muslim ini tak hanya menunjukkan kerendahan hati dan kesopanan, tetapi juga melindungi Anda dari penyakit mematikan. Jilbab yang dikenal dengan beberapa istilah, seperti chador (Iran), pardeh (India dan Pakistan), milayat (Libya), abaya (Irak), charshaf (Turki), hijab (Mesir, Sudan, dan Yaman), dapat memperkecil risiko pemakainya terkena kanker tenggorokan dan hidung. Alasannya, jilbab mampu menyaring sejumlah virus yang suka mampir ke saluran pernapasan bagian atas. Profesor Kamal Malaker asal Kanada, menyatakan wanita Arab Saudi - yang sebagian besar menutup wajahnya secara penuh- jarang sekali terserang virus epstein barr, yang menyebabkan kanker nasofaring. Bisa dikatakan jumlah penderita kanker jenis ini sangat rendah. "Jilbab melindungi wanita dari infeksi saluran pernapasan bagian atas, " tulis Saudi Gazette, Jum’at (19/3), mengutip pernyataan Malaker, "Di Arab Saudi, jumlah wanita penderita kanker nasofaring sangat rendah dibandingkan laki-laki," lanjut Malaker. "Kenyataan ini sungguh menarik, bagaimana pakaian adat yang begitu sederhana memiliki pengaruh begitu besar pada kehidupan manusia," ujar Malaker, kepala bidang onkologi radiasi Rumah Sakit King Abdul Azis. Kanker nasofaring merupakan kanker yang paling banyak diderita masyakarakat untuk jenis kanker Telinga Hidung Tenggorokan (THT) Kepala Leher (KL). Tingginya angka penderita kanker nasofaring terutama akibat keberadaan virus epstein barr yang hampir ada pada 90 persen masyarakat di negara berkembang. Jika virus tersebut ’terbangun’, maka dapat terjadi mutasi sel yang berujung pada kanker nasofaring. Nasofaring merupakan saluran yang terletak di belakang hidung, tepatnya di atas rongga mulut. Gejala awal dari kanker nasofaring tersebut antara lain gejala pada telinga yang ditandai dengan dengingan terus-menerus pada telinga. Di samping itu, sering disertai gejala pada hidung seperti pilek berkepanjangan yang disertai dengan darah, suara parau yang berkepanjangan, sering mimisan dan nyeri saat menelan. Kanker nasofaring merupakan penyakit kanker keempat yang paling banyak menyerang penderita kanker di Indonesia. (zrp/Reuters) Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Sheikh Ahmed Yassin
Sheikh Ahmed Yassin, Pemimpin Spiritual Hamas SHEIKH Ahmed Yassin, pendiri dan pemimpin spiritual Hamas, adalah seorang yang tampak lemah secara fisik, lumpuh keempat anggota tubuhnya, dengan suara yang bergetar. Namun, dia mempunyai kekuatan di kalangan orang-orang Palestina. Ia memiliki tempat istimewa, baik secara politis maupun psikologis dalam barisan gerakan perlawanan Palestina, khususnya faksi Hamas. Itu membuat ia menjadi salah satu simbol perjuangan rakyat Palestina selama empat dekade terakhir ini. Wartawan Kompas di Cairo Musthafa Abd Rahman pernah mewawancarai Sheikh Ahmed Yassin, Oktober 1997, setelah ia dibebaskan dari penjara Israel. Sheikh Yassin saat itu terkesan bersahaja dan sangat tidak birokratis. Ia sangat menghormati tamu, termasuk wartawan, yang datang ke rumahnya. Sheikh Yassin dilahirkan di Desa Joura-Ashkelon (kini wilayah Israel) pada bulan Juni 1936. Pada usia 12 tahun ia menyaksikan kekalahan bangsa Arab dari Israel dalam perang Arab-Israel. Kekalahan itu telah membentuk cara berpikir Yassin muda. Ia berprinsip, rakyat Palestina harus mengandalkan diri mereka sendiri dengan cara mempersenjatai diri, bukan berpangku pada bangsa lain, baik pada bangsa Arab lain maupun masyarakat internasional. Yassin bersekolah hingga kelas 5 Ibtidaiyah di Desa Joura. Meletusnya perang Arab-Israel pada tahun 1948 membuat dia dan keluarganya mengungsi ke Jalur Gaza. Seusai sekolah menengah pada 1957-1958, Yassin yang lumpuh keempat anggota tubuhnya akibat kecelakaan semasa kecil langsung memperoleh pekerjaan sebagai guru. Aktivitas politik Yassin dimulai ketika ia pada usia 20-an berpartisipasi dalam unjuk rasa di Jalur Gaza menentang invasi segi tiga Israel, Inggris, dan Perancis terhadap Mesir pada tahun 1956. Menurut BBC News, Yassin belajar di Universitas Al Azhar, Cairo, tempat kelahiran Ikhwanul Muslimin. Di sanalah dia membentuk keyakinan bahwa tanah Palestina-wilayah Palestina dan Israel-adalah tanah wakaf milik Muslim seluruh dunia dan bahwa tak seorang pemimpin Arab pun mempunyai hak untuk menyerahkan bagian apa pun dari wilayah ini. Sheikh Yassin menjadi aktif terlibat dalam Ikhwanul Muslimin cabang Palestina, namun dia baru dikenal luas setelah Intifada Palestina pertama tahun 1987. Pemerintah pendudukan Israel menangkap Sheikh Yassin pada tahun 1982 dengan tuduhan memimpin gerakan perlawanan rahasia dan menyembunyikan senjata. Ia dijatuhi hukuman 13 tahun penjara, namun dibebaskan pada 1985 melalui transaksi tukar-menukar tawanan antara Israel dan Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP). Pada akhir 1987 Sheikh Yassin bersama pemimpin Palestina lainnya mendirikan Hamas yang kemudian sangat berperan dalam intifada pertama (1987-1993). Ia menjadi pemimpin spiritual gerakan perlawanan itu. Tahun 1989 Sheikh Yassin bersama tokoh Hamas lainnya ditangkap pasukan pendudukan Israel dan mendapat vonis hukuman seumur hidup. Pada tahun 1997 Sheikh Yassin dibebaskan atas permintaan Almarhum Raja Hussein dari Jordania sebagai kompensasi atas gagalnya percobaan pembunuhan oleh Mossad terhadap Kepala Biro Politik Hamas Khaled Meshal di Amman. Ia mencoba membina hubungan baik dengan Otoritas Palestina dan para pemimpin lain di dunia Arab, namun pendiriannya mengenai isu perdamaian tidak mau dikompromikan. Menurut BBC, Sheikh Yassin berulang kali mengatakan, "Apa yang disebut jalan damai itu bukan perdamaian dan itu bukanlah pengganti bagi jihad dan perlawanan." Dalam wawancara dengan United Press International bulan Juni tahun lalu, ketika ditanya apakah ia akan menerima hudna atau gencatan senjata dengan Israel, Yassin mengatakan Hamas siap tetapi hanya dengan syarat-syarat khusus. Hudna menurut dia tak sekadar diakhirinya kekerasan di kedua pihak, tetapi harus menyebabkan orang Palestina mendapatkan haknya. Sheikh Yassin menjadi ilham yang kuat bagi ana-anak muda Palestina yang kecewa oleh runtuhnya harapan perdamaian. Ia mengilhami mereka untuk memberikan nyawa. Terbunuhnya pemimpin spiritual itu menimbulkan kemarahan di kalangan pendukungnya. Ini dikhawatirkan akan meningkatkan kekerasan yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun itu. (AP/di) = 23 Mar 04 07:52 WIB Kejam, Israel Rudal Sheikh Yassin Jalur Gaza, WASPADA Online Israel menunjukkan kekejamannya ketika membunuh pemimpin dan sekaligus pendiri Hamas, Syekh Ahmed Yassin, dalam satu serangan misil di luar sebuah masjid di Kota Gaza, Senin (22/3). Tubuh dan sebagian tempurung kepalanya hancur, membuat marah kelompok militan Palestina, bahkan kalangan Arab, untuk melakukan pembalasan terhadap Israel dan AS. Yassin, berusia 67 tahun, merupakan pemimpin tertinggi Palestina yang terbunuh oleh Israel dalam waktu lebih dari tiga tahun pergolakan intifada dan pembunuhannya juga terlihat mengundan
Re: [R@ntau-Net] Kutuk Ariel Sharon
Iyo daad, Biko kalau talalu agresif awak, di cap pulo TERORIS... tapaso dado yo pabanyak di uruik da. So... bilo jadi kasampai di Jkt Da-ad?? Kami tunggu kongkow2 di lap Tenis nanti. - Original Message - From: Adrisman <[EMAIL PROTECTED]> > Nofen, > Cuma itulah yang mampu dilakukan oleh kita saat ini, semua cuma bisa > mengutuk sendiri sendiri. > Apalah artinya kita segelintir individu2, sedang negara2 Islam yang > tergabung dalam OKI saja tidak pernah kedengaran suaranya. > > wassalam > adr Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Kutuk Ariel Sharon
Kalau boleh saya mengutuk, saya KUTUK Negara Israel dan A Sharon saat ini, yang telah membunuh seorang Tua yang hampir seluruh hidupnya di korsi Roda. Dasar Pengecut Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] "Pak Etek" GILO
"Pak Etek" Pemerkosa Masih Diburu, 5 Saksi Lagi Diperiksa Polisi By posmetro Selasa, 23-Maret-2004, 15:59:31 WIB 12 klik PARIAMAN, METRO Untuk menindak lanjuti kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh "Sa" (50) terhadap "Ay" (14), seorang murid kelas IV SD yang mengakibatkan korban hamil dan melahirkan seorang bayi, kemarin lima saksi lagi diperiksa Polisi, walau tersangka pelaku sampai berita ini diturunkan masih dicari, sebab melarikan diri dari Manggung, Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman sejak terungkapnya kasus ini beberapa waktu lalu. Tersangka harus segera ditangkap agar diproses lebih jauh. Sekaligus anak hasil perbuatannya terhadap "Ay" juga jelas statusnya. Kalau sudah tertangkap, siapa orang yang bakal mengasuh bayi perempuan yang dilahirkan dari rahim "Ay" dapat ditentukan orangnya, kata Nurhayati Kahar salah seorang saksi kepada penyidik di ruang periksa Polres kemarin. Dijelaskan Nurhayati Kahar, diduga "Sa" yang nekat memperkosa "Ay" anak kakak dari istrinya seperti berita sebelumnya melarikan diri masih di sekitar Sumatera Barat dan Riau. Sebab, sanak famili pelaku banyak berada di dua tempat tersebut. Tetapi, karena pelaku sangat cerdik sehingga sulit diciduk. Hal itu dibuktikan begitu polisi mengetahui keberadaannya, "Sa" cepat kabur dari tempat persembunyian. Namun demikian ia sebagai saksi dan juga orang pertama yang membawa "Ay" untuk melapor ke Polres Padangpariaman akan berkerja sekuat tenaga untuk menangkap pelaku. "Hal itu telah saya buktikan ketika saya mengetahui keberadaan pak etek rutiang itu di Bukittinggi baru-baru ini langsung saya buru bersama tim buser Polres Padangpariaman kesana", ucapnya. Selain itu Nurhayati Kahar dalam pemeriksaan tersebut juga menduga pelaku pemerkosa murid kelas IV SD itu bersembunyi di daerah perbatasan Sumbar dengan Riau. Maka itu, ia meminta kepada penyidik agar terus menempatkan tim buser di lokasi-lokasi tempat persembunyian pelaku. Karena tindakan pelaku sangat jahanan dan tidak berprikemanusian terhadap diri wanita. Seperti diketahui dalam pemberitaan sebelumnya yang dijelaskan Nurhayati Kahar, "Sa" memperkosa "Ay" setiap pulang sekolah. Bahkan pelaku memperkosa "Ay" sampai pingsan, setelah melayani nafsu binatang "Sa" saat istrinya pergi kesawah. Akibatnya, "Ay" hamil dan melahirkan seorang bayi perempuan yang sekarang masih saya rawat setiap hari, jelasnya. Kapolres Padangpariaman melalui Kasat Reskrim AKP Taswin Ahmad ketika menjawab pertanyaan POSMETRO di ruang kerjanya kemarin, mengakui pihaknya habis memeriksa saksi-saksi untuk mengetahui keberadaan tersangka yang memperkosa "Ay" sampai melahirkan bayi perempuan. Sebab, pihaknya ingin mengetahui,dimana-mana saja rumah sanak famili pelaku. Namun menjelang tersangka berhasil ditangkap, pihaknya telah memasukan "Sa" dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).Yang jelas, setelah pihaknya mengetahui rumah-rumah sanak famili tersangka, pihaknya segera melakukan penyelidikan kesana. Mudahan-mudahan usaha keras semua pihak agar pelaku pemerkosa tertangkap dapat terujut dalam waktu cepat,katanya. (efa) Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] PAN Bgr Re: 28 alasan PK-Sejahtera musuh Wong'Licik'(2/28)
Hehehee... Mak Band... Bisuak Jum'atan dima mak? apo masih ka BI bisuak?? - Original Message - From: bandaro <[EMAIL PROTECTED]> To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) <[EMAIL PROTECTED]> > > PAN Bogor takantu#k ... eh takantuak. > Ampia indak ado bandera sapanduk PAN di jalanan. > Baru kapatang mancogok ciek duo di ujung gang. > Pai pulo ambo ka kantua pusek PAN di A Yani - Bgr. > Indak ado aktipitas nampakno, ado tatagak bandera sakitar 5 tiang. Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Status Tanah Ulayat dan Potensinya (Pertama dari Dua Tulisan)
Status Tanah Ulayat dan Potensinya, (Bagian Pertama dari Dua Tulisan) Oleh H Kamardi Rais Dt P Simulie By padangekspres, Rabu, 17-Maret-2004, 06:30:48 WIB Pendahuluan Bagi orang Minangkabau, tanah atau hutan merupakan suatu lebensraum. Artinya suatu ruang hidup yang padanya tumbuh berbagai tanaman yang berguna bagi manusia dalam kehidupannya. Di dalam hutan bukan saja aneka ragam hayati yang tumbuh, tapi juga beraneka jenis binatang yang hidup di dalamnya. Bahkan tanah atau hutan bukan saja bermakna ekonomis se-mata-mata, melainkan juga punya nilai sosio-budaya dan religius. Bahwa tanah dan hutan bukan hanya hak orang sekarang, tetapi juga hak generasi yang akan datang, sesuai maksud ayat 9 surat An-Nisa, "Dan hendaklah mereka menjaga jangan sampai meninggalkan anak-anak yang lemah di belakangnya, karena dikhawatiri akan sengsara." Setelah manusia tutup mata juga memerlukan tanah untuk tempat istirahat terakhir baginya.Itulah yang dikatakan dalam mamangan adat : Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah. Karena itu nenek moyang orang Minang sejak dari dahulunya menyadari akan lebensraum tersebut hingga selalu berupaya dalam hidupnya untuk mewariskan pusaka yang antara lain pusaka tak bergerak berupa sebidang atau dua bidang tanah untuk anak cucunya di belakangan hari. Di dalam gurindam adat dikatakan: Bidak-biriak tabang ka samak Tibo di samak tabang ka halaman Hinggok dakek tanah bato Dari niniak turun ka mamak Dari mamak turun ka kamanakan Adat jo pusako baitu juo Pada masa dulu orang menganggap seseorang itu miskin jika tidak punya tanah sejengkal pun atau tidak menerima harta pusaka berupa areal pertanahan dari mamak atau ibunya secara adat matrilineal. Seorang anak Minang akan menerima warisan adat dan pusaka yang diungkapkan oleh gurindam adat di atas, dari ninik ke mamak dan dari mamak ke kemenakan. Pusaka (pusako) adalah berupa harta benda dan sako adalah berupa jabatan kepenghuluan yang bergelar datuk. Bagi yang tak punya keduanya, pusako harato dan pusako dalam bentuk sako (datuk), maka orang akan bertanya-tanya atau berbisik desus di dalam kampung. Si Anu itu mungkin urang datang malakok atau orang yang terdampar ke kampung ini lalu kemudian diselamatkan Datuk di kampung kita. Hal itu bukan tak mungkin terjadi dalam suatu kehidupan yang panjang. Misalnya suatu nagari atau kampung dilanda kemiskinan yang hebat. Sawah tidak menjadi akibat serangan gajah atau bencana alam lainnya seperti kemarau, banjir, longsor (galodo), dan lain-lain. Maka penduduk nagari tersebut mencoba menyelamatkan hidupnya ke nagari lain, pada nagari tetangga dekat atau jauh. Di kampung baru itu dia bersama keluarganya "menepat" atau bersandar kepada sebuah kaum (datuk). Malakok artinya ia bersandar kepada seorang datuk. Kalau ia orang bersuku Caniago di kampung yang ia tinggalkan, maka sebaiknya ia 'malakok' kepada suku Caniago pula di nagari baru tersebut. Menurut yang biasa prosedurnya tidaklah sulit. Ada sedikit kenduri dengan menyembelih seekor kambing dan mengundang makan setidaknya orang yang se-suku, katakanlah suku Caniago. Pada waktu itu dilewakanlah (diklarifikasikan) bahwa si Anu itu orang Caniago, sementara keluarganya orang bersuku Piliang.Oleh kaum (datuk) tempat Malakok (bersandar) keluarga baru itu diberi sebidang tanah untuk perumahan, tabek (kolam ikan) dan sebatang pohon kelapa yang telah berbuah sebagai pokok hidup atau modal baginya. Demikianlah hubungan orang Minangkabau dengan tanah atau hutan. Lalu yang ingin saya paparkan pada kesempatan ini adalah Status Tanah Ulayat di Minangkabau dan Potensinya untuk Penerapan Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/CDM). Untuk itu berikut ini secara sederhana akan saya uraikan apa yang dimaksud dalam judul makalah ini terutama tentang status tanah ulayat dan potensinya. Lanjutannya tentang Mekanisme Pembangunan Bersih/CDM akan saya serahkan kepada para ahlinya. Ulayat dan Hak Ulayat Apa yang dikatakan Ulayat ? Ulayat berasal dari bahasa Arab, artinya suatu daerah atau suatu kawasan. Hak ulayat adalah hak komunal atau hak bersama segolongan penduduk atas se-bidang/kawasan tanah tertentu. Di Minangkabau menurut hukum adatnya, yang disebut hak ulayat adalah hak bersama kaum atau suku atau nagarinya terhadap suatu kawasan tanah di bawah pengawasan Panghulu. Hak ulayat adalah hak yang timbul akibat hubungan antara masyarakat hukum adat dengan wilayah sekitarnya (Rumusan Seminar Hukum Adat Nasional di Yogyakarta, 1977). Hak ulayat adalah hak yang dimiliki oleh suatu masyarakat hukum adat untuk menguasai seluruh tanah se-isinya di dalam lingkungan wilayahnya (Comelis van Vollenhoven). Nah, siapa pula yang dikatakan masyarakat adat itu? Masyarakat adat adalah kelompok komunitas yang memiliki asal-usul dari leluhurnya, turun-temurun mendiami wilayah tertentu, memiliki sistem nilai tersendiri, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan teritori tersendiri pula. Tentang Tanah Ulayat Menurut ajaran adat Minangkabau, Tanah Ulayat ad
[R@ntau-Net] Kabupaten Pemekaran Bakal Miliki RPKK
Kabupaten Pemekaran Bakal Miliki RPKK By padangekspres, Kamis, 18-Maret-2004, 07:32:25 WIB Padang, Padek-Tak beberapa lama lagi tiga daerah pemekaran yang ada di Sumbar yakni Pasaman Barat, Dharmasraya dan Solok Selatan bakal memiliki Rencana Program Kerja Kabupaten (RPKK) sebagai acuan untuk pelaksanaan pembangunan di daerah yang baru dibentuk tersebut. Saat ini Pemprov sedang melakukan kajian dan penilaian terhadap RPKK yang diajukan tiga kabupaten tersebut. Malahan dari kajian yang dilakukan tim teknis yang dibentuk Gubernur, perjalanan RPKK tersebut sudah menjadi pembahasan di biro keuangan. "Mudah-mudahan dalam satu atau dua minggu ke depan RPKK tersebut sudah dapat di setujui Gubernur," ungkap juru bicara Gubernur Yuen Karnova kepada Padang Ekspres kemarin. Menurutnya, sebetulnya gubernur bukan mengulur-ulur pengesahan atau persetujuan terhadap RPKK yang diajukan tiga daerah itu. Namun, gubernur dalam permasalahan ini harus melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap tiga kabupaten tersebut. "Artinya, dari awal kita ingin melakukan peran dan tugas", ujarnya. Saat ini RPKK tersebut sedang dibahas intensif dibiro keuangan. Terutama untuk melakukan pengkajian terhadap aspek pendanaan. Kongkritnya, biro keuangan ingin melihat sejauh mana RPKK tersebut mencerminkan kebutuhan dan kelayakan operasional sebuah kabupaten, termasuk juga di dalamnya peran dan konstribusi dari kabupaten induk. Kita menyadari RPKK tersebut sangat besar manfaat dan perannya bagi daerah yang baru di mekarkan. Sebab, melalui RPKK tersebutlah tiga daerah tersebut mencoba meletak visi dan misi daerah. Selain itu di era keterbatasan tanpa ada mitra sejajar yakni DPRD maka, RPKK tersebut berperan sebagai APBD bagi kabupaten tersebut. Seperti diwartakan Wakil Pimpinan DPRD Sumbar Hj Tity Nazif Lubuk meminta kepada eksekutif agar secepatnya menfinalkan RPKK tiga daerah pemekaran. Sebab, keberadaan RPKK tersebut sangat besar atirnya bagi daerah tersebut. Tanpa RPKK daerah tersebut akan mengalami kendala dalam menjalankan pemerintahan. Untuk eksekutif harus memberlakukan skala prioritas. Sehingga, ancaman kefakuman terhadap tiga daerah pemekaran tersebut dapat diatasi. Seperti diketahui sebelumnya tiga daerah pemekaran yang terlahir seiring di tetapkannya UU No 28 tahun 2004 maka, tiga daerah di Sumbar resmi menjadi sebuah kabupaten yang definitif. Adapaun ketiga kabupaten tersebut adalah Pasaman Barat dengan Pj Bupati Drs Zambri, Dharmasraya dengan Pj Bupatinya (Alm) Ahmad Munawar dan Solok Selatan dengan Pj Bupatinya Aliman Salim. Selain itu, ketiga pimpinan daerah pemekaran juga telah memulai meletakan dasar-dasar pemerintahan dengan membentuk SOTK serta melantik pejabat dilingkungan SOTK ditiga kabupaten tersebut. Seusai membentuk dan melantik SOTK tersebut maka, tiga penjabat bupati juga mengusulkan RPKK kepada Gubernur untuk di sahkan dan selanjutnya disampaikan kepada Menpan. (two) Padang Ekspres Online : http://www.padangekspres.com/ Versi online: http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2331 6 == Segera Setujui RPKK Daerah Pemekaran By padangekspres Rabu, 17-Maret-2004, 03:57:24 WIB Padang, Padek-Wakil Ketua DPRD Sumbar, Hj Titi Nazif Lubuk mengatakan agar Gubernur Sumbar secepatnya mengesahkan Rencana Program Kerja Kabupaten (RPKK) yang telah diajukan tiga kabupaten yang baru dimekarkan.Sebab, jalannya pembangunan dan pemerintahan pada daerah itu membutuhkan dana dari kabupaten induk dan dana dekosentarasi melalui provinsi, yang mensyaratkan adanya RPKK yang telah disahkan. "Kita sama-sama mengetahui bahwa daerah pemekaran sedang melakukan penataan pemerintahan dan mengupayakan percepatan pembangunan. Hal itu pulalah yang dilakukan di Kabupaten Pasaman Barat, Dharmasraya dan Solok Selatan. Maka kebutuhan daerah yang tengah berjuang untuk membentuk pemerintahan dan membangun seperti kabupaten lain agar cepat direspon pemprov," tutur politisi dari Partai Golkar itu. Lebih jauh ia mengatakan, ketelitian dari pemprov dalam menganalisa RPKK yang diajukan pemerintah tiga daerah itu memang harus dilakukan. Tapi menurutnya, analisa tersebut dipercepat agar dana yang dibutuhkan segera dapat diperoleh. Jika tidak disegerakan, akan dapat mengancam upaya pemerintahan daerah pemekaran untuk mebentuk pemerintahan dan melakukan membangun daerah itu. Khusus terhadap daerah kabupaten, dalam hal pendanaan, politisi wanita Sumbar yang saat ini maju sebagai Caleg nomor tiga untuk DPR-RI itu mengharapkan agar tidak mempermasalahkan penganggaran untuk sebagian daerah yang baru lepas untuk menjadi kabupaten baru itu, karena memang penganggaran dana telah menjadi aturan dan kewajiban bagi kabupaten induk dan provinsi untuk membantu selama dua tahun. Hal serupa katanya juga dilakukan di provinsi lain di Indonesia, yang daerahnya dimekarkan. Sementara kepada masyarakat sendiri, ia juga mengharapkan agar memberi dukungan penuh kepada pemerintah untuk tegaknya pemerintaha
[R@ntau-Net] Status Tanah Ulayat dan Potensinya, (Bagian Terakhir dari Dua Tulisan)
Status Tanah Ulayat dan Potensinya, (Bagian Terakhir dari Dua Tulisan) Oleh H Kamardi Rais Dt P Simulie By padangekspres, Kamis, 18-Maret-2004, 04:15:08 WIB Di dalam kitab Tambo dikatakan bahwa ulayat Panghulu (ulayat adat) terdiri dari: Sagalo nego utan tanah Dari rumpuik nan sahalai Capo nan sabuah Jirek nan sabatang Sampai ka batu nan saincek Aie nan satitiak, telaga, tasik, tegalan, bukit Sampai ka lauik nan sadidih Kok ngalau jo lurah ado pauni Ka ateh taambun jangan Ka bawah takasiak bulan Panghulu nan punyo ulayat Berapa % hak Panghulu, berapa % hak negara dan berapa pengelolanya? Jenis Tanah Ulayat Ada empat macam jenis Tanah Ulayat yakni, pertama, Ulayat Rajo yakni tanah atau hutan lebat yang terletak jauh dari kampung, koto atau nagari. Ulayat Rajo ini biasanya berada di kawasan rantau seperti fatwa adat mengatakan Luhak dibari Panghulu, rantau dibari ba Rajo. Kedua, Ulayat Nagari yaitu tanah adat milik nagari misalnya untuk fasilitas umum, tanah lapang, kolam atau tabek nagari, tanah untuk kantor, sekolah, masjid, rumah sakit atau poliklinik, tanah cadangan berupa belukar muda, dan lain-lain. Ketiga, Ulayat Suku adalah tanah cadangan bagi suatu suku yang ada dalam nagari tersebut. Misalnya tanah suku yang digunakan untuk perkebunan atau perladangan milik bersama. Keempat, Ulayat Kaum adalah tanah milik kaum bisa sebagai tanah cadangan yang kelak jika anggota kaum semakin berkembang, maka tanah kaum itu dengan izin panghulunya dapat mendirikan rumah, membuat kebun bersama, sawah atau ladang. Semuanya itu tetap tak dapat tak boleh dipindahtangankan. Airnya boleh diminum, buahnya boleh dimakan artinya boleh diusahakan dan dikelola sebagaimana telah dijelaskan di atas. Semua tanah ulayat itu atau tanah Pusako Tinggi itu di bawah pengawasan Panghulu. Status Tanah Ulayat Status juga berarti kedudukan merupakan wadah hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Bagaimana status atau kedudukan Tanah Ulayat tersebut di tengah masyarakat kita dan di negara kita.Tanah Ulayat di tengah masyarak at kita telah diuraikan sebelumnya. Tanah Ulayat merupakan tanah milik bersama di bawah kendali atau pengawasan Panghulu. Tanah yang demikian itu boleh dikelola, boleh diusahakan sebagaimana tersirat dari fatwa adat " buahnya boleh dimakan dan aimya boleh diminum." Tentunya setelah melalui prosedur atau izin dari penguasa Tanah Ulayat yakni Panghulu atau Ninik Mamak. Dan kalau dilarikan kepada negara bagaimana status Tanah Ulayat, marilah pula kita lihat pasal 5 UUPA (UU No. 5 Tahun 1960) yang berbunyi: "Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan lainnya, segala sesuatu mengindahkan unsur-unsur yang bersandar kepada hukum agama." Lebih tinggi dari itu adalah konstitusi negara kita yakni UUD 1945 pasal 18 yang sekarang telah diamandemen, namun intinya tidaklah berubah betul. Dulu, oleh pembuat undang-undang dasar ini The Founding Fathers negara kita Bung Hatta, Soepomo, Bung Karno, Moh Yamin, dan lain-lain, ada penjelasan dari pasal 18 UUD 1945 tersebut berbunyi: "Dalam teritoir Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 Zelfbesturende landschapen dan Volksgemenschapen, seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, dan sebagainya. Zelfbesturende artinya daerah yang mempunyai pemerintahan sendiri dan volksgamenschapen artinya milik rakyat bersama.Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Jadi, ketika negara ini akan didirikan, budaya lokal atau budaya etnis telah dihormati oleh The Founding Fathers Republik ini. Yang dihormati itu bukan saja daerah atau etnisnya, tapi juga budaya dan adat-istiadatnya yang berlaku. Di kaki burung Garuda dituliskan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Sekarang, masyarakat adat atau masyarakat tradisionil menanyakan, apakah negara menghormati konstitusi atau tidak? Pada dasarnya tak ada tanah negara, yang ada itulah yang dikatakan Tanah Ulayat (tanah adat). Pengalaman Masa Lampau Pada zaman penjajahan Belanda dulu investor menggunakan Pasal 720 Burgerlijk Wetboek (BW) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata untuk golongan Eropah yang terjemahannya Hak Guna Usaha (Erfpachtsregt) adalah hak keberadaan untuk menikmati sepenuhnya barang tak bergerak milik orang lain dengan kewajiban membayar upeti tahunan kepada pemilik tanah, sebagai pengakuan tentang pemilikannya, baik berupa uang maupun hasil atau pendapatan. Dengan digunakannya alas hak Erfpacht tersebut di atas 1. Tanah tidak lepas dad pemiliknya. 2. Investor berkewajiban membayar upeti tahunan kepada pemilik tanah sebagai pengakuan tentang kepemilikannya. Setelah Jepang masuk investor meninggalkan Indonesia, menurut adat tanah harus kembali kepada pemiliknya (kabau pai kubangan tingga). Sayangnya, melalui Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 (Undang-Und
[R@ntau-Net] Sekelumit Sejarah dari Gelanggang Bukik Ambacang
Sekelumit Sejarah dari Gelanggang Bukik Ambacang, Dari Rajo Kuniang Turun ke Cucu By padangekspres Kamis, 11-Maret-2004, 03:44:37 WIB Kendati pacu kuda Open Wisata Race II - 2004 (OWR II-2004), telah selesai 22-23 Februari lalu di gelanggang Bukik Ambacang, Bukittinggi, namun gaung pacu kuda masih dirasakan, khususnya menyangkut siapa sosok yang pernah mengangkat pacu kuda tersebut. Salah seorang dari mereka yang berjasa, tersebutlah nama almarhum Dt. Rajo Kuniang yang dilahirkan di Bukareh Koto Tangah, Kecamatan Tilatang Kamang, kabupaten Agam. N. Dt. Rajo Kuniang, menurut ketua pelaksana OWR II-2004, Fauzan Havis, SE, MEBA, MALS, baru-baru ini, pernah menjadi Demang di Dangung-Dangung, kabupaten 50 Kota. Kemudian menjadi Menteri Polisi di Kabupaten Agam. Ketika agresi Belanda tahun 1948, anak dari pasangan Dt. Nanrambai dan Hamidah ini berfront di Tilatang Kamang dengan memanfaatkan kantor di Binu kawasan Kamang. Sesudah sisfire I/perang berhenti tahun 1950, N. Dt. Rajo Kuniang menjadi kepala Polisi daerah Kabupaten Agam dan Pasaman, dengan pangkat Komisaris Polisi daerah Sumatera Tengah. Salah satu anak tertua N. Dt. Rajo Kuniang adalah Drh. H. Chaidir (alm), pernah menjadi Inspektorat Peternakan Sumbar tahun 60-an. Semasa beliaulah didatangkan kuda pejantan Honoman untuk Sumbar, kata Fauzan. Selain itu, N. Dt. Rajo Kuniang dulunya pernah mempunyai beberapa ekor kuda pacuan legendaris favorit di Sumbar (kuda boko,red), yakni Zevir. Tahun 1954 adik N. Dt. Rajo Kuniang, AM. St. Malano terakhir bergelar AM Dt. Rajo Kuniang pegawai Balaikota Bukittinggi, membeli seekor kuda betina bernama Gusti sesuai dengan nama putri pertamanya Gusti Mihardi. Dari kuda Gusti inilah lahir kuda Poly, Zenith dan Pola. Sekarang, sebagai penerus anak kemenenakan dan cucu beliau, tambah Fauzan, mereka bersama-sama memiliki kuda pacu, Poly Yunior dan Poly Queen. Pada pacu kuda WOR II-2004 di gelanggang Bukik Ambacang Bukittinggi, Poly Queen juara I race dengan jarak 1200 meter kelas CD 3 tahn dan merebut piala PT. Harry Putra Utama Bukittinggi. Sebelumnya di gelanggang Batusangkar Poly Queen juga juara satu. Khusus pada pacu kuda WOR II-2004 di gelanggang Bukik Ambacang untuk mengenang nama N. Dt. Rajo Kuniang sebagai pemilik kuda pacu legendaris Poly, atas nama seluruh anak kemenekan dan cucu beliau, Direktur Keuangan PT. Semen Padang, Drs. Aulia Hasril memberikan hadiah pada kelas DE terbuka jarak 1200 m dengan total hadiah Rp. 3,5 juta. Pemenang pada kelas tersebut adalah, Putri Sangir dari Agam pemilik Nikita Stable dan Bintang Sorena dari Payakumbuh pemilik Rembulan Stable. (edison janis) Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Fw: Sejarah Bangkinang
Ado yang batanyo iko dibiliak subalah, tapi alun ado nan mananggapi lai, mungkin mamak2 di Rantau ko ado nan tau tentang sejarang nan di maksud?? dan mambantu sanak awak nan di malay ko?? Wassalam, - Original Message - From: Amirul Husni Affifudin Assalamu'alaikum > > Saya Amirul dari Malaysia. Ayah saya berketurunan Minangkabau dari > Bangkinang,propinsi Riau. > > Saya mahu bertanya, adakah sesiapa yang tahu akan sejarah pejuang kebebasan > Bangkinang yang bernama Sutan Tabanor? Allahyarham Sutan Tabanor ini > dikatakan oleh ayah saya sebagai nenek moyang saya. > > Saya ingin benar akan sejarah perjuangannya menentang penjajahan Belanda. > Boleh sesiapa membantu? > > Sekian,terima kasih. > wassalaam Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Truk Pembawa Kertas Pemilu ke Sumbar Hilang
http://www.republika.co.id/ASP/koran_detail.asp?id=155740&kat_id=334 Truk Pembawa Kertas Pemilu ke Sumbar Hilang Laporan : rul PADANG --Sementara truk yang membawa logistik Pemilu ke Riau nyasar dan terbalik di Pasaman, Sumbar. Pelaksanaan pencoblosan surat suara di Sumatera Barat dan Riau tampaknya bakal tergangu. Pasalnya, Kendaraan truk yang membawa 19 ton kertas untuk formulir pendukung (pendaftaran, penghitungan suara dan lainnya) Pemilu lenyap entah kemana. Sementara truk yang memuat belasan ton kertas suara untuk Riau selain nyasar ke Pasaman, Sumbar juga terbalik di jalan. ''Seharusnya ada 23 truk yang masuk ke Sumbar membawa kertas untuk KPU, sampai Ahad 21 truk sudah masuk, satu truk masih di jalan, dan satu lagi entah kemana, kini sedang dicari,'' kata Ketua KPU Sumbar, M.Mufti Syarfie kepada Republika, kemarin (14/3). Menurut dia, seharusnya semua truk sudah masuk, sebab formulir pendaftaran dan formulir lainnya untuk keperluan pemilu sudah harus dicetak. ''Anggota dan petugas KPU sedang berusaha mencari kemana truk yang satu itu perginya, mudah-mudahan hanya kesasar ke tempat lain,'' tambahnya. Sebanyak 21 truk yang sudah masuk Sumbar itu, katanya, membawa kertas ke sebuah percetakan di Padang untuk dicetak hitam-putih sebagai formulir. ''Kalau truk yang satu itu tidak ditemukan, repot juga KPU Sumbar, sebab tiap truk membawa 19 ton kertas,''tandas Mufti. Sementara itu, truk yang seharusnya membawa kertas Pemilu ke Pekanbaru, nyasar dan terbalik di Kabupaten Pasaman, berbatasan dengan Provinsi Sumut. Anggota KPU Riau, Makmur Hendrik yang dihubungi Republika, kemarin, mengakui menerima informasi adanya truk pembawa kertas untuk Riau terbalik di Sumbar. ''Saya heran kenapa sampai ke Pasaman Sumbar dan kecelakaan lagi, padahal tujuannya jelas ke Riau,'' kata Makmur. Ia menyatakan telah menghubungi Ketua KPU Sumbar. ''Saya sudah kontak Sumbar, katanya benar truk itu seharusnya menuju Riau,''jelasnya. Ia belum bisa memastikan, kenapa truk itu bisa salah jalan. Seharusnya truk itu lewat lintas timur, bukan lintas barat Sumatera. Jika pun lintas barat, kenapa harus sampai ke Pasaman, secara geografis, truk itu sudah melaju jauh ke utara, malah sudah mendekati Sumut,'' katanya heran. Ketua KPU Sumbar, Mufti Syarfie, menyatakan hari mendatang merupakan saat yang genting. Bayangkan, pemilu tinggal 20 hari lagi, sementara kertas suara untuk Sumbar entah kapan datangnya. ''Yang sudah datang itu baru kertas suara DPRRI untuk wilayah pemilihan Payakumbuh, Padangpariaman, dan Kabupaten Agam, sedang kertas suara lainnya belum juga datang,'' katanya. Kotak suara juga menjadi persoalan. Mufti menyebutlkan, jika sampai batas terakhir kotak suara belum juga tiba, maka KPU Sumbar harus bergegas membuat kotak suara dari tripleks. Semula yang ia khawatirkan adalah pengiriman logistik untuk Mentawai. ''Nyatanya, Mentawai justru tidak punya persoalan lagi, karena sudah diantisipasi sejak awal,'' katanya. Mentawai merupakan daerah terluar di Sumbar. Letaknya di Samudera Indonesia sejauh 100 mil laut dari Padang. Sejak awal, katanya, pihaknya sudah memprediksi pengiriman logistik untuk Mentawai akan bermasalah, namun, KPU pusat cepat mengantisipasinya, sehingga berjalan lancar. Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Pembangunan di Sumbar Berwawasan Religiusitas, Kultural, dan Knowledge
Pembangunan di Sumbar Berwawasan Religiusitas, Kultural, dan Knowledge By padangekspres Minggu, 14-Maret-2004, 07:22:14 WIB Wakil Ketua MUI H. Mas'oed Abidin Padang, Padek-Pembangunan daerah provinsi Sumatera Barat selayaknya berlandaskan visi dan perspektif keberagamaan (religiusitas), kebudayaan (kultural), dan knowledge (ilmu pengetahuan dan penerapan/teknologi)."Saya kira, sudah tepat itu, pembangunan selayaknya berlandaskan tiga hal tersebut," kata H. Mas'oed Abidin, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat. Mas'oed Abidin semakin melihat relevansi ketiga konsep (religiusitas, kultural, dan knowledge) untuk pembangunan di daerah provinsi Sumatera Barat yang mengenal falsafah Adat basandi Syarak/Syarak basandi Kitabullah (ABS/SBK). "Saya kira, untuk kita di Minangkabau, hal itu semakin relevan," katanya ketika berbicang dengan Padang Ekspres di kantornya, di Padang, Jumat (12/3). Direktur Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM) H. Ma'oed Abidin yang juga dikenal sebagai mubaligh ini mengatakan, untuk Sumatera Barat, berbicara agama sudah sekaligus akan berbicara agama Islam. Sedangkan knowledge atau ilmu pengetahuan dan penerapan (teknologi), pun sudah menjadi basis pola pikir masyarakat Minangkabau melalui konsep dan perspektif alam takambang jadikan guru, dan juga sejalan dengan perspektif kedudukan dan peranan ilmu dalam ajaran Islam. Berlandaskan kebudayaan, berarti pembangunan harus mempertimbangkan pembangunan manusia sebagai makhluk yang berbudaya. "Jangan sampai kita masih meneruskan pembangunan yang hanya berlandaskan perhitungan ekonomis, tapi, mengabaikan pertimbangan kebudayaan/adapt Minang. Lagi pula, pembangunan yang semata mempertimbangkan hitung-hitungan, juga terbukti bisa merusak," kata Mas'oed, yang menyebut pembangunan di era Orde Baru lebih mempertimbangkan aspek ekonomi. Selama ini, pemahaman perspektif pembangunan yang berdimensi/berwawasan ekonomi, sumberdaya manusia, dan lingkungan, yang sudah sering dikemukakan. Bahkan, pembangunan yang pada akhirnya bertujuan membangun manusia/bangsa Indonesia yang Pancasilais, juga sudah sering dikemukakan. Masalahnya, ketika visi dan tujuan pembangunan dituangkan ke dalam pola dasar/strategi/program, factor-faktor yang semula muncul saat pembahasan visi/tujuan tersebut menjadi tidak jelas. Karena itu, menurut Wakil Ketua MUI Provinsi Sumatera Barat H.Mas'oed Abidin, setiap pemimpin - terutama pejabat politik dan pimpinan/pejabat pemerintahan di provinsi Sumatera Barat, hendaknya memiliki visi dan perspektif keberagamaan (religiusitas) dan kebudayaan (kultur/adat dan kebudayaan Minangkabau) di samping ilmu pengetahuan dan penerapan/teknologi, ekonomi dan lingkungan. (zas) Padang Ekspres Online : http://www.padangekspres.com/ Versi online: http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2314 8 Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Mempolitisir Pendidikan Mengakibatkan Sumbar Tidak Lagi Menjadi Industri Otak
Posmetro Padang Online Topics / Solok Mempolitisir Pendidikan Mengakibatkan Sumbar Tidak Lagi Menjadi Industri Otak By posmetro Sabtu, 13-Maret-2004, 00:35:07 WIB SIMPANG, METRO Sumatera Barat yang sejak dahulunya terkenal dengan daerah pengeksport otak, saat ini mengalami penurunan yang sangat tajam. Penurunan terhadap manusia berkualitas dan handal tersebut, bukan karena lemahnya daya pikir warga Sumatera Barat. Namun lebih karena cara yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk menahan gerak laju pemikir-pemikir handal jebolan Sumatera Barat. Mempolitisir dunia pendidikan telah berjalan sejak beberapa waktu terakhir. Bukti dari peminggiran dunia pendidikan Sumatera Barat tersebut, saat ini bisa terlihat. Tidak satupun pejabat negara, jebolan Sumatera Barat atau Minangkabau. Hal ini tidak bisa terus dilakukan, karena walau bagaimanapun juga industri otak musti kembali harus dimunculkan lagi. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki yang sistim pendidikan dan diatuasi yang telah cukup carut marut tersebut, diantaranya adalah dengan menyiapkan anggaran yang cukup besar bagi sector pendidikan. Memberikan penghargaan yang tinggi kepada para pendidik berupa peningkatan gaji dan tunjangan lainnya serta yang tak kalah pentingnya adalah menciptakan sebuah sistim pendidikan yang benar-benar berkualitas. "Menurut saya ada upaya yang sengaja dilakukan agar kualitas SDM di Sumatera Barat menurun, Upaya ini dimungkinkan karena pihak-pihak yang tak bertanggung jawab tersebut selalu menerapkan atau menciptakan situasi yang membuat sulitnya dimunculkan intelektual Sumatera Barat" kata Drs H St Ambia B Boestam, di Simpang Tj Nan Empat Kecamatan Danau Kembar, Kamis (11/3). Penghambatan munculnya intelektual Sumatera Barat tersebut, telah membuat sorotan tajam kepada dunia pendidikan Sumatera Barat yang gagal untuk melahirkan kembali Moh Hatta, Agus Salim, M Natsir, dan lain sebagainya. Hanya satu cara yang ampuh untuk memulihkan hal tersebut di atas, yaitu mengucurkan anggaran yang cukup besar pada sub sektor pendidikan dalam APBN mendatang. Menurutnya, angka 20% dari APBN adalah sebuah patokan yang cukup relevan untuk melahirkan kembali manusia dengan SDM tinggi" katanya. Selama ini menurut Ambia, dana atau anggaran untuk sektor pendidikan hanya berkisar pada angka 4 hingga 4,5% saja. Kalau ditingkatkan tentu akan berimbas pada lahirnya intelektual muda. (ted) Posmetro Padang Online : http://posmetropadang.com Versi online: http://posmetropadang.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=4032 Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Kongkow TENIS
- Original Message - From: Miko A Mikardo <[EMAIL PROTECTED]> > > Untuak nan bajanji-janji sajo ka datang, tapi alun juo mancogok. Ditunggu!! Sia tuuu. Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Pulang Kampung, Sumbar Pudar
Tulisan gaek kito, Rosihan Anwar di Sinar Harapan, 8 Maret 2004 kapatang. Pulang Kampung, Sumbar Pudar Oleh Rosihan Anwar Cerita ini tidak terikat kepada waktu, bisa Anda baca kapan saja, di mana saja, senantiasa hijau segar, evergreen. Akhir tahun 2003 saya dan istri pulang kampung. Bersama Soedarpo Sastrosatomo dan istrinya Minarsih Wiranatakoesoema, kami menghadiri Alek Batagak Panghulu Datuk Toemanggoeng di Kota Gadang, 2 Desember, diselenggarakan oleh keluarga besar kaum almarhumah Tuo Djahi. Selama 90 tahun Panghulu di Rumah Agus Salim balipek, dalam keadaan vakum. Haji Agus Salim (The Grand Old Man) sedianya hendak diangkat sebagai Panghulu, tapi beliau meninggal dunia 4 November 1954. Kini yang diangkat Rama Windu MBA (51), bekerja pada Bank Indonesia, dengan gelar Datuk Toemanggoeng, sedangkan sebagai tungkek atau deputi ialah Ranto Sahadiri (50) bekerja pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan, putra Mayor Inf. (Purn) Alwin Nurdin, (dulu komandan batalyon Siliwangi dan dosen Seskoad Bandung). Penghulu mengemban tugas menegakkan adat dan jadi mediator bila ada perselisihan dalam keluarga besar. Kami sempat menyaksikan pergantian tahun di Bukittinggi. Banyak orang dari Sumatera Barat (Sumbar) seperti dari Medan, Pekanbaru dan lainl-lain. Hotel terisi penuh. Banyak ABG (Anak Baru Gede) memadati lapangan Jam Gadang melihat pesta kembang api. Biasa olahraga jalan kaki sehabis subuh, pagi gelap tanggal 1 Januari saya lihat di Jam Gadang masih banyak duduk berkelompok pemuda pemudi, dengan api unggun kertas atau cahaya lilin menerangi sekitar mereka. Semalam-malaman mereka tak tidur. Namun masih ada cowok gesit yang bergerak dari kerumunan satu ke yang lain, mencari kenalan baru. Ia terhenti di depan cewek-cewek yang duduk di tanah. Seorang gadis bertanya "Halo sia awak?". Bahasa gaul Minang. Si cowok menggumam jawabannya sehingga tak terdengar namanya. Saya sapa seorang pemuda asal Palupuh, 20 Km dari Bukittinggi. 70 Tahun yang silam bila berlibur ke Pasaman Talu di mana ayah saya jadi Demang, saya berhenti sebentar di Palupuh melihat ikan-ikan keramat. Menurut pemuda itu, kini ikan keramat tidak ada lagi. Dia datang ke Jam Gadang dengan bus seorang diri. "Apakah mudah berkenalan dengan cewek-cewek sini?" tanya saya. "Ada yang mudah didekati, ada yang tak mau" jawabnya. "Kamu sudah bekerja?" Dijawabnya pasrah, "Menganggur, Pak". Gadis remaja yang berduyun datang ke Jam Gadang, ada yang pakai celana jeans, blus kaos ketat, berambut panjang tergerai. Ada yang menggengam HP untuk berkirim SMS. Penampilan mereka trendy. Tapi Ketua Bundo Kandung Sumbar Ny. Nur Anias Abizar mengatakan kepada harian Singgalang, "Sebagian remaja Putri Minang kehilangan identitas. Tidak jarang mereka sengaja mempertontonkan lekuk-lekak tubuh, malah bagian yang terlarang seperti pusar dan lain sebagainya". Saya coba mengamati apakah di antara remaja di Jam Gadang itu ada yang "fly" alias teler akibat pengaruh narkoba. Karena remang-remang gelap tidak kelihatan apa-apa. Tapi si Lindung supir kami bercerita tingkat pemakaian narkoba di kalangan remaja Sumbar sudah masuk tingkat atas. Di samping itu, tambah si Lindung, Sumbar yang dulu dibanggakan sebagai provinsi yang peringkatnya tinggi dalam hal kemajuan pendidikan melalui huruf kini telah merosot posisinya. Dalam ujian penghabisan siswa SMA tahun lalu banyak pemuda Sumbar yang gagal. Ini bukan berita bagus bagi orang yang pulang kampung. Di Ngarai saya bercakap-cakap dengan beberapa pemuda yang sedang berdiri dengan kios-kios barang untuk kaum turis. Seorang pemuda mengaku tamatan Sekolah Teknik Menengah. Dia dari jurusan kayu, sudah bisa membikin perabot rumah dan alat kelengkapan kantor. Dia telah berusaha melamar cari pekerjaan. Sia-sia belaka. "Kenapa tidak bikin perusahaan sendiri? Jadi swasta?" tanya saya. "Tidak ada modal, Pak". Di Pasar Atas seorang pedagang baju sulaman dan barang tekstil memberitahukan "Kini susah manggalah". Itu artinya berdagang mandek. Sebabnya daya beli tidak kuat. Lain halnya di Jakarta di mana kaum kelas menengah ke atas mampu beli barang di toko swalayan, di mal, menciptakan ekonomi yang digerakkan dan didorong oleh ekonomi. Jusman SH bercerita di kampung-kampung kini banyak orang yang menganggur. Harga hasil pertanian merosot. Tapi orang masih bisa makan tiga kali sehari. Sebabnya, karena orang merantau mengirim uang ke nagari-nagarinya untuk membantu kehidupan keluarganya. Tiap bulan Minang-kiau (Overseas Menangkabau) lewat wesel pos mengirim bermiliar-miliar rupiah ke kampung halamannya. Sumbar hidup dari "eknomi wesel pos". Kendati hal yang saya dengar dan lihat kurang menggembirakan, namun Gubernur Sumbar H. Zainal Bakar, SH dalam wawancara akhir tahun dengan koran Padang Ekspres berkata, "Sumbar optimis hadapi tahun 2004. PDRB kita baik, 4 persen. Ini data dari Badan Pusat Statistik. Tahun depan memiliki prediksi ke arah 5 persen. Ini realistis. Angka kemiskinan dapat ditekan dari 1,3 juta menjadi 400 ribu." Toh keadaan Sumbar
[R@ntau-Net] Lapau Mak Kari : Anak Jalanan Sia.. Nan Paduli?
Topics / Ciloteh Minang Lapau Mak Kari : Anak Jalanan Sia.. Nan Paduli? By padangekspres Minggu, 15-Februari-2004, 05:19:43 WIB Makin hari, Lapau Mak Kari samakin rami. Ado-ado sajo nan datang ka situ. Indak hanyo urang kampuang nan biaso balanjo, tapi juo urang-urang dari baragam karajo. Sasudah Jum'atan kapatang, di lapau tu ado duo urang tamu istimewa.Ciek padusi, ciek laki-laki. Nan padusi banamo Imiarti Fuad. Baliau tu, salain wartawati, aktif juo di Yayasan Limpapeh. Yayasan tu, labiah banyak mauruih padusi jo anak-anak. Nan laki-laki banamo Ir Yuhirman, aktif di LSM Perhimpunan Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat. Mak Kari, Mira jo kaduo urang tu bacarito lamak masalah anak jalanan nan balakangan ko bantuak cindawan tumbuah dimusim hujan. ''Sia nan paduli jo anak-anak tu, ni?'' tanyo Mira. ''Sabananyo, awak basamo!'' jawek Ni Im. Tapi, lanjuiknyo, sajak departemen sosial indak ado lai, anak-anak tu tampak indak ado nan mauruih. "Nampaknyo, anak jalanan diparatian kalau ado proyek sajo. Kalau indak, inyo lah dilupokan. Kalau urang sibuk jo Pamilu bantuak kini, inyo lah manangguang parasaian surang sajo" solo Mak kari. ''Kabanyo ado pulo urang nan mamproyekan anak-anak tu. Ado pulo Bos-nyo nan manarimo setoran dari anak jalanan sampai Limo baleh ribu sa hari. Kalau indak cukuik, inyo bisa kanai berang,'' sambuang Imiarti. Nan dikecek-an Imiarti tu indak sakadar curito sajo. Inyo batanyo lansuang, tanyato ado urang nan manunggu di tapi jalan, mangawasi anak-anak tu. Sia nan pamaleh kanai bulancik dek "induak samang" nyo 'ntun. ''Rasonyo indak ta kamehan dek Pamarintah sajo. Awak basamo paralu bausaho mengurangi anak jalanan tu. Anak-anak tu paralu dibina,'' lanjuiknyo. "Baa kalau awak ajak pulo caleg-caleg nan ado kini sato mamikiakannyo. Ambo caliak urang-urang tu lai balabiah pitihnyo" sorong Mak Kari. "Dima pulo Mak Kari tau...", sulo si Mira. "Caliak se lah dek Mira, bara banyak pitihnyo nan abih untuk bapromosi. Mulai dari mambuek kartu namo nan pakai foto, kalender. Alun lai sumbangan ka Partai sarato biaya kampanye" jawek Mak Kari. "Batua bana, itu iyo paralu kito sampaikan ka baliau-baliau nan ka mawakili awak tu. Kalau inyo indak paduli, jan dipiliah, ba-a gak ati" tibo-tibo Udin nan duduak disuduik manyorong. "Setujuuu." Mira basorak bantuak kampaye. "Huss..jan sumbarang satuju sajo, kalau alun mangarati" kecek Mak Kari. "Assalamu'alaikum" Tibo-tibo ado suaro anak gadih tadanga dari lua lapau. Udin tangango, Mira baitu pulo. Samantaro. Maka Kari indak jadinyo manaruihkan keceknyo. Lapau nan sabalunnyo bagaleboh, tibo-tibo haniang, mambisu. Sado mato tatuju ka anak gadih manih nan datang surang sambia marosok-rosok, karano inyo indak bisa mancaliak alias tuna netra. ''Tadi awak lai mandanga carito uni-uni jo uda-uda,'' Reni mamulai kecek. ''Kini awak bagabuang di PERTUNI, Persatuan Tuna Netra Indonesia", sambuang anak gadih tu, sambia basiensuik ka dalam lapau. "Sabalunnyo, banyak nan mamintak sadakah di Pasa Padang. Tapi, sajak kami dilatiah mauruik dek Pamarentah dulu, alah banyak diantaro kami nan jadi tukang uruik, massage kato urang subarang" katonyo manjalehan. "Tapi itu sajo tantu indak cukuik, tapasolah sabagian baliak ka jalan, mamintak-mintak ka rumah-rumah urang, tamasuak ka pasa Padang" kato Reni manarangkan. Walau depsos kini indak ado, pamarintah harus mancari caro lain untuk manolong kami sarato anak jalanan..'' ''Mungkin bisa dari suku, dari adat. Satiok mamak musti mamparatian kamanakan. Kalau dimulai dari siko, mungkin bisa dikurangi. Bisa juo dikumpuan zakat maal, sudah tu disumbangkan ka urang-urang nan indak mampu tu.'' Mak Kari maagiah sumbang saran. ''Payah tu mah, Mak Kari,'' potong Udin. ''Kini banyak mamak nan indak paduli jo kamanakan. Apo lai kalau kamanakan tu indak punyo pusako dari urang gaeknyo. Pamimpin awak juo banyak nan indak batua. Lupo jo urang nan dipimpinnyo. Akibaiknyo, anak-anak nan bansaik tatap bansaik, hiduik takatuang-katuang. Anak-anak jo urang miskin banyak nan diproyek-an. '' Udin mulai indak saba. ''Jadi ba-a caro mambina anak-anak tu..?'' "Baliak-an ka masyarakaik..." kecek Angku In nan dari tadi hanok sajo. "Manuruik ambo, rancak anak-anak tu dibina dilingkungan tampek tingganyo. Agiah usaha ekonomi produktif. Pitihnyo bisa dikumpuakan dari masyarakaik. Sadangkan untuak mambangun musajik baratuih juta awak bisa. Jan sampai awak jadi urang nan mandutoi agamo. Manyio-nyiokan anak yatim dan indak mampadulikan fakir miskin" pituah Mak Kari. "Indak masonyo lai ma-agiah 'ikan', tapi agiah panciang sarato umpan, sahinggo inyo bisa bausaho untuak hiduik nanti. Imiarti jo Yuhirman ma-angguak. Reni tamanuang, matonyo manarawang, arok kok kandak lai kabuliah, pintak kok lai ka dapek. Reni batanyo dalam hati, "Lai juo ado urang nan punyo hati, nan paduli nasib kami.." (Fir/Yudi) Padang Ekspres Online : http://www.padangekspres.com/ Versi online: http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&
[R@ntau-Net] Lapau Mak Kari : Udin Kirun jadi Caleg
Topics / Ciloteh Minang Lapau Mak Kari : Udin Kirun jadi Caleg By padangekspres Sabtu, 06-Maret-2004, 05:47:11 WIB Sapakan lai, lah mulai urang kampanye. Dunsanak-dunsanak kito nan manjadi -caleg kini sadang basitungkin, basamo jo tim suksesnyo surang-surang. Udin Kirun baitu pulo. Satiok harinyo latihan pidato di muko camin. Kadang-kadang inyo galak surang. Sakali-sakali nyo basorak manyabuik nama partai nan ditompanginyo untuak jadi anggota de-pe-er- de. Kalau visi jo misi, usah ditanyo, lah pasti takana di lua kapalo. Mungkasuik nyo, alah bisa disabuiknyo sakutiko. Sagalo janji alah disusun rapi. Kapatangko Udin Kirun manamui Mak Sati, dukun nan tamasahua di kampuang-nyo. Udin mamintak paga diri sarato pamanih. Manuruik Udin itu paralu, walaupun awak yakin pada Allah. Mamintak ka urang pandai to tamasuak usaho. Indak siriak bagai doh. Tangguang barandam, keceknyo. Kabanyo, Udin Kirun lah bahabih-habih untuak jadi Caleg. Duo ikua Kabau mintuonyo lah tajua, sawah nan di balakang rumah tagadai pulo. Manuruik curitonyo, di tahun baru kapatangko inyo mancetak kalender sarato karatu namo. Di kalender tu ta-pampang foto dirinyo surang. Kalau dicaliak bana, foto Udin Kirun ado nan jangga dipandang mato rang banyak. Kalau caleg nan lain bafoto mentereang pakai jas sarato dasi. Sakurang-kurangnyo pakai kameja nan balidah atau dasi, sarato kupiah Beka. Udin Kirun bakodak sabatang badan. Destar tatonggok di kapalo, teleang ka-kida. Sunguiknyo jarang sabalah, dek karano dicabuik tiok sabanta. Bibia galak tasengeang, mancaliak-an gigi platina nan mangkilek kanai lampu kilek tustel. Jikok dicaliak ka baju nan dikanak-an, sarupo jo baju anak randai, sarawa galembong tagantuang dipinggua, kain saruang ta salempang dibahu. Indak ba tarompa alias ba-kaki ayam sajo. Kutiko ditanyo tantang kodaknyo nan ta-pampang gadang di kalender tadi, Udin Kirun mulai ma-ota basumangaik, manjaleh-an ka urang banyak nan sadang duduak di Lapau Mak Kari. "Iko kodak indak sumbarang kodak doh Mak Kari. Cubo simak dek awak basamo. Dari ujuang rambuik sampai ka ampu kaki alah mancaliak-an baso ambo urang Minangkabau." Udin Kirun bacurito sambia mancaliak-an gambar di kalender nan biaso tagantuang di suduik Lapau Mak Kari. "Iko gambar indak sumbarang gambar. Iko contoh urang nan kamanjadi wakia awak di de-pe-er-de isuak," sambuangnyo, sarupo urang manggaleh ubek. "Manuruik ambo, caleg nan ka dipiliah ma-wakili suaro awak isuak tantu urang nan mangarati jo awak. Paham jo adaik istiadaik di nagari-ko. Supayo sagalo tingkah laku jo parangainyo sasuai jo nilai-nilai nan tapakai di siko. Jan tapangaruah dek otanyo sajo," Udin Kirun malanjuik-an otanyo. Tibo-tibo, Mak Labai nan dari tadi manyimak curito Udin, sato basuaro," Jadi nan ka awak piliah, tantu urang nan mamakaikan adat urang Minang yo Din." "Haa tapek bana..." sambuik Udin maniru iklan AMIA di radio. "Tambahannyo, nan paralu ka-dipiliah urang nan tau jo malu. Tau jo ereang sarato gendeang, tau di rantiang ka mancucuak, dahan nan ka-maimpok," sambuang Udin tambah basumangaik. Mak Labai indak namuah kalah, disambuiknyo kecek Udin tadi, "Jan lupo awak, satiok fi'ia jo kurenah calon awak tu, lai maetong nan lamak dek awak katuju dek urang. Raso dibaok naiak, pariso dibaok turun. Baa to Mak Kari..!" "Yoo. laah.." jawek Mak Kari sambia mahiruik kopi pahik dihadok-annyo. Dari tadi Mak Kari sadang tapana mancaliak Udin Kirun nan bakampanye kecek-ketek di lapaunyo. Alun hilang dari kapalo Mak Kari, ulah tingkah Udin Kirun, kutiko jadi calo daulu. Kok maota jo manggadele, Udin sabana santiang. Nan paralu dek Udin galehnyo laku tajua. Indak paduli kalau urang kasansaro sasudah tu. Dek karano otanyo indak sasuai jo bukti nan diraso. Janji sarato jaminannyo hanyo dimu!uik sajo, indak sampai ka hati. Satiok hari ado sajo punyo urang nan digalehannyo. Mulai dari honda sampai vespa. Kabau sarato taranak. Sampai ka tanah jo rumah gadang. Kutiko urang sibuk mamiliah Pak Lurah di kampuangnyo, Udin lansuang mamasang tarif duo puluah limo ribu untuak ciek suaro. Itu mangkonyo Udin Kirun bagala Udin " calo", walaupun urang indak barani manyabuik di pangka talingo-nyo. Kini Udin lah manjadi caleg. Urang banyak tantu manunggu, apokoUdin lai ka manjadi wakia rakyaik, atau nyo indak barubah bantuak karajonyo samulo. Jadi calo..! Tibo-tibo Udin basuaro sambia mangaruak saku. "Mak Kari.!, bara sadonyo ko, capeklah...ambo tagageh, ado rapek caleg di kantua partai." Mak Kari tagalenjek, sikunyo tibo di galeh kopi. Kopi taserak, urang basorak! "Jan panjang bana pangana lai Mak Kari. Tarimo sajolah apo nan katajadi. Samo awak caliak, pasti nan bungkuak juo nan ka dimakan saruang. Nan bautang juo nan ka-mambaianyo," sorak Mak Labai dari suduik. Udin Kirun nan salamoko biaso barutang tasingguang barek. Mukonyo sirah padam, sambia mangaruak saku, inyo mangecek "Sado utang den baia kini. Kepeang ko ka den bagi-bagikan ka awak basumo. Lai bara kasadonyo Mak Kari. Nak den baia!" Urang banyak tap
[R@ntau-Net] Lapau Mak Kari : Baliak-an Siriah Ka Gagangnyo, Pinang Ka Tampuaknyo...
Topics / Ciloteh Minang Lapau Mak Kari : Baliak-an Siriah Ka Gagangnyo, Pinang Ka Tampuaknyo... By padangekspres Minggu, 22-Februari-2004, 04:44:02 WIB Bara bana ka lamak samba, kalau Janang indak pandai mangatangahkan, kuahnyo bisa tatunggang ka baju urang. Tamu baliak pulang jo muko bakaruik, sarato hati nan indak sanang, makan indak jadi, gunjiang tibo, sipangka malu indak takiro. Janang kato rang awak, HUMAS nan biaso disabuik, Public Relations (PR) kato rang kini. Babeda namo, ampia samo fungsi karajo. Janang, HUMAS jo PR, samo-samo mangatangahkan "samba" nan ka dihidangkan ka urang banyak. Mungkin nan indak samo pakaiannyo sajo. Kalau Janang ba baju ganiah, ma makai sarawa jao, kopiah BeKa, kadang-kadang manyandang kain saruang. HUMAS lah gaeh bajunyo ba lambang pemerintah, uniform kato urang. Public Relations perusahaan, biasonyo ma makai dasi, basipatu maha sarato banyak jo tasanyum suok kida. Tantangan itu bana nan sadang dicilotehkan di Lapau Mak Kari manjalang Ashar kapatang nangko. Lah duduak pulo si Mira sambia mangamek, manggantikan tek Mar nan sadang barubek. Mak Kari duduak di suduik jo kurisi karajaannyo, mahadok ka pintu masuak. Indak tatingga kain saruang tagantuang dilihia. Kapalonyo basongkok jo kopiah kusia bendi, nan jadi kopiah kabasaran dek Mak Kari. Dakek pintu masuak, duduak pulo Udo Wahyu Iramana Putra, rang mudo nan cengka di nagari awak ko. Di sampiang nyo duduak surang anak mudo talampau, tuo alun, pinang sirah ikua kato urang. Bantuaknyo sarupo urang Arab. Rambuik karitiang dicukua sarupo tantara Irak. Sisunguik ba uban ciek-ciek, manuruik kaba inyo urang basangek, apolai kini manjadi caleg. Doktoranduih Abdullah namonyo, murah untuak di ingek. Sambia mangaliek, inyo mintak, "Mak Karii...AMIA ciek..!" Mak Kari tagalenjek, sambia mahariak si Mira nan sadang mangulek, "Hei Miraaa capek saketek..!" Mato Udo Wahyu mangalelek sambia mangecek, "indak buliah sarupo tu Mak Kari ...kalau jadi urang kadai tu harus bamuluik manih, kucindan murah. Kalau bantuak itu indak laku galeh Mak Kari..." "Haa iyo minta mo'o (maaf) ambo. Ambo tagalenjek dek hariak si Badul, eh..maaf...mungkasuik ambo Mak Badul tadi,..eh pak dotoranduih Abdullah tadi," Mak Kari manjawek sumbarang kanai. "Jan ambo pulo dijadikan alasan lai Mak Kari," sorong pak dotoranduih, nan maraso dapek angin. Mak Kari nan ka manjawek indak jadi mangecek, karano pak dotoranduih lah dulu manyolo, "Apolai Sumatera Barat ka jadi tuan rumah Konvensi Nasional PERHUMAS nan partamokali diadokan di lua pulau Jawa jo Bali." "Kok dapek awak jan hanyo bangga jo gadang alek sajo. Nan paralu, baa maambiak manfaatnyo untuak awak basamo. Mungkin awak dapek ba bagi pangalaman sarato manimbo ilmu urang-urang tu. Kalau paralu jua pulo galeh awak ka inyo. Iko kasempatan bagi kito, untuk mancaliak-an sagalo kalabiahan nagari awak ko." Awak harok, kok lai ado di antaro urang-urang perusahaan gadang to nan namuah mananam saham di siko," sambuang pak dotoranduih basumangaik. "Apo pulo hubuangannyo jo mananam saham, inyo kan hanyo Public Relations samo jo HUMAS, lai cancang ka mamutuih to sanak?," si Mira basorak dari balakang. "Kalau HUMAS di kantua-kantua Pamarentah tantu yo indak manantukan bana doh. Dek karano inyo pejabat eselon ka sakian. Babeda jo Public Relations, nan punyo wewenang tantangan kabijakan di perusahaan. Sabab Public Relations itu satingkek manejer, punyo pangaruah langsuang ka pucuak pimpinan. Lai badanga dek induak samang nyo" sorong Udo Wahyu sambia maminum AMIA. "Ooo...indak samo jo urang nan mang-klipping koran di kantua-kantua tuh do?" si Mira manyorong pulo. "Itu nan ka awak pelok-an basamo." sambuik Mak Kari. "Iko kasempatan bagi kito basamo untuak batuka pangalaman jo urang-urang nan lah banyak makan asam garam di karajonyo. Jan malu pulo batanyo. Jikok sasek awak di ujuang, baliak ka pangka. Baitu tabiat urang nan di dunia Public Relations nantun," Udo Wahyu manambahkan. Manuruik Ketua Pelaksana daerah Konvensi Nasional PERHUMAS 2004, dotoranduih nan basisunguik tadi, HUMAS paralu punyo akses langsuang ka atasannyo. Kok dapek, nan pucuak pimpinan namuah pulo mandanga jo talingo nan nyariang, manarimo jo lapang hati. "Kok dapek iyo baliak-an Siriah ka gagangnyo, Pinang ka tampuaknyo. Di sinan nagari mangko ka saleso," Mak Kari mangaluakan pituah. "Indak itu sajo do sanak. Panitia pun sabana sungguah-sungguah. Apolai Mak Kari danga biayanyo lah ditangguang pulo dek Panitia dari Jakarta," sambuang Mak Kari, sambia mamuta kupiah kusia bendi nan jadi kabangga-annyo. (Yudi) Tulisan ini hasil rangkuman dari "Talkshow Lapau. Mak Kari" setiap Jum'at di Favorite 101, 8 FM. (Organized by. Pro Organizer) Padang Ekspres Online : http://www.padangekspres.com/ Versi online: http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2186 2 Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Pemilu oh...ohhh pemilu..............
Didepan sawah saya tadi macet totalll sampai jam ini yang sebelah arah blok-m uda lancar, tapi sebaliknya arah monas seperti kala tadi. Semua partai melakukan pawai, tapi alhamdulillah.. saya cigok dari lantai 7 gedung ini ke arah Bundaran HI, lumayan aman, dan semoga seperti itu sampai nantinya, walaupun semua partai berpawai dan kampanye hari ini. Info : Sepertinya PKS yang mendominasi pawai hari pertama ini. - Original Message - From: <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, March 11, 2004 11:26 AM Subject: [EMAIL PROTECTED] Pemilu oh...ohhh pemilu.. > berhubung ini masa pemilu jadi kita kasih yang serba pemilu sementara dunia > "ehek-ehek" kita tinggalkan dulu.. salam dari seorang caleg. > > > S u r u p > (Suara Merdeka, Kamis, 11 Maret 2004) > > Oleh Emha Ainun Najib > Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Belajar dari Kisah Zulkarnaen
Heheheee... Dayul... - Original Message - From: uda yoel <[EMAIL PROTECTED]> To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Wednesday, March 10, 2004 4:37 PM Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Belajar dari Kisah Zulkarnaen > > Apo kemungkinannyo Iskandar Zulkarnaen ( Alexander the > great)itu nan berasal dari Minang, karano urang awakko > suko marantau sajak dahulu?? > Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: Dari Admin >>RE: [R@ntau-Net] panciluk
Iko salah satu conto dari Virus tu haaa dan banyak lagi nan lain, tapi delete sajalahh... - Original Message - From: <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Wednesday, March 10, 2004 4:54 PM Subject: Re: [RN-10th] Hello > Your file is attached. > - Original Message - From: RantauNet Adminiitrator <[EMAIL PROTECTED]> To: 'Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)' <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Wednesday, March 10, 2004 9:39 AM Subject: Re: Dari Admin >>RE: [EMAIL PROTECTED] panciluk > Ado 2 masalah babeda Ephi ... itu nan ambo sampaikan dalam email sabalun ko. > Cubo lah baco baliak! Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
[R@ntau-Net] Boi Gumarang Sakti
Boi Gumarang Sakti MANTAN BIANG KEROK YANG MENJELMA JADI "KUDA SAKTI" Selama bertahun-tahun pria bernama asli Yandi Yasin ini berkubang dalam kehidupan jalanan. Di kota asalnya Batu Sangkar, sejak remaja ia menyandang predikat biang kerok alias trouble maker. Lalu pada suatu titik, ia sadar dan memutuskan mengikuti jejak sang ibunda, Gusmiati Suid, untuk menggeluti seni tari. Ternyata di dunia ini ia sempat dianaktirikan karena karyanya dianggap kelewat liar. Sejak kecil sudah tertarik pada dunia tari? Sebetulnya saya tidak pernah tertarik terjun ke dunia tari hingga usia saya 18 tahun. Walau almarhumah Ibu (Gusmiati Suid) seorang koreografer dan selalu ingin merekrut saya jadi seorang penari, tapi saya tidak mau. Kenapa? Kehidupan saya dari kecil sampai usia 18 tahun, sangat bertolak belakang dengan dunia seni. Saya hidup di jalanan dan dicap sebagai trouble maker di kota saya, Batu Sangkar. Saya sering keluar-masuk penjara karena masalah narkoba dan berkelahi. Selama bertahun-tahun saya menjalani sisi gelap saya. Kok, akhirnya bisa tertarik ke dunia tari? Ya, bukan unsur kesengajaan. Lebih tepatnya karena mendiang Ibu yang menyusun strateginya. Juga orang-orang Sanggar Tari Gumarang Sakti yang didirikan Ibu tahun 1982. Ceritanya, setamat SMA, saya sama sekali tak punya kans meneruskan sekolah karena boleh dibilang, sampai SMA hidup saya lebih banyak dihabiskan di jalanan, mabuk-mabukan, dan penjara daripada di bangku sekolahan. Sebenarnya saya tak lulus tetapi karena sekolah saya tidak mau lagi memiliki siswa yang bernama Yandi Yasin (nama asli Boi, Red.), terpaksa saya diluluskan. Waktu itu Ibu jadi dosen tamu di IKJ. Beliau tahu, masuk ke IKJ saat itu tidak begitu dibutuhkan syarat-syarat kelulusan formal. Nah, berangkatlah saya ke Jakarta, masuk IKJ, ambil seni tari. Waktu itu saya berpikir, walau sangat nakal, saya tak mau jadi anak yang terbuang atau sia-sia. Apa yang kemudian terjadi? Selama enam bulan saya malas-malasan. Saya tidak tahu sama sekali tentang dunia tari, tari tradisi, dan sebagainya. Modal pengetahuan saya tentang tari hanya satu. Yaitu ketika saya baru saja dikeluarkan dari penjara tahun 1986, Ibu menghukum saya dengan mengikutsertakan saya dalam pertunjukan tarinya, Tari Rantak di acara pembukaan MTQ di Batu Sangkar. Ada 600 anak bermasalah yang diikutsertakan dalam acara tersebut. Termasuk saya. Saya menari bersama di lapangan selama sekitar lima menit. Lalu? Semuanya berubah ketika tahun 1987 saya mengikuti lomba koreografi se-Indonesia yang diadakan DKJ. Saya dapat juara harapan II dengan karya Pitaruah (Titipan). Itu membuat saya sadar bahwa saya bisa dan mungkin saya memang digariskan menggeluti dunia koreografi tari. Sejak itu, saya terpacu mengejar ketertinggalan tentang tari tradisi, nilai-nilai yang ada dalam adat setiap daerah, terutama Minangkabau. Hasilnya, tahun 1989 saya jadi juara pertama lomba koreografi yang diadakan Ikatan Pelatih Balet Se-Indonesia. Waktu itu, saya mencoba menggabungkan antara tari tradisi dengan tari kontemporer dalam karya Batagak yang masih menceritakan tradisi Minangkabau. Dalam proses menciptakan suatu karya, Anda banyak mengeksplorasi budaya Minang? Saya selalu berusaha memadukan tradisi yang ada di Indonesia dengan seni kontemporer. Walau banyak mengambil tradisi Minang, saya tetap mengeksplorasi tradisi Jawa, Irian, Betawi, Melayu, dan lainnya. Untuk gerakan-gerakan tari, saya banyak menggunakan dan terinspirasi oleh gerakan pencak silat dari berbagai daerah. Tapi selain itu saya juga banyak terinspirasi dari hasil mengamati lingkungan sekitar, pengalaman, memori masa lalu saya, hal-hal yang bersifat prediktif ataupun fiktif, dan juga acara-acara televisi. Kemampuan mengamati itu sangat dibutuhkan seorang koreografer. Kalau masalah gaya, karya Anda berkiblat kemana? Bebas saja. Saya amati, dunia tari dunia terbagi empat. Dunia tari Amerika mengarah pada pendekatan fisik, Asia fokus pada kekuatan roh atau spirit, kekuatan Eropa terletak pada komunikasi interaktif dengan penonton, dan Afrika cenderung pada penguasaan teknik gerakan yang hebat. Saya tidak mau berkiblat pada hanya satu gaya. Jadi, saya menggabungkan semuanya dan menciptakan sesuatu yang berbeda. Kabarnya, menciptakan sesuatu yang berbeda pernah membuat Anda dikucilkan? Benar. Awalnya, di tahun 90-an, saya ingin membuat yang luar biasa. Karya buatan senior-senior yang penuh kemapanan sering saya pertanyakan lagi. Saat itu mereka menyebut saya sebagai seniman tari pemberontak di Indonesia. Saya mencoba menghadirkan idiom-idiom yang tidak familiar pada dunia koreografi. Akhirnya, saya sempat dikucilkan, tidak diterima, dilecehkan, dan dianggap badung. Tapi orang yang menolak sebuah kebiasaan biasanya memang disisihkan dalam komunitas. Seperti apa, sih, yang disebut bentuk tak familiar? Misalnya dalam karya Ibu Kundang. Ceritanya kebalikan dari dongeng Malin Kundang. Saat itu saya melihat kondisi sos