Re: FW: [R@ntau-Net] Petani Nunggak Rp81 M - dari rantau utk kampuang

2004-04-07 Terurut Topik Nofendri T. Lare



Bundo Isna yang terhormat...
 
Kalau salah nanda meng ingati Bundo, mohon 
dimaafkan
Begini Bundo, kalau awak bamain milist, kalau mareply, tolong 
di potong postingan sabalunnyo.
seperti postingan2 Bundo akhir2 ko, kan dunsanak awak alah 
mambaconyo juoo...
 
nanda liek, bundo kan pakai mail Plat Itam Juo, kasian kan 
komputer bundo maelo baban
nan gadangg.. sayang pulsanyo bundo.

  - Original Message - 
  From: 
  Isna Huriati 
  
  To: Komunitas 
  MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) 
  Sent: Tuesday, April 06, 2004 9:26 
  PM
  Subject: Re: FW: [EMAIL PROTECTED] Petani 
  Nunggak Rp81 M - dari rantau utk kampuang
  
  Assalamu'alaikum wr wbTerima kasih atas komentar saudara  
  Adrisman. Kita harus maklum selama 30 tahun , jadi satu generasi kita dibawah 
  penguasa repressif. Pada waktu itu kita tidak punya kesempatan berdiskusi, 
  kalau berbeda pendapat  maka lansung dituduh macam macam. Kondisi ini mau 
  tidak mau mempengaruhi segala lini kehidupan kita,tidak terkecuali dunia 
  pendidikan. 
  ---CUT

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net


[R@ntau-Net] Tolong di Potong Ikuaknyooo....

2004-04-07 Terurut Topik Nofendri T. Lare



Sakali lai
Tolon. kalau mareply, karek lah potongan email nan alah dikirim 
sabalunnyoo...
Tohhh  sanak nan lain kan alah punyo postingan etrsebut.
 
Disampiang Tata Tertib, hal semacam ini juga salah satu tata krama ber 
mailing list

  - Original Message - 


Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net


[R@ntau-Net] Legenda Batu Malin Kundang

2004-04-06 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Legenda Batu Malin Kundang

Kisah ini menceritakan tentang hukuman yang diterima oleh seorang anak yang
durhaka terhadap orang tuanya.

Inti ceritanya adalah sebagai berikut :
Dahulu ada seorang ibu dengan seorang anak laki-lakinya bernama Malin
Kundang hidup dalam keadaan yang sangat miskin. Setelah dewasa, si anak
pergi merantau ke negeri orang untuk merubah hidupnya.

Setelah sekian lama dalam perantauan, si pemuda berhasil menjadi seorang
saudagar yang kaya-raya dan memperisteri seorang gadis cantik yang berasal
dari keturunan orang kaya juga.

Suatu ketika, si pemuda yang telah menjadi saudagar tersebut berlayar ke
kampung halamannya dikarenakan suatu urusan dagang. Ketika berlabuh dan
turun dari kapal layar besarnya, orang-orang kampung mengenalinya sebagai
Malin Kundang yang dulu ketika pergi merantau masih dalam keadaan miskin.
Orangpun memanggilkan ibunya yang sudah tua bahwasanya anaknya ada di
pelabuhan.

Si ibu segera berangkat untuk menemui anaknya. Namun, ketika bertemu bukan
kebahagian yang dia dapatkan tetapi cacian dan makian dari si Malin Kundang.
Malin Kundang yang telah kaya itu merasa malu kepada orang-orang lain,
terutama kepada istrinya bahwasanya dia hanya berasal dari kalangan orang
miskin. Karena itu dia tidak mengakui bahwa perempuan tua itu adalah ibu
kandungnya. Bahkan dengan tega dia meludahi ibu kandungnya sendiri dan
mengusir dari kapalnya.

Si ibu yang merasa sedih dengan kelakuan anaknya apalagi sampai tidak
mengakui dia sebagai ibunya, akhirnya berdoa kepada Tuhan untuk memberi
hukuman pada anaknya. Tuhan mengabulkan do'anya. Datanglah badai dan ombak
besar menghantam kapal layar yang berukuran besar tersebut dan
menghempaskannya ke pinggir pantai.
Si Malin Kundang yang merasa bersalah akhirnya memohon-mohon ampunan pada
ibunya. Tetapi semuanya sudah terlambat ketika hukuman dari yang maha kuasa
sudah datang.

Akhirnya Malin Kundang dikutuk menjadi batu. Sampai sekarang, anda dapat
menyaksikan batu-batu tersebut pada tepi Pantai Aie Manieh.



Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Legenda Lembah Harau

2004-04-06 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Antah kok iyo atau Tido, nan paralu cerita.hikayat kampuang awak lai banyak
juo.

---

Legenda Lembah Harau

Legenda ini menceritakan, dahulunya Lembah Harau adalah lautan. Hal ini
mungkin kita anggap sebagai isapan jempol. Namun, berdasarkan hasil survey
team geologi dari Jerman (Barat) pada tahun 1980, dikatakan bahwa batuan
perbukitan yang terdapat di Lembah Harau adalah batuan Breksi dan
Konglomerat. Batuan jenis ini umumnya terdapat di dasar laut.
Menurut legenda, Raja Hindustan berlayar bersama istri dan anaknya, Putri
Sari Banilai. Perjalanan ini dalam rangka selamatan atas pertunangan
putrinya dengan seorang pemuda Hindustan bernama Bujang Juaro. Sebelum
berangkat, Sari Banilai bersumpah dengan tunangannya, apabila ia ingkar
janji maka ia akan berubah menjadi batu dan apabila Bujang Juaro yang ingkar
janji, maka ia akan berubah menjadi Ular.

Namun sayangnya, dalam perjalanan kapal tersebut terbawa oleh gelombang dan
terdampar pada sebuah selat (tempat tersebut sekarang dinamakan Lembah
Harau). Kapal tersebut tersekat oleh akar yang membelintang pada dua buah
bukit hingga akhirnya rusak. Agar tidak karam, kapal itu ditambatkan pada
sebuah batu besar yang terdapat di pinggiran bukit (bukit tersebut sekarang
dinamakan Bukit Jambu). Batu tempat tambatan kapal itu sekarang dinamakan
Batu Tambatan Perahu.

Setelah terdampar, Raja Hindustan bersama dengan keluarganya disambut oleh
Raja yang memerintah Harau pada waktu itu. Lama kelamaan, karena hubungan
baik yang terjalin, Raja Hindustan ingin menikahkan putrinya dengan pemuda
setempat bernama Rambun Paneh. Satu hal lagi, untuk kembali ke negeri
Hindustan juga tidak memungkinkan. Ia tidak tahu sumpah yang telah diucapkan
Sari Banilai dengan tunangannya, Bujang Juaro. Tidak berapa lama kemudian,
Rambun Paneh menikah dengan Sari Banilai.

Waktu terus berjalan, dan dari perkawinan itu lahirlah seorang putra. Suatu
hari, sang kakek, Raja Hindustan, membuatkan mainan untuk cucunya. Sewaktu
asyik bermain, mainan tersebut jatuh ke dalam laut. Anak tersebut menangis
sejadi-jadinya. Ibunya, Putri Sari Banilai tanpa pikir panjang langsung
terjun ke laut untuk mengambilkan mainan tersebut. Sungguh malang, ombak
datang menghempaskan dan menjempit tubuhnya pada dua batu besar. Sari
Banilai sadar, bahwa ia telah ingkar janji pada tunangannya dahulu, Bujang
Juaro. Dalam keadaan pasrah, ia berdoa pada Yang Maha Kuasa, supaya air laut
jadi surut. Doanya dikabulkan, tidak berapa lama kemudian air laut menjadi
surut. Ia juga berdoa agar peralatan rumah tangganya didekatkan padanya. Dan
ia berdoa, seandainya ia membuat kesalahan ia rela dimakan sumpah menjadi
batu. Tidak lama berselang, perlahan-lahan tubuh Putri Sari Banilai berubah
menjadi batu.



Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



Re: [R@ntau-Net] Usulan nama Bandara baru " Ketaping"

2004-04-06 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Iyo yohh
Tapi lai kasampai mimpi awak ko nan berwenang nantinyo tu
Nan mamulai postingan iko adolah mak Zul, jadi mak Zul punyo tangguang jawab
manampuang masukan2 dari sanak awak di palanta ko.

Kalau ambo satuju, tentang pemakaian nama yang bercirikan Minang untuak
Namo andara nan sabanta lai salasai ko.

Sebagai tambahan, dari ambo iko namo2 tersebut :
1. Bandara Bundo Kanduang (Bundo Kanduang Airport)
2. Bandara Peto Syarif/Tuanku Imam Bonjol (Tuanku Imam Bonjol Airport)
3. Bandara Merapi Singgalang (Merapi Singgalang Airport)
4. Bandara Alam Minangkabau (Alam Minangkabau Airport)
5. Dll



Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



Re: [R@ntau-Net] Re: [banuanet] Keanehan Nama Kampung

2004-04-01 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Sabananyo kan "Sulik Aia" mak, bukan "Sulit Air"
Kalau Sulit Air kan alah bahasa indonesia

- Original Message - 
From: <[EMAIL PROTECTED]>

> Tapi kami warga Sulit Air bangga akan nama ini. Jadi tidak ada wacana di
> antara kami untuak manuka namo tersebut.
> 




Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



Re: [R@ntau-Net] Reminder Tennis - Insya Allah uda Adrisman akanhadir.

2004-04-01 Terurut Topik Nofendri T. Lare



Kalau mamak bandaro Labiah lai ado keinginan untuak tibo, kami 
tunggu dengan senang hati, salamo ko ambo acok cuman mandanga suaro mamak di 
Radio doangg..
Alun bisa main, ado guru no kalau baminat, kalau ndak? nunggu 
makan Mie Ayam juga bolehh... sambia maota lamak.
 
Heheheee...
Jadi.. ditunggu juo sanak nan lain, nan ado ingin kabasuo jo 
Netters RN, khusunyo Team Tenis RangMudo rantauNet.

  - Original Message - 
  From: 
  Bandaro 
  Labiah 
  To: Komunitas 
  MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) 
  Sent: Thursday, April 01, 2004 9:58 
  AM
  Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Reminder Tennis 
  - Insya Allah uda Adrisman akanhadir.
  

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net


Re: Caleg PAN - Sumbar (Re: [R@ntau-Net] Profil anggota calon DPD.....)

2004-03-30 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Kok ka di cucuak pulo caleg rang awak tu, mati biko, masuak panjaro awak...
ba'aaa alah ajdi pembunuah pulo
(mungkin gambar baliau ngkali.. hehehe)

Urang PKS, batanyo pulo ciat...
apakah Ir. Arkeno, Caleg No. 3 kalau ndak salah dapil jak Bar urang awak??
ambo pernah kenal samo pak Arkeno ko (kalau batua inyo)

> lo, di stiker tertulis "Setelah cucuak gambar ka'bah jan
> lupo cucuak pulo caleg nan banamo Welldan Palagano"
> 




Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Falsafah Minang Tinggal Slogan

2004-03-25 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Media Indonesia Online. Jum'at, 26 Maret 2004 00:00 WIB

--
Falsafah Minang Tinggal Slogan

KALUAK paku kacang balimbiang, tampuruang lenggang-lenggangkan. Anak
dipangku
kemenakan dibimbiang, urang kampuang dipatenggangkan. Pepatah adat
Minangkabau
itu menegaskan kewajiban orang Minang dalam adat bukan hanya untuk
memelihara
anaknya, tetapi juga kemenakan. Jadi, jika ada anak-anak yang terlantar dan
tak terpelihara merupakan aib dan malu bagi ayah dan juga mamak (paman)-nya.

Mereka gagal sebagai laki-laki di Minangkabau. Hal tersebut, hingga kini
masih
dipatuhi dan memengaruhi kultur sosial bermasyarakat. Namun, kini anak
terlantar berkeliaran di jalanan. Jika dua tahun lalu mungkin masih aneh,
kini
sudah lumrah.

Menurut dosen Sosiologi Universitas Andalas, Alfitri, sekarang ini ajaran
adat
hanya sekadar slogan. "Adat kini hanya menjadi norma ideal, bukan norma
aktual," ujarnya.

Konsekuensi perkembangan masyarakat, menurut dia, menguatkan individualisme,
sehingga tidak ada lagi kepedulian lingkungan.

Seharusnya, menurut Alfitri, jika ayah dan ibu sebagai keluarga inti tidak
mampu memelihara anaknya, maka menurut adat Minangkabau, yang punya
kewajiban
adalah lapis keluarga kedua, seperti paman, bibi, hingga kaum, suku, serta
orang kampungnya.

Kenyataannya, rasa malu itu telah hilang. Para orang tua anak jalanan itu
menyuruh anaknya mengamen dan bahkan mengemis. "Ini karena tak ada lagi
harapan lain. Persoalannya tak bisa dilepaskan dari ekonomi yang membelit
sebagai persoalan makro," kata Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Unand itu.

Kesempatan berusaha dan peluang kerja yang sempit mendukung terjadinya hal
itu. Pemerintah dan DPRD, menurut dia, mestinya memikirkan masalah ini.

Menurut pengamat sosial Hawari Siddik, agak jauh mengaitkan persoalan anak
jalanan dengan falsafah Minang. "Ini bukan lagi persoalan adat, melainkan
masalah kota karena pengaruh globalisasi dan persoalan ekonomi," kata
aktivis
Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM) kepada Media, kemarin. Hendra
Makmur/N-3



Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



Re: [R@ntau-Net] Kutuk Ariel Sharon

2004-03-25 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Nah. a nan karancak sabagai pondasi di Negara nan awak Cintai ko mak???
Barilah kamanakan2 mamak di palanta ko Pencerahan.
Apo paralu ndak pakai pondasi??? (itu ndak mungkinnn.) emang awak
tingga di rimbo gadangg...

Kok awak pakai Qur'an jo Hadis, pasti mamak nan paliang duluan tunuak tangan
untuak manolak.

Komunis dan Nasionalis sendiri di indon ko, pakai Pancasila juoo...

Apo awak cimpak ajo pondasinyo parancih atawa singapu mak
atau Amrika.

Wassalam,


- Original Message -
From: basrihasan <[EMAIL PROTECTED]>
To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, March 24, 2004 5:35 PM
Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Kutuk Ariel Sharon


> Sebagai bangsa yang ber pancasila, rasanya tidak akan mampu berbuat lebih
> dari itu.
> Salam
>
> SBN
>
> - Original Message -
> From: Adrisman <[EMAIL PROTECTED]>
> To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Tuesday, March 23, 2004 10:47 PM
> Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Kutuk Ariel Sharon
>
>
> > Nofen,
> > Cuma itulah yang mampu dilakukan oleh kita saat ini, semua cuma bisa
> > mengutuk sendiri sendiri.
> > Apalah artinya kita segelintir individu2, sedang negara2 Islam yang
> > tergabung dalam OKI saja tidak pernah kedengaran suaranya.
> >
> > wassalam
> > adr
> > - Original Message -
> > From: "Nofendri T. Lare" <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: "KaRaNTau" <[EMAIL PROTECTED]>
> > Sent: Tuesday, March 23, 2004 12:11 AM
> > Subject: [EMAIL PROTECTED] Kutuk Ariel Sharon
> >
> >
> > > Kalau boleh saya mengutuk, saya KUTUK Negara Israel dan A Sharon saat
> ini,
> > > yang telah membunuh
> > > seorang Tua yang hampir seluruh hidupnya di korsi Roda.
> > >
> > > Dasar Pengecut
> > >
> > >
> > >
> > > 
> > > Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
> > > http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
> > > 
> >
> > 
> > Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
> > http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
> > 
> >
>
> 
> Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
> http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
> 
>



Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



Re: [R@ntau-Net] Tentang Jilbab Lagi

2004-03-25 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Tarimo kasih uda Doto, atas tanggapan dan Infonyo...
Okehh...

(alah duo pakan indak ka Ruspau, Minggu bisuak hadirkan???)
Ditunggu juo untuak sanak nan ingin kongkow2 jo rang mudo di Lap Tenis.
untuak Info, silakan hub Pak Ketua kami, Miko A Mika

- Original Message -
From: Rahyussalim <[EMAIL PROTECTED]>
To: 'Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)'
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, March 25, 2004 6:23 AM
Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] Tentang Jilbab Lagi


> Assalamualaikum wr wb
>
> Dek namo ambo alah nyo sabuik pulo dek Sanak Nofeniyolah harus pulo
> basuaro ambo.
> Satantangan jilbab hubungannnyo jo kanker nasofaring? Dalam artikel tu
>



Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (2)

2004-03-24 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Padang Ekspres Online : Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (2)
* Kayu Manang, Pilar Kemenangan
By padangekspres, Selasa, 23-Maret-2004, 05:18:07 WIB

Jangan lupa sejarah. Kalimat singkat ini sangat penting maknanya, demikian
juga bagi masyarakat Minang terutama generasi muda untuk mengetahui seluk
beluk nagari di daerah ini.
Tak Mungkin asap tanpa ada api, tak mungkin sesuatu terjadi kalau tak ada
penyebanya. Kondisi inilah yang melatarbelakangi lahirnya sebuah nama nagari
yang berada di lingkungan Alam Minangkabau.

Fachruddin-Padang

Karena tidak kunjung ada pemecahan, kedua orang raja yang bersaudara ini
mengadakan uji tanding kekuatan karena tidak ingin rakyatnya yang berperang,
sebelum bertemput mereka membuat suatu kesepakatan, bagi siapa yang kalah
dalam pertempuran ini, maka seluruh isi dan kekayaan alamnya akan di bawa ke
daerah yang menang.

Pada harinya, kedua raja ini bertemulah di suatu padang yang luas untuk
mengadu kekuatan, tempat ini memang berada tepat di perbatasan antara
wilayah kekuasaan kedua raja tadi.

Siang berganti malam, selama berhari-hari kedua raja ini terus melakukan
pertempuran saling ingin mengalahkan dengan gigihnya, karena memang dari
kecil keduanya telah sama di asah dengan berbagai ilmu dan keahlian yang
mumpuni, pertempuran sengit ini, hampir tak bisa di lihat oleh mata orang
awam, hanya tanda yang terlihat, desau angin menderu, pohon-pohon di
sekitarnya bertumbangan, dengan daunnya beterbangan mengitari tempat
tersebut.

Telah seminggu pertempuran ini berlangsung tanpa bisa dipastikan siapa yang
akan memenangkan pertempuran ini.

Sampai hari kedelapan karena kelengahan Bujang Juaro, yang menganggap ilmu
adiknya lebih rendah, pada saat akan menyarangkan pukulan ke muka adiknya
tersebut, pertahanan di pinggangnya terbuka, jadinya, kesempatan ini tidak
di sia-siakan Bujang Juandang untuk menyarangkan pukulan telah di
persiapkanya dengan kekuatan penuh ke bawah ketiak Bujang Juaro.

Sampailah pada akhirnya pukulan telak ini langsung melemahkan tubuh Bujang
Juaro, yang semakin lama tidak mampu lagi menahan gempuran Bujang Juandang,
dan pada akhirnya di malam kesembilan Ia terpaksa menyerah kalah, kepada
adiknya itu. Sejak saat inilah di tancapkanlah oleh Bujang Juandang sebuah
kayu, yang biasa di sebut kayu manang di tempat Ia memenangkan pertempuran
tersebut.

Dengan berat hati Bujang Juaro harus merelakan seluruh kesuburan tanah dan
isi alam yang ada di wilayah kekuasaannya tersebut, di angkut oleh Bujang
Juandang dengan menggunakan ilmu yang di milikinya kedaerah kekuasaannya
yang berada di lembah yang di kelilingi bukit.

Dari cerita ini lah daerah yang berada di Lembah ini di sebut dengan kayu
manang karena terdapat satu batang besar yang tumbuh di tengah suatu
lapangan, di anggap sebagai tongkat kemenangan Bujang Juandang.***Padang
Ekspres Online : http://www.padangekspres.com/
Versi online:
http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2362
2





Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (1)

2004-03-24 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Padang Ekspres Online : *Menelusuri Sejarah Negeri di Minangkabau (1)
Kayu Manang, Pilar Kemenangan
By padangekspres, Senin, 22-Maret-2004, 03:45:18 WIB

Jangan lupakan sejarah. Kalimat singkat ini sangat penting maknanya,
demikian juga bagi masyarakat Minang terutama generasi muda untuk mengetahui
seluk beluk nagari di daerah ini.
Tak Mungkin asap tanpa ada api, tak mungkin sesuatu terjadi kalau tak ada
penyebanya. Kondisi inilah yang melatarbelakangi lahirnya sebuah nama nagari
yang berada di lingkungan Alam Minangkabau.

Salah satu daerah kecil di Kabupaten Solok, Kecamatan Pantai Cermin,
tepatnya Nagari Sago terdapat suatu cerita yang terangkum dalam bentuk
mitos, tentang asal usul Kayu Manang yang diambil menjadi nama nagari Kayu
Manang yang ada di daerah tersebut.

Dahulu kala di masa alam di daerah tersebut masih dihuni manusia yang
mempunyai kekuatan supranatural, terdapatlah tiga orang, yang menjadi
penguasa di Kayu Manang, sebagai pemimpin di sana tersebutlah seorang
perempuan bernama Mande Rubiah yang mempunyai dua anak laki-laki, yang
sulung bernama Bujang Juaro sedangkan bungsu diberi nama Bujang Juandang.

Pada awalnya, hubungan persaudaraan antara kedua kedua putra raja ini rukun
dan damai saja, namun karena suatu hal keinginan untuk mendapatkan daerah
yang luas dalam wilayah kerajaan ibunya telah menjadikan mereka menjadi
bertempur. Kejadian ini bermula, pada suatu hari kedua pangeran ini
dipanggil Mande Rubiah untuk membahas pembagian wilayah kekuasaan kepada
keduanya, yang telah menginjak remaja.

Dengan didampingi beberapa orang penasehat kerajaan Mande Rubiah membuka
sidang keluarga dengan anak-anaknya. Hadirin yang datang, baiaklah awak
bukak se rapek ko, ambo sabagai rajo di tampek ko, alah mulai gaek, supayo
anak ambo yang alah gadang ko, dapek batanggung jawek bisuak, mangkonyo
paralu di agiah tampek kuaso daerah yang ka di pimpiannyo beko, duo tampek
yang alah ambo rancanaan," katanya kepada hadirin yang datang saat itu,
beberapa orang penghulu di wilayah kerajaannya, semua Dubalang yang setia
mengikutinya.

Dalam lanjutannya, disebutkan dua daerah yang akan dikuasakan tersebut,
merupakan tempat yang sama strategisnya, tersebut nama yang sekarang dikenal
yaitu Koto Tinggi dan Kayu Manang.

Putranya yang sulung, Bujang Juaro dikuasakan untuk memimpin daerah Koto
Tinggi, sedang si bungsu dikuasakan untuk memimpin daerah Kayu Manang. Kedua
daerah ini saling berdampingan, yang tersebut pertama terletak pada dataran
tinggi atau perbukitan sedangkan daerah yang kedua atau Kayu Manang terletak
pada dataran rendah di lembah.

Setelah rapat kedua pangeran ini, keluar dari balairung kerajaan dengan hati
lega, karena bisa menjadi raja yang dipercaya memimpin suatu daerah dengan
rakyatnya.

Pada awalnya, kepemimpinan kedua raja muda ini berkuasa dengan adil dan
memihak rakyat, kedua wilayah kekuasaannya sangat makmur dengan rakyat yang
sejahtera, ditambah lagi dengan kekayaan alamnya yang melimpah ruah.

Namun, karena saling bersaing untuk membuktikan yang terbaik, kedua raja
muda ini mulai lupa dengan hubungan persaudaraannya, Bujang Juaro yang
memimpin daerah Kayu Manang tidak puas dengan wilayah kecil yang
dipimpinnya. Maka Ia mulai mengambil alih wilayah perbatasan, hal ini pun
dilakukan raja Bujang Juandang, karena merasa tidak puas dengan kecilnya
wilayah yang ia pimpin.

Sekian lama mengobarkan perang dingin, kedua raja ini mulai berfikir untuk
saling mengalahkan karena merasa tidak mungkin untuk berdamai lagi, karena
menganggap harga dirinya dilecehkan.

Hal ini di laporkan penasehat kerajaan, yang biasa di panggil, Datuak
Rumbio, kepada Raja Mande Rubiah, " Maaf Mande, ambo manggaduah, alah lamo
antaro Bujang Juandang jo Bujang Juaro, batangka masalah bateh kuasonya, apo
indak sabaiknyo di damaiaan," katanya.

Sebagai seorang pemimpin tertinggi, raja Mande Rubiah telah mendengar
keributan antara kedua orang anaknya ini, namun sebagai seorang raja yang
bijaksana, Ia tidak mau langsung ikut campur, karena ingin mengetahui
bagaimana kedua orang anaknya ini dapat mengatasi persoalan diantara mereka,
sebagai seorang calon pemimpin ke depan.

Karena tidak kunjung ada pemecahan, kedua orang raja yang bersaudara ini
mengadakan uji tanding kekuatan karena tidak ingin rakyatnya yang berperang,
sebelum bertemput mereka membuat suatu kesepakatan, bagi siapa yang kalah
dalam pertempuran ini, maka seluruh isi dan kekayaan alamnya akan di bawa ke
daerah yang menang.

Pada harinya, kedua raja ini bertemulah di suatu padang yang luas untuk
mengadu kekuatan, tempat ini memang berada tepat di perbatasan antara
wilayah kekuasaan kedua raja tadi.

Siang berganti malam, selama berhari-hari kedua raja ini terus melakukan
pertempuran saling ingin mengalahkan dengan gigihnya, karena memang dari
kecil keduanya telah sama di asah dengan berbagai ilmu dan keahlian yang
mumpuni, pertempuran sengit ini, hampir tak bisa di lihat oleh mata orang
awam, hanya tanda yang terlihat, desau angin menderu, pohon-pohon di
se

[R@ntau-Net] Surau Buyung

2004-03-24 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Surau Buyung
Cerpen Dodi Syah Putra
By padangekspres, Selasa, 02-Maret-2004, 04:31:42 WIB

Ini bukan zaman perang lagi. Tak pula orang diributkan oleh beras bercampur
jagung yang ditanak para wanita di dalam belanga usang. Zaman ini orang
bicara reformasi dan perang pemikiran.
Dimana-mana dipersiapkan adalah pena, disket serta data-data termutakhir
dari seluruh penduduk dunia.

Tetapi, di sebuah sudut dunia seorang anak muda tampak bermenung. Berpangku
telapang tangan menopang dagu dengan mimik kening dikerut-kerutkannya.
Tampak berat yang dipikirkan. Saking beratnya, sesekali mulutnya berdesis
tanda gamang. Apakah yang dipikirkannya?

Pemuda bertubuh tegap itu mengenakan baju panjang lengan potongan cina
berwarna biru tua. Rapi dan tampak berwibawa. Pakaiannya itu pun rapi
bersetrika. Dengan celana kain yang juga rapih dan licin. Tangannya seperti
menggenggam sesuatu. Tapi tak ada. Barangkali genggamannya terlalu kuat.
Sesekali kakinya dihentakkan ke tanah. Terompah kulit itu menyibak pasir
halus halaman depan mesjid megah itu.

Buyung, nama pemuda yang kita bicarakan. Semenjak kecil ia menghuni mesjid
yang dulu surau tua lapuk kusam. Saat usia buyung tujuh tahun, walau
rumahnya dekat dari sana, ia memilih tidur di surau. Katanya, pada ibunya,
"Buyung ingin belajar di surau saja," dan ibunya mengerti kehendak anaknya.
Keras hati Buyung suatu ketika ada benarnya.

Setamat sekolah dasar Buyung merantau ke kota. Ditinggalkannya teman bermain
sesurau. Hendra, Adi dan Tessa yang sama di surau belajar mengaji, silat dan
adat minangkabau. Guru mereka, Ustad Yon dan Kasman saat itu pun telah
merantau pula di kota tetangga. Enam tahun Buyung di sana. Menamatkan SMP
dan Aliyahnya.

"Apa pula yang kau menungkan," tanya Hendra.

Buyung tersentak. Lamunannya buyar.

"Tidak ada yang kumenungkan. Aku hanya memikirkan nasib mesjid ini," jawab
Buyung hambar.

" Kenapa kau pikirkan mesjid ini. Sudah bagus, megah dan bertingkat pula."

"Justru itu, megah dan besar mesjid ini tapi di luarnya saja."

"Maksudmu?" Hendra tak habis pikir.

"Cobalah perhatikan, barapa banyak jemaah mesjid ini sekarang. Kalaulah
Maghrib tiba bisa dihitung jari yang berdiri di shaf muka. Ditambah shaf
belakang, beberapa anak mengaji saja," Buyung makin muram.

Hendra menggaruk kepala walau tak gatal. Memang benar apa yang diungkapkan
Buyung. Mesjid megah dua tingkat ini kini jadi hiasan kampung ini saja.
Berbeda sekali dengan masa mereka sepuluh tahun silam.

***

"Tessa, panggil semua kawanmu. Suruh masuk. Kita mau belajar!" tegas Ustad
Yon. Sementara Ustad Kasman baru selesai mengajar santri kelas tiga yang
belajar mengaji irama.

Di tangannya sebilah rotan panjang dipukul-pukulkannya lambat ke atas meja.
Di belakangnya sebuah papan tulis tua pirang oleh hapusan kapur. Di depannya
berbaris meja-meja kecil tempat alas menulis bagi santri TPA. Meja-meja itu
setinggi tulang kering. Santri harus duduk bersila. Perempuan di barisan
kanan. Laki-laki di barisan kiri.

"Kemarin, saya menyuruh kalian menghafal ayat Qursi. Siapa yang telah
 hafal?"

Beberapa santri menunjuk jari ke atas.

"Buyung ke depan."

Dengan sedikit ragu Buyung kecil maju dan membacakan ayat Qursi. Mulanya
tersendat. Kemudian lancar dan bersahaja.

"Bagus, silakan duduk kembali."

Berikutnya bergiliran santri-santri kecil itu maju membacakan hafalan
ayatnya. Yang tidak hafal dapat jatah pecutan rotan di tangannya. Tak peduli
lelaki atau perempuan. Pulang dengan tangan memerah dan menghijau. Tiga kali
pecutan rotan bergaris di telapaknya.

***

Kampung itu kian modern. Ketika dulu Buyung, Hendra, Tessa dan Adi masih
bocah hanya petromaks dan lilin yang memandu mereka pergi ke surau. Tiap
malam minggu wajib mereka semua bermalam di sana. Selain belajar mengaji
juga diajarkan silek tuo oleh Ustad Kasman.

Kini, lilin hanya untuk acara ulang tahun anak-anak atau penerang kala
listrik padam saja. Petromaks dan lampu dinding sudah karatan bahkan
terbuang di belakang rumah. Jika maghrib datang suara azan bersambutan
dengan music house para anak muda di posko pemuda. Ditambah hentakan domino
di "Lapau Ayah". Malam seperti siang. Siang makin tak karuan.

Risaunya Buyung seperti sama dipikirkan oleh orang-orang tua di sana. Buyung
yang setiap hari kini menjadi imam shalat berjamaah tentu merasakan sangat
perubahan yang terjadi. Waktu Wirid Jumatan lalu, bahkan beberapa jamaah
menanyakan kepada Ustad Yon tentang hal ini.

"Kampung kita ni Ustad, sudahlah berubah sekali. Zaman berganti kan tidak
mesti berubah budi pekerti. Cobalah lihat, anak dan kemenakan main batu
domino di meja yang sama. Anak gadis pulang lepas isya sudah biasa. Pakaian
mereka, kecil-kecil semua. Akan jadi apa kampung kita ini."

Bahkan seorang ibu ikut menimpali.

"Susahlah hati kami ini. Banyak anak tetangga yang celaka beranaknya. Sudah
mengandung baru menikah. Bakal bencana yang kita terima, Ustad."

Ustad Yon bukan tak pernah memikirkan hal ini. Seperti murid demikian guru.
Ustad Yon pun telah pusing tujuh keliling. Ta

[R@ntau-Net] Lapau Mak Kari : Ingek-lah Hiduik ka Mati!

2004-03-24 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Lapau Mak Kari : Ingek-lah Hiduik ka Mati!
By padangekspres, Minggu, 21-Maret-2004, 03:50:06 WIB

Dindiang lapau Mak Kari lah panuah dek gambar partai nan ka sato Pemilu.
Alun lai gambar caleg De Pe De. Tiok suduik tapasang bendera bamacam rono.
Ado merah, kuniang, hijau, hitam, kulabu, putiah, pokoknyo sagalo rupo.
Ado nan gadang, ado nan ketek. Ado nan panjang ado nan pendek. "Bantuak
Nagari awak ko kalabiahan kain jo karateh," si Mira mulai ba-ciloteh.

"Banyak anak kamanakan jo dunsanak awak nan indak balampok pungguangnyo.
Banyak anak sikola paralu buku," baitu ciloteh Mak Kari mancaliak bandera jo
panflet nan baserak di tangah kampuang.

"Alun lai tu doh Mak Kari.," sambuik Mak Labai. "Untuak pai kampanye, banyak
partai nan mancater kapatabang jo helikopter. Ditambah pulo jo artis-artis
ibukota. Sakali kampanye dibaia Sapuluah sampai Duo puluah juta. Ado nan
labiah bagai." sambuangnyo.

Untuak ma-ambiak muko ka rakyaik ado pulo nan mambagikan sembako, baju,
sarato pitih. Salamoko indak takana bagai dek nyo tu doh. Iklan di TiPi alah
jaleh maha baianyo. Untuak mancogok Tigo puluah datiak sajo, sadiokan pitih
Duo puluah sampai Tigo puluah juta sakali tayang. Bara ratuih juta sa-hari,
kali duo puluah hari, kali pulo jo banyak partai. Kabanyo, untuak kampanye
sajo, dipakirokan mahabihkan pitih ba-Triliun-Triliun. Antah bara banyak
angko nol nyo, indak abeh dek awak doh.

"Takana pulo dek den, dari ma pitih sabanyak tu dapek dek urang-urang tu.."
tanyo Mak Labai.

"Antah lah Mak, Allah nan ka tau. Awak ko rakyaik badarai. Bak kato Balam
sajo padi rabah ko nyo.." si Mira manjawe.

"Usah ba-ibo hati bana sanak. Bara bana ka sorak jo janjinyo, kan awak juo
nan manantukan di dalam biliak suaro. Jan namuah awak dilagak jo kayonyo.
Jan namuah digadele dek ota jo janjinyo," baitu bana Mak Kari maingek-an.

"Sudah tu.," sambuangnyo, "Kutiko mamiliah, tanyokan ka hati ketek awak
basamo, iyo lai bakarajo urang-urang tu kutiko jadi anggota legislatif dulu.
Iyo lai mamikiakan nasib awak basamonyo."

Nan acok kito caliak di TiPi, dibaco di koran, anggota legislatif tu banyak
nan lalok kutiko sidang. Nan kalera bana, urang sidang nyo indak datang. Ado
nan mauruih bisnis, ado nan mauruih partai. Kok datang, nyo ma-ota, mambaco
koran. Sudah tu nyo lalok bakaruah, bantuak lalok di rumah bakonyo surang.

"Kalau-lah ka-manarimo honor, inyo paliang da-ulu. Talambek mambaia inyo ma
mete-mete. Sagalo garegak dikaluakannyo. Diujuang periode, nyo mintak pulo
uang tulak. Yo bana indak manuruik adaik," si Mira nan mantiak mulai indak
saba.

"Kan indak kasadonyo bantuak itu doh," umbuak Mak Kari.

"Yo indak., tapi kecek guru Mira, kalau labiah dari ciek, banyak namonyo."
solang gadih nan mantiak ko. "Jan Mamak lupo..," sambuangnyo. "Untuak
manduduak-an surang urang di DePeErDe tingkek duo, paralu Tujuah ribu suaro
rakyaik nan mamiliahnyo. Alun lai untuak tingkek provinsi, apolai untuak
tingkek Nasional. Sampai bajuta suaro rakyaik nan diwakilinyo."

Mak Labai indak namuah katinggalan ba-pandapek: "Jadi aratinyo, kalau surang
anggota legislatif nan lalok kutiko sidang, samo aratinyo manyio-nyiokan
baribu-ribu sampai bajuta-juta suaro rakyaik tu Mira..?"

Mak Kari capek manyolo, "Mungkin inyo panek bagai."

"Kalau panek dek mamikiakan awak, rancak tu mah. Lai mambaleh guno ka
rakyaik namonyo tu," sambuik Mak Labai.

"Kok panek baranti se lah." jawek si Mira jo bijaknyo. "Manga juo mancucuak
ka sinan lai. Agiah pulo kesempatan urang nan sabana mamikiakan nasib
rakyaik," cirotet si Mira indak tabado.

Mancaliak pasaran lah mulai angek, Mak Labai mangecek: "Kini baitu sajolah
dek awak basamo.Bak kato rang tuo, ambiak contoh ka nan sudah, ambiak Tuah
ka nan manang."

"Kok manang jo caro bana, baru mandapek tuah. Itu nan manuruik alua jo
patuik," pituah Mak Kari sambia mahiruik kopi nan mulai taraso paik.

"Jan di-alua se urang manuruik patuik awak," solo si Mira

"Kalau nyo manang jo caro nan indak bana, tantu Tuah indak kadapek. Tapi
kalau manang jo caro bana, pasti Tuah tapacik ditangan. Indak ka dicibiakan
rakyaik di balakang...," baitu Mak Kari manjalehkan

"Sakurangnyo di mato batin sarato hati keteknyo, indak barutang dunia
akhiraik," sambuang Mak Labai.

"Nan paralu di-ingek, Pamilu ibaraik hujan sa-darok. Sakali limo tahun.
Pemilu labiah banyak napasu dunianyo." Mak Kari manambahkan.

"Iyo tu mak. Jan sumbarang ma-obral janji sajo" solo si Mira.

"Ingek-lah hiduik ka-mati.Usah tajadi ka bakeh awak, sudah-lah kalah dalam
Pemilu, di akhiraik taniayo pulo. Bakujuik badan masuak narako..!"

Na'udzubillahi min dzaliq..! (yudi)Padang Ekspres Online :
http://www.padangekspres.com/
Versi online:
http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2346
6





Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] 31 Petak Toko, 2 Unit Rumah dan satu Mushalla Ludes

2004-03-24 Terurut Topik Nofendri T. Lare



 

  
  
Padang Ekspres Online
Topics / Berita 
  Utama
  
Pasar Piaman Terbakar* 31 
  Petak Toko, 2 Unit Rumah dan satu Mushalla Ludes
  
By padangekspres 
Rabu, 24-Maret-2004, 04:25:57 
  WIB
  

  


  Pariaman, Padek—Sebanyak 31 unit 
petak toko, 2 unit rumah warga, 1 unit mushala di komplek pertokoan 
Pasar Kota Pariaman di Jalan St Syahrir, ludes dilalap sijago merah 
sekitar pukul 04.30 WIB, Selasa (23/3). Akibat peristiwa ini 
diperkirakan warga mengalami kerugian sebanyak Rp3 miliar 
lebih.
  

  Komplek pasar seluas 1910 meter persegi ini bersebelahan dengan 
  pasar ikan dan sayuran. Toko-toko tersebut berisi pakaian, sembako, bahan 
  bangunan, alat listrik, wartel, elektronik, alat tulis dan lainnya. 
  Disinilah pusat penjualan sembako bagi daerah sekitar Piaman dan sangat 
  ramai oleh akitivitas warga kota. Pertokoan ini milik keluarga almarhum St 
  Darwis Dt Rangkayo Sutan Palembang. Begitu melihat kejadian tragis 
  tersebut warga Kota Pariaman yang baru saja menunaikan shalat subuh, 
  kendati hari masih gelap, segera berhamburan memberikan bantuan memadamkan 
  api dan menyelematkan barang-barang pedagang. Sikap toleransi yang begitu 
  kental ditunjukan oleh warga kota “Tabuik” ini. Usai shalat subuh 
  tersebut, Kapolres Padangpariaman, AKBP Drs H Muhammad Akmil yang masih 
  berpakaian shalat langsung bersama 150 personilnya mengamankan lokasi 
  kejadian. Juga terlihat Wali Kota Pariaman Nasri Nasar, Wakil Wali Kota 
  Pariaman Ir Mahyuddin, Sekdako Drs Muhklis Rahman, Asisten I Fadli SH, 
  Sekdakab Kabupaten Padangpariaman Drs Sudirman Gani, Ketua DPRD Kabupaten 
  Padangpariaman, Anasdi Nazar serta sejumlah pejabat lainnya. Juga 
  kelihatan caleg perempuan dari Partai Golkar asal Pariaman untuk DPRD 
  Sumbar, Hasnah Cendra Dewi. Kepada Padang Ekspres, Hasnah 
  menuturkan keprihatinannya dan meminta korban yang ditimpa musibah agar 
  sabar menerima cobaan ini. ”Pemerintah harus mencarikan penampungan 
  sementara dan solusi terhadap para korban kebakaran ini,” tutur Hasnah. 
  Termasuk akses permodalan bagi pedagang juga dicarikan solusinya. 
  Saat itu, Kapolres dibantu Kasatreskirm AKP Taswin Ahmad dan Kabag 
  Ops AKP Benni BW dibantu petugas Kodim dan satpol PP kabupaten dan kota 
  Pariaman segera membentuk posko penanggulangan kebakaran. Jumlah personil 
  pengamanan itu sebanyak 200 personil. Satu buah tenda barak didirikan 
  diterminal angkutan pedesaan kota Pariaman. Disinilah berbagai 
  informasi,data dan batuan dicatat termasuk nama-nama korban kebakaran. 
  Akibat didirikannya tenda darurattersebut akhirnya angkutan 
  pedesaan untuk sementara terpaksa mencari penumpang di simpang Tabuik dan 
  diatur oleh petugas satlantas dan Dinas Perhubungan Kota Pariaman. 
  Dua unit mobil pemadam kebakaran dari Kabupaten Padangpariaman 
  datang dan dibantu warga segera menyemburkan air ke lokasi api. Untuk 
  memutuskan aliran api, beberapa ruko sengaja dirobohkan warga. Berselang 
  setengah jam kemudian, datang bantuan 1 unit mobil dari Kota Bukittinggi, 
  disusul oleh Kabupaten Solok, Padangpanjang. Pemadam kebakaran dari Kota 
  Padang yang menyatakan telah mengirimkan dua unit pemadam kebakaran sampai 
  berita ini diturunkan belum kelihatan. Akibat tak datangnya 
  bantuan dari kota Padang akhirnya warga sangat kecewa, sehingga secara 
  spontan saja permasalahan ini dilaporkan kepada Wakil Gubernur Sumbar Prof 
  Dr Ir H Fachri Ahmad MSc yang datang ke lokasi tersebut. Wakil Gubernur 
  Sumbar saat itu juga memberikan bantuan dana sebesar Rp10 juta yang 
  diterima oleh Wako Pariaman, H Nasri Nasar dan disaksikan oleh korban 
  kebakaran di posko penanggulangan kebakaran. Bantuan lainnya 
  datang dari pengusaha Sidi Saidina Umar dengan bendera usaha PT Satria 
  Muda Manugraha sebesar Rp5 juta. OS Yerli Asyir dari PKDP Kota Padang juga 
  memberikan bantuan sebesar Rp1 juta. Termasuk KPU Kota Pariaman memberikan 
  bantuan 5 kardus air minum. ”Saya sangat kecewa dengan tim pemadam 
  kebakaran Kota Padang, setelah mereka memberitahu saya, ternyata mereka 
  juga yang tak datang,” tutur H St Darsyamsu Ayang, pemilik komplek 
  pertokoan tersebut kepada Padang Ekspres. Diakui Ayang, kerugian yang 
  dideritanya bersama warga lebih dari Rp3 miliar. Sementara itu 
  Kapolres Pariaman melalui Kasatreskrim AKP Taswin Ahmad menyatakan, dugaan 
  awal api memang berasal dari konsleting atau arus pendek. Hal ini 
  disebabkan karena jaringan listrik yang sudah tua dan tidak diganti oleh 
  pemilik toko. Sementara usia bangunan juga sudah lebih 50 tahun. 
  ”Kita amankan dulu lokasi kejadian, baru kita periksa,” tutur 

[R@ntau-Net] Pariaman Dilanda Kebakaran, 31 Petak Ruko, Dua Rumah, 1 Mushala Ludes jadi Abu

2004-03-24 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Pariaman Dilanda Kebakaran, 31 Petak Ruko, Dua Rumah, 1 Mushala Ludes jadi
Abu
By posmetro
Rabu, 24-Maret-2004, 16:01:15 WIB 10 klik

PARIAMAN, METRO
Pagi Selasa (23/03), Kota Pariaman benar-benar jadi lautan api. Sedikitnya
31 petak Ruko (Rumah dan Toko), serta dua buah rumah berikut satu mushala
ludes jadi abu, tatkala pukul 05.00 WIB warga yang tengah bersiap-siap akan
ke masjid menunaikan ibadah shalat Subuh dikejutkan oleh pekik histeris para
pemilik bangunan yang terbakar. Akibat kebakaran hebat itu, kerugian
sementara yang ditaksir sekitar Rp3 Miliar.

Walau sudah meluluhlantakan bangunan Ruko berikut rumah dan Mushala itu,
sampai berita ini diturunkan tadi malam sumber api masih simpang siur.
Sebab, informasi yang dihimpun POSMETRO di lapangan ada yang mengatakan
bahwa sumber api berasal toko bangunan merek Ananda dan Nagoya, karena
korsleting listrik. Juga ada yang menyebutkan, api berasal dari kompor rumah
penduduk sekitar lokasi yang meledak.
Tapi yang jelas, informasi yang dihimpun POSMETRO di Tempat Kejadian
Peritiwa (TKP) dari saksi mata menyebutkan, api pertama kali terlihat dari
belakang petak toko merek Ananda dan Nagoya. Api yang semula kecil tersebut,
lama kelamaan jadi besar, sehingga warga yang menyaksikan pada berhamburan
ke lokasi untuk memberikan bantuan.
Saat masyarakat yang umumnya pemilik petak toko pada berhamburan ke lokasi
sambil mengeluarkan suara teriak hingga histeris agar seluruh warga pada
datang untuk memberikan bantuan. Namun, karena api yang melahap bangunan di
atas tanah seluar 1910 meter milik almarhum St Darwis Dt Rangkayo Sutan
Palembang semakin membesar, sehingga sulit dikendalikan dengan cara
konvensional alias tenaga manusia.
Dalam amukan api yang asapnya nampak membubung tinggi itu, beberapa pemilik
Ruko masih sempat mengeluarkan sebagian barang-barangnya. Amukan jago merah
itu baru dapat dikendalikan setelah 2 jam amukan sijago merah
membumihanguskan bangunan yang sudah setengah pakai itu. Bangunan Ruko itu
ludes jadi abu, karena terbatasnya mobil kebakaran yang dimiliki oleh Pemkab
dan Pemko Pariaman. Hanya ada dua unit mobil kebakaran yang nampak menyiram
api.
Api yang membumi hanguskan pasar Pariaman tersebut dapat dijinakan setelah
Pemerintah Kota Pariaman meminta bantuan kepada mobil pemadam kebakaran kota
tetangga, terutama dari BPK Bukitinggi, Solok, Padangpanjang dan Kabupaten
Agam. Sedangkan dari Padang sendiri tidak terlihat satupun yang mengirim
mobilnya ke Pariaman. Amukan jago merah itu, berhasil dijinakan sekitar
pukul 08.00 WIB paginya.
Pantauan POSMETRO di lapangan, walau dengan armada yang sangat terbatas,
namun dua unit mobil BPK milik Pemkab dan Pemko tetap bekerja keras
memadamkan api yang dibantu petugas Polres, Kodim serta Sat Pol PP
Padangpariaman, berikut warga yang nampak saling bahu membahu menjinak api.
Hal itu dilakukan agar api tidak merambah kepada bangunan-bangunan lain yang
ada di sekitar lokasi.
Ketika mobil BPK dan warga sibuk memadamkan api serta mengeluarkan sebagian
barang-barang jualannya, agar tidak habis semua dilahap sijago merah, tampak
hadir di TKP Walikota Pariaman H Nasri Nasar,SH Wakil Walikota Ir Mahyuddin,
Bupati Padangpariaman Drs H Muslim Kasim dan Sekda Sudirman Gani, SH serta
Sekretaris Partai Golkar Kota Drs Mardison
Saat itu, para pejabat yang datang di lokasi termasuk Sekteratis Partai
Golkar Kota Pariaman Drs Mardison Mahyuddin meminta kepada korban yang
ditimpa musibah kebakaran Pasar Pariaman ini agar tabah menghadapi cobaan
ini. Selain mereka juga meminta kepada seluruh korban agar jangan mudah
terpancing berbagai isu yang menyebakan tokonya terbakar. Karena isu dapat
memicu hal-hal yang tidak-tidak, katanya.
Kapolres Padangpariaman AKBP Drs H Muhammad Akmil bersama jajarannya nampak
sibuk mengamankan lokasi kebakaran. Kapolres yang ditanyai POSMETRO ketika
api bergejolak masih bergejolak juga mengaku belum dapat memastikan penyebab
kebakaran yang melanda Pasar Kota Pariaman itu. Karena jajarannya masih
melakukan penyelidikan lebih jauh soal sumber api.
Kemarin, begitu situasi api yang bergejolak dapat dikendalikan, Pemerintah
Kota dan Kabupaten Padangpariaman bekerja sama dengan Kodim, Polres telah
mendirikan posko penampungan sementara para pedaggang.
Kunjungan Wagub
Setelah api dipastikan padam rombongan wakil Gubenur Sumbar Prof DR Ir Fahri
Ahmad sampai di lokasi didampingi Wakil Walikota Pariaman Ir Mahyuddin. Saat
itu Wakil Gubenur menyerahkan bantuan untuk para korban kebakaran sebanyak
Rp 10 juta, PT Satria Muda Manugrah Saidina Umar Rp 5 juta dan Bupati
Padangpariman Rp 25 juta.
Tetapi pemerintah Kota Pariaman hingga kini masih memikirkan bantuan apa
yang akan diberikan kepada korban. Karena pemerintah Kota Pariaman adalah
penangung jawab dalam musibah ini. Namun, saya meminta kepada pemerintah
Kota agar segera memberikan bantuan kepada korban yang ditimpa musibah.
Sebab, para korban butuh bantuan tersebut, kata Ujang Ketua Ojek di Kota
Pariaman kepada POSMETRO di lokasi kebakaran.
Wakil Guber

[R@ntau-Net] Tentang Jilbab Lagi

2004-03-24 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Bulan-nulan kapatang awak rame mempermasalahkan Jilbab alias Karuduang, iko
ado artikel dari kompas,
mungkin bisa manambah awak saketek lai tentang jilbab, dan disiko ambo ingin
juo mintak tambah
penjelasan dari uda Doto (Rahyuss)

Thanks,
---

Kompas Cyber Media
Updated: Selasa, 23 Maret 2004, 11:21 WIB KESEHATAN

JILBAB Mengurangi Risiko KANKER

Saat ini, jilbab bukan lagi fenomena kelompok sosial tertentu, tetapi sudah
menjadi fenomena seluruh lapisan masyarakat. Tidak sedikit jumlah artis,
eksekutif, dan publik figur lainnya menggemari dan menggunakannya.

Beruntunglah Anda yang sudah mengenakan jilbab (veil), kerudung bagi wanita
muslim ini tak hanya menunjukkan kerendahan hati dan kesopanan, tetapi juga
melindungi Anda dari penyakit mematikan.

Jilbab yang dikenal dengan beberapa istilah, seperti chador (Iran), pardeh
(India dan Pakistan), milayat (Libya), abaya (Irak), charshaf (Turki), hijab
(Mesir, Sudan, dan Yaman), dapat memperkecil risiko pemakainya terkena
kanker
tenggorokan dan hidung. Alasannya, jilbab mampu menyaring sejumlah virus
yang
suka mampir ke saluran pernapasan bagian atas.

Profesor Kamal Malaker asal Kanada, menyatakan wanita Arab Saudi - yang
sebagian besar menutup wajahnya secara penuh- jarang sekali terserang virus
epstein barr, yang menyebabkan kanker nasofaring. Bisa dikatakan jumlah
penderita kanker jenis ini sangat rendah.

"Jilbab melindungi wanita dari infeksi saluran pernapasan bagian atas, "
tulis
Saudi Gazette, Jum’at (19/3), mengutip pernyataan Malaker, "Di Arab
Saudi, jumlah wanita penderita kanker nasofaring sangat rendah dibandingkan
laki-laki," lanjut Malaker.

"Kenyataan ini sungguh menarik, bagaimana pakaian adat yang begitu sederhana
memiliki pengaruh begitu besar pada kehidupan manusia," ujar Malaker, kepala
bidang onkologi radiasi Rumah Sakit King Abdul Azis.

Kanker nasofaring merupakan kanker yang paling banyak diderita masyakarakat
untuk jenis kanker Telinga Hidung Tenggorokan (THT) Kepala Leher (KL).

Tingginya angka penderita kanker nasofaring terutama akibat keberadaan virus
epstein barr yang hampir ada pada 90 persen masyarakat di negara berkembang.
Jika virus tersebut ’terbangun’, maka dapat terjadi mutasi sel
yang berujung pada kanker nasofaring.

Nasofaring  merupakan saluran yang terletak di belakang hidung, tepatnya di
atas rongga mulut.

Gejala awal dari kanker nasofaring tersebut antara lain gejala pada telinga
yang ditandai dengan dengingan terus-menerus pada telinga.

Di samping itu, sering disertai gejala pada hidung seperti pilek
berkepanjangan yang disertai dengan darah, suara parau yang berkepanjangan,
sering mimisan dan nyeri saat menelan.

Kanker  nasofaring merupakan penyakit kanker keempat yang paling banyak
menyerang penderita kanker di Indonesia. (zrp/Reuters)



Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Sheikh Ahmed Yassin

2004-03-24 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Sheikh Ahmed Yassin, Pemimpin Spiritual Hamas

SHEIKH  Ahmed  Yassin,  pendiri  dan  pemimpin spiritual Hamas, adalah
seorang  yang  tampak  lemah  secara  fisik,  lumpuh  keempat  anggota
tubuhnya, dengan suara yang bergetar. Namun, dia mempunyai kekuatan di
kalangan orang-orang Palestina.

Ia  memiliki  tempat  istimewa,  baik secara politis maupun psikologis dalam
barisan gerakan perlawanan Palestina, khususnya faksi Hamas. Itu membuat  ia
menjadi  salah  satu  simbol  perjuangan rakyat Palestina selama empat
dekade terakhir ini.

Wartawan  Kompas  di  Cairo  Musthafa  Abd  Rahman pernah mewawancarai
Sheikh  Ahmed Yassin, Oktober 1997, setelah ia dibebaskan dari penjara
Israel.  Sheikh  Yassin  saat  itu terkesan bersahaja dan sangat tidak
birokratis. Ia sangat menghormati tamu, termasuk wartawan, yang datang ke
rumahnya.

Sheikh  Yassin dilahirkan di Desa Joura-Ashkelon (kini wilayah Israel) pada
bulan  Juni  1936.  Pada  usia 12 tahun ia menyaksikan kekalahan bangsa
Arab dari Israel dalam perang Arab-Israel. Kekalahan itu telah membentuk
cara  berpikir Yassin muda. Ia berprinsip, rakyat Palestina harus
mengandalkan  diri  mereka  sendiri  dengan cara mempersenjatai
diri,  bukan  berpangku  pada  bangsa lain, baik pada bangsa Arab lain
maupun masyarakat internasional.

Yassin  bersekolah hingga kelas 5 Ibtidaiyah di Desa Joura. Meletusnya
perang  Arab-Israel  pada  tahun  1948  membuat  dia  dan  keluarganya
mengungsi  ke  Jalur  Gaza.  Seusai  sekolah  menengah pada 1957-1958,
Yassin  yang  lumpuh keempat anggota tubuhnya akibat kecelakaan semasa kecil
langsung memperoleh pekerjaan sebagai guru.

Aktivitas   politik   Yassin   dimulai   ketika  ia  pada  usia  20-an
berpartisipasi  dalam  unjuk  rasa di Jalur Gaza menentang invasi segi tiga
Israel, Inggris, dan Perancis terhadap Mesir pada tahun 1956.

Menurut  BBC  News,  Yassin  belajar  di  Universitas Al Azhar, Cairo,
tempat kelahiran Ikhwanul Muslimin. Di sanalah dia membentuk keyakinan bahwa
tanah Palestina-wilayah Palestina dan Israel-adalah tanah wakaf milik
Muslim  seluruh  dunia  dan bahwa tak seorang pemimpin Arab pun mempunyai
hak untuk menyerahkan bagian apa pun dari wilayah ini.

Sheikh  Yassin  menjadi  aktif terlibat dalam Ikhwanul Muslimin cabang
Palestina,  namun  dia  baru  dikenal  luas setelah Intifada Palestina
pertama tahun 1987.

Pemerintah  pendudukan  Israel menangkap Sheikh Yassin pada tahun 1982
dengan  tuduhan memimpin gerakan perlawanan rahasia dan menyembunyikan
senjata.  Ia  dijatuhi hukuman 13 tahun penjara, namun dibebaskan pada 1985
melalui  transaksi tukar-menukar tawanan antara Israel dan Front Rakyat
untuk Pembebasan Palestina (PFLP).

Pada  akhir  1987  Sheikh  Yassin  bersama  pemimpin Palestina lainnya
mendirikan  Hamas yang kemudian sangat berperan dalam intifada pertama
(1987-1993).  Ia  menjadi  pemimpin  spiritual gerakan perlawanan itu.
Tahun 1989 Sheikh Yassin bersama tokoh Hamas lainnya ditangkap pasukan
pendudukan Israel dan mendapat vonis hukuman seumur hidup.

Pada tahun 1997 Sheikh Yassin dibebaskan atas permintaan Almarhum Raja
Hussein dari Jordania sebagai kompensasi atas
gagalnya percobaan pembunuhan oleh Mossad terhadap Kepala Biro Politik Hamas
Khaled Meshal di Amman.

Ia  mencoba  membina  hubungan baik dengan Otoritas Palestina dan para
pemimpin   lain   di  dunia  Arab,  namun  pendiriannya  mengenai  isu
perdamaian   tidak  mau  dikompromikan.  Menurut  BBC,  Sheikh  Yassin
berulang  kali  mengatakan,  "Apa  yang  disebut jalan damai itu bukan
perdamaian dan itu bukanlah pengganti bagi jihad dan perlawanan."

Dalam  wawancara  dengan  United  Press International bulan Juni tahun lalu,
ketika  ditanya  apakah  ia  akan  menerima hudna atau gencatan senjata
dengan  Israel,  Yassin  mengatakan  Hamas  siap tetapi hanya dengan
syarat-syarat khusus. Hudna menurut dia tak sekadar diakhirinya kekerasan
di  kedua  pihak,  tetapi harus menyebabkan orang Palestina mendapatkan
haknya.

Sheikh  Yassin  menjadi  ilham  yang kuat bagi ana-anak muda Palestina yang
kecewa  oleh  runtuhnya harapan perdamaian. Ia mengilhami mereka untuk
memberikan nyawa.
Terbunuhnya  pemimpin  spiritual itu menimbulkan kemarahan di kalangan
pendukungnya. Ini dikhawatirkan akan meningkatkan kekerasan yang telah
berlangsung lebih dari tiga tahun itu. (AP/di)
=

23 Mar 04 07:52 WIB
Kejam, Israel Rudal Sheikh Yassin

Jalur Gaza, WASPADA Online

Israel menunjukkan kekejamannya ketika membunuh pemimpin dan sekaligus
pendiri  Hamas,  Syekh Ahmed Yassin, dalam satu serangan misil di luar
sebuah masjid di Kota Gaza, Senin (22/3). Tubuh dan sebagian tempurung
kepalanya  hancur,  membuat  marah  kelompok militan Palestina, bahkan
kalangan Arab, untuk melakukan pembalasan terhadap Israel dan AS.

Yassin,  berusia 67 tahun, merupakan pemimpin tertinggi Palestina yang
terbunuh  oleh  Israel  dalam  waktu  lebih dari tiga tahun pergolakan
intifada  dan  pembunuhannya  juga  terlihat  mengundan

Re: [R@ntau-Net] Kutuk Ariel Sharon

2004-03-24 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Iyo daad,
Biko kalau talalu agresif awak, di cap pulo TERORIS...
tapaso dado yo pabanyak di uruik da.

So... bilo jadi kasampai di Jkt Da-ad??
Kami tunggu kongkow2 di lap Tenis nanti.

- Original Message - 
From: Adrisman <[EMAIL PROTECTED]>

> Nofen,
> Cuma itulah yang mampu dilakukan oleh kita saat ini, semua cuma bisa
> mengutuk sendiri sendiri.
> Apalah artinya kita segelintir individu2, sedang negara2 Islam yang
> tergabung dalam OKI saja tidak pernah kedengaran suaranya.
> 
> wassalam
> adr




Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Kutuk Ariel Sharon

2004-03-23 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Kalau boleh saya mengutuk, saya KUTUK Negara Israel dan A Sharon saat ini,
yang telah membunuh
seorang Tua yang hampir seluruh hidupnya di korsi Roda.

Dasar Pengecut




Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] "Pak Etek" GILO

2004-03-23 Terurut Topik Nofendri T. Lare
"Pak Etek" Pemerkosa Masih Diburu, 5 Saksi Lagi Diperiksa Polisi
By posmetro
Selasa, 23-Maret-2004, 15:59:31 WIB 12 klik

PARIAMAN, METRO
Untuk menindak lanjuti kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh "Sa" (50)
terhadap "Ay" (14), seorang murid kelas IV SD yang mengakibatkan korban
hamil dan melahirkan seorang bayi, kemarin lima saksi lagi diperiksa Polisi,
walau tersangka pelaku sampai berita ini diturunkan masih dicari, sebab
melarikan diri dari Manggung, Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman sejak
terungkapnya kasus ini beberapa waktu lalu.

Tersangka harus segera ditangkap agar diproses lebih jauh. Sekaligus anak
hasil perbuatannya terhadap "Ay" juga jelas statusnya. Kalau sudah
tertangkap, siapa orang yang bakal mengasuh bayi perempuan yang dilahirkan
dari rahim "Ay" dapat ditentukan orangnya, kata Nurhayati Kahar salah
seorang saksi kepada penyidik di ruang periksa Polres kemarin.
Dijelaskan Nurhayati Kahar, diduga "Sa" yang nekat memperkosa "Ay" anak
kakak dari istrinya seperti berita sebelumnya melarikan diri masih di
sekitar Sumatera Barat dan Riau. Sebab, sanak famili pelaku banyak berada di
dua tempat tersebut. Tetapi, karena pelaku sangat cerdik sehingga sulit
diciduk. Hal itu dibuktikan begitu polisi mengetahui keberadaannya, "Sa"
cepat kabur dari tempat persembunyian.
Namun demikian ia sebagai saksi dan juga orang pertama yang membawa "Ay"
untuk melapor ke Polres Padangpariaman akan berkerja sekuat tenaga untuk
menangkap pelaku. "Hal itu telah saya buktikan ketika saya mengetahui
keberadaan pak etek rutiang itu di Bukittinggi baru-baru ini langsung saya
buru bersama tim buser Polres Padangpariaman kesana", ucapnya.
Selain itu Nurhayati Kahar dalam pemeriksaan tersebut juga menduga pelaku
pemerkosa murid kelas IV SD itu bersembunyi di daerah perbatasan Sumbar
dengan Riau. Maka itu, ia meminta kepada penyidik agar terus menempatkan tim
buser di lokasi-lokasi tempat persembunyian pelaku. Karena tindakan pelaku
sangat jahanan dan tidak berprikemanusian terhadap diri wanita.
Seperti diketahui dalam pemberitaan sebelumnya yang dijelaskan Nurhayati
Kahar, "Sa" memperkosa "Ay" setiap pulang sekolah. Bahkan pelaku memperkosa
"Ay" sampai pingsan, setelah melayani nafsu binatang "Sa" saat istrinya
pergi kesawah. Akibatnya, "Ay" hamil dan melahirkan seorang bayi perempuan
yang sekarang masih saya rawat setiap hari, jelasnya.
Kapolres Padangpariaman melalui Kasat Reskrim AKP Taswin Ahmad ketika
menjawab pertanyaan POSMETRO di ruang kerjanya kemarin, mengakui pihaknya
habis memeriksa saksi-saksi untuk mengetahui keberadaan tersangka yang
memperkosa "Ay" sampai melahirkan bayi perempuan. Sebab, pihaknya ingin
mengetahui,dimana-mana saja rumah sanak famili pelaku.
Namun menjelang tersangka berhasil ditangkap, pihaknya telah memasukan "Sa"
dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).Yang jelas, setelah pihaknya mengetahui
rumah-rumah sanak famili tersangka, pihaknya segera melakukan penyelidikan
kesana. Mudahan-mudahan usaha keras semua pihak agar pelaku pemerkosa
tertangkap dapat terujut dalam waktu cepat,katanya. (efa)




Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



Re: [R@ntau-Net] PAN Bgr Re: 28 alasan PK-Sejahtera musuh Wong'Licik'(2/28)

2004-03-18 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Hehehee... Mak Band...

Bisuak Jum'atan dima mak? apo masih ka BI bisuak??

- Original Message -
From: bandaro <[EMAIL PROTECTED]>
To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
<[EMAIL PROTECTED]>
>
> PAN Bogor  takantu#k ... eh takantuak.
> Ampia indak ado bandera sapanduk PAN di jalanan.
> Baru kapatang mancogok ciek duo di ujung gang.
> Pai pulo ambo ka kantua pusek PAN di A Yani - Bgr.
> Indak ado aktipitas nampakno,  ado tatagak bandera sakitar 5 tiang.




Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Status Tanah Ulayat dan Potensinya (Pertama dari Dua Tulisan)

2004-03-18 Terurut Topik Nofendri St. Mudo
Status Tanah Ulayat dan Potensinya, (Bagian Pertama dari Dua Tulisan)
Oleh H Kamardi Rais Dt P Simulie

By padangekspres, Rabu, 17-Maret-2004, 06:30:48 WIB

Pendahuluan
Bagi orang Minangkabau, tanah atau hutan merupakan suatu lebensraum. Artinya
suatu ruang hidup yang padanya tumbuh berbagai tanaman yang berguna bagi
manusia dalam kehidupannya.
Di dalam hutan bukan saja aneka ragam hayati yang tumbuh, tapi juga beraneka
jenis binatang yang hidup di dalamnya. Bahkan tanah atau hutan bukan saja
bermakna ekonomis se-mata-mata, melainkan juga punya nilai sosio-budaya dan
religius. Bahwa tanah dan hutan bukan hanya hak orang sekarang, tetapi juga
hak generasi yang akan datang, sesuai maksud ayat 9 surat An-Nisa, "Dan
hendaklah mereka menjaga jangan sampai meninggalkan anak-anak yang lemah di
belakangnya, karena dikhawatiri akan sengsara."

Setelah manusia tutup mata juga memerlukan tanah untuk tempat istirahat
terakhir baginya.Itulah yang dikatakan dalam mamangan adat : Hidup dikandung
adat, mati dikandung tanah. Karena itu nenek moyang orang Minang sejak dari
dahulunya menyadari akan lebensraum tersebut hingga selalu berupaya dalam
hidupnya untuk mewariskan pusaka yang antara lain pusaka tak bergerak berupa
sebidang atau dua bidang tanah untuk anak cucunya di belakangan hari.

Di dalam gurindam adat dikatakan:
Bidak-biriak tabang ka samak
Tibo di samak tabang ka halaman
Hinggok dakek tanah bato
Dari niniak turun ka mamak
Dari mamak turun ka kamanakan
Adat jo pusako baitu juo

Pada masa dulu orang menganggap seseorang itu miskin jika tidak punya tanah
sejengkal pun atau tidak menerima harta pusaka berupa areal pertanahan dari
mamak atau ibunya secara adat matrilineal. Seorang anak Minang akan menerima
warisan adat dan pusaka yang diungkapkan oleh gurindam adat di atas, dari
ninik ke mamak dan dari mamak ke kemenakan. Pusaka (pusako) adalah berupa
harta benda dan sako adalah berupa jabatan kepenghuluan yang bergelar datuk.
Bagi yang tak punya keduanya, pusako harato dan pusako dalam bentuk sako
(datuk), maka orang akan bertanya-tanya atau berbisik desus di dalam
kampung.

Si Anu itu mungkin urang datang malakok atau orang yang terdampar ke kampung
ini lalu kemudian diselamatkan Datuk di kampung kita. Hal itu bukan tak
mungkin terjadi dalam suatu kehidupan yang panjang. Misalnya suatu nagari
atau kampung dilanda kemiskinan yang hebat. Sawah tidak menjadi akibat
serangan gajah atau bencana alam lainnya seperti kemarau, banjir, longsor
(galodo), dan lain-lain. Maka penduduk nagari tersebut mencoba menyelamatkan
hidupnya ke nagari lain, pada nagari tetangga dekat atau jauh. Di kampung
baru itu dia bersama keluarganya "menepat" atau bersandar kepada sebuah kaum
(datuk). Malakok artinya ia bersandar kepada seorang datuk. Kalau ia orang
bersuku Caniago di kampung yang ia tinggalkan, maka sebaiknya ia 'malakok'
kepada suku Caniago pula di nagari baru tersebut.

Menurut yang biasa prosedurnya tidaklah sulit. Ada sedikit kenduri dengan
menyembelih seekor kambing dan mengundang makan setidaknya orang yang
se-suku, katakanlah suku Caniago. Pada waktu itu dilewakanlah
(diklarifikasikan) bahwa si Anu itu orang Caniago, sementara keluarganya
orang bersuku Piliang.Oleh kaum (datuk) tempat Malakok (bersandar) keluarga
baru itu diberi sebidang tanah untuk perumahan, tabek (kolam ikan) dan
sebatang pohon kelapa yang telah berbuah sebagai pokok hidup atau modal
baginya.

Demikianlah hubungan orang Minangkabau dengan tanah atau hutan. Lalu yang
ingin saya paparkan pada kesempatan ini adalah Status Tanah Ulayat di
Minangkabau dan Potensinya untuk Penerapan Proyek Mekanisme Pembangunan
Bersih (Clean Development Mechanism/CDM). Untuk itu berikut ini secara
sederhana akan saya uraikan apa yang dimaksud dalam judul makalah ini
terutama tentang status tanah ulayat dan potensinya. Lanjutannya tentang
Mekanisme Pembangunan Bersih/CDM akan saya serahkan kepada para ahlinya.

Ulayat dan Hak Ulayat

Apa yang dikatakan Ulayat ? Ulayat berasal dari bahasa Arab, artinya suatu
daerah atau suatu kawasan. Hak ulayat adalah hak komunal atau hak bersama
segolongan penduduk atas se-bidang/kawasan tanah tertentu. Di Minangkabau
menurut hukum adatnya, yang disebut hak ulayat adalah hak bersama kaum atau
suku atau nagarinya terhadap suatu kawasan tanah di bawah pengawasan
Panghulu. Hak ulayat adalah hak yang timbul akibat hubungan antara
masyarakat hukum adat dengan wilayah sekitarnya (Rumusan Seminar Hukum Adat
Nasional di Yogyakarta, 1977).

Hak ulayat adalah hak yang dimiliki oleh suatu masyarakat hukum adat untuk
menguasai seluruh tanah se-isinya di dalam lingkungan wilayahnya (Comelis
van Vollenhoven). Nah, siapa pula yang dikatakan masyarakat adat itu?
Masyarakat adat adalah kelompok komunitas yang memiliki asal-usul dari
leluhurnya, turun-temurun mendiami wilayah tertentu, memiliki sistem nilai
tersendiri, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan teritori
tersendiri pula.

Tentang Tanah Ulayat

Menurut ajaran adat Minangkabau, Tanah Ulayat ad

[R@ntau-Net] Kabupaten Pemekaran Bakal Miliki RPKK

2004-03-18 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Kabupaten Pemekaran Bakal Miliki RPKK
By padangekspres, Kamis, 18-Maret-2004, 07:32:25 WIB

Padang, Padek-Tak beberapa lama lagi tiga daerah pemekaran yang ada di
Sumbar yakni Pasaman Barat, Dharmasraya dan Solok Selatan bakal memiliki
Rencana Program Kerja Kabupaten (RPKK) sebagai acuan untuk pelaksanaan
pembangunan di daerah yang baru dibentuk tersebut.

Saat ini Pemprov sedang melakukan kajian dan penilaian terhadap RPKK yang
diajukan tiga kabupaten tersebut. Malahan dari kajian yang dilakukan tim
teknis yang dibentuk Gubernur, perjalanan RPKK tersebut sudah menjadi
pembahasan di biro keuangan.

"Mudah-mudahan dalam satu atau dua minggu ke depan RPKK tersebut sudah dapat
di setujui Gubernur," ungkap juru bicara Gubernur Yuen Karnova kepada Padang
Ekspres kemarin.

Menurutnya, sebetulnya gubernur bukan mengulur-ulur pengesahan atau
persetujuan terhadap RPKK yang diajukan tiga daerah itu. Namun, gubernur
dalam permasalahan ini harus melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap
tiga kabupaten tersebut.

"Artinya, dari awal kita ingin melakukan peran dan tugas", ujarnya.

Saat ini RPKK tersebut sedang dibahas intensif dibiro keuangan. Terutama
untuk melakukan pengkajian terhadap aspek pendanaan. Kongkritnya, biro
keuangan ingin melihat sejauh mana RPKK tersebut mencerminkan kebutuhan dan
kelayakan operasional sebuah kabupaten, termasuk juga di dalamnya peran dan
konstribusi dari kabupaten induk.

Kita menyadari RPKK tersebut sangat besar manfaat dan perannya bagi daerah
yang baru di mekarkan. Sebab, melalui RPKK tersebutlah tiga daerah tersebut
mencoba meletak visi dan misi daerah.

Selain itu di era keterbatasan tanpa ada mitra sejajar yakni DPRD maka, RPKK
tersebut berperan sebagai APBD bagi kabupaten tersebut. Seperti diwartakan
Wakil Pimpinan DPRD Sumbar Hj Tity Nazif Lubuk meminta kepada eksekutif agar
secepatnya menfinalkan RPKK tiga daerah pemekaran. Sebab, keberadaan RPKK
tersebut sangat besar atirnya bagi daerah tersebut.

Tanpa RPKK daerah tersebut akan mengalami kendala dalam menjalankan
pemerintahan. Untuk eksekutif harus memberlakukan skala prioritas. Sehingga,
ancaman kefakuman terhadap tiga daerah pemekaran tersebut dapat diatasi.

Seperti diketahui sebelumnya tiga daerah pemekaran yang terlahir seiring di
tetapkannya UU No 28 tahun 2004 maka, tiga daerah di Sumbar resmi menjadi
sebuah kabupaten yang definitif. Adapaun ketiga kabupaten tersebut adalah
Pasaman Barat dengan Pj Bupati Drs Zambri, Dharmasraya dengan Pj Bupatinya
(Alm) Ahmad Munawar dan Solok Selatan dengan Pj Bupatinya Aliman Salim.

Selain itu, ketiga pimpinan daerah pemekaran juga telah memulai meletakan
dasar-dasar pemerintahan dengan membentuk SOTK serta melantik pejabat
dilingkungan SOTK ditiga kabupaten tersebut. Seusai membentuk dan melantik
SOTK tersebut maka, tiga penjabat bupati juga mengusulkan RPKK kepada
Gubernur untuk di sahkan dan selanjutnya disampaikan kepada Menpan. (two)

Padang Ekspres Online : http://www.padangekspres.com/
Versi online:
http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2331
6
==

Segera Setujui RPKK Daerah Pemekaran
By padangekspres
Rabu, 17-Maret-2004, 03:57:24 WIB
Padang, Padek-Wakil Ketua DPRD Sumbar, Hj Titi Nazif Lubuk mengatakan agar
Gubernur Sumbar secepatnya mengesahkan Rencana Program Kerja Kabupaten
(RPKK) yang telah diajukan tiga kabupaten yang baru dimekarkan.Sebab,
jalannya pembangunan dan pemerintahan pada daerah itu membutuhkan dana dari
kabupaten induk dan dana dekosentarasi melalui provinsi, yang mensyaratkan
adanya RPKK yang telah disahkan.

"Kita sama-sama mengetahui bahwa daerah pemekaran sedang melakukan penataan
pemerintahan dan mengupayakan percepatan pembangunan. Hal itu pulalah yang
dilakukan di Kabupaten Pasaman Barat, Dharmasraya dan Solok Selatan. Maka
kebutuhan daerah yang tengah berjuang untuk membentuk pemerintahan dan
membangun seperti kabupaten lain agar cepat direspon pemprov," tutur
politisi dari Partai Golkar itu.

Lebih jauh ia mengatakan, ketelitian dari pemprov dalam menganalisa RPKK
yang diajukan pemerintah tiga daerah itu memang harus dilakukan. Tapi
menurutnya, analisa tersebut dipercepat agar dana yang dibutuhkan segera
dapat diperoleh. Jika tidak disegerakan, akan dapat mengancam upaya
pemerintahan daerah pemekaran untuk mebentuk pemerintahan dan melakukan
membangun daerah itu.

Khusus terhadap daerah kabupaten, dalam hal pendanaan, politisi wanita
Sumbar yang saat ini maju sebagai Caleg nomor tiga untuk DPR-RI itu
mengharapkan agar tidak mempermasalahkan penganggaran untuk sebagian daerah
yang baru lepas untuk menjadi kabupaten baru itu, karena memang penganggaran
dana telah menjadi aturan dan kewajiban bagi kabupaten induk dan provinsi
untuk membantu selama dua tahun. Hal serupa katanya juga dilakukan di
provinsi lain di Indonesia, yang daerahnya dimekarkan.

Sementara kepada masyarakat sendiri, ia juga mengharapkan agar memberi
dukungan penuh kepada pemerintah untuk tegaknya pemerintaha

[R@ntau-Net] Status Tanah Ulayat dan Potensinya, (Bagian Terakhir dari Dua Tulisan)

2004-03-18 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Status Tanah Ulayat dan Potensinya, (Bagian Terakhir dari Dua Tulisan)
Oleh H Kamardi Rais Dt P Simulie

By padangekspres, Kamis, 18-Maret-2004, 04:15:08 WIB

Di dalam kitab Tambo dikatakan bahwa ulayat Panghulu (ulayat adat) terdiri
dari:
Sagalo nego utan tanah Dari rumpuik nan sahalai Capo nan sabuah Jirek nan
sabatang Sampai ka batu nan saincek Aie nan satitiak, telaga, tasik,
tegalan, bukit Sampai ka lauik nan sadidih Kok ngalau jo lurah ado pauni Ka
ateh taambun jangan Ka bawah takasiak bulan Panghulu nan punyo ulayat

Berapa % hak Panghulu, berapa % hak negara dan berapa pengelolanya?

Jenis Tanah Ulayat

Ada empat macam jenis Tanah Ulayat yakni, pertama, Ulayat Rajo yakni tanah
atau hutan lebat yang terletak jauh dari kampung, koto atau nagari. Ulayat
Rajo ini biasanya berada di kawasan rantau seperti fatwa adat mengatakan
Luhak dibari Panghulu, rantau dibari ba Rajo.

Kedua, Ulayat Nagari yaitu tanah adat milik nagari misalnya untuk fasilitas
umum, tanah lapang, kolam atau tabek nagari, tanah untuk kantor, sekolah,
masjid, rumah sakit atau poliklinik, tanah cadangan berupa belukar muda, dan
lain-lain.

Ketiga, Ulayat Suku adalah tanah cadangan bagi suatu suku yang ada dalam
nagari tersebut. Misalnya tanah suku yang digunakan untuk perkebunan atau
perladangan milik bersama.

Keempat, Ulayat Kaum adalah tanah milik kaum bisa sebagai tanah cadangan
yang kelak jika anggota kaum semakin berkembang, maka tanah kaum itu dengan
izin panghulunya dapat mendirikan rumah, membuat kebun bersama, sawah atau
ladang. Semuanya itu tetap tak dapat tak boleh dipindahtangankan. Airnya
boleh diminum, buahnya boleh dimakan artinya boleh diusahakan dan dikelola
sebagaimana telah dijelaskan di atas. Semua tanah ulayat itu atau tanah
Pusako Tinggi itu di bawah pengawasan Panghulu.

Status Tanah Ulayat

Status juga berarti kedudukan merupakan wadah hak-hak dan
kewajiban-kewajiban. Bagaimana status atau kedudukan Tanah Ulayat tersebut
di tengah masyarakat kita dan di negara kita.Tanah Ulayat di tengah masyarak
at kita telah diuraikan sebelumnya. Tanah Ulayat merupakan tanah milik
bersama di bawah kendali atau pengawasan Panghulu. Tanah yang demikian itu
boleh dikelola, boleh diusahakan sebagaimana tersirat dari fatwa adat "
buahnya boleh dimakan dan aimya boleh diminum."

Tentunya setelah melalui prosedur atau izin dari penguasa Tanah Ulayat yakni
Panghulu atau Ninik Mamak. Dan kalau dilarikan kepada negara bagaimana
status Tanah Ulayat, marilah pula kita lihat pasal 5 UUPA (UU No. 5 Tahun
1960) yang berbunyi: "Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang
angkasa ialah hukum adat sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional dan negara yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan
sosialisme Indonesia serta dengan peraturan lainnya, segala sesuatu
mengindahkan unsur-unsur yang bersandar kepada hukum agama."

Lebih tinggi dari itu adalah konstitusi negara kita yakni UUD 1945 pasal 18
yang sekarang telah diamandemen, namun intinya tidaklah berubah betul. Dulu,
oleh pembuat undang-undang dasar ini The Founding Fathers negara kita Bung
Hatta, Soepomo, Bung Karno, Moh Yamin, dan lain-lain, ada penjelasan dari
pasal 18 UUD 1945 tersebut berbunyi: "Dalam teritoir Negara Indonesia
terdapat lebih kurang 250 Zelfbesturende landschapen dan Volksgemenschapen,
seperti desa di Jawa dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun dan marga di
Palembang, dan sebagainya. Zelfbesturende artinya daerah yang mempunyai
pemerintahan sendiri dan volksgamenschapen artinya milik rakyat
bersama.Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat
dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Jadi, ketika negara ini akan
didirikan, budaya lokal atau budaya etnis telah dihormati oleh The Founding
Fathers Republik ini. Yang dihormati itu bukan saja daerah atau etnisnya,
tapi juga budaya dan adat-istiadatnya yang berlaku. Di kaki burung Garuda
dituliskan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Sekarang, masyarakat adat atau
masyarakat tradisionil menanyakan, apakah negara menghormati konstitusi atau
tidak? Pada dasarnya tak ada tanah negara, yang ada itulah yang dikatakan
Tanah Ulayat (tanah adat).

Pengalaman Masa Lampau

Pada zaman penjajahan Belanda dulu investor menggunakan Pasal 720 Burgerlijk
Wetboek (BW) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata untuk golongan Eropah yang
terjemahannya Hak Guna Usaha (Erfpachtsregt) adalah hak keberadaan untuk
menikmati sepenuhnya barang tak bergerak milik orang lain dengan kewajiban
membayar upeti tahunan kepada pemilik tanah, sebagai pengakuan tentang
pemilikannya, baik berupa uang maupun hasil atau pendapatan.

Dengan digunakannya alas hak Erfpacht tersebut di atas

1. Tanah tidak lepas dad pemiliknya.
2. Investor berkewajiban membayar upeti tahunan kepada pemilik tanah sebagai
pengakuan tentang kepemilikannya. Setelah Jepang masuk investor meninggalkan
Indonesia, menurut adat tanah harus kembali kepada pemiliknya (kabau pai
kubangan tingga).

Sayangnya, melalui Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 (Undang-Und

[R@ntau-Net] Sekelumit Sejarah dari Gelanggang Bukik Ambacang

2004-03-17 Terurut Topik Nofendri St. Mudo
Sekelumit Sejarah dari Gelanggang Bukik Ambacang, Dari Rajo Kuniang Turun ke
Cucu

By padangekspres
Kamis, 11-Maret-2004, 03:44:37 WIB

Kendati pacu kuda Open Wisata Race II - 2004 (OWR II-2004), telah selesai
22-23 Februari lalu di gelanggang Bukik Ambacang, Bukittinggi, namun gaung
pacu kuda masih dirasakan, khususnya menyangkut siapa sosok yang pernah
mengangkat pacu kuda tersebut. Salah seorang dari mereka yang berjasa,
tersebutlah nama almarhum Dt. Rajo Kuniang yang dilahirkan di Bukareh Koto
Tangah, Kecamatan Tilatang Kamang, kabupaten Agam. N. Dt. Rajo Kuniang,
menurut ketua pelaksana OWR II-2004, Fauzan Havis, SE, MEBA, MALS, baru-baru
ini, pernah menjadi Demang di Dangung-Dangung, kabupaten 50 Kota. Kemudian
menjadi Menteri Polisi di Kabupaten Agam.

Ketika agresi Belanda tahun 1948, anak dari pasangan Dt. Nanrambai dan
Hamidah ini berfront di Tilatang Kamang dengan memanfaatkan kantor di Binu
kawasan Kamang. Sesudah sisfire I/perang berhenti tahun 1950, N. Dt. Rajo
Kuniang menjadi kepala Polisi daerah Kabupaten Agam dan Pasaman, dengan
pangkat Komisaris Polisi daerah Sumatera Tengah. Salah
satu anak tertua N. Dt. Rajo Kuniang adalah Drh. H. Chaidir (alm), pernah
menjadi Inspektorat Peternakan Sumbar tahun 60-an.

Semasa beliaulah didatangkan kuda pejantan Honoman untuk Sumbar, kata
Fauzan.

Selain itu, N. Dt. Rajo Kuniang dulunya pernah mempunyai beberapa ekor kuda
pacuan legendaris favorit di Sumbar (kuda boko,red), yakni Zevir. Tahun 1954
adik N. Dt. Rajo Kuniang, AM. St. Malano terakhir bergelar AM Dt. Rajo
Kuniang pegawai Balaikota Bukittinggi, membeli seekor kuda betina bernama
Gusti sesuai dengan nama putri pertamanya Gusti Mihardi.
Dari kuda Gusti inilah lahir kuda Poly, Zenith dan Pola.

Sekarang, sebagai penerus anak kemenenakan dan cucu beliau, tambah Fauzan,
mereka bersama-sama memiliki kuda pacu, Poly Yunior dan Poly Queen.

Pada pacu kuda WOR II-2004 di gelanggang Bukik Ambacang Bukittinggi, Poly
Queen juara I race dengan jarak 1200 meter kelas CD 3 tahn dan merebut piala
PT. Harry Putra Utama Bukittinggi. Sebelumnya di gelanggang Batusangkar Poly
Queen juga juara satu.

Khusus pada pacu kuda WOR II-2004 di gelanggang Bukik Ambacang untuk
mengenang nama N. Dt. Rajo Kuniang sebagai pemilik kuda pacu legendaris
Poly, atas nama seluruh anak kemenekan dan cucu beliau, Direktur Keuangan
PT. Semen Padang, Drs. Aulia Hasril memberikan hadiah pada kelas DE terbuka
jarak 1200 m dengan total hadiah Rp. 3,5 juta.
Pemenang pada kelas tersebut adalah, Putri Sangir dari Agam pemilik Nikita
Stable dan Bintang Sorena dari Payakumbuh pemilik Rembulan Stable. (edison
janis)



Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Fw: Sejarah Bangkinang

2004-03-16 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Ado yang batanyo iko dibiliak subalah, tapi alun ado nan mananggapi lai,
mungkin mamak2 di Rantau
ko ado nan tau tentang sejarang nan di maksud?? dan mambantu sanak awak nan
di malay ko??

Wassalam,

- Original Message -
From: Amirul Husni Affifudin  Assalamu'alaikum
>
> Saya Amirul dari Malaysia. Ayah saya berketurunan Minangkabau dari
> Bangkinang,propinsi Riau.
>
> Saya mahu bertanya, adakah sesiapa yang tahu akan sejarah pejuang
kebebasan
> Bangkinang yang bernama Sutan Tabanor? Allahyarham Sutan Tabanor ini
> dikatakan oleh ayah saya sebagai nenek moyang saya.
>
> Saya ingin benar akan sejarah perjuangannya menentang penjajahan Belanda.
> Boleh sesiapa membantu?
>
> Sekian,terima kasih.
> wassalaam




Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Truk Pembawa Kertas Pemilu ke Sumbar Hilang

2004-03-14 Terurut Topik Nofendri
http://www.republika.co.id/ASP/koran_detail.asp?id=155740&kat_id=334
Truk Pembawa Kertas Pemilu ke Sumbar Hilang
Laporan : rul

PADANG --Sementara truk yang membawa logistik Pemilu ke Riau nyasar dan
terbalik di Pasaman, Sumbar. Pelaksanaan pencoblosan surat suara di Sumatera
Barat dan Riau tampaknya bakal tergangu. Pasalnya, Kendaraan truk yang
membawa 19 ton kertas untuk formulir pendukung (pendaftaran, penghitungan
suara dan lainnya) Pemilu lenyap entah kemana. Sementara truk yang memuat
belasan ton kertas suara untuk Riau selain nyasar ke Pasaman, Sumbar juga
terbalik di jalan.

''Seharusnya ada 23 truk yang masuk ke Sumbar membawa kertas untuk KPU,
sampai Ahad 21 truk sudah masuk, satu truk masih di jalan, dan satu lagi
entah kemana, kini sedang dicari,'' kata Ketua KPU Sumbar, M.Mufti Syarfie
kepada Republika, kemarin (14/3). Menurut dia, seharusnya semua truk sudah
masuk, sebab formulir pendaftaran dan formulir lainnya untuk keperluan
pemilu sudah harus dicetak. ''Anggota dan petugas KPU sedang berusaha
mencari kemana truk yang satu itu perginya, mudah-mudahan hanya kesasar ke
tempat lain,'' tambahnya.

Sebanyak 21 truk yang sudah masuk Sumbar itu, katanya, membawa kertas ke
sebuah percetakan di Padang untuk dicetak hitam-putih sebagai formulir.
''Kalau truk yang satu itu tidak ditemukan, repot juga KPU Sumbar, sebab
tiap truk membawa 19 ton kertas,''tandas Mufti.

Sementara itu, truk yang seharusnya membawa kertas Pemilu ke Pekanbaru,
nyasar dan terbalik di Kabupaten Pasaman, berbatasan dengan Provinsi Sumut.
Anggota KPU Riau, Makmur Hendrik yang dihubungi Republika, kemarin, mengakui
menerima informasi adanya truk pembawa kertas untuk Riau terbalik di Sumbar.
''Saya heran kenapa sampai ke Pasaman Sumbar dan kecelakaan lagi, padahal
tujuannya jelas ke Riau,'' kata Makmur.

Ia menyatakan telah menghubungi Ketua KPU Sumbar. ''Saya sudah kontak
Sumbar, katanya benar truk itu seharusnya menuju Riau,''jelasnya. Ia belum
bisa memastikan, kenapa truk itu bisa salah jalan. Seharusnya truk itu lewat
 lintas timur, bukan lintas barat Sumatera. Jika pun lintas barat, kenapa
harus sampai ke Pasaman, secara geografis, truk itu sudah melaju jauh ke
utara, malah sudah mendekati Sumut,'' katanya heran.

Ketua KPU Sumbar, Mufti Syarfie, menyatakan hari mendatang merupakan saat
yang genting. Bayangkan, pemilu tinggal 20 hari lagi, sementara kertas suara
untuk Sumbar entah kapan datangnya. ''Yang sudah datang itu baru kertas
suara DPRRI untuk wilayah pemilihan Payakumbuh, Padangpariaman, dan
Kabupaten Agam, sedang kertas suara lainnya belum juga datang,'' katanya.

Kotak suara juga menjadi persoalan. Mufti menyebutlkan, jika sampai batas
terakhir kotak suara belum juga tiba, maka KPU Sumbar harus bergegas membuat
kotak suara dari tripleks.

Semula yang ia khawatirkan adalah pengiriman logistik untuk Mentawai.
''Nyatanya, Mentawai justru tidak punya persoalan lagi, karena sudah
diantisipasi sejak awal,'' katanya. Mentawai merupakan daerah terluar di
Sumbar. Letaknya di Samudera Indonesia sejauh 100 mil laut dari Padang.
Sejak awal, katanya, pihaknya sudah memprediksi pengiriman logistik untuk
Mentawai akan bermasalah, namun, KPU pusat cepat mengantisipasinya, sehingga
berjalan lancar.



Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Pembangunan di Sumbar Berwawasan Religiusitas, Kultural, dan Knowledge

2004-03-14 Terurut Topik Nofendri
Pembangunan di Sumbar Berwawasan Religiusitas, Kultural, dan Knowledge
By padangekspres
Minggu, 14-Maret-2004, 07:22:14 WIB

Wakil Ketua MUI H. Mas'oed Abidin
Padang, Padek-Pembangunan daerah provinsi Sumatera Barat selayaknya
berlandaskan visi dan perspektif keberagamaan (religiusitas), kebudayaan
(kultural), dan knowledge (ilmu pengetahuan dan penerapan/teknologi)."Saya
kira, sudah tepat itu, pembangunan selayaknya berlandaskan tiga hal
tersebut," kata H. Mas'oed Abidin, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Sumatera Barat.

Mas'oed Abidin semakin melihat relevansi ketiga konsep (religiusitas,
kultural, dan knowledge) untuk pembangunan di daerah provinsi Sumatera Barat
yang mengenal falsafah Adat basandi Syarak/Syarak basandi Kitabullah
(ABS/SBK). "Saya kira, untuk kita di Minangkabau, hal itu semakin relevan,"
katanya ketika berbicang dengan Padang Ekspres di kantornya, di Padang,
Jumat (12/3).

Direktur Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM) H. Ma'oed Abidin yang
juga dikenal sebagai mubaligh ini mengatakan, untuk Sumatera Barat,
berbicara agama sudah sekaligus akan berbicara agama Islam. Sedangkan
knowledge atau ilmu pengetahuan dan penerapan (teknologi), pun sudah menjadi
basis pola pikir masyarakat Minangkabau melalui konsep dan perspektif alam
takambang jadikan guru, dan juga sejalan dengan perspektif kedudukan dan
peranan ilmu dalam ajaran Islam.

Berlandaskan kebudayaan, berarti pembangunan harus mempertimbangkan
pembangunan manusia sebagai makhluk yang berbudaya. "Jangan sampai kita
masih meneruskan pembangunan yang hanya berlandaskan perhitungan ekonomis,
tapi, mengabaikan pertimbangan kebudayaan/adapt Minang. Lagi pula,
pembangunan yang semata mempertimbangkan hitung-hitungan, juga terbukti bisa
merusak," kata Mas'oed, yang menyebut pembangunan di era Orde Baru lebih
mempertimbangkan aspek ekonomi.

Selama ini, pemahaman perspektif pembangunan yang berdimensi/berwawasan
ekonomi, sumberdaya manusia, dan lingkungan, yang sudah sering dikemukakan.
Bahkan, pembangunan yang pada akhirnya bertujuan membangun manusia/bangsa
Indonesia yang Pancasilais, juga sudah sering dikemukakan. Masalahnya,
ketika visi dan tujuan pembangunan dituangkan ke dalam pola
dasar/strategi/program, factor-faktor yang semula muncul saat pembahasan
visi/tujuan tersebut menjadi tidak jelas.

Karena itu, menurut Wakil Ketua MUI Provinsi Sumatera Barat H.Mas'oed
Abidin, setiap pemimpin - terutama pejabat politik dan pimpinan/pejabat
pemerintahan di provinsi Sumatera Barat, hendaknya memiliki visi dan
perspektif keberagamaan (religiusitas) dan kebudayaan (kultur/adat dan
kebudayaan Minangkabau) di samping ilmu pengetahuan dan penerapan/teknologi,
ekonomi dan lingkungan. (zas)

Padang Ekspres Online : http://www.padangekspres.com/
Versi online:
http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2314
8




Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Mempolitisir Pendidikan Mengakibatkan Sumbar Tidak Lagi Menjadi Industri Otak

2004-03-12 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Posmetro Padang Online Topics / Solok
Mempolitisir Pendidikan Mengakibatkan Sumbar Tidak Lagi Menjadi Industri
Otak
By posmetro  Sabtu, 13-Maret-2004, 00:35:07 WIB

SIMPANG, METRO
Sumatera Barat yang sejak dahulunya terkenal dengan daerah pengeksport otak,
saat ini mengalami penurunan yang sangat tajam. Penurunan terhadap manusia
berkualitas dan handal tersebut, bukan karena lemahnya daya pikir warga
Sumatera Barat. Namun lebih karena cara yang dilakukan oleh pihak-pihak
tertentu untuk menahan gerak laju pemikir-pemikir handal jebolan Sumatera
Barat.

Mempolitisir dunia pendidikan telah berjalan sejak beberapa waktu terakhir.
Bukti dari peminggiran dunia pendidikan Sumatera Barat tersebut, saat ini
bisa terlihat. Tidak satupun pejabat negara, jebolan Sumatera Barat atau
Minangkabau. Hal ini tidak bisa terus dilakukan, karena walau bagaimanapun
juga industri otak musti kembali harus dimunculkan lagi.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki yang sistim pendidikan
dan diatuasi yang telah cukup carut marut tersebut, diantaranya adalah
dengan menyiapkan anggaran yang cukup besar bagi sector pendidikan.
Memberikan penghargaan yang tinggi kepada para pendidik berupa peningkatan
gaji dan tunjangan lainnya serta yang tak kalah pentingnya adalah
menciptakan sebuah sistim pendidikan yang benar-benar berkualitas.
"Menurut saya ada upaya yang sengaja dilakukan agar kualitas SDM di Sumatera
Barat menurun, Upaya ini dimungkinkan karena pihak-pihak yang tak
bertanggung jawab tersebut selalu menerapkan atau menciptakan situasi yang
membuat sulitnya dimunculkan intelektual Sumatera Barat" kata Drs H St Ambia
B Boestam, di Simpang Tj Nan Empat Kecamatan Danau Kembar, Kamis (11/3).
Penghambatan munculnya intelektual Sumatera Barat tersebut, telah membuat
sorotan tajam kepada dunia pendidikan Sumatera Barat yang gagal untuk
melahirkan kembali Moh Hatta, Agus Salim, M Natsir, dan lain sebagainya.
Hanya satu cara yang ampuh untuk memulihkan hal tersebut di atas, yaitu
mengucurkan anggaran yang cukup besar pada sub sektor pendidikan dalam APBN
mendatang. Menurutnya, angka 20% dari APBN adalah sebuah patokan yang cukup
relevan untuk melahirkan kembali manusia dengan SDM tinggi" katanya. Selama
ini menurut Ambia, dana atau anggaran untuk sektor pendidikan hanya berkisar
pada angka 4 hingga 4,5% saja. Kalau ditingkatkan tentu akan berimbas pada
lahirnya intelektual muda. (ted)

Posmetro Padang Online : http://posmetropadang.com
Versi online:
http://posmetropadang.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=4032




Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



Re: [R@ntau-Net] Kongkow TENIS

2004-03-12 Terurut Topik Nofendri T. Lare
- Original Message -
From: Miko A Mikardo <[EMAIL PROTECTED]>
>
> Untuak nan bajanji-janji sajo ka datang, tapi alun juo mancogok.
Ditunggu!!


Sia tuuu.



Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Pulang Kampung, Sumbar Pudar

2004-03-12 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Tulisan gaek kito, Rosihan Anwar di Sinar Harapan, 8 Maret 2004
kapatang.

Pulang Kampung, Sumbar Pudar
Oleh Rosihan Anwar

Cerita ini tidak terikat kepada waktu, bisa Anda baca kapan saja, di mana
saja, senantiasa hijau segar, evergreen. Akhir tahun 2003 saya dan istri
pulang kampung. Bersama Soedarpo Sastrosatomo dan istrinya Minarsih
Wiranatakoesoema, kami menghadiri Alek Batagak Panghulu Datuk Toemanggoeng
di Kota Gadang, 2 Desember, diselenggarakan oleh keluarga besar kaum
almarhumah Tuo Djahi.
Selama 90 tahun Panghulu di Rumah Agus Salim balipek, dalam keadaan vakum.
Haji Agus Salim (The Grand Old Man) sedianya hendak diangkat sebagai
Panghulu, tapi beliau meninggal dunia 4 November 1954.
Kini yang diangkat Rama Windu MBA (51), bekerja pada Bank Indonesia, dengan
gelar Datuk Toemanggoeng, sedangkan sebagai tungkek atau deputi ialah Ranto
Sahadiri (50) bekerja pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan, putra
Mayor Inf. (Purn) Alwin Nurdin, (dulu komandan batalyon Siliwangi dan dosen
Seskoad Bandung). Penghulu mengemban tugas menegakkan adat dan jadi mediator
bila ada perselisihan dalam keluarga besar.
Kami sempat menyaksikan pergantian tahun di Bukittinggi. Banyak orang dari
Sumatera Barat (Sumbar) seperti dari Medan, Pekanbaru dan lainl-lain. Hotel
terisi penuh. Banyak ABG (Anak Baru Gede) memadati lapangan Jam Gadang
melihat pesta kembang api.
Biasa olahraga jalan kaki sehabis subuh, pagi gelap tanggal 1 Januari saya
lihat di Jam Gadang masih banyak duduk berkelompok pemuda pemudi, dengan api
unggun kertas atau cahaya lilin menerangi sekitar mereka. Semalam-malaman
mereka tak tidur. Namun masih ada cowok gesit yang bergerak dari kerumunan
satu ke yang lain, mencari kenalan baru. Ia terhenti di depan cewek-cewek
yang duduk di tanah. Seorang gadis bertanya "Halo sia awak?". Bahasa gaul
Minang. Si
cowok menggumam jawabannya sehingga tak terdengar namanya.
Saya sapa seorang pemuda asal Palupuh, 20 Km dari Bukittinggi. 70 Tahun yang
silam bila berlibur ke Pasaman Talu di mana ayah saya jadi Demang, saya
berhenti sebentar di Palupuh melihat ikan-ikan keramat. Menurut pemuda itu,
kini ikan keramat tidak ada lagi. Dia datang ke Jam Gadang dengan bus
seorang diri. "Apakah mudah berkenalan dengan cewek-cewek
sini?" tanya saya. "Ada yang mudah didekati, ada yang tak mau" jawabnya.
"Kamu sudah bekerja?" Dijawabnya pasrah, "Menganggur, Pak".
Gadis remaja yang berduyun datang ke Jam Gadang, ada yang pakai celana
jeans, blus kaos ketat, berambut panjang tergerai. Ada yang menggengam HP
untuk berkirim SMS. Penampilan mereka trendy.
Tapi Ketua Bundo Kandung Sumbar Ny. Nur Anias Abizar mengatakan kepada
harian Singgalang, "Sebagian remaja Putri Minang kehilangan identitas. Tidak
jarang mereka sengaja mempertontonkan lekuk-lekak tubuh, malah bagian yang
terlarang seperti pusar dan lain sebagainya".
Saya coba mengamati apakah di antara remaja di Jam Gadang itu ada yang "fly"
alias teler akibat pengaruh narkoba. Karena remang-remang gelap tidak
kelihatan apa-apa. Tapi si Lindung supir kami bercerita tingkat pemakaian
narkoba di kalangan remaja Sumbar sudah masuk tingkat atas. Di samping itu,
tambah si Lindung, Sumbar yang dulu dibanggakan sebagai provinsi yang
peringkatnya tinggi dalam hal kemajuan pendidikan melalui huruf kini telah
merosot posisinya. Dalam ujian penghabisan siswa SMA tahun lalu banyak
pemuda Sumbar yang gagal. Ini bukan berita bagus bagi orang yang pulang
kampung.
Di Ngarai saya bercakap-cakap dengan beberapa pemuda yang sedang berdiri
dengan kios-kios barang untuk kaum turis. Seorang pemuda mengaku tamatan
Sekolah Teknik Menengah. Dia dari jurusan kayu, sudah bisa membikin perabot
rumah dan alat kelengkapan kantor. Dia telah berusaha melamar cari
pekerjaan. Sia-sia belaka.
"Kenapa tidak bikin perusahaan sendiri? Jadi swasta?" tanya saya. "Tidak ada
modal, Pak".
Di Pasar Atas seorang pedagang baju sulaman dan barang tekstil
memberitahukan "Kini susah manggalah". Itu artinya berdagang mandek.
Sebabnya daya beli tidak kuat. Lain halnya di Jakarta di mana kaum kelas
menengah ke atas mampu beli barang di toko swalayan, di mal, menciptakan
ekonomi yang digerakkan dan didorong oleh ekonomi.
Jusman SH bercerita di kampung-kampung kini banyak orang yang menganggur.
Harga hasil pertanian merosot.
Tapi orang masih bisa makan tiga kali sehari.
Sebabnya, karena orang merantau mengirim uang ke nagari-nagarinya untuk
membantu kehidupan keluarganya.
Tiap bulan Minang-kiau (Overseas Menangkabau) lewat wesel pos mengirim
bermiliar-miliar rupiah ke kampung
halamannya. Sumbar hidup dari "eknomi wesel pos".
Kendati hal yang saya dengar dan lihat kurang menggembirakan, namun Gubernur
Sumbar H. Zainal Bakar, SH dalam wawancara akhir tahun dengan koran Padang
Ekspres berkata, "Sumbar optimis hadapi tahun 2004.
PDRB kita baik, 4 persen. Ini data dari Badan Pusat Statistik. Tahun depan
memiliki prediksi ke arah 5 persen. Ini realistis. Angka kemiskinan dapat
ditekan dari 1,3 juta menjadi 400 ribu."
Toh keadaan Sumbar 

[R@ntau-Net] Lapau Mak Kari : Anak Jalanan Sia.. Nan Paduli?

2004-03-11 Terurut Topik Nofendri
Topics / Ciloteh Minang

Lapau Mak Kari : Anak Jalanan Sia.. Nan Paduli?
By padangekspres

Minggu, 15-Februari-2004, 05:19:43 WIB
Makin hari, Lapau Mak Kari samakin rami. Ado-ado sajo nan datang ka situ.
Indak hanyo urang kampuang nan biaso balanjo, tapi juo urang-urang dari
baragam karajo. Sasudah Jum'atan kapatang, di lapau tu ado duo urang tamu
istimewa.Ciek padusi, ciek laki-laki. Nan padusi banamo Imiarti Fuad. Baliau
tu, salain wartawati, aktif juo di Yayasan Limpapeh. Yayasan tu, labiah
banyak mauruih padusi jo anak-anak. Nan laki-laki banamo Ir Yuhirman, aktif
di LSM Perhimpunan Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat.

Mak Kari, Mira jo kaduo urang tu bacarito lamak masalah anak jalanan nan
balakangan ko bantuak cindawan tumbuah dimusim hujan.

''Sia nan paduli jo anak-anak tu, ni?'' tanyo Mira.

''Sabananyo, awak basamo!'' jawek Ni Im. Tapi, lanjuiknyo, sajak departemen
sosial indak ado lai, anak-anak tu tampak indak ado nan mauruih.

"Nampaknyo, anak jalanan diparatian kalau ado proyek sajo. Kalau indak, inyo
lah dilupokan. Kalau urang sibuk jo Pamilu bantuak kini, inyo lah
manangguang parasaian surang sajo" solo Mak kari.

''Kabanyo ado pulo urang nan mamproyekan anak-anak tu. Ado pulo Bos-nyo nan
manarimo setoran dari anak jalanan sampai Limo baleh ribu sa hari. Kalau
indak cukuik, inyo bisa kanai berang,'' sambuang Imiarti.

Nan dikecek-an Imiarti tu indak sakadar curito sajo. Inyo batanyo lansuang,
tanyato ado urang nan manunggu di tapi jalan, mangawasi anak-anak tu. Sia
nan pamaleh kanai bulancik dek "induak samang" nyo 'ntun.

''Rasonyo indak ta kamehan dek Pamarintah sajo. Awak basamo paralu bausaho
mengurangi anak jalanan tu. Anak-anak tu paralu dibina,'' lanjuiknyo.

"Baa kalau awak ajak pulo caleg-caleg nan ado kini sato mamikiakannyo. Ambo
caliak urang-urang tu lai balabiah pitihnyo" sorong Mak Kari.

"Dima pulo Mak Kari tau...", sulo si Mira.

"Caliak se lah dek Mira, bara banyak pitihnyo nan abih untuk bapromosi.
Mulai dari mambuek kartu namo nan pakai foto, kalender. Alun lai sumbangan
ka Partai sarato biaya kampanye" jawek Mak Kari.

"Batua bana, itu iyo paralu kito sampaikan ka baliau-baliau nan ka mawakili
awak tu. Kalau inyo indak paduli, jan dipiliah, ba-a gak ati" tibo-tibo Udin
nan duduak disuduik manyorong.

"Setujuuu." Mira basorak bantuak kampaye.

"Huss..jan sumbarang satuju sajo, kalau alun mangarati" kecek Mak Kari.

"Assalamu'alaikum"

Tibo-tibo ado suaro anak gadih tadanga dari lua lapau. Udin tangango, Mira
baitu pulo. Samantaro. Maka Kari indak jadinyo manaruihkan keceknyo.

Lapau nan sabalunnyo bagaleboh, tibo-tibo haniang, mambisu. Sado mato tatuju
ka anak gadih manih nan datang surang sambia marosok-rosok, karano inyo
indak bisa mancaliak alias tuna netra. ''Tadi awak lai mandanga carito
uni-uni jo uda-uda,'' Reni mamulai kecek. ''Kini awak bagabuang di PERTUNI,
Persatuan Tuna Netra Indonesia", sambuang anak gadih tu, sambia basiensuik
ka dalam lapau.

"Sabalunnyo, banyak nan mamintak sadakah di Pasa Padang. Tapi, sajak kami
dilatiah mauruik dek Pamarentah dulu, alah banyak diantaro kami nan jadi
tukang uruik, massage kato urang subarang" katonyo manjalehan.

"Tapi itu sajo tantu indak cukuik, tapasolah sabagian baliak ka jalan,
mamintak-mintak ka rumah-rumah urang, tamasuak ka pasa Padang" kato Reni
manarangkan.

Walau depsos kini indak ado, pamarintah harus mancari caro lain untuk
manolong kami sarato anak jalanan..''

''Mungkin bisa dari suku, dari adat. Satiok mamak musti mamparatian
kamanakan. Kalau dimulai dari siko, mungkin bisa dikurangi. Bisa juo
dikumpuan zakat maal, sudah tu disumbangkan ka urang-urang nan indak mampu
tu.'' Mak Kari maagiah sumbang saran.

''Payah tu mah, Mak Kari,'' potong Udin. ''Kini banyak mamak nan indak
paduli jo kamanakan. Apo lai kalau kamanakan tu indak punyo pusako dari
urang gaeknyo. Pamimpin awak juo banyak nan indak batua. Lupo jo urang nan
dipimpinnyo. Akibaiknyo, anak-anak nan bansaik tatap bansaik, hiduik
takatuang-katuang. Anak-anak jo urang miskin banyak nan diproyek-an. '' Udin
mulai indak saba.

''Jadi ba-a caro mambina anak-anak tu..?''

"Baliak-an ka masyarakaik..." kecek Angku In nan dari tadi hanok sajo.
"Manuruik ambo, rancak anak-anak tu dibina dilingkungan tampek tingganyo.
Agiah usaha ekonomi produktif. Pitihnyo bisa dikumpuakan dari masyarakaik.
Sadangkan untuak mambangun musajik baratuih juta awak bisa. Jan sampai awak
jadi urang nan mandutoi agamo. Manyio-nyiokan anak yatim dan indak
mampadulikan fakir miskin" pituah Mak Kari.

"Indak masonyo lai ma-agiah 'ikan', tapi agiah panciang sarato umpan,
sahinggo inyo bisa bausaho untuak hiduik nanti.

Imiarti jo Yuhirman ma-angguak. Reni tamanuang, matonyo manarawang, arok kok
kandak lai kabuliah, pintak kok lai ka dapek. Reni batanyo dalam hati, "Lai
juo ado urang nan punyo hati, nan paduli nasib kami.." (Fir/Yudi) Padang
Ekspres

Online : http://www.padangekspres.com/
Versi online:
http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&

[R@ntau-Net] Lapau Mak Kari : Udin Kirun jadi Caleg

2004-03-11 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Topics / Ciloteh Minang

Lapau Mak Kari : Udin Kirun jadi Caleg
By padangekspres

Sabtu, 06-Maret-2004, 05:47:11 WIB
Sapakan lai, lah mulai urang kampanye. Dunsanak-dunsanak kito nan
manjadi -caleg kini sadang basitungkin, basamo jo tim suksesnyo
surang-surang. Udin Kirun baitu pulo. Satiok harinyo latihan pidato di muko
camin.
Kadang-kadang inyo galak surang. Sakali-sakali nyo basorak manyabuik nama
partai nan ditompanginyo untuak jadi anggota de-pe-er- de. Kalau visi jo
misi, usah ditanyo, lah pasti takana di lua kapalo. Mungkasuik nyo, alah
bisa disabuiknyo sakutiko. Sagalo janji alah disusun rapi.

Kapatangko Udin Kirun manamui Mak Sati, dukun nan tamasahua di kampuang-nyo.
Udin mamintak paga diri sarato pamanih. Manuruik Udin itu paralu, walaupun
awak yakin pada Allah. Mamintak ka urang pandai to tamasuak usaho. Indak
siriak bagai doh. Tangguang barandam, keceknyo.

Kabanyo, Udin Kirun lah bahabih-habih untuak jadi Caleg. Duo ikua Kabau
mintuonyo lah tajua, sawah nan di balakang rumah tagadai pulo. Manuruik
curitonyo, di tahun baru kapatangko inyo mancetak kalender sarato karatu
namo. Di kalender tu ta-pampang foto dirinyo surang.

Kalau dicaliak bana, foto Udin Kirun ado nan jangga dipandang mato rang
banyak. Kalau caleg nan lain bafoto mentereang pakai jas sarato dasi.
Sakurang-kurangnyo pakai kameja nan balidah atau dasi, sarato kupiah Beka.

Udin Kirun bakodak sabatang badan. Destar tatonggok di kapalo, teleang
ka-kida. Sunguiknyo jarang sabalah, dek karano dicabuik tiok sabanta. Bibia
galak tasengeang, mancaliak-an gigi platina nan mangkilek kanai lampu kilek
tustel. Jikok dicaliak ka baju nan dikanak-an, sarupo jo baju anak randai,
sarawa galembong tagantuang dipinggua, kain saruang ta salempang dibahu.
Indak ba tarompa alias ba-kaki ayam sajo.

Kutiko ditanyo tantang kodaknyo nan ta-pampang gadang di kalender tadi, Udin
Kirun mulai ma-ota basumangaik, manjaleh-an ka urang banyak nan sadang
duduak di Lapau Mak Kari.

"Iko kodak indak sumbarang kodak doh Mak Kari. Cubo simak dek awak basamo.
Dari ujuang rambuik sampai ka ampu kaki alah mancaliak-an baso ambo urang
Minangkabau." Udin Kirun bacurito sambia mancaliak-an gambar di kalender nan
biaso tagantuang di suduik Lapau Mak Kari. "Iko gambar indak sumbarang
gambar. Iko contoh urang nan kamanjadi wakia awak di de-pe-er-de isuak,"
sambuangnyo, sarupo urang manggaleh ubek.

"Manuruik ambo, caleg nan ka dipiliah ma-wakili suaro awak isuak tantu
urang nan mangarati jo awak. Paham jo adaik istiadaik di nagari-ko. Supayo
sagalo tingkah laku jo parangainyo sasuai jo nilai-nilai nan tapakai di
siko. Jan tapangaruah dek otanyo sajo," Udin Kirun malanjuik-an otanyo.

Tibo-tibo, Mak Labai nan dari tadi manyimak curito Udin, sato basuaro," Jadi
nan ka awak piliah, tantu urang nan mamakaikan adat urang Minang yo Din."

"Haa tapek bana..." sambuik Udin maniru iklan AMIA di radio.

"Tambahannyo, nan paralu ka-dipiliah urang nan tau jo malu. Tau jo ereang
sarato gendeang, tau di rantiang ka mancucuak, dahan nan ka-maimpok,"
sambuang Udin tambah basumangaik.

Mak Labai indak namuah kalah, disambuiknyo kecek Udin tadi, "Jan lupo awak,
satiok fi'ia jo kurenah calon awak tu, lai maetong nan lamak dek awak katuju
dek urang. Raso dibaok naiak, pariso dibaok turun. Baa to Mak Kari..!"

"Yoo. laah.." jawek Mak Kari sambia mahiruik kopi pahik dihadok-annyo.

Dari tadi Mak Kari sadang tapana mancaliak Udin Kirun nan bakampanye
kecek-ketek di lapaunyo. Alun hilang dari kapalo Mak Kari, ulah tingkah Udin
Kirun, kutiko jadi calo daulu. Kok maota jo manggadele, Udin sabana
santiang. Nan paralu dek Udin galehnyo laku tajua. Indak paduli kalau urang
kasansaro sasudah tu. Dek karano otanyo indak sasuai jo bukti nan diraso.
Janji sarato jaminannyo hanyo dimu!uik sajo, indak sampai ka hati.

Satiok hari ado sajo punyo urang nan digalehannyo. Mulai dari honda sampai
vespa. Kabau sarato taranak. Sampai ka tanah jo rumah gadang. Kutiko urang
sibuk mamiliah Pak Lurah di kampuangnyo, Udin lansuang mamasang tarif duo
puluah limo ribu untuak ciek suaro. Itu mangkonyo Udin Kirun bagala Udin "
calo", walaupun urang indak barani manyabuik di pangka talingo-nyo.

Kini Udin lah manjadi caleg. Urang banyak tantu manunggu, apokoUdin lai ka
manjadi wakia rakyaik, atau nyo indak barubah bantuak karajonyo samulo. Jadi
calo..!

Tibo-tibo Udin basuaro sambia mangaruak saku. "Mak Kari.!, bara sadonyo ko,
capeklah...ambo tagageh, ado rapek caleg di kantua partai."

Mak Kari tagalenjek, sikunyo tibo di galeh kopi. Kopi taserak, urang
basorak! "Jan panjang bana pangana lai Mak Kari. Tarimo sajolah apo nan
katajadi. Samo awak caliak, pasti nan bungkuak juo nan ka dimakan saruang.
Nan bautang juo nan ka-mambaianyo," sorak Mak Labai dari suduik.

Udin Kirun nan salamoko biaso barutang tasingguang barek. Mukonyo sirah
padam, sambia mangaruak saku, inyo mangecek "Sado utang den baia kini.
Kepeang ko ka den bagi-bagikan ka awak basumo. Lai bara kasadonyo Mak Kari.
Nak den baia!"

Urang banyak tap

[R@ntau-Net] Lapau Mak Kari : Baliak-an Siriah Ka Gagangnyo, Pinang Ka Tampuaknyo...

2004-03-11 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Topics / Ciloteh Minang

Lapau Mak Kari : Baliak-an Siriah Ka Gagangnyo, Pinang Ka Tampuaknyo...
By padangekspres

Minggu, 22-Februari-2004, 04:44:02 WIB
Bara bana ka lamak samba, kalau Janang indak pandai mangatangahkan, kuahnyo
bisa tatunggang ka baju urang. Tamu baliak pulang jo muko bakaruik, sarato
hati nan indak sanang, makan indak jadi, gunjiang tibo, sipangka malu indak
takiro.

Janang kato rang awak, HUMAS nan biaso disabuik, Public Relations (PR) kato
rang kini. Babeda namo, ampia samo fungsi karajo. Janang, HUMAS jo PR,
samo-samo mangatangahkan "samba" nan ka dihidangkan ka urang banyak. Mungkin
nan indak samo pakaiannyo sajo. Kalau Janang ba baju ganiah, ma makai sarawa
jao, kopiah BeKa, kadang-kadang manyandang kain saruang. HUMAS lah gaeh
bajunyo ba lambang pemerintah, uniform kato urang. Public Relations
perusahaan, biasonyo ma makai dasi, basipatu maha sarato banyak jo tasanyum
suok kida.

Tantangan itu bana nan sadang dicilotehkan di Lapau Mak Kari manjalang Ashar
kapatang nangko. Lah duduak pulo si Mira sambia mangamek, manggantikan tek
Mar nan sadang barubek. Mak Kari duduak di suduik jo kurisi karajaannyo,
mahadok ka pintu masuak. Indak tatingga kain saruang tagantuang dilihia.
Kapalonyo basongkok jo kopiah kusia bendi, nan jadi kopiah kabasaran dek Mak
Kari.

Dakek pintu masuak, duduak pulo Udo Wahyu Iramana Putra, rang mudo nan
cengka di nagari awak ko. Di sampiang nyo duduak surang anak mudo talampau,
tuo alun, pinang sirah ikua kato urang. Bantuaknyo sarupo urang Arab.
Rambuik karitiang dicukua sarupo tantara Irak. Sisunguik ba uban ciek-ciek,
manuruik kaba inyo urang basangek, apolai kini manjadi caleg. Doktoranduih
Abdullah namonyo, murah untuak di ingek.

Sambia mangaliek, inyo mintak, "Mak Karii...AMIA ciek..!" Mak Kari
tagalenjek, sambia mahariak si Mira nan sadang mangulek, "Hei Miraaa
capek saketek..!"

Mato Udo Wahyu mangalelek sambia mangecek, "indak buliah sarupo tu Mak Kari
...kalau jadi urang kadai tu harus bamuluik manih, kucindan murah. Kalau
bantuak itu indak laku galeh Mak Kari..."

"Haa iyo minta mo'o (maaf) ambo. Ambo tagalenjek dek hariak si Badul,
eh..maaf...mungkasuik ambo Mak Badul tadi,..eh pak dotoranduih Abdullah
tadi," Mak Kari manjawek sumbarang kanai.

"Jan ambo pulo dijadikan alasan lai Mak Kari," sorong pak dotoranduih, nan
maraso dapek angin.

Mak Kari nan ka manjawek indak jadi mangecek, karano pak dotoranduih lah
dulu manyolo, "Apolai Sumatera Barat ka jadi tuan rumah Konvensi Nasional
PERHUMAS nan partamokali diadokan di lua pulau Jawa jo Bali."

"Kok dapek awak jan hanyo bangga jo gadang alek sajo. Nan paralu, baa
maambiak manfaatnyo untuak awak basamo. Mungkin awak dapek ba bagi
pangalaman sarato manimbo ilmu urang-urang tu. Kalau paralu jua pulo galeh
awak ka inyo. Iko kasempatan bagi kito, untuk mancaliak-an sagalo kalabiahan
nagari awak ko."

Awak harok, kok lai ado di antaro urang-urang perusahaan gadang to nan
namuah mananam saham di siko," sambuang pak dotoranduih basumangaik.

"Apo pulo hubuangannyo jo mananam saham, inyo kan hanyo Public Relations
samo jo HUMAS, lai cancang ka mamutuih to sanak?," si Mira basorak dari
balakang. "Kalau HUMAS di kantua-kantua Pamarentah tantu yo indak manantukan
bana doh. Dek karano inyo pejabat eselon ka sakian. Babeda jo Public
Relations, nan punyo wewenang tantangan kabijakan di perusahaan. Sabab
Public Relations itu satingkek manejer, punyo pangaruah langsuang ka pucuak
pimpinan. Lai badanga dek induak samang nyo" sorong Udo Wahyu sambia maminum
AMIA.

"Ooo...indak samo jo urang nan mang-klipping koran di kantua-kantua tuh do?"
si Mira manyorong pulo.

"Itu nan ka awak pelok-an basamo." sambuik Mak Kari. "Iko kasempatan bagi
kito basamo untuak batuka pangalaman jo urang-urang nan lah banyak makan
asam garam di karajonyo. Jan malu pulo batanyo. Jikok sasek awak di ujuang,
baliak ka pangka. Baitu tabiat urang nan di dunia Public Relations nantun,"
Udo Wahyu manambahkan.

Manuruik Ketua Pelaksana daerah Konvensi Nasional PERHUMAS 2004, dotoranduih
nan basisunguik tadi, HUMAS paralu punyo akses langsuang ka atasannyo. Kok
dapek, nan pucuak pimpinan namuah pulo mandanga jo talingo nan nyariang,
manarimo jo lapang hati.

"Kok dapek iyo baliak-an Siriah ka gagangnyo, Pinang ka tampuaknyo. Di sinan
nagari mangko ka saleso," Mak Kari mangaluakan pituah. "Indak itu sajo do
sanak. Panitia pun sabana sungguah-sungguah. Apolai Mak Kari danga biayanyo
lah ditangguang pulo dek Panitia dari Jakarta," sambuang Mak Kari, sambia
mamuta kupiah kusia bendi nan jadi kabangga-annyo. (Yudi)

Tulisan ini hasil rangkuman dari "Talkshow Lapau. Mak Kari" setiap Jum'at di
Favorite 101, 8 FM.
(Organized by. Pro Organizer) Padang Ekspres Online :
http://www.padangekspres.com/
Versi online:
http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2186
2




Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net

Re: [R@ntau-Net] Pemilu oh...ohhh pemilu..............

2004-03-10 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Didepan sawah saya tadi macet totalll sampai jam ini yang sebelah arah
blok-m uda lancar,
tapi sebaliknya arah monas seperti kala tadi.
Semua partai melakukan pawai, tapi alhamdulillah.. saya cigok dari lantai 7
gedung ini ke arah
Bundaran HI, lumayan aman, dan semoga seperti itu sampai nantinya, walaupun
semua partai
berpawai dan kampanye hari ini.

Info :
Sepertinya PKS yang mendominasi pawai hari pertama ini.

- Original Message -
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, March 11, 2004 11:26 AM
Subject: [EMAIL PROTECTED] Pemilu oh...ohhh pemilu..


> berhubung ini masa pemilu jadi kita kasih yang serba pemilu sementara
dunia
> "ehek-ehek" kita tinggalkan dulu.. salam dari seorang caleg.
>
>
> S u r u p
> (Suara Merdeka, Kamis, 11 Maret 2004)
>
> Oleh Emha Ainun Najib
>




Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



Re: [R@ntau-Net] Belajar dari Kisah Zulkarnaen

2004-03-10 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Heheheee...
Dayul...

- Original Message -
From: uda yoel <[EMAIL PROTECTED]>
To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, March 10, 2004 4:37 PM
Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Belajar dari Kisah Zulkarnaen
>
> Apo kemungkinannyo Iskandar Zulkarnaen ( Alexander the
> great)itu nan berasal dari Minang, karano urang awakko
> suko marantau sajak dahulu??
>




Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



Re: Dari Admin >>RE: [R@ntau-Net] panciluk

2004-03-10 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Iko salah satu conto dari Virus tu haaa
dan banyak lagi nan lain, tapi delete sajalahh...

- Original Message -
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, March 10, 2004 4:54 PM
Subject: Re: [RN-10th] Hello

> Your file is attached.
>
- Original Message -
From: RantauNet Adminiitrator <[EMAIL PROTECTED]>
To: 'Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)'
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, March 10, 2004 9:39 AM
Subject: Re: Dari Admin >>RE: [EMAIL PROTECTED] panciluk


> Ado 2 masalah babeda Ephi ... itu nan ambo sampaikan dalam email sabalun
ko.
> Cubo lah baco baliak!




Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



[R@ntau-Net] Boi Gumarang Sakti

2004-01-17 Terurut Topik Nofendri T. Lare
Boi Gumarang Sakti
MANTAN BIANG KEROK YANG MENJELMA JADI "KUDA SAKTI"

Selama bertahun-tahun pria bernama asli Yandi Yasin ini berkubang dalam kehidupan 
jalanan. Di kota asalnya Batu Sangkar, sejak remaja ia menyandang predikat biang kerok 
alias trouble maker. Lalu pada suatu titik, ia sadar dan memutuskan mengikuti jejak 
sang ibunda, Gusmiati Suid, untuk menggeluti seni tari. Ternyata di dunia ini ia 
sempat dianaktirikan karena karyanya dianggap kelewat liar. 
 
Sejak kecil sudah tertarik pada dunia tari? 
Sebetulnya saya tidak pernah tertarik terjun ke dunia tari hingga usia saya 18 tahun. 
Walau almarhumah Ibu (Gusmiati Suid) seorang koreografer dan selalu ingin merekrut 
saya jadi seorang penari, tapi saya tidak mau. 

Kenapa? 
Kehidupan saya dari kecil sampai usia 18 tahun, sangat bertolak belakang dengan dunia 
seni. Saya hidup di jalanan dan dicap sebagai trouble maker di kota saya, Batu 
Sangkar. Saya sering keluar-masuk penjara karena masalah narkoba dan berkelahi. Selama 
bertahun-tahun saya menjalani sisi gelap saya. 

Kok, akhirnya bisa tertarik ke dunia tari? 
Ya, bukan unsur kesengajaan. Lebih tepatnya karena mendiang Ibu yang menyusun 
strateginya. Juga orang-orang Sanggar Tari Gumarang Sakti yang didirikan Ibu tahun 
1982. Ceritanya, setamat SMA, saya sama sekali tak punya kans meneruskan sekolah 
karena boleh dibilang, sampai SMA hidup saya lebih banyak dihabiskan di jalanan, 
mabuk-mabukan, dan penjara daripada di bangku sekolahan. 

Sebenarnya saya tak lulus tetapi karena sekolah saya tidak mau lagi memiliki siswa 
yang bernama Yandi Yasin (nama asli Boi, Red.), terpaksa saya diluluskan. Waktu itu 
Ibu jadi dosen tamu di IKJ. Beliau tahu, masuk ke IKJ saat itu tidak begitu dibutuhkan 
syarat-syarat kelulusan formal. Nah, berangkatlah saya ke Jakarta, masuk IKJ, ambil 
seni tari. Waktu itu saya berpikir, walau sangat nakal, saya tak mau jadi anak yang 
terbuang atau sia-sia. 

 Apa yang kemudian terjadi? 
Selama enam bulan saya malas-malasan. Saya tidak tahu sama sekali tentang dunia tari, 
tari tradisi, dan sebagainya. Modal pengetahuan saya tentang tari hanya satu. Yaitu 
ketika saya baru saja dikeluarkan dari penjara tahun 1986, Ibu menghukum saya dengan 
mengikutsertakan saya dalam pertunjukan tarinya, Tari Rantak di acara pembukaan MTQ di 
Batu Sangkar. Ada 600 anak bermasalah yang diikutsertakan dalam acara tersebut. 
Termasuk saya. Saya menari bersama di lapangan selama sekitar lima menit. 

Lalu? 
Semuanya berubah ketika tahun 1987 saya mengikuti lomba koreografi se-Indonesia yang 
diadakan DKJ. Saya dapat juara harapan II dengan karya Pitaruah (Titipan). Itu membuat 
saya sadar bahwa saya bisa dan mungkin saya memang digariskan menggeluti dunia 
koreografi tari. Sejak itu, saya terpacu mengejar ketertinggalan tentang tari tradisi, 
nilai-nilai yang ada dalam adat setiap daerah, terutama Minangkabau. Hasilnya, tahun 
1989 saya jadi juara pertama lomba koreografi yang diadakan Ikatan Pelatih Balet 
Se-Indonesia. Waktu itu, saya mencoba menggabungkan antara tari tradisi dengan tari 
kontemporer dalam karya Batagak yang masih menceritakan tradisi Minangkabau. 

Dalam proses menciptakan suatu karya, Anda banyak mengeksplorasi budaya Minang? 
Saya selalu berusaha memadukan tradisi yang ada di Indonesia dengan seni kontemporer. 
Walau banyak mengambil tradisi Minang, saya tetap mengeksplorasi tradisi Jawa, Irian, 
Betawi, Melayu, dan lainnya. Untuk gerakan-gerakan tari, saya banyak menggunakan dan 
terinspirasi oleh gerakan pencak silat dari berbagai daerah. 

Tapi selain itu saya juga banyak terinspirasi dari hasil mengamati lingkungan sekitar, 
pengalaman, memori masa lalu saya, hal-hal yang bersifat prediktif ataupun fiktif, dan 
juga acara-acara televisi. Kemampuan mengamati itu sangat dibutuhkan seorang 
koreografer. 

Kalau masalah gaya, karya Anda berkiblat kemana? 
Bebas saja. Saya amati, dunia tari dunia terbagi empat. Dunia tari Amerika mengarah 
pada pendekatan fisik, Asia fokus pada kekuatan roh atau spirit, kekuatan Eropa 
terletak pada komunikasi interaktif dengan penonton, dan Afrika cenderung pada 
penguasaan teknik gerakan yang hebat. Saya tidak mau berkiblat pada hanya satu gaya. 
Jadi, saya menggabungkan semuanya dan menciptakan sesuatu yang berbeda. 

Kabarnya, menciptakan sesuatu yang berbeda pernah membuat Anda dikucilkan? 
Benar. Awalnya, di tahun 90-an, saya ingin membuat yang luar biasa. Karya buatan 
senior-senior yang penuh kemapanan sering saya pertanyakan lagi. Saat itu mereka 
menyebut saya sebagai seniman tari pemberontak di Indonesia. Saya mencoba menghadirkan 
idiom-idiom yang tidak familiar pada dunia koreografi. Akhirnya, saya sempat 
dikucilkan, tidak diterima, dilecehkan, dan dianggap badung. Tapi orang yang menolak 
sebuah kebiasaan biasanya memang disisihkan dalam komunitas. 

 Seperti apa, sih, yang disebut bentuk tak familiar? 
Misalnya dalam karya Ibu Kundang. Ceritanya kebalikan dari dongeng Malin Kundang. Saat 
itu saya melihat kondisi sos