Pembangunan di Sumbar Berwawasan Religiusitas, Kultural, dan Knowledge
By padangekspres
Minggu, 14-Maret-2004, 07:22:14 WIB

Wakil Ketua MUI H. Mas'oed Abidin
Padang, Padek-Pembangunan daerah provinsi Sumatera Barat selayaknya
berlandaskan visi dan perspektif keberagamaan (religiusitas), kebudayaan
(kultural), dan knowledge (ilmu pengetahuan dan penerapan/teknologi)."Saya
kira, sudah tepat itu, pembangunan selayaknya berlandaskan tiga hal
tersebut," kata H. Mas'oed Abidin, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Sumatera Barat.

Mas'oed Abidin semakin melihat relevansi ketiga konsep (religiusitas,
kultural, dan knowledge) untuk pembangunan di daerah provinsi Sumatera Barat
yang mengenal falsafah Adat basandi Syarak/Syarak basandi Kitabullah
(ABS/SBK). "Saya kira, untuk kita di Minangkabau, hal itu semakin relevan,"
katanya ketika berbicang dengan Padang Ekspres di kantornya, di Padang,
Jumat (12/3).

Direktur Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM) H. Ma'oed Abidin yang
juga dikenal sebagai mubaligh ini mengatakan, untuk Sumatera Barat,
berbicara agama sudah sekaligus akan berbicara agama Islam. Sedangkan
knowledge atau ilmu pengetahuan dan penerapan (teknologi), pun sudah menjadi
basis pola pikir masyarakat Minangkabau melalui konsep dan perspektif alam
takambang jadikan guru, dan juga sejalan dengan perspektif kedudukan dan
peranan ilmu dalam ajaran Islam.

Berlandaskan kebudayaan, berarti pembangunan harus mempertimbangkan
pembangunan manusia sebagai makhluk yang berbudaya. "Jangan sampai kita
masih meneruskan pembangunan yang hanya berlandaskan perhitungan ekonomis,
tapi, mengabaikan pertimbangan kebudayaan/adapt Minang. Lagi pula,
pembangunan yang semata mempertimbangkan hitung-hitungan, juga terbukti bisa
merusak," kata Mas'oed, yang menyebut pembangunan di era Orde Baru lebih
mempertimbangkan aspek ekonomi.

Selama ini, pemahaman perspektif pembangunan yang berdimensi/berwawasan
ekonomi, sumberdaya manusia, dan lingkungan, yang sudah sering dikemukakan.
Bahkan, pembangunan yang pada akhirnya bertujuan membangun manusia/bangsa
Indonesia yang Pancasilais, juga sudah sering dikemukakan. Masalahnya,
ketika visi dan tujuan pembangunan dituangkan ke dalam pola
dasar/strategi/program, factor-faktor yang semula muncul saat pembahasan
visi/tujuan tersebut menjadi tidak jelas.

Karena itu, menurut Wakil Ketua MUI Provinsi Sumatera Barat H.Mas'oed
Abidin, setiap pemimpin - terutama pejabat politik dan pimpinan/pejabat
pemerintahan di provinsi Sumatera Barat, hendaknya memiliki visi dan
perspektif keberagamaan (religiusitas) dan kebudayaan (kultur/adat dan
kebudayaan Minangkabau) di samping ilmu pengetahuan dan penerapan/teknologi,
ekonomi dan lingkungan. (zas)

Padang Ekspres Online : http://www.padangekspres.com/
Versi online:
http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2314
8



____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke