Pertanyaan
dan tanggapan sesi I
- Junaidi (alumnus pasca
sarjana Filsafat UGM)
- Solusi dari
menggagas format Sumbar masa depan yang diliht dari berbagai
aspek
- Dari para
pengusaha orang minang adakah
alokasi dana bagi mereka yang menuntut ilmu
- Muh Rizal (FORKOMMI
UGM)
·
Kepada uda Iwan satriawan
solusi bagi mereka yang akan
menjadi caleg, sanggupkah mereka menjadi caleg dalam suasana
susah?
·
Kepada uda Saldi Isra,
korupsioleh anggota dewan, sampai dimanakah solusi
hukumnya?
·
Kepada da Revrisond,
Pejabat yang sudah korup jangan di
laporkan ke Batavia, lalu bagaianakah solusi bagi mereka ?
3. Rahmat (FORKOMMI
UGM)
·
Kepada Uda Revrisond
Memperbaiki ekonomi di sumbar,
tidak adanya mengirimkan upeti ke
batavia, bagaimana solusi konkritnya?
·
Kepada da Iwan, hakekat orang
minang pasti tau dengan agama, usulan konkrit bagaimana pencalonan harus dengan
penseleksian apakah mereka tau denganagama?
·
Kepada Datuk Thantawi, sejauh
mana tindakan untuk mengatas masalah i pengangguran
4. Fajri (Universitas
Janabadra)
bagaimana
pencalonan legislatif?
5. Hamidi (Universitas Islam
Indonesia)
Beranikah orang sumbar membuat solusi dalam permasalahan yang dihadapi,
bagaimana kita memnbuat kebijakan yang rujukannya efisiensi yang kedua. Baliak
ka nagari, wali nagari berhadapan dengan masyarakat, masyarakat menjadi bingung.
Sentalistik tidak terjadi dari batavia,tapi dari padang sendiri.
Jawaban
1. Saldi Isra
Filsafat minang, tidak ada
benih yang besar di persemaian.
Tidak berarti orang Sumbar harus meningalkan Sumbar. Sepanjng mereka di rantau
tetap memberikan perhatianya pada sumbar, yang menyedihkn adalah orang minang
tapi kurang peduli. Ciriorang minang sangat matrealistis, menghargai orang lain
bila telah berhasil misalnya gelar datuk yang diberikn pada Taufik
Kiemas.
Korupsi merajalela, orang akan
berbeda apabila masuk ke birokrasi, banyak para birokrat yang menyalahgunakan
fasilitas yang dimilikinya. Bgaimana kita mendorong syariat islam sementara
banyak partai islam yang terlibat kasus korupsi. Tidak perlu mendorong islam
kalau prilaku pejabat iu sudah islam. Mendorong perubahan prilaku tanpa harus
mendorong huku syariah.
UU pemilu dan parpol, secara
jujur amat kental kepentingan elit politik yang merumuskannya. Penyususnan caleg
harus sesuai dengan mekanisme internal partai. Gagasannya sudah bagus namun
harus diikutidengan prubahan yang lain
Korupsi di sumbar sedang dalam
proses, penyelesaiannya sengajaj diundur, DPRD memunculkan isu rumah mewah
Kejati. Sikap DPRD tidak dapat
didengarkan karena DPRD tersangkut kasus korupsi juga . Dakwah tidak berarti
kalau orang yang didakwahkan itu tahu siapa dianya.
Pemilihan langsung diharapakan
dapat menghasilkan calon diluar parpol. Peluang sekecil itu akan diperhtikan.
Gerakan anti korupsi murni tanpa adanya funding
2. Iwan
Satriawan
Pertanyaan menarik untuk didiskusikan, orang minang telah terombang
ambing oleh peradaban sehingga
kehilngan identitas, apakah itu karena faktor luar atau karena kelemahan
kita sendiri.
Hipotesa, semua itu terjadi
karena kelemahan kita, ide selalu dipengaruhi oleh materi, bangsa arab sebelum
kedatangan islam adalah angsa yang paling babar, di minang lahir dengan nuansa
religius yang tinggi. Kita kehilangan keislaman, faktor kedua kita kehilangan
ulama. Di Sumbar mana sekolah agamanya? Image orang tentang sekolah agama adalah
dari pada nganggur gak seolah mending
masuk sekolah agama saja.
Materi yang dikedepankn, urusan tuhan pas mati saja. Nagari tidak ada
pagarnya, sehingga tidak ada yang menghalangi segala sesuatu yang masuk. Kita
adalah produk dari sistem pendidikan sekuler, makanya Sumbar kalau ingin
berbenah diri. Sistem pendidikan dan sosialnya harus diseting
kembali.
Akibat dari pendidikan sekolah ini adalah lemah dari segi hujah,
pendidikan yang kakiny dua, bahasa inggrisdan bahasa arab
Ada interupsi dari miftah
pukul 14:27
Merubah cara yang konkritnya
adalah merubah dari diri sendiri
3. Revrisond
Baswir
Pertanyan simpul dari
pembicara dan peserta, keadaan ini karena kita atau pihak lain. Sama dengan
penjajahan itu karena Belandanya yang kuat atau karena rajanya yang bodoh.
Pertanyaan yang sama juga dapat pada saat Indonesia merdeka. Akan terdapat
kolaborator dan komprador. Akhir tahun 1950-an AS masuk dengan memanas-manasi
PRRI dan memberikan beasiswa kepada orang-orang yang dipilih. Yang menguasai RI
ini adalah para komprador, mainsetnya sudah korup.
Adat basandi syara’, syara’ basandi
kitabullah, yang perlu berpegang teguh adalah para pemimpin yang mau
mengorbankan hartanya untukorang lain. Kita semua jadi kaki tangn semua,termasuk
dari aktivis LSM sendiri. NU dan Muhamadiyah mengambil tindakan memerangi
korupsi setelah mendapatkan funding,
Solusi praktisnya, kita bisa menbangun jaringan yang punya
cita-cita jangka panjang dan bersedia untuk berkorban untuk itu, baik dia yang
berperan sebagai ulama, pendidik atau pengusaha sendiri, dimanapun mereka
berada, yang tak terbatas oleh ruang dan waktu
4. Indra J.
Piliang
Kalau pemilihan DPD berhasil
maka sistem pemilihan kepala daerah secara langsung dapat diwujudkan, walaupun
tidak bicameral murni.
Nagari, saya tidak setuju
karena sudah tidak sesuai lagi. Hasil riset membuktikan bahwa banyak masyarakat
yang tidak paham tenang nagari tersebut. Dalam sebuah buku disebutkan bahwa
orang minang jauh lebih feodal dibandingkan jawa. Feodalisme sangat kental
terutama oleh Golkar sendiri sehingga kehilangan jati dirinya.
Politik diaspora, kurang
setuju tentang perda tentang balik kesurau. Karena keadaannya sudah jauh
berbeda. Dunia pendidikan telah maju kedepan, tapikita masih berputar-putar pada
persoalan kembali kesurau, sebaikny dibangun sebuah pesantren yng menggabungkan
pendidikan agama dengan teknologi tinggi. Kita terkurung oleh rumah yang kita
bangun sendiri
Sebaiknya pelajar jangan
berpolitik dulu, belum tentu calon yang baru tersebut lebih baik. Tidak adanya
pemikiran yang segar dari sumbar, yang paling resisten dalam anti politisi busuk
adalah orang sumbar karena mereka adalah sisa dari politisi busuk. Buku-buku
dari Sumbar sangat sedikit, krisis telah memunculkan penulis-penulis buku namun
sumbar tidak, dikalahkan oleh Jogja. Tentang modal sosial, kerangka makro harus
dilihat terlebih dahulu.
Pertanyan dan
tanggapan sesi II
1.
Aktivis UII kepada semua
pembicara
alokasi dana pada pembangunan
fisik sangat besar, namun alokasi untuk pendidikan sanagt kecil sekali, subsidi
pendidikan terealisasi, namun untuk riset alam tidak ada membuat orang minang
konsumerisme.
2.
Muh azmi (Fisipol Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta)
Persoalnya ada beberapa
hal seolah-olah ada pembenaran
terhadap ongkos sosial tersbut, pada Da
Iwan apakah hukum itu dapat berpihak pada rakyat?
3.
Amelia (Fisipol
UGM)
Kredibilitas dari bundo
kanduang
4.
Romi (Universitas Pembangunan
Nasional
Diskusi hanya bergerak
disekitar romantisme sejarah, solusi tentang konflik jawa dan minang. Kadang
para petinggi yang pulang untuk membangakan diri
5.
Ujon ( FORKOMMI
UGM)
Masyarakat
minang telah lupa dengan jati dirinya, hanya mengenag
kejayaan masa lalu. Kapan kejayaan itu akan terjadi kembali. Solusi hanya
sekedar solusi tidak
adarealisasinya. Kesiapan dari bapak-bapak
hanya saling menuding, Raperda tidak ada saling keterkaitan. Kita tidak
harus kembli kemasa lalu. Apa solusi yang konkrit utuk merealisasikannya, agar
tidak hanya sekedar solusi
6.
Miftah (Iketua MAMI
UI)
Minang dan yahudi? Adakah
kesamaannya??
7.
Linda (Farmasi
UGM)
Upaya menindaklanjuti masalah
busung lapar
Jawaban
1. Iwan
Satriawan
Bukan keminangan yang
diutamakan tapi islam yang kita kedepankan sehingga kita ebih fleksibel dan
dapat membaur dengan bangsa lain. Jangan sampai culture membuat kita terhambat
dalam berkembng. Lobi-lobi orang yahudi bisa kita ikuti selama demi kemaslahatan
umat
Energi yang kuat apabila
terdapat kerjasama antara orang kampung dengan orang rantau. Dalam agama, kita
harus berilmu dulu baru menitikberatkan pada perbuatan.
Generasi muda minang harus
look out.....
2. Saldi Isra
Hukum berpihak pada rakyat???
Masih dipertanyakankarena masuh menganut warisan kolonial.Kredibilitas bundo
kandung sangat feminis.
Pemekaran, telah menimbulakan
persoalan baru yang merupakan kepentingan beberapa elit. Solusinya dari
cendekiawan lebih menitik beratkan pada ide, cendekiawan hanya melontarkanide,
tapi orang lainlah yang akan menerapkannya
3. Revrisond
Baswir
Suka atau tidak kita
menyandang suku minang berarti kita berhutang pada kampung, namun bukan berarti
kita tidak peduli pada lingkunagn sekitar.
Kerangka berpikir dengan
melihat sumbar, dengan membuka sejarah, kita tidak hanya terjebak di minang
saja. Sumber penyakitnya ada di Batavia, pergeseran mainset, jangan terlau
melebih-lebihkan yang diatas. Terdapat hegemoni yang sangt besar dari Jakarta.
Semua orang-orang besar disebarkan dari Jakarta. Hampir rata-rata orang baru
lulus menumpuk di Jakarta. Bila sumbar makmur, mengapa harus menumpuk di
Jakarta. Walaupun orang minag punya jiwa merantau, merantau sebaiknya jadi
pionir sukses di mana-mana
Persoalan yang dihadapi sumber
jugadihadapi oleh derah lain karena sama-sama ditularkan oleh
Batavia
Solusi yang paling konkrit
yang ditawarkan pembicara, mau nggak turun kejalan-jalan untuk meturunkan
gubernur.
Korupsi terjadi karena
struktur, ukuran terjadi paling kecil 5 milyar yang jumlahnya sudah mencapai
95%. 80% uang beredar di jakarta, pajak dibayarkan di DKI.
Politisi busuk, jangan terlalu
disebarkan kedaerah-daerah karena itu ciri kolonialisme yang menggerakkan orang
daearh ketika orang pusat tidak mampu.
Kalu benar-benar adat basandi syara’, syara’ basansi kitabullah, kita
takut pada Allah maka masalah akan selesi, hanya takut pada Allah, kalu kita
dapat menjadi insan yang bisa menyelamatkan insan semuanya. Ajakannya lakukanlah
rovolusi, tidak semuanya harus digerakkan dari jakarta. Mestinya orang minag
berada di depan, tidak punya rasa takut, kecuali pada Allah. Apakah sejarah akan
mencatat kembali orang-orang
seperti Hatta dkk....
.
____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net ____________________________________________________