Re: [R@ntau-Net] islam dan demokrasi )

2004-02-21 Terurut Topik Tanjuang Heri




Satuju jo cocok bana jo apo nan disabuik an dek sanak adrisman kelapangan dada dan keterbukaan masing masing kita umat islam dalam membahas masalah ke islaman diperlukan sekali...
Heri




adeer <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
Wa'alaikum salam wr.wb.Mak Basrihasan,honestly I am just trying to present my point of view, dalam rangkakepedulian terhadap terpuruknya Islam ditengah berpolarisasinya pemikiranIslam secara tekstual dan konstektualSebenarnya kalau kita mau membuka hati terhadap perbedaan penafsiran danfikiran yang jernih, maka diskusi2 agama dalam milis ini akan menjadibermanfaat.apapun juga kesimpulan dari pemikiran2 yang dibawa kesini, maka sebaiknyakita tetap memprioritaskan akhlaqul kharimah dan keikhlasan dalam berIslam,semata mata demi mencari ridho Allah swt.apalagi bagi kita yang secara individu sehari hari berinteraksi dalamkomunitas plural, sudah seharusnyalah kita juga bersikap adil dan tulusterhadap sesama manusia, menjauhkan sikap pre-judice (su'uzhon) atau apriori(zalim). Insya Allah dengan sikap ini individu2 muslim akan
 merasakanindahnya keimanan dan sejuknya berislam sehingga kita semua bisamerepresentasikan rahmatan lil alamin yang kita dambakan tersebut.Ichwan2 yang ada dimilis ini saya yakini datang dari berbagai lapisan umur,latar belakang pendidikan dan pengalaman yang bervariasi..., maka sungguhterlalu tinggi hati rasanya kalau kita menganggap orang lain lebih kurangpengetahuannya atau keislamannya dari kita.Yang bisa kita perbuat adalah berdiskusi dengan sikap saling mengisi, jikaada yang keliru kita perbaiki bersama, namun jangan sekali kali kita berniatmenggurui seseorang disini..., terlalu naive kalau punya fikiran sepertiitu.Label bisa dipasang dimana saja...sesuai dengan keinginan penjual, tidakbedanya dengan label terorisme yang dipasang oleh barat untuk umat islam...,namun ini cuma masalah siapa yang menggiring opini, tetap saja hati nuranidan fikiran kita masing masing yang akan menilai siapa yang teroris, siapayang
 fanatik, siapa yang taqlid membabi buta.wassalamAdrisman- Original Message - From: "basrihasan" <[EMAIL PROTECTED]>To: "Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)"<[EMAIL PROTECTED]>Sent: Thursday, February 19, 2004 10:29 PMSubject: Re: [EMAIL PROTECTED] islam dan demokrasi )> Assalamu'alaikum wr. wb.>> Menariksekali interpretasi sanak Adrisman tentang demokrasi dalam Islam,> honestly there is no difference with me, konsekuensinya ialah kita ini> di cap sebagai pandangan Islam Liberal, apa boleh buat.> Karena demokrasi itu adalah kebaikan yang dihasilkan oleh ummat manusia,> yang telah diridhoi Allah SWT, tentunya itu adalah sunatullah juga.> Tinggal menjelaskan kepada ichwan yang masih bersikap skriptualis,> rantaunet ini hakikatnya media untuk itu.> Salam>> SBN>> - Original Message
 -> From: adeer <[EMAIL PROTECTED]>> To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)> <[EMAIL PROTECTED]>> Sent: Friday, February 20, 2004 7:42 AM> Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] islam dan demokrasi )>>> > Wa'alaikum salam wr.wb.> >> > uni evi yang baik, terima kasih ya sudah mengganti subjectnya dengan> tepat,> > memang kita sering lupa mengganti yang satu ini padahal obrolan mah udah> > kemana mana.> > senang juga kita bisa berbincang bincang lagi sambil sejenak lari dari> > rutinitas hidup sehari hari. walau uda tahu ini topic sensitip banget,> tapi> > mungkin nggak apa apa kita membicarakannya mumpung mau dekat> > pemilu...heheh...:)> > sesuai saran sanak Irdam mari kita batasi pembicaraan kita hanya pada> Islam> > dan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dan bukan
 membicarakan aqidah> atau> > ketauhidan (let's keep it among ourself).> >> > apa yang uni gambarkan tentang model pemerintahan di medina yangdidirikan> > oleh rasulullah saw itu adalah tepat sekali sebagai suatu bukti bahwa> nilai2> > demokrasi memang ada dalam islam, dewan shura (consultation) bisa> > diinterpretasikan sebagai bagian dari democratic principle dan membai'at> > pemimpin secara langsung (individu) adalah juga bagian dari democratic> > principle.> > Namun mengacu kepada political system dalam Islam yang berdasarkankepada> 3> > principles (Tauhid, risalah dan khilafat), maka kita akan menemukan> jawaban> > yang berbeda dikalangan umat muslim sendiri tentang demokrasi, bila kita> > bertanya kepada muslim fundamentalist maka sudah tentu jawabannya adalah> NO,> > demokrasi tidak ada tempat dalam islam.,
 karena kaum fundamentalist> > menginterpretasikan risalah dan rule of God secara literal dan tak ada> ruang> > untuk berkonsultatif.> > Kaum fundamentalist umumnya adalah ulama2 tradisionil yang mempunyai> sejarah> > hak memonopoli dalam menginterpretasikan Islam dan doktrin2nya.> > Kebalikannya dari kaum fundamentalist adalah kaum Islamist yang sedikit> > lebih flexible pandangannya terhadap syaria'ah Islam terutama menyangkut> > segi memandang Islam terhadap negara, society dan economic.> >> > Sekalipun banyak para pemikir2 Isla

Re: [R@ntau-Net] islam dan demokrasi )

2004-02-20 Terurut Topik adeer
Wa'alaikum salam wr.wb.

Mak Basrihasan,

honestly I am just trying to present my point of view, dalam rangka
kepedulian terhadap terpuruknya Islam ditengah berpolarisasinya pemikiran
Islam secara tekstual dan konstektual
Sebenarnya kalau kita mau membuka hati terhadap perbedaan penafsiran dan
fikiran yang jernih, maka diskusi2 agama dalam milis ini akan menjadi
bermanfaat.
apapun juga kesimpulan dari pemikiran2 yang dibawa kesini, maka sebaiknya
kita tetap memprioritaskan akhlaqul kharimah dan keikhlasan dalam berIslam,
semata mata demi mencari ridho Allah swt.
apalagi bagi kita yang secara individu sehari hari berinteraksi dalam
komunitas plural, sudah seharusnyalah kita juga bersikap adil dan tulus
terhadap sesama manusia, menjauhkan sikap pre-judice (su'uzhon) atau apriori
(zalim). Insya Allah dengan sikap ini individu2 muslim akan merasakan
indahnya keimanan dan sejuknya berislam sehingga kita semua bisa
merepresentasikan rahmatan lil alamin yang kita dambakan tersebut.

Ichwan2 yang ada dimilis ini saya yakini datang dari berbagai lapisan umur,
latar belakang pendidikan dan pengalaman yang bervariasi..., maka sungguh
terlalu tinggi hati rasanya kalau kita menganggap orang lain lebih kurang
pengetahuannya atau keislamannya dari kita.
Yang bisa kita perbuat adalah berdiskusi dengan sikap saling mengisi, jika
ada yang keliru kita perbaiki bersama, namun jangan sekali kali kita berniat
menggurui seseorang disini..., terlalu naive kalau punya fikiran seperti
itu.

Label bisa dipasang dimana saja...sesuai dengan keinginan penjual, tidak
bedanya dengan label terorisme yang dipasang oleh barat untuk umat islam...,
namun ini cuma masalah siapa yang menggiring opini, tetap saja hati nurani
dan fikiran kita masing masing yang akan menilai siapa yang teroris, siapa
yang fanatik, siapa yang taqlid membabi buta.

wassalam
Adrisman





- Original Message - 
From: "basrihasan" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)"
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, February 19, 2004 10:29 PM
Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] islam dan demokrasi )


> Assalamu'alaikum wr. wb.
>
> Menariksekali interpretasi sanak Adrisman tentang demokrasi dalam Islam,
> honestly there is no difference with me, konsekuensinya ialah kita ini
> di cap sebagai  pandangan Islam Liberal, apa boleh buat.
> Karena demokrasi itu adalah kebaikan yang dihasilkan oleh ummat manusia,
> yang telah diridhoi Allah SWT, tentunya itu adalah sunatullah juga.
> Tinggal menjelaskan kepada ichwan yang masih bersikap skriptualis,
> rantaunet ini hakikatnya media untuk itu.
> Salam
>
> SBN
>
> - Original Message -
> From: adeer <[EMAIL PROTECTED]>
> To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Friday, February 20, 2004 7:42 AM
> Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] islam dan demokrasi )
>
>
> > Wa'alaikum salam wr.wb.
> >
> > uni evi yang baik, terima kasih ya sudah mengganti subjectnya dengan
> tepat,
> > memang kita sering lupa mengganti yang satu ini padahal obrolan mah udah
> > kemana mana.
> > senang juga kita bisa berbincang bincang lagi sambil sejenak lari dari
> > rutinitas hidup sehari hari. walau uda tahu ini topic sensitip banget,
> tapi
> > mungkin nggak apa apa kita membicarakannya mumpung mau dekat
> > pemilu...heheh...:)
> > sesuai saran sanak Irdam mari kita batasi pembicaraan kita hanya pada
> Islam
> > dan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dan bukan membicarakan aqidah
> atau
> > ketauhidan (let's keep it among ourself).
> >
> > apa yang uni gambarkan tentang model pemerintahan di medina yang
didirikan
> > oleh rasulullah saw itu adalah tepat sekali sebagai suatu bukti bahwa
> nilai2
> > demokrasi memang ada dalam islam, dewan shura (consultation) bisa
> > diinterpretasikan sebagai bagian dari democratic principle dan membai'at
> > pemimpin secara langsung (individu) adalah juga bagian dari democratic
> > principle.
> > Namun mengacu kepada political system dalam Islam yang berdasarkan
kepada
> 3
> > principles (Tauhid, risalah dan khilafat), maka kita akan menemukan
> jawaban
> > yang berbeda dikalangan umat muslim sendiri tentang demokrasi, bila kita
> > bertanya kepada muslim fundamentalist maka sudah tentu jawabannya adalah
> NO,
> > demokrasi tidak ada tempat dalam islam., karena kaum fundamentalist
> > menginterpretasikan risalah dan rule of God secara literal dan tak ada
> ruang
> > untuk berkonsultatif.
> > Kaum fundamentalist umumnya adalah ulama2 tradisionil yang mempunyai
> sejarah
> > hak memonopoli dalam menginterpretasikan Islam dan doktrin2nya.
> > Kebalikannya dari kaum fundamentalist adalah kaum Islamist yang sedikit
> > lebih flexible pandangannya terhadap syaria'ah Islam terutama menyangkut
> > segi memandang Islam terhadap negara, society dan economic.
> >
> > Sekalipun banyak para pemikir2 Islam yang telah mengupas dan membuat
> > analysis tentang syaria'h Islam seperti Imam Shafi'i, Hanbali, AlGhazali
> dan
> >

Re: [R@ntau-Net] islam dan demokrasi )

2004-02-20 Terurut Topik basrihasan
Assalamu'alaikum wr. wb.

Menariksekali interpretasi sanak Adrisman tentang demokrasi dalam Islam,
honestly there is no difference with me, konsekuensinya ialah kita ini
di cap sebagai  pandangan Islam Liberal, apa boleh buat.
Karena demokrasi itu adalah kebaikan yang dihasilkan oleh ummat manusia,
yang telah diridhoi Allah SWT, tentunya itu adalah sunatullah juga.
Tinggal menjelaskan kepada ichwan yang masih bersikap skriptualis,
rantaunet ini hakikatnya media untuk itu.
Salam

SBN

- Original Message -
From: adeer <[EMAIL PROTECTED]>
To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, February 20, 2004 7:42 AM
Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] islam dan demokrasi )


> Wa'alaikum salam wr.wb.
>
> uni evi yang baik, terima kasih ya sudah mengganti subjectnya dengan
tepat,
> memang kita sering lupa mengganti yang satu ini padahal obrolan mah udah
> kemana mana.
> senang juga kita bisa berbincang bincang lagi sambil sejenak lari dari
> rutinitas hidup sehari hari. walau uda tahu ini topic sensitip banget,
tapi
> mungkin nggak apa apa kita membicarakannya mumpung mau dekat
> pemilu...heheh...:)
> sesuai saran sanak Irdam mari kita batasi pembicaraan kita hanya pada
Islam
> dan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dan bukan membicarakan aqidah
atau
> ketauhidan (let's keep it among ourself).
>
> apa yang uni gambarkan tentang model pemerintahan di medina yang didirikan
> oleh rasulullah saw itu adalah tepat sekali sebagai suatu bukti bahwa
nilai2
> demokrasi memang ada dalam islam, dewan shura (consultation) bisa
> diinterpretasikan sebagai bagian dari democratic principle dan membai'at
> pemimpin secara langsung (individu) adalah juga bagian dari democratic
> principle.
> Namun mengacu kepada political system dalam Islam yang berdasarkan kepada
3
> principles (Tauhid, risalah dan khilafat), maka kita akan menemukan
jawaban
> yang berbeda dikalangan umat muslim sendiri tentang demokrasi, bila kita
> bertanya kepada muslim fundamentalist maka sudah tentu jawabannya adalah
NO,
> demokrasi tidak ada tempat dalam islam., karena kaum fundamentalist
> menginterpretasikan risalah dan rule of God secara literal dan tak ada
ruang
> untuk berkonsultatif.
> Kaum fundamentalist umumnya adalah ulama2 tradisionil yang mempunyai
sejarah
> hak memonopoli dalam menginterpretasikan Islam dan doktrin2nya.
> Kebalikannya dari kaum fundamentalist adalah kaum Islamist yang sedikit
> lebih flexible pandangannya terhadap syaria'ah Islam terutama menyangkut
> segi memandang Islam terhadap negara, society dan economic.
>
> Sekalipun banyak para pemikir2 Islam yang telah mengupas dan membuat
> analysis tentang syaria'h Islam seperti Imam Shafi'i, Hanbali, AlGhazali
dan
> masih banyak lagi yang lainnya, namun mereka2 ini lebih condong
menganalisa
> dan menulis terhadap aspek2 theologis dan sedikit sekali yang menyangkut
> dimensi politik. Sehingga sebenarnya tak ada political philosophy secara
> concrete yang pernah dikembangkan berdasarkan Syari'ah Islam sampai saat
ini
> (as far as I know...heheh...)., tidak salah kalau dikatakan Isalamic
> political thought masih tetap purely speculative.
>
> Maka benar juga kata uni kita tidak bakal menemukan nilai2 demokratis di
> negara2 Islam yang melaksanakan syari'ah Islam seperti negara2 timur
tengah
> saat ini, dari 46 negara yang tergabung kedalam negara2 Islam tersebut,
> mungkin cuma Republic Turki yang bisa mewakili negara demokrasi
berdasarkan
> pemahaman Barat.
>
> Lantas kalau begitu apakah tidak mungkin syaria'ah law sekaligus
demokratic
> diterapkan dinegara Indonesia ini...? Jawabannya adalah tergantung
seberapa
> banyak kaum fundamentalist atau islamist yang mengusung partai2 yang ikut
> pemilu nanti...?
> kalau banyakan fundamentalist, maka lihatlah negara2 timur tengah yang
jadi
> contohnya, satu yang mungkin berbeda adalah negara kita terlalu miskin
untuk
> bisa berbuat seperti negara saudagar minyak tersebut, salah2 negara kita
> akan jatuh lagi kedalam tangan militer seperti pakistan dan libya karena
> kemiskinan berpotensi untuk tidak berjalannya syari'ah law.
>
> Bila kaum islamist yang lebih banyak, mungkin kita masih bisa berharap
> seperti negara malaysia kelak..., walau juga masih tetap dibutuhkan  nyali
> yang besar dari pemimpin2 kita kelak untuk mengadili para koruptor.
>
> uni dan sanak semuanya, sudah menjelang sore disini..., insya Allah kita
> sambung lagi lain kali. Mungkin kita nanti bisa mengupas seperti apakah
> sebenarnya syari'ah law yang begitu ditakuti orang2 tersebut dan seperti
> apakah demokrasi yang begitu digandrungi manusia sejagad.
>
> wassalam.
> Adrisman
>
> nb: sanak Irdam atau sanak lainnya silahkan bergabung kalau tertarik dan
> nggak sibuk.
> .
>
> - Original Message -
> From: " -- (*o*) --" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: "Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Thursday, February 19, 2004 4:42 AM
> Subject: [EMAIL PROTECTE

Re: [R@ntau-Net] islam dan demokrasi )

2004-02-19 Terurut Topik adeer
Wa'alaikum salam wr.wb.

uni evi yang baik, terima kasih ya sudah mengganti subjectnya dengan tepat,
memang kita sering lupa mengganti yang satu ini padahal obrolan mah udah
kemana mana.
senang juga kita bisa berbincang bincang lagi sambil sejenak lari dari
rutinitas hidup sehari hari. walau uda tahu ini topic sensitip banget, tapi
mungkin nggak apa apa kita membicarakannya mumpung mau dekat
pemilu...heheh...:)
sesuai saran sanak Irdam mari kita batasi pembicaraan kita hanya pada Islam
dan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dan bukan membicarakan aqidah atau
ketauhidan (let's keep it among ourself).

apa yang uni gambarkan tentang model pemerintahan di medina yang didirikan
oleh rasulullah saw itu adalah tepat sekali sebagai suatu bukti bahwa nilai2
demokrasi memang ada dalam islam, dewan shura (consultation) bisa
diinterpretasikan sebagai bagian dari democratic principle dan membai'at
pemimpin secara langsung (individu) adalah juga bagian dari democratic
principle.
Namun mengacu kepada political system dalam Islam yang berdasarkan kepada 3
principles (Tauhid, risalah dan khilafat), maka kita akan menemukan jawaban
yang berbeda dikalangan umat muslim sendiri tentang demokrasi, bila kita
bertanya kepada muslim fundamentalist maka sudah tentu jawabannya adalah NO,
demokrasi tidak ada tempat dalam islam., karena kaum fundamentalist
menginterpretasikan risalah dan rule of God secara literal dan tak ada ruang
untuk berkonsultatif.
Kaum fundamentalist umumnya adalah ulama2 tradisionil yang mempunyai sejarah
hak memonopoli dalam menginterpretasikan Islam dan doktrin2nya.
Kebalikannya dari kaum fundamentalist adalah kaum Islamist yang sedikit
lebih flexible pandangannya terhadap syaria'ah Islam terutama menyangkut
segi memandang Islam terhadap negara, society dan economic.

Sekalipun banyak para pemikir2 Islam yang telah mengupas dan membuat
analysis tentang syaria'h Islam seperti Imam Shafi'i, Hanbali, AlGhazali dan
masih banyak lagi yang lainnya, namun mereka2 ini lebih condong menganalisa
dan menulis terhadap aspek2 theologis dan sedikit sekali yang menyangkut
dimensi politik. Sehingga sebenarnya tak ada political philosophy secara
concrete yang pernah dikembangkan berdasarkan Syari'ah Islam sampai saat ini
(as far as I know...heheh...)., tidak salah kalau dikatakan Isalamic
political thought masih tetap purely speculative.

Maka benar juga kata uni kita tidak bakal menemukan nilai2 demokratis di
negara2 Islam yang melaksanakan syari'ah Islam seperti negara2 timur tengah
saat ini, dari 46 negara yang tergabung kedalam negara2 Islam tersebut,
mungkin cuma Republic Turki yang bisa mewakili negara demokrasi berdasarkan
pemahaman Barat.

Lantas kalau begitu apakah tidak mungkin syaria'ah law sekaligus demokratic
diterapkan dinegara Indonesia ini...? Jawabannya adalah tergantung seberapa
banyak kaum fundamentalist atau islamist yang mengusung partai2 yang ikut
pemilu nanti...?
kalau banyakan fundamentalist, maka lihatlah negara2 timur tengah yang jadi
contohnya, satu yang mungkin berbeda adalah negara kita terlalu miskin untuk
bisa berbuat seperti negara saudagar minyak tersebut, salah2 negara kita
akan jatuh lagi kedalam tangan militer seperti pakistan dan libya karena
kemiskinan berpotensi untuk tidak berjalannya syari'ah law.

Bila kaum islamist yang lebih banyak, mungkin kita masih bisa berharap
seperti negara malaysia kelak..., walau juga masih tetap dibutuhkan  nyali
yang besar dari pemimpin2 kita kelak untuk mengadili para koruptor.

uni dan sanak semuanya, sudah menjelang sore disini..., insya Allah kita
sambung lagi lain kali. Mungkin kita nanti bisa mengupas seperti apakah
sebenarnya syari'ah law yang begitu ditakuti orang2 tersebut dan seperti
apakah demokrasi yang begitu digandrungi manusia sejagad.

wassalam.
Adrisman

nb: sanak Irdam atau sanak lainnya silahkan bergabung kalau tertarik dan
nggak sibuk.
.

- Original Message - 
From: " -- (*o*) --" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)"
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, February 19, 2004 4:42 AM
Subject: [EMAIL PROTECTED] islam dan demokrasi )


da ad, saya belum tahu benar apakah untuk melihat hubungan islam dg negara
yg memiliki nilai2 demokratis atau tidak bisa dilihat pada negara2 Islam
moderen yg masih menjalankan tradisi otoritas raja seperti  yg dijalankan
oleh arab saudi maroko dan jordan spt sekarang.  menurut saya, yg paling pas
untuk melihat bahwa negara islam itu adalah negara teokratik yg demokratis,
mau atau tidak,  kita harus menengok pada negara kota madina yg didirikan
rasullullah. semasa rasul hidup negara madina dijalan berdasarkan prinsip
shura. meskipun ada perbedaan substansial antara dewan shura dg
parlementarisme seperti yg terdapat dalam negara2 moderen demokratis, secara
prinsip, shura ini bisa dianggap sebagai bukti pertama dari demokrasi islam.
bahkan setelah nabi wafat dikeluarkan lagi 2 prinsip kekuasaan islam yg
demokratis: ikhtiyar (seleksi) dan bay'a (su

[R@ntau-Net] islam dan demokrasi )

2004-02-19 Terurut Topik -- (*o*) --
assalamualaikum,

da ad dan mamanda bas (hehehe), 

sori nih telat kasih responya. maklumlah sebagai "pengacara" akhir2 ini uni evi banyak 
order, jadi enggak sempet2 memikirkan demokrasi segala. tapi setelah saya telusuri 
tulisan uda soal nilai2 demokrasi dalam keislaman uda, well, alhamdulillah, rasanya 
legahehehehe... saya enggak perlu menaikan tensi untuk uda

da ad, saya belum tahu benar apakah untuk melihat hubungan islam dg negara yg memiliki 
nilai2 demokratis atau tidak bisa dilihat pada negara2 Islam moderen yg masih 
menjalankan tradisi otoritas raja seperti  yg dijalankan oleh arab saudi maroko dan 
jordan spt sekarang.  menurut saya, yg paling pas untuk melihat bahwa negara islam itu 
adalah negara teokratik yg demokratis, mau atau tidak,  kita harus menengok pada 
negara kota madina yg didirikan rasullullah. semasa rasul hidup negara madina dijalan 
berdasarkan prinsip shura. meskipun ada perbedaan substansial antara dewan shura dg 
parlementarisme seperti yg terdapat dalam negara2 moderen demokratis, secara prinsip, 
shura ini bisa dianggap sebagai bukti pertama dari demokrasi islam. bahkan setelah 
nabi wafat dikeluarkan lagi 2 prinsip kekuasaan islam yg demokratis: ikhtiyar 
(seleksi) dan bay'a (sumpah setia. maksud saya, pengganti nabi dipilih diantara 
pengikutnya (as-sahaba) dan ditegaskan oleh bay'a.

tapi memang, hanya empat orang khalifah yg terpilih secara konsultatif. setelah 
terbunuhnya khalifah ke-empat, ali, terjadi hura-hara antara pendukungnya yg menentang 
hegemoni suku quraisy dg aristokarasi suku yg disebut umyyah. sejak saat itu otomatis 
tidak ada lagi tradisi konsultatif dalam pengangkatan kepala negara. jadi umayyah 
mengintrodusir prinsip dinasti kedalam kekhalifahan dan setelah itu  semua khalifah 
diangakat dari dinasti umayyah sampai dihapus dg kekerasan oleh dinasti abasiyyah. 
banyak orang beranggapan otoritas raja adalah tradisi islam sejak jaman nabi dan tentu 
saja ini salah.

saya sangat tertarik dg stament da ad; " Kehidupan muslim ummah tidak bisa dipisahkan 
dari syari'at Islam, namun menerapkan syari'at Islam di Indonesia tanpa menilai 
kajian2 historis hanya akan membenturkan umat Islam dengan nilai2 demokrasi itu 
sendiri." saya katakan, saya setuju dg pernyataan ini. kalau boleh saya tambahkan, 
tinjauan historis ini sangat diperlukan untuk menyoroti hubungan klasik antara negara 
dg islam dan mencari relevansinya untuk aplikasi masa sekarang.kita tidak bisa 
mengambil contoh pada libya, misalnya,kediktatoran militernya lewat revolusioner, yg  
mendasarkan dirinya pada islam. padahal itu semua hanya lewat intreprestasi islam 
menurut mereka sendiri. kita harus mengingat bahwa ciri sistem politik itu secara 
menyeluruh berangkat dari budaya politik yg terdiri dari keyakinan empiris, simbol 
ekspresif, dan nilai-nilai yg mendefinisikan situasi dimana tindakan politik itu 
terjadi.

jadi kembali ke pertanyaan, apakah islam itu berdemokrasi atau tidak? jawabnya, jelas 
berdemokrasi!  sepanjang islam tidak hanya dipahami sebatas dogma karena dogma 
bertahan untuk selama-lamanya dan meninggalkan realitas bahwa islam itu juga sistem 
budaya, way of life, baik kita setuju atau tidak akan terus berubah sepanjang masa.

wassalam,

--Gm

- Original Message - 
From: "adeer" <[EMAIL PROTECTED]>


Assalamu'alaikum wr.wb.

Uni Evi, Mak Basri Hasan serta sanak dipalanta.

Bicara mengenai Islam dan Demokrasi memang pembicaraan yang menarik untuk
dikaji, disatu sisi berbicara mengenai Islam tidak bisa dipisahkan dari
unsur teologisnya, sedangkan bicara demokrasi adalah gagasan sekuler suatu
bentuk pemerintahan yang tak membutuhkan gagasan teologis.

Gagasan demokrasi dalam pilihan suatu negara memang terbukti cukup manjur
dalam membawa peradaban manusia ini menjadi lebih maju dan mempromote hak
hak dasar manusia bila dibandingkan dengan gagasan bentuk negara lain,
komunis salahsatu contohnya.

Lantas apakah Islam itu berdemokrasi atau tidak..?, ini adalah pertanyaan
yang enteng2 sulit dan jawabannya juga akan bervariasi tergantung kepada
siapa kita bertanya.
Jelas kalau kita melihat Negara Islam yang banyak dipraktekkan dinegara
negara Arab dan dilihat oleh kacamata umum (barat), maka Islam memang tidak
demokratis.., parameter yang pasti adalah bahwa perpindahan tampuk
kepemimpinan (Emir) berdasarkan garis keturunan, dan unsur2 Nepotisme sangat
kuat didalamnya. Saya tidak mendalami banyak negara2 teluk ini, tapi satu
yang saya tahu negara Qatar, mulai dari Emir sampai mentri2nya adalah
bertalian darah satu sama lain.

Tapi seperti juga yang diungkapkan oleh uni Evi, rasulullah sewaktu di
Medinah juga sudah mempraktek kan nilai2 demokrasi dan saya yakin tak ada
satupun diantara kita yang akan mengatakan Rasulullah adalah seorang
diktator.

Substansi Islam dan Demokrasi tidak bisa dipisahkan secara kaku, kaum
intelektuil Islam harus bisa mentrasformatifkan teology Islam ini agar bisa
memberi ruang kebebasan agar kelak bisa menyerap perkembangan jaman.
Te