[RantauNet] Krisis Intelektual generasi Muda Minang

2001-02-08 Terurut Topik indra piliang

Ini tulisanku tahun 1997 lalu.

IJP




Generasi Muda Minang:
Krisis Intelektual?

Oleh
Indra J. Piliang

Dalam forum mahasiswa dan pemuda tingkat nasional
sejak tahun 1992, penulis dihinggapi pertanyaan yang
bernada menghujat: kenapa generasi muda Minang jarang
muncul dalam membangun ide-ide segar kearah kemajuan,
atau meinimal terlibat dalam memperdebatkan suatu
diskursus intelektual? Apakah generasi muda Minang
terkena sindrom “jago kandang” seperti halnya Semen
Padang yang tak terkalahkan di Stadion Imam Bonjol?
Pertanyaan itu tak pernah hilang, bahkan sampai
sekarang. Dalam kesempatan bertemu dengan
mahasiswa-pemuda Minang di berbagai seminar,
pelatihan, dan forum, penulis acapkali
membicarakannya. Dan sebagian besar mengakui bahwa
generasi muda Minang kontemporer tidak seperti
pendahulu-pendahulunya yang banyak berkiprah di
tingkat nasional dan internasional, khususnya di
bidang pemikiran.

Beberapa waktu yang lalu, media massa tingkat nasional
juga memuat kekhawatiran serupa, yang disuarakan oleh
Taufik Abdullah, Rosihan Anwar, dan lain-lainnya. Dan
masa lalu kembali menjadi acuan, ketika elite-elite
pergerakan nasional sampai tokoh-tokoh pimpinan
nasional bangsa Indonesia sebagian besarnya berasal
dari Minang. Mereka beraliran kiri sampai kanan, dari
Sosialis sampai Islamis. Generasi terbaik yang pernah
dimiliki oleh Minangkabau itu perlahan-lahan mengalami
kemunduran. Kaderisasi menjadi langka, terutama sejak
trauma PRRI terasa begitu menjerumuskan bangsa
Minangkabau sebagai “oposisi nomor satu” bagi
pemerintahan pusat di tanah Jawa. Akibatnya, generasi
muda Minang sekarang seperti kehilangan ciri khasnya
sebagai bangsa intelek, religius, dan penuh daya
inovasi dan imajinasi untuk mengembangkan kehidupan
bermasyarakat secara lebih baik. 

Faktor Penyebab Krisis Intelektual
Kalau ditelusuri, minimal terdapat dua penyebab dari
munculnya kecenderungan demikian, yaitu:

Pertama, tidak populernya budaya diskusi di kalangan
generasi muda Minang.  Inipun bukanlah faktor yang
bersifat tunggal, melainkan mata rantai dari kurang
harmonisnya hubungan yang terjalin dengan pihak yang
lebih tua. Secara struktural, generasi muda Minang
diselimuti oleh beragam pembatasan. Proses
birokratisasi dan sistem masyarakat patrimonial, yang
semula tipis sekali kemungkinannya untuk tumbuh dan
berkembang di Minang, terasa begitu menghinggapi
aparatur pemerintahan dan, termasuk, lembaga
pendidikan yang dimiliki oleh Minang sekarang. Secara
bertahap dan sistematis, proses ini mempengaruhi
struktur budaya masyarakat Minang. Semangat egaliter,
duduk sama rendah tegak sama tinggi,
setikar-seketiduran, perlahan-lahan hilang dan
digantikan oleh konsepsi new feodalism. Dr. Nurcholis
Madjid termasuk pendukung argumen ini, paling tidak
dalam menilai kebudayaan Indonesia umumnya ketika
budaya pesisir yang demokratis (yang antara lain
dominan di Minang) dikalahkan oleh budaya pedalaman
yang feodal (yang dominan di Jawa).

Kedua, adanya sistem pendidikan nasional yang kurang
memberi tempat kepada muatan-muatan lokal. Proses
pemerataan kurikulum pendidikan di satu sisi membawa
pengaruh kepada persamaan tingkat ilmu-pengetahuan
peserta didik di Indonesia, tetapi di sisi lain
menjadi faktor penghalang bagi timbulnya
potensi-potensi lokal yang, kadangkala, melebihi apa
yang digariskan oleh pusat. Padahal justru iklim dan
muatan lokal itulah yang telah menghasilkan
manusia-manusia cendekiawan seperti Tan Malaka, Sutan
Sjahrir, Muhammad Hatta, Bahder Djohan, Agus Salim,
Amir Syarifuddin, M. Natsir, M. Yamin, Adinegoro,
Soedjatmoko, Buya HAMKA, Chaerul Saleh, dan
lain-lainnya. Sekalipun sebagian besar di antara
mereka menempuh sistem pendidikan moderen, baik diluar
Minang atau diluar Indonesia, tetap saja muatan lokal
berpengaruh dalam diri mereka. Mereka justru melakukan
“perantauan intelektual” sebagaimana dikatakan dengan
tepat oleh Dr. Alpian, demi mempelajari ilmu
pengetahuan. Basis ilmu pengetahuan itu telah mereka
pelajari terlebih dahulu melalui pendidikan
tradisional, dan kolonial, di ranah Minang.

Tak heran kalau kemudian Minangkabau dikenal oleh
masyarakat nasional dan internasional. Berbagai jenis
buku ditulis tentang Minangkabau, baik oleh ilmuan
Minangkabau sendiri, ilmuan Indonesia, maupun ilmuan
asing. Gubernur Jenderal Raffles yang mendirikan 
Singapura termasuk dalam deretan penulis tentang
Minangkabau. Sebagian besar dari buku-buku itu masih
tertulis dalam bahasa induknya, seperti bahasa
Inggris, Jepang, Belanda, dan jarang diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia. Padahal upaya penerjemahan
karya-karya itu sangat penulis yakini bisa memicu
gairah intelektual masyarakat Minang. Akibatnya
kekayaan intelektual yang dimiliki oleh Minangkabau
tersebut tak pernah tersentuh oleh tangan-tangan
generasi mudanya, kecuali oleh beberapa orang yang
menempuh pendidikan diluar negeri.

Minangkabau sebagai Industri Otak: Mungkinkah?
Berangkat dari permasalahan diatas, bisakah dicarikan
pemecahannya sehingga mampu memberikan 

Re: [[RantauNet] ] Krisis Intelektual

2001-02-07 Terurut Topik indra piliang

Mo kasih banyak, angku. Maklumi sajo, yo.
--- dutamardin umar [EMAIL PROTECTED] wrote:
 indra piliang [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  - 
  Attachment:  
  MIME Type: multipart/alternative 
  - 
 Tarimo kasih tulisannyo tu Sanak Indra.
 Sekedar koreksi ketek kato "basobok". Iko
 biasonyo dipakai untuak urang nan alah lamo
 indak basuo. Untuak barang biasonyo disabuik
 "basuo" sajo. Baa tu sanak lain.
 Mungkin ambo nan salah.
 
 Wass
 
 duta
 
 Ko nyo a, tulisan ambo dulu nan baru basobok baliak.
 Ado nan tagalitik?
 Tulisan ko ambo tulih taun 1997, jadi Soeharto alun
 tumbang lai. Kalao agak
 "babau Orba", tolong dimaklumi, misalnyo soal
 Pancasila, dan lain-lainnyo dan
 memang haruih masuak ka dalam opini tiok urang.
 
 Salam,
 
 IJP
 
 Sadang Menyepi Dari Dunia Politik
 


__
Do You Yahoo!?
Get personalized email addresses from Yahoo! Mail - only $35 
a year!  http://personal.mail.yahoo.com/

RantauNet http://www.rantaunet.com
=
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke / To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email / Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
- mendaftar: subscribe rantau-net [email_anda]
- berhenti: unsubscribe rantau-net [email_anda]
Ket: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
=
WebPage RantauNet dan Mailing List RantauNet adalah
servis dari EEBNET http://eebnet.com, Airland Groups, USA
=