Menarik, Pak Saaf.
Bia ambo baco dan bisa baraja dulu dari buku Pak Saaf. Terutama ttg taputuihnya
kepemimpinan mode Harun Zain dan Azwar Anas.
Segera ambo hubungi Anggun.
Salam
Donard
-Pesan Asli-
Dari: Dr. Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org
Terkirim: 25/08/2015 6:18
Kepada: Rantau Net Rantau Net rantaunet@googlegroups.com
Subjek: Re: [R@ntau-Net] Disertasi ambo (1996) ttg Minangkabau.
Bung Akmal, terima kasih. Saya sering membaca kembali disertasi yg saya
pertahankan hampir 20 th yg lalu itu, dan merasa bersyukur bisa
menyelesaikannya, walau memerlukan waktu sembilan tahun, 1987 - 1996. Saya
tidak punya kesulitan dgn data, krn sudah tersedia cukup banyak, baik dari
literatur, dokumen Arsip Nasional RI, wawancara dgn pelaku dan saksi sejarah,
maupun pengalaman langsung saya sendiri di Sumatera Barat selama 16 tahun, 1960
- 1976.
Motivasi terkuat saya utk menyelesaikan disertasi tersebut adalah kegelisahan
saya melihat kecenderungan masyarakat kita utk melihat masalah secara
sepotong-sepotong, sehingga sering kehilangan perspektif secara menyeluruh.
Dalam kehidupan sehari-hari hal tsb mungkin dirasakan wajar saja, namun bisa
berakibat fatal jika hal tsb berlangsung dlm kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dan memang hal itulah yg terjadi di Sumatera Barat.
Perlu kita perhatikan secara khusus bhw para tokoh Minang yg tampil di tingkat
nasional antara th 1945 sampai dgn th 1956 - spt Hatta, Syahrir, Yamin, Tan
Malaka, Haji Agus Salim - justru adalah pribadi-pribadi yg punya kemampuan
konseptual yg luas, dari berbagai aliran ideologi, sehingga sering berkonflik
sendiri satu sama lain. Di tingkat daerah, tidak bisa diabaikan besarnya peran
Chatib Suleman, yg membangun sistem pertahanan semesta yg ampuh berdasar
Strategi Gerpolek Tan Malaka.
Saya mendapat kesan kuat bahwa kemampuan tsb merosot di kalangan etnik
Minangkabau antara th 1958-1961, dengan konsekuensi yg amat fatal, yg akibat
psikologisnya terasa sampai sekarang.
Syukur bhw kelemahan tsb bisa diatasi secara mendasar antara th 1966 sampai
1984 dgn tampilnya tokoh kuat dari Rantau, yaitu Harun Zain dan Azwar Anas,
namun kelihatannya sekarang terjadi proses involusi wawasan dengan semakin
langkanya tokoh kuat spt mereka di tingkat daerah.
Kesulitan saya adalah mencari rujukan teori yg bisa menyatukan keseluruhan
perkembangan di tingkat daerah dan di tingkat nasional itu menjadi satu
kesatuan yg bermakna.
Akhirnya saya bisa menyelesaikannya, dgn menggunakan pendekatan eklektik, yaitu
kombinasi dari : 1) Konvensi Montevideo 1933 dari hukum internasional; 2)
pengertian etnik dari antropologi; 3) teori elite, integrasi nasional, dan
hubungan antara etnik dan pemerintah pusat, dari ilmu politik.
Saya berharap disertasi saya ini bisa menjadi tambahan masukan dan
pertimbangan, baik bagi para sesepuh maupun bagi kaum muda Minangkabau masa
kini, utk memahami kenyataan mengapa terjadi kemunduran peran etnik
Minangkabau dalam dasawarsa-dasawarsa belakangan ini, dan bagaimana cara
merumuskan kebijakan masa depan alternatif dari aspek teoretikal, agar etnik
Minangkabau bisa kembali memainkan peran yg konstruktif, baik di tingkat
nasional maupun di tingkat daerah. Insya Allah.
SB.
Pada tanggal 25 Agt 2015 05:20, Akmal Nasery Basral ak...@rantaunet.org
menulis:
Alhamdulillah, selamat atas diterbitkannya disertasi Pak Saaf.
Semoga menjadi bagian dari sumbangan ilmu yang bermanfaat dari Pak Saaf untuk
bangsa dan ranah,
dan mendapat ridha Allah Swt.
Ambo alah mamasan ciek via bung Anggun Gunawan.
Wassalam,
ANB
Pada 24 Agustus 2015 23.20, Dr. Saafroedin Bahar
saafroedin.ba...@rantaunet.org menulis:
Para sanak sekalian, th 1996 ambo mempertahankan disertasi ambo di UGM ttg
Minangkabau antaro 1945-1984, nan mancakup materi a.l : BPUPKI utk Sumatera dbp
Angku Syafei; pendidikan partamo perwira urang awak ; Divisi IX Banteng ;
Strategi Gerpolek Tan Malaka; BPNK di bawah Chatib Sulaiman utk mahadoki Agresi
Balando Kaduo; duo tuanku PKI: Tuanku nan Putiah di Baso dan Tuanku nan Hitam
di Lubuak Basuang; peranan Bung Hatta dlm perjuangan di Sumatera; sejarah
sumbangan amai-amai dlm nambali pesawat Avro Anson; peran PDRI; duo kali
operasi Baret Merah Balando di Sumatera Barat; peran Letnan Kamaluddin
Tambiluak; Peristiwa Situjuh; kasus kegagalan proyek Daerah Istimewa Sumatera
Barat ( Disba) buatan Balando; Demonstrasi Nasi Bungkus ; pembubaran DPRST;
Dewan Banteng; ultimatum ka Kabinet Djuanda; PRRI; Operasi 17 Agustus;
PKI/OPR di Sumatera Barat; G30S/PKI dan penumpasannyo di Sumatera Barat; LKAAM;
BKPUI; Golkar dan Pemilu 1971; peranan pak Harun Zain dan Azwar Anas dlm
membangun baliak Sumatera Barat; duo kali Parasamya; balanjuik jo analisa ttg
manurunnyo peran urang awak dalam bidang politik, sampai kini. Salincam ado ttg
kalahnyo Jokowi-JK di Sumatera Barat.
Dek ambo lai barasaki saketek, dibantu dek bung Anggun Gunawan di Yogyakarta,
ambo cetak buku tu