RE: @ Dasriel Noeha ... Re: Bls: [R@ntau-Net] (OOT) Cerpen "Boyon"

2012-08-31 Terurut Topik muchwardi.muchtar
Dinda Akmal N. Basral n.a.s.

 

Barutuang Dinda hiduik di dunia tulih manulih dalam era multi media dan ado
"alam maya", sahinggo capek dibaco dan dimamah urang. Babeda jo zaman kutiko
ambo (dan mungkin Sanak Dasriel

 

From: rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantaunet@googlegroups.com] On
Behalf Of akmal n. basral
Sent: Friday, August 31, 2012 3:14 PM
To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: @ Dasriel Noeha ... Re: Bls: [R@ntau-Net] (OOT) Cerpen "Boyon"

 

Tarimo kasih kanda Dasriel. Ambo lulusan SMAN 8 Jakarta, tahun '86.

Subhanallah kalau kanda produktif manulih cerpen. Ambo justru jarang.

Cerpen ambo baru 14 jumlahnyo, saketek bana bagi ukuran cerpenis.

Nan 13 ado dalam kumpulan cerpen ASdKyBA itu (dengan pengantar Prof. Dr.
Budi Darma, 2006), satalah itu ambo vakum panjang, limo tahun indak manulih
cerpen.

 

Ambo baru manulih cerpen baliak tahun kapatang (2011), bajudua "Epitaf Bagi
Sebuah Alibi" dimuek di Kompas Minggu, Oktober 2011. Salah satu tokohnyo
banamo Wali Nagari.

 

Iko lamannyo jika amuah dibaco:

 

http://cerpenkompas.wordpress.com/2011/10/16/epitaf-bagi-sebuah-alibi/

 

Tapi satalah iko alun ado lai cerpen nan bisa ambo tulih sampai kini. 

 

Kok buliah tanyo saketek, baa caro kanda Dasriel produktif dalam manulih
cerpen tu? Mudah-mudahan bisa ambo terapkan pulo. Tarimo kasih.

 

Salam,

 

Akmal N. Basral

Cibubur

 

minds are like parachutes. they work best when open.

  _  

 

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/





@ Dasriel Noeha ... Re: Bls: [R@ntau-Net] (OOT) Cerpen "Boyon"

2012-08-31 Terurut Topik akmal n. basral
Tarimo kasih kanda Dasriel. Ambo lulusan SMAN 8 Jakarta, tahun '86.
Subhanallah kalau kanda produktif manulih cerpen. Ambo justru jarang.
Cerpen ambo baru 14 jumlahnyo, saketek bana bagi ukuran cerpenis.
Nan 13 ado dalam kumpulan cerpen ASdKyBA itu (dengan pengantar Prof. Dr. Budi 
Darma, 2006), satalah itu ambo vakum panjang, limo tahun indak manulih cerpen.

Ambo baru manulih cerpen baliak tahun kapatang (2011), bajudua "Epitaf Bagi 
Sebuah Alibi" dimuek di Kompas Minggu, Oktober 2011. Salah satu tokohnyo banamo 
Wali Nagari.

Iko lamannyo jika amuah dibaco:

http://cerpenkompas.wordpress.com/2011/10/16/epitaf-bagi-sebuah-alibi/

Tapi satalah iko alun ado lai cerpen nan bisa ambo tulih sampai kini. 


Kok buliah tanyo saketek, baa caro kanda Dasriel produktif dalam manulih cerpen 
tu? Mudah-mudahan bisa ambo terapkan pulo. Tarimo kasih.

Salam,

Akmal N. Basral
Cibubur
 
minds are like parachutes. they work best when open.



 From: Dasriel Noeha 
To: "rantaunet@googlegroups.com"  
Sent: Friday, August 31, 2012 2:11 PM
Subject: Bls: [R@ntau-Net] (OOT) Cerpen "Boyon"
 

"Rancak", itu kalimat kekaguman ambo, ka sdr Akmal, tentang cerpen Boyon.
Ambo SMA di Padang Panjang lulus 71, acok juo manulis cerpen dan puisi utk  
koran di Padang dan Jakarta,
tapi indak sarancak nan  ditulis sanak Akmal
 
salam,
dasriel

Dari: akmal n. basral 
Kepada: "rantaunet@googlegroups.com" http://athinktokill.blogspot.com/2008/10/boyon.html

Tapi ruponyo kisah ringan ambo ko dibedah serius oleh surang mahasiswi 
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, banamo Puji Pramesti dengan judul 
"barek" manjadi "A Portrait of Human Culture Toward Nature: An Ecocritical 
Analysis of The Short Stories by Akmal Nasery Basral" 

Pengantar
http://repository.upi.edu/abstrakview.php?no_abstrak=1009

Abstrak
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_033781_c0351__abstract.pdf 


Metodologihttp://repository.upi.edu/operator/upload/s_033781_c0351_chapter3.pdf

Kesimpulan
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_033781_c0351_chapter5.pdf



Salam,

Akmal Nasery Basral
Cibubur

* * *

Cerpen


BOYON
Akmal Nasery Basral


NAMAKU Boyon. Jems Boyon. Nama ini diberikan ayah setelah menonton film yang 
dibintangi Sean Connery di bioskop lusuh Pasar Atas, Bukittinggi, Sumatera 
Barat. Atau lebih tepatnya, setelah ayah dan ibuku yang hamil tua menonton film 
itu. Mereka tidak tinggal di Bukittinggi melainkan sekitar 14 kilometer ke arah 
Payakumbuh, di desa Kapau yang terkenal dengan kelezatan nasinya. Mungkin 
karena perjalanan yang cukup jauh, kontraksi perut ibu berlangsung lebih cepat 
tiga pekan dari perkiraan. Malam harinya ibu melahirkan dengan bantuan bidan.

"Aku ingin namanya Hatta, agar sikapnya harum wangi seperti proklamator kita," 
kata ibu sembari berulang kali menciumi pipiku. Tentu saja aku tak ingat 
kejadian itu kalau tidak diceritakan lagi oleh ibu. 

"Nama yang bagus, tapi ..." Ayah jelas tak setuju. Setelah beberapa detik
 gagal menemukan kata-kata yang pantas, sikap ayahku yang gadang ota, alias 
omong besar, tak bisa disembunyikan lagi. "Pak Hatta hidupnya terlalu 
sederhana. Aku tak mau anakku hidup menderita di jamannya." 

"Kalau begitu...Hamka?" 

"Itu lebih berat lagi. Nama ulama besar jangan sembarang diberikan. Kalau tidak 
kuat, anak kita bisa gila."

"Bagaimana kalau Navis, katanya itu nama penulis." Ibu pantang menyerah.

"Ah tidak. Penulis hidupnya miskin." 

"Kita toh sudah melarat."

"Karena itu jangan ditambah-tambah lagi." Lidah ayahku seperti pesilat lincah. 
Setelah beberapa menit yang hingar oleh dengung nyamuk di rumah kami yang 
sumuk, ayah menjentikkan jarinya seperti mendapatkan ilham.

"Kita namakan saja Jems Boyon seperti film yang kita lihat tadi. Itu nama 
modern. Pintar, tampan, dan disenangi padusi."*

Ibuku
 seorang yang santun. Dia hanya berkata pendek. "Uda yakin itu nama yang benar?"

"Yakin. Saya pernah berdagang di Negeri Sembilan. Di sana, begitulah mereka 
mengucapkannya. Lidah warisan Inggris mereka tentu tak keliru seperti milik 
urang awak."

Begitulah. Pendidikan ayahku yang kandas setingkat kelas 4 Ibtidaiyah, 
bergabung sempurna dengan sifat gadang ota-nya yang selalu membanggakan diri 
pernah ke luar negeri, meskipun hanya sebagai penjual bubur kampiun di 
Malaysia. Dua bulan kemudian beliau pulang kampung saat mendengar Polis Diraja 
Malaysia akan melancarkan razia terhadap pendatang haram. Seperti halnya para 
gadang ota sejati, ayah tak punya cukup nyali untuk kembali mengejar mimpinya. 
Semua terhenti sebatas kata-kata.

~

SEWAKTU bersekolah di SD dekat rumah, teman-teman memanggilku Boyon. Aku merasa 
biasa saja, mungkin karena belum punya konsep tentang keren tidaknya sebuah 
nama. Menginjak SMP aku baru tahu yang dimaksud ayah dengan Jems Boyon tak lain 
dari James Bond. Maka di sekolah, aku menulis namaku sebagai James. Kalaupun 
harus dipanjangkan, ya James B saja. Nama Boyon terdengar seperti bloon, 
istilah yang dipakai seorang teman kelas