Re: [silatindonesia] Mencintai Seni Budaya Indonesia
Kalo sekedar kenalan saya rasa anaknya mau...Panggilannya Numa...Aslinya, kapan2 aja ya - Original Message From: e l a n g [EMAIL PROTECTED] To: silatindonesia@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 27 June, 2007 11:01:20 PM Subject: Re: [silatindonesia] Mencintai Seni Budaya Indonesia Boleh kenalan nggak sama tuh ceweknya?? Recent Activity 4New Members Visit Your Group Health Zone Look your best! Groups to help you look feel great. Yahoo! Search Find it now Everything you need in one place. Yahoo! 360° Get Started Your place online To share your life. ___ The all-new Yahoo! Mail goes wherever you go - free your email address from your Internet provider. http://uk.docs.yahoo.com/nowyoucan.html [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [silatindonesia] Mencintai Seni Budaya Indonesia
Sahabat silat, Mungkin kita juga perlu menjalin komunikasi dengan mereka ini--atau bahkan menjalin kerja sama yg bentuknya patut dipikrkan kemudian--; mengingat bahwa salah satu kelompok yang mereka 'diayomi' adalah pencak silat PADJADJARAN CIMANDE DEPOK ...kali-kali aja bisa bikin diskusi dengan perguruan itu :) --kan banyak tuh yg nanyain cimadne di forum sahabatsilat... menurut mamang gugel ; alamat ayodya adalah : AYODYA PALA Alamat Yayasan :Jl. Melati Raya No. 7a Depok Jaya 16432 Kota Depok - Indonesia Telp. [62] - [21] - 777 5726 Fax. [62] - [21] - 7721 2879 E - mail : [EMAIL PROTECTED] dan situs mereka adalah : www.ayodyapala.com disini tertera profil 'Indonesian art center yang menarik dan --karena sudah berbentuk yayasan-- tempat dimana kita mungkin bisa menimba pengalaman dan pengetahuan; mengingat bahwa ayodya ini tergolong lama berdirinya (tahun 1981) dan bergerak di bidang yang tidak jauh beda dengan FP2STI; yaitu kebudayaan (mereka memang lebih fokus pada tari)-- Btw, tari dan pencak silat katanya ada hubungannya tuh ; setidaknya di jabar atau minang ?? tul gak?? Lagian mereka berdomisili di Depok, tempat banyak anggota Forum juga berdiam he he he --- berminat di follow up? mari kita pikirken sama-sama..:) tabik, I.S. SilatIndonesia.com [EMAIL PROTECTED] wrote: Mencintai Seni Budaya Indonesia Dalam perjalanan di jalan tol beberapa hari lalu, saya mendengar dialog tentang nasib seni dan budaya Indonesia yang disiarkan sebuah radio. Intinya, pencinta seni budaya kecewa pemerintah kurang peduli pada seni dan budaya Indonesia. Dampaknya, generasi muda Indonesia sudah menjadi generasi MTV. Saat ini banyak anak dan remaja Indonesia yang lebih hapal nama-nama penyanyi dan selebriti asing. Ini salah satu dampak globalisasi yang menyebar ke semua penjuru negeri. Musik R B, rock, house music lebih dikenal ABG kita ketimbang tarian daerah, yang seharusnya dilestarikan dan dikembangkan. Siapa yang salah? Hari ini kebetulan saya bertemu dengan pemimpin Sanggar Ayodya Pala Depok, Budi Agustinah. Ayodya Pala adalah sanggar budaya yang melahirkan banyak seniman tari. Jumlah muridnya sudah lebih dari 1.000 orang tersebar di lebih 20 cabang di Jabodetabek. Agustinah yang berasal dari Banyumas, Jawa Tengah ini sangat giat mempromosikan tarian tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan Agustinah membina kelompok seni yang nyaris mati, hidup segan mati tak mau. Antara lain kelompok Pencak Silat Pajajaran Cimande Depok, Rampak Bedug dari Duren Mekar Sawangan, grup Barongsai dari Cimanggis, kelompok Reog Ponorogo dan Kuda Lumping, kelompok Perkusi Etnis dan banyak lagi. Anak didik Sanggar Ayodya Pala sering tampil di stasiun televisi Indosiar, Anteve, Trans TV dan Trans 7, juga diajak manggung di luar negeri. Kontribusi Agustinah sungguh tak terkira bagi kemajuan seni dan budaya Indonesia. Dia konsisten melestarikan dan mengembangkan kesenian Indonesia. Ironisnya, seniman Depok merasa Wali Kota Depok Nur Mahmudi Isma'il kurang peduli pada lembaga yang mewadahi para seniman, yaitu Dewan Kesenian Depok. Sekretaris Umum DKD Nuning Darmadi mengatakan sejak Nur Mahmudi memimpin Kota Depok setahun lalu, hingga kini belum ada silaturahmi dengan para seniman setempat. Mereka membandingkannya dengan kepala daerah-kepala daerah terdahulu. Depok mungkin hanya satu contoh. Tapi tulisan ini tidak menyoroti kebijakan Nur Mahmudi ataupun walikota dan bupati secara khusus. Tulisan ini lebih mengingatkan agar kita semua mencintai seni dan budaya Indonesia. Bahwa seorang kepala daerah perlu peduli pada seni budaya setempat, ya memang demikianlah seharusnya. Bahwa ada seniman yang kemudian protes atas ketidakpedulian kepala daerahnya, ya wajar saja. Beberapa waktu lalu, saya berkunjung ke Shenzhen, China, melihat pertunjukan seni budaya China dari berbagai daerah. Ya, semacam Taman Mini Indonesia Indah-lah. Atau kalau di Sarawak, seperti Sarawak Cultural Village. Nah, di Shenzhen ini, biasanya tetamu diajak ke gedung kesenian yang mempertunjukkan seni budaya China yang luar biasa. Sehabis pertunjukan, para tamu yang datang berdecak kagum menyaksikan betapa indahnya kekayaan budaya China yang beragam itu. Pertunjukan dikerjakan sangat profesional. Taman Mini Indonesia Indah? Nah, ini yang ingin saya sampaikan juga. Belum lama ini saya bertemu dengan General Manager TMII Bapak Sugiono, pensiunan jenderal bintang tiga di kantor TMII. Kita maklum, kondisi TMII sudah tidak seperti dulu lagi, ketika Pak Harto masih berkuasa atau Ibu Tien masih ada. Alhasil, TMII pun saat ini kondisinya pas-pasan. Bahwa banyak yang datang, ya iyalah. Tapi Pak Sugiono ingin mengubah citra TMII, bahwa TMII juga layak didatangi masyarakat menengah atas. Artinya, TMII memang harus dibuat sedemikian rupa seperti Pusat Kesenian dan Kebudayaan Shenzhen di China yang mempertunjukkan
Re: [silatindonesia] Mencintai Seni Budaya Indonesia
Usul yang bagus .. nanti saya follow up mas .. Eko Hadi S Corporate Legal Compliance PT. TEMPO INTI MEDIA Tbk Telp: 021-3916160, Ext.212 - Original Message - From: Ian Samsudin To: silatindonesia@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 26, 2007 10:45 AM Subject: Re: [silatindonesia] Mencintai Seni Budaya Indonesia Sahabat silat, Mungkin kita juga perlu menjalin komunikasi dengan mereka ini--atau bahkan menjalin kerja sama yg bentuknya patut dipikrkan kemudian--; mengingat bahwa salah satu kelompok yang mereka 'diayomi' adalah pencak silat PADJADJARAN CIMANDE DEPOK ...kali-kali aja bisa bikin diskusi dengan perguruan itu :) --kan banyak tuh yg nanyain cimadne di forum sahabatsilat... menurut mamang gugel ; alamat ayodya adalah : AYODYA PALA Alamat Yayasan : Jl. Melati Raya No. 7a Depok Jaya 16432 Kota Depok - Indonesia Telp. [62] - [21] - 777 5726 Fax. [62] - [21] - 7721 2879 E - mail : [EMAIL PROTECTED] dan situs mereka adalah : www.ayodyapala.com disini tertera profil 'Indonesian art center yang menarik dan --karena sudah berbentuk yayasan-- tempat dimana kita mungkin bisa menimba pengalaman dan pengetahuan; mengingat bahwa ayodya ini tergolong lama berdirinya (tahun 1981) dan bergerak di bidang yang tidak jauh beda dengan FP2STI; yaitu kebudayaan (mereka memang lebih fokus pada tari)-- Btw, tari dan pencak silat katanya ada hubungannya tuh ; setidaknya di jabar atau minang ?? tul gak?? Lagian mereka berdomisili di Depok, tempat banyak anggota Forum juga berdiam he he he --- berminat di follow up? mari kita pikirken sama-sama..:) tabik, I.S. SilatIndonesia.com [EMAIL PROTECTED] wrote: Mencintai Seni Budaya Indonesia Dalam perjalanan di jalan tol beberapa hari lalu, saya mendengar dialog tentang nasib seni dan budaya Indonesia yang disiarkan sebuah radio. Intinya, pencinta seni budaya kecewa pemerintah kurang peduli pada seni dan budaya Indonesia. Dampaknya, generasi muda Indonesia sudah menjadi generasi MTV. Saat ini banyak anak dan remaja Indonesia yang lebih hapal nama-nama penyanyi dan selebriti asing. Ini salah satu dampak globalisasi yang menyebar ke semua penjuru negeri. Musik R B, rock, house music lebih dikenal ABG kita ketimbang tarian daerah, yang seharusnya dilestarikan dan dikembangkan. Siapa yang salah? Hari ini kebetulan saya bertemu dengan pemimpin Sanggar Ayodya Pala Depok, Budi Agustinah. Ayodya Pala adalah sanggar budaya yang melahirkan banyak seniman tari. Jumlah muridnya sudah lebih dari 1.000 orang tersebar di lebih 20 cabang di Jabodetabek. Agustinah yang berasal dari Banyumas, Jawa Tengah ini sangat giat mempromosikan tarian tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan Agustinah membina kelompok seni yang nyaris mati, hidup segan mati tak mau. Antara lain kelompok Pencak Silat Pajajaran Cimande Depok, Rampak Bedug dari Duren Mekar Sawangan, grup Barongsai dari Cimanggis, kelompok Reog Ponorogo dan Kuda Lumping, kelompok Perkusi Etnis dan banyak lagi. Anak didik Sanggar Ayodya Pala sering tampil di stasiun televisi Indosiar, Anteve, Trans TV dan Trans 7, juga diajak manggung di luar negeri. Kontribusi Agustinah sungguh tak terkira bagi kemajuan seni dan budaya Indonesia. Dia konsisten melestarikan dan mengembangkan kesenian Indonesia. Ironisnya, seniman Depok merasa Wali Kota Depok Nur Mahmudi Isma'il kurang peduli pada lembaga yang mewadahi para seniman, yaitu Dewan Kesenian Depok. Sekretaris Umum DKD Nuning Darmadi mengatakan sejak Nur Mahmudi memimpin Kota Depok setahun lalu, hingga kini belum ada silaturahmi dengan para seniman setempat. Mereka membandingkannya dengan kepala daerah-kepala daerah terdahulu. Depok mungkin hanya satu contoh. Tapi tulisan ini tidak menyoroti kebijakan Nur Mahmudi ataupun walikota dan bupati secara khusus. Tulisan ini lebih mengingatkan agar kita semua mencintai seni dan budaya Indonesia. Bahwa seorang kepala daerah perlu peduli pada seni budaya setempat, ya memang demikianlah seharusnya. Bahwa ada seniman yang kemudian protes atas ketidakpedulian kepala daerahnya, ya wajar saja. Beberapa waktu lalu, saya berkunjung ke Shenzhen, China, melihat pertunjukan seni budaya China dari berbagai daerah. Ya, semacam Taman Mini Indonesia Indah-lah. Atau kalau di Sarawak, seperti Sarawak Cultural Village. Nah, di Shenzhen ini, biasanya tetamu diajak ke gedung kesenian yang mempertunjukkan seni budaya China yang luar biasa. Sehabis pertunjukan, para tamu yang datang berdecak kagum menyaksikan betapa indahnya kekayaan budaya China yang beragam itu. Pertunjukan dikerjakan sangat profesional. Taman Mini Indonesia Indah? Nah, ini yang ingin saya sampaikan juga. Belum lama ini saya bertemu dengan General Manager TMII Bapak Sugiono, pensiunan jenderal bintang tiga di kantor TMII. Kita maklum, kondisi TMII sudah tidak