[wanita-muslimah] IBRAHIM ISA'S -- SELECTED NEWS VIEWS, 15.12.07
*=* *IBRAHIM ISA'S -- SELECTED NEWS VIEWS, 15.12.07* *=* *BALI CLIMATE NEGOTIATIONS - ON THE EDGE* *GOVT BANS, --- BOOK ON PAPUA POLITICAL STRUGGLE* *HUMAN RIGHTS BODY (KOMNASHAM), TO INVESTIGATE CHURCH CLOSURE* *SLOW YEAR FOR HUMAN RIGHTS -- SAY ACTIVITISTS * *-* *Bali climate negotiations on the edge* *Abdul Khalik*, The Jakarta Post, Nusa Dua, Bali 15/12/07 Despite the removal of several sticking points that hindered talks in creating a road map toward future climate commitments, participants in the UN climate conference here failed Friday to decide on emissions-cutting targets for developed countries. Another stumbling block was the question of the responsibilities of developed countries, and what efforts developing countries should undertake regarding mitigation, with the U.S. pushing for national level efforts instead of international commitments. Most participants, particularly those from the European Union and developing countries, insisted that the inclusion of carbon emissions cut targets were crucial to guide the next two negotiations in Poland in 2008 and Denmark in 2009, in which the future commitment is to be concluded. The new agreement is to replace the earlier pact on climate change, the Kyoto Protocol. Meanwhile, the U.S., fearing economic disadvantages from a rising China and India should they commit to certain targets, continue to oppose any figures in the road map. Developing countries also opposed any targets, citing fears of economic slowdown and further constraints to wiping out poverty. The negotiations, which were supposed to end by Friday, continued until after midnight with no sign of a conclusion. Speculation even arose on whether the U.S. delegation was waiting for directions from the White House which could change the course of the negotiations. The executive secretary of the UN Framework Convention on Climates Change, Yvo de Boer, said the negotiations were taking longer than I expected. But this is a very important journey ... they need to craft the language very carefully because that language is going to guide them over the next two years. I think it's better to leave here with a very clear decision rather than spend next session trying to understand what's been agreed here in Bali, he told reporters. Many officials, however, have speculated that the negotiations will not be concluded until Saturday. De Boer said the progress had been made in the two weeks in which the participants had been able to reach agreements on points that had previously posed a problem, such as technology transfers, adaptation efforts and a financial scheme for the road map. He said that the parties had also decided what mitigation efforts the developed countries should bear, with discussion on the responsibilities for developing countries still going on. But the trickiest problem, de Boer said, was how the Intergovernmental Panel on Climate Change scientific report's discussion on the need for the cutting of emissions by 25-40 percent for developed countries is reflected in the roadmap, without inviting rejection from the U.S., the EU and the developing countries. The determining moment of the negotiation occurred Thursday night after the U.S. unexpectedly came up with a proposal on mitigation efforts that did not differentiate responsibility between developing and developed countries but underlined the need for domestic efforts for each country, threatening to undo the progress made in the negotiations so far. After negotiating until past 3 a.m., Foreign Minister Hassan Wirayuda postponed the meeting to 10 a.m. , and came up with a new proposal with accommodation being given to the U.S. on softening the target by changing it to reducing 50 percent of emissions by 2050 by 1990 levels. But officials said that the numbers have been reduced further after participants agreed to mention only targets of deeper emission cuts before 2012 as mandated by the Kyoto Protocol.--- *Govt bans, confiscates book on Papuan political struggle* *Angela Maria Flassy*, The Jakarta Post, Jayapura, Papua State prosecutors seized Friday 60 copies of a book they say could divide Papua politically, while critics have accused them of robbing local people of their freedom of expression. The 244-page book, titled Tenggelamnya Rumpun Melanesia, Pertarungan Politik di Papua Barat (The Sinking of the Melanesian Race: The Political Struggle in West Papua) was written by a local academic, Sendius Wonda. The book is misleading, it could spark unrest and divide the Papuan community, said Rudi Hartono, the intelligence chief at the provincial prosecutors' office. The 60 copies of the book printed by local publishing house Deiyai were confiscated from a
[wanita-muslimah] surat dari montmartre: le banian pasar malam
Surat Dari Montmartre: LE BANIAN PASAR MALAM PARIS Le Banian [Pohon Beringin] adalah nama dari penerbitan yang dikelola oleh Lembaga Persahabatan Perancis-Indonesia di Paris, dipimpin oleh seorang perempuan enerjik dan penuh prakarsa: Johanna Lederer, mantan balerina, sarjana sastra Amerika Serikat, lulusan Universitas Sorbonne Paris, kelahiran Malang, puteri pemilik sebuah kebun tebu di Jawa Timur. Pasar Malam di Paris dan yang di Belanda adalah dua hal yang jauh berbeda. Yang di Belanda adalah kegiatan para warga Indo Indonesia-Belanda bermotifkan nostalgia pada Indonesia , entah sebagai negeri kelahiran atau pun sebagai tautan asal darah. Yang terakhir ini sering dan banyak terjadi sebagaimana diungkapkan oleh kaum republiken Spanyol anti diktatur Jendral Franco, dalam sebuah lagu yang mengatakan antara lain: Madrid, Madrid, mataharimu tak tergantikan. Bagi para Indo, yang di Amerika Latin disebut sebagai mestizo, adalah suatu kegiatan kerinduan pada matahari yang tak tergantikan sebagaimana E. du Perron, pengarang tiga negeri [Perancis-Belanda-Indonesia] kelahiran Jawa Barat, sahabat André Malraux, novelis terkemuka Perancis, menteri kebudayaan Charles de Gaulle, menyebut Indonesia sebagai tanah asal[pays d'origine] nya. Kecintaan dan sikap E. du Perron pada son pays d'origine sejajar dengan kecintaan pengarang Amerika Serikat keturunan Irlandia, Ktut Tantri yang pernah berjuang bahu-membahu dengan rakyat Indonesia melawan pendudukan fasis Jepang, pernah disiksa Jepang, kemudian ingin dikubur di Indonesia [lihat bukunya:Rebel in Paradise [Pemberontakan Di Nusa Damai], terbitan Penguin Books dan telah diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa di dunia, termasuk edisi bahasa Indonesia]. Pasar Malam yang di Belanda lebih bersifat berjualan dan nostalgis dari para mestizo Indonesia-Belanda. Sedangkan Pasar Malam yang di Paris, adalah nama sejenis Lembaga Swadaya Masyarakat [LSM] Perancis, berangggotakan para Indonesianis Perancis dan orang-orang yang mencintai serta tertarik pada Indonesia. Pasar Malam Paris bertujuan mendorong pengembangan persahabatan antara rakyat Perancis dan Indonesia dengan menggunakan pendekatan kebudayaan. Karena itu Pasar Malam Paris, sering melakukan acara-acara berupa seminar sastra dan kegiatan kebudayaan lainnya bekerjasama dengan lembaga-lembaga resmi seperti CNRS [semacam LIPI di Indonesia]. Barangkali para pendirinya memang dipengaruhi oleh nostalgia Indonesia sebagai negeri asal mereka, tapi mereka keluar dari cakupan sempit emosional begini dan memasuki lingkup lebih luas yaitu persahabatan Perancis-Indonesia. Menggunakan pendekatan kebudayaan begini, Pasar Malam Paris melakukan lobbie kalangan resmi, berbagai kalangan dan swasta Perancis serta berbagai negeri secara berhasil. Artinya Pasar Malam melebarkan dan mengangkat masalah emosi ke tingkat yang lebih tinggi dari emosional belaka. Emosi dijadikan pendorong guna mencapai tujuan yang lebih besar dan manusiawi. Jika emosi bisa dipandang sebagai hal instingtif, maka Pasar Malam Paris mengembangkan hal yang instingtif ini ke tingkat kesadaran manusia yang berpikir dan berwawasan manusiawi. Dengan wawasan demikian Pasar Malam Paris telah mengundang Joesoef Isak, Goenawan Mohamad, Seno Gumira, Ayu Utami dan lain-lain ke Paris, menyelenggarakan pameran semiunggu lukisan Salim -- pelukis Indonesia yang sekarang berusia 100 tahun dan lama tinggal di Paris [lihat: JJ.Kusni dalam majalah Visual Arts, Jakarta]. Dengan keterangan ini, saya ingin sekaligus menjawab pertanyaan Mujie; anak muda Dayak dari Kalimantan Tengah yang rancu tentang adanya dua Pasar Malam di Eropa Barat, cq di Belanda dan di Paris. Dan dengan keterangan ini juga, saya mempertanyakan sebagaimana sejak berdasawarsa saya usulkan ke penyelenggara negara, terutama yang menyangkut soal politik luar negeri, apakah Indonesia tidak perlu membentuk badan khusus tentang negeri-negeri utama dalam urusan luar negeri, agar politik yang diambil tentang negeri-negeri tersebut tidak instingtif dan asal-asalan. Sekaligus dengan usul ini, kita bisa mengembangkan diplomasi pluralis, dan meninggalkan berfokus serta ketergantungan pada Amerika Serikat. Dengan adanya lembaga studi pembantu begini, barangkali Indonesia bisa melakukan politik diplomasi merakyat dan independen. Ide begini pernah saya ajukan kepada Adian Silalahi ketika beliau menjadi Dubes RI di Paris dan sering saya kemukakan di media massa Indonesia. Dengan konsep sadar, bukan instingtif, begini maka Pasar Malam Paris, disamping melakukan berbagai kegiatan kebudayaan dan ilmiah [terakhir pada 14 Desember 2007, tentang sastrawan Indonesia Kekinian], maka sejak beberapa tahun ini telah menerbitkan sebuah majalah bernama Le Banian. Majalah semesterial dicetak dengan kertas mewah dan foto-foto berwarna ini berkembang dari bentuk sederhana dan makin sempurna. Para Indonesianis dan penulis-penulis Indonesia, baik yang di luar negeri
[wanita-muslimah] Kiat Jitu Dapat HOKI
Kiat Jitu Dapat HOKI 15-Des-2007, 23:14:59 WIB - [www.kabarindonesia.com] KabarIndonesia - Bacaan Wajib bagi mereka yang ingin segera dapat Hoki ! Kata yang paling sering ditulis maupun diucapkan menjelang akhir dan awal tahun ialah kata HOKI tentunya sesuai dengan bahasanya masing-masing yang artinya beruntung. Di Indonesia kata Hokie sering ditulis pakai huruf e mengikuti wong Londo dijaman VOC. Sedangkan dalam bahasa Indonesia seharusnya ditulis HOKI ! Kata Hoki itu sendiri diserap dari bahasa dialeg Hokkian sedangkan dalam bahasa Mandarin Fuqi. Sama seperti juga dalam bahasa Inggris banyak orang pakai nama Lucky, begitu juga bagi orang Tionghoa banyak yang menggunakan nama Hok. Banyak orang Tionghoa yang menempelkan Huruf Hok didepan pintu rumahnya dengan secara terbalik dengan harapan agar Hoki nya dapat bergulir menggelinding terus menerus dengan tiada hentinya. Sumber: Milis Budaya Tionghoa Hoki bisa disamakan juga dengan nasib, jadi ada orang yang Hokinya baik maupun buruk dan berdasarkan horoskop ini tergantung dari waktu dan tempat lahirnya seseorang. Pada umumnya orang menilai ia dapat Hoki, apabila terjadi sesuatu yang luar biasa di dalam kehidupannya, misalnya karena terjadi hal yang luar biasa menyenangkan maka ini disebut Hoki; tetapi apabila terjadi hal yang buruk atau kena musibah maka ini bisa disebut Bo-Hoki (tidak beruntung) alias apes atau sial ! Sedangkan bagi mereka yang sudah kebelet ingin buruan dapat Hoki; mereka berusaha mencari jalan pintas, misalnya melalui judi ataupun pergi ke Wong Pinter baca Dukun. Hoki tidak harus berkaitan dengan materi saja, bisa saja seorang merasa dapat Hoki karena lulus ujian, naik pangkat, dapat jodoh, ataupun luput dari musibah, tetapi yang sudah pasti semua Hoki yang kita dapatkan harus ada orang lain yang dijadikan tumbal bayaran untuk Hoki kita ini. Pada saat anda dapat Hoki menang judi, pasti anda harus mengorbankan orang lain yang kalah judi dimana mereka harus bayar bukan hanya dengan uang saja tetapi juga dengan air mata. Anda dapat hoki bisa naik jabatan, pasti ada orang lain yang harus dijadikan tumbal, karena tidak mendapatkan jabatan yang diharapkannya. Jadi rumusnya mudah ialah Hoki bagi anda tetapi pasti rugi (Bo-Hoki) bagi yang lain. Kita merasa dapat hoki, karena keinginan atau impian kita terkabul. Hoki itu sifatnya hanya sementara saja, tidak mungkin bisa hoki terus-menerus tiada hentinya. Banyak orang percaya bahwa nomor atau hari tertentu bisa bawa hoki, maka dari itulah banyak sekali orang menjual nomor cantik atau nomor hoki ataupun mencari hari Hoki untuk hari perkawinannya. John Stuart Mills (1806 - 1873) filsuf dari England adalah tokoh filsuf Hoki. Menurut pendapat dia manusia hanya mempunyai dua tujuan hidup utama: Berusaha untuk mengejar kebahagiaan semaksimal (maximmize happines) mungkin dan penderitaan seminimal mungkin (minimze suffering). Pada saat manusia mendapatkan Hoki baca bahagia, pada umumnya ia tidak membutuhkan agama lagi, wong sudah dapat Hoki; kenapa Gw masih butuh sang Pencipta. Yang menentukan Hoki atau tidak Hoki itu sebenarnya otak dan perasaan kita sendiri, maka dari itu menurut Sigmund Freud; Hoki itu adalah sekedar efek plasebo saja atau perasaan yang dibuat dan ditentukan oleh diri sendiri. Misalnya orang yang sudah divonis mati, walaupun menang lotto satu triliun sekalipun ia tidak akan merasa dapat hoki, wong sudah mau koit, tapi ia merasa dapat hoki apabila bisa sembuh dan sehat. Sedangkan abang becak yang sehat waalfiat, merasa dapat hoki apabila bisa mendapatkan uang Rp 100 ribu. Jadi kesimpulannya Hoki itu adalah perasaan mensyukuri, dimana kita merasa bersyukur dengan apa yang kita dapatkan disitulah kita merasa dapat Hoki tulen. Untuk mengetahui apakah anda termasuk manusia Hoki atau tidak ini bisa diukur dengan alat ukur Hoki: Silahkan klik: Measure Your Happines www.time.com/time/2005/happiness/graphics/quiz.html Apakah anda ingin dapat HOKI setiap hari, dan ini dijamin dapat, carilah HOKI di www.kabarindonesia.com dan jangan lupa klik Daftar jadi Penulis disana. Kagak percaya; buktikanlah sendiri ! HOKI anda sudah menunggu disana. Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/ Alamat ratron (surat elektronik): [EMAIL PROTECTED] Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera: www.kabarindonesia.com
[wanita-muslimah] Put a Stop to These Marriages
http://www.arabnews.com/?page=13section=0article=104682d=15m=12y=2007pix=kingdom.jpgcategory=Local%20Press Saturday 15 December 2007 (06 Dhul Hijjah 1428 Put a Stop to These Marriages Dr. Ibtisam Halwani . Okaz - Marriage in Islam has an important purpose and there's wisdom behind its sacred institution. One of the most important purposes of marriage is to continue and increase the human population. Marriage is a partnership between a man and a woman to enable them to enjoy life to the fullest through mutual cooperation that includes love, caring, appreciation and respect. Marriage has long-term goals that can't be achieved unless it is based on different factors and obligations. In Islam, marriage is a solid relationship that aims for a foundation of settlement and continuity. That's why the Prophet (peace be upon him) emphasized that it is important to ask about the suitor's background, reputation and morals. He also stressed the importance of choosing a woman with characteristics that enable her to help the marriage institution succeed and be preserved. Everything proves that marriage isn't just a temporary thing people pass by quickly. It is a lifelong commitment that paves the way for other projects to develop and grow. In the light of all this, I wonder who gave some people the right to come up with ideas and fatwas granting men the right to use marriage as a means of experiencing quick pleasure, regardless of the psychological and physical torture the women might experience without committing either a sin or a crime? What is going on in allowing convicted criminals to get married? A murderer in Taif married a young woman who didn't realize the consequences of what she was doing and didn't comprehend the reality of it. She will be left to live with that man until he is executed and she will become a very young and beautiful widow. What if she becomes pregnant with a child whose fate is already to be an orphan even before he is born? The same thing has happened in Jeddah with another convicted murderer. How does society allow such things to happen? The first woman said that no one had pressured her into the marriage and that she willingly agreed to it. She said she would take care of her mother-in-law after her husband's execution. As for the second woman, she said that she was ready to bring up her husband's children - by an ex-wife - after he is executed. Those two women are burying themselves alive while society watches them without giving a warning or advice. What kind of religion and what kind of logic accept such situations? What about the third victim - the ex-wife of the prisoner - who is going to be deprived of her children so that their father's widow brings them up after they are forcibly taken from her? It is her God-given right to have custody of her daughters as long as their father is in jail and is going to be executed. Instead of making things better for them and allowing them a better life with their mother, their stepmother is given the right to look after them away from their mother's love. Why would the second wife take responsibility for bringing up the children of the first wife when the first wife is willing and able to bring up her own children? Who allowed the families of the two women to destroy their daughters' futures with such marriages? Even if the two convicted murderers were pardoned, who could guarantee their behavior after they leave prison? Who is responsible for the future of these women if anything should happen to them? If and when the pardon happened, why not wait for it to be implemented and then make the marriage contract? Having an area in prison for legal khalwa (isolation) is supposed to serve married prisoners, which I believe is something the General Presidency of Prisons should be thanked for. But that doesn't mean altering the noble goal this area was created for in order to serve something useless and meaningless. We hear and read enough divorce stories every day. Do we need to create more of them? Isn't enough is enough? [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Padang Arafah Simbol Padang Mahsyar
Padang Arafah Simbol Padang Mahsyar Oleh: Syamsuri Rifai Wuquf di padang Arafah merupakan puncak ibadah haji. Pada tanggal 8 Dzul-Hijjah semua jema'ah bergegas menuju padang Arafah bagaikan penghuni bangkit dari kubur menuju padang Mahsyar saat sangkala dikumandangkan oleh malaikat Israfil. Dengan pakaian ihram bagaikan sehelai kain kafan mereka bergegas menuju padang Arafah. Mereka melepaskan segala pakaian kemewahan duniawi, segala kedudukan dan jabatan duniawi, mereka lupakan negeri asal mereka, bahkan mereka lupakan anak dan keluarga. Mereka bergegas menuju padang Arafah bagaikan bergegas menuju padang Mahsyar untuk mempertang-jawabkan semua amal dan perbuatannya, mengakui semua dosa, kesalahan dan kehinaan yang pernah mereka lakukan di negeri duniawi. Mereka bergegas menuju padang Arafah. Bergegaslah kamu kepada Allah. (Adz-Dzariyat:50). Dengan perasaan takut tertinggal, cemas akan dosa-dosanya tidak diampuni oleh Allah swt. Mereka berangkat dengan penuh tawadhu', berzikir, dan mengumandangkan jawaban panggilan Ilahi dengan pakaian ihram melambangkan sehelai kain kafan. Saat itu mereka rasakan dunia, materi dan jabatan duniawi tak berarti lagi mereka. Pikiran dan hati hanya terfokus untuk menghadap Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Pengampun. Arafah adalah puncak pengenalan manusia terhadap kekuasaan Ilahi dan sekaligus pengakuan akan dosa-dosa. Dalam suatu hadis disebutkan: Jika ada dosa yang tak terampuni di malam Al-Qadar bulan Ramadhan, maka dosa itu tak akan diampuni di bulan-bulan yang lain kecuali ia melakukan kesyaksian dan pengakuan di padang Arafah. Dari wajah-wajah mereka nampaklah antara cemas dan harap. Apakah amal ibadah mereka akan terima oleh Allah swt dan dosa-dosa mereka diampuni oleh-Nya. Di padang Arafah sebagian mereka mendengar dan melihat peristiwa- peristiwa ghaib yang belum pernah mereka dengar dan syaksikan di negeri asal mereka. Ada yang mendengar lolongan srigala yang menakutkan, dan ada yang mendengar keindahan suara tasbih, tahmid dan takbir. Suara inilah gambaran suara batin manusia. Inilah di antara apa yang dimaksud oleh sabda Rasulullah saw: Sekiranya dalam dirimu tidak ada tirai-tiran batin, niscaya kamu akan mendengar apa yang aku dengar dan menyaksikan apa yang aku saksikan. Di padang Arafah mereka seakan mendengar suara sambaran petir bagaikan suara malaikat membentak mereka di padang Mahsyar. Sebagian mereka seakan mendengar keindahan suara bagaikan suara Rasulullah saw dan para malaikat yang memberi harapan pada mereka di hari Mahsyar, seakan mereka bersama Rasulullah saw dan para malaikat yang sebentar akan berjumpa dengan Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Maha Penyayang. Jika Anda ingin berjumpa dan dekat dengan Rasulullah saw pada hari kiamat, dan ingin mendapatkan minuman segar dari telaganya di surga, maka hendaknya membaca shalawat istimewa di hari Arafah. Yaitu: Ya Allah, Wahai Yang Paling Dermawan dari semua yang memberi Wahai Yang Paling Baik dari semua yang dimintai Wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi Ya Allah Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya yang terdahulu Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya yang belakangan Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya yang berada dalam kafilah para Malaikat Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya yang berada dalam kafilah para Rasul Ya Allah, anugerahkan kepada Muhammad dan keluarganya wasilah, keutamaan, kemuliaan dan derajat yang agung. Ya Allah, sungguh aku mempercayai Muhammad saw, walaupun aku belum pernah melihatnya. Maka: Jangan halangi aku untuk melihatnya pada hari kiamat Anugerahkan padaku kedekatan dengannya Matikan aku dalam agamanya Berilah daku minuman dari telaganya minuman yang menyegarkan dan tidak dahaga selamanya sesudahnya Sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu Ya Allah, sungguh aku mempercayai Muhammad saw, walaupun aku belum pernah melihatnya. Maka perkenalkan kepadaku wajahnya di surga. Ya Allah, sampaikan salamku yang tak terhingga kepada Muhammad dan keluarganya. (Dikutip dari kitab Mafatihul Jinan, kunci-kunci surga) Tek arab dan tek bacaan latin shalawat ini, juga Adab dan doa Memotong hewan korban, serta artikel2 Islami, amalan praktis dan doa- doa pilihan, berikut eBook adab2, Amalan dan doa pilihan malam Arafah dan hari Arafah, terdapat dalam eBook, silahkan kopi dan kunjungi: http://groups.google.com/group/keluarga-bahagia http://groups.yahoo.com/group/Shalat-Doa Informasi tentang Amalan praktis dan doa-doa pilihan, kunjungi: http://shalatdoa.blogspot.com Yang berminat Feng Shui Islami dan rumus2 ttg keserasian tgl lahir dan nama, profesi dan mitra, keserasian tempat tinggal, zodiak di dalam Al-Qur'an, dan lainnya, kunjungi: http://groups.google.co.id/group/feng-shui-islami
[wanita-muslimah] Rahasia, Adab dan Doa memotong Hewan Korban
Rahasia, Adab dan Doa memotong Hewan Korban Oleh: Syamsuri Rifai Allah swt berfirman: ÝóáóãøóÇ ÈóáóÛó ãóÚóåõ ÇáÓøóÚúìó ÞóÇáó íóÈõäìøó Åöäøöì ÃóÑóì Ýöì ÇáúãóäóÇãö Ãóäøöì ÃóÐúÈóÍõßó ÝóÇäúÙõÑú ãóÇ ÐóÇ ÊóÑóì ÞóÇáó íóÃóÈóÊö ÇöÝúÚóáú ãóÇ ÊõÄúãóÑõ ÓóÊóÌöÏõäöì Åöäú ÔóÇÁó Çááøóåõ ãöäó ÇáÕøóÇÈöÑöíäó Ketika anaknya mencapai usia yang sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata kepadanya: Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi menyembelihmu. Maka pikirkan bagaimana menurut pendapatmu. Ia menjawab: Wahai ayahku, laksanakan apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan dapati aku termasuk orang-orang yang sabar. (Ash-Shaffat: 102). Ketika Nabi Ibrahim (as) mencapai puncak kenabian dan kerasulannya ia diuji oleh Allah swt dengan ujian yang sangat berat. Allah swt memerintahkan kepadanya agar mengorbankan putera keyasangannya Nabi Islmail (as). Demi menunaikan perintah Allah ia rela mengorbankan puteranya, dan puteranya pun rela dijadikan korban dan dengan kerendahan hati ia menjawab seruan Ilahi: Lakukan apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan dapati aku termasuk orang-orang yang sabar. Dari kasus ini dapatlah kita mengambil pelajaran. Petapa pentingnya pendidikan terhadap anak dan keluarga untuk mencapai keimanan dan kesabaran sehingga membuahkan keyakinan yang kuat bahwa hidup ini perlu pengorbanan. Pengorbanan harus selalu bergandengan dengan kesabaran dan keyakinan. Kesabaran dan keyakinan akan membuahkan kesuksesan dalam pengorbanan, mencapai tujuan pengorbanan. Tidak ada di dunia ini kesuksesan tanpa perjuangan dan pengorbanan. Dan tidak ada perjuangan dan pengorbanan tanpa proses pendidikan. Pengorbanan perlu tujuan yang jelas, dan tahapan-tahapan program untuk mencapai tujuan pengorbanan. Jika seseorang berjuang dan berkorban untuk mencapai duniawi, maka ia akan memperoleh dunia tanpa akhirat. Jika ia berjuang dan berkorban untuk akhirat, maka ia akan memproleh keduanya, dunia dan akhirat. Ini adalah janji Allah swt. Demi kejayaan agama Allah kita korbankan apa yang kita cintai, hahkan anak, isteri dan keluarga. Bagi orang-orang yang beriman harta lebih rendah nilainya dibanding anak dan keluarga yang shaleh. Artinya keshalehan anak dan keluarganya mereka rela mengorbankan hartanya. Bukan sebaliknya, demi harta rela mengorbankan anak dan keluarganya. Di zaman ini justru banyak terjadi sebaliknya, demi mencapai dunia manusia rela mengorbankan anak dan keluarganya. Melupakan pendidikan Ilahiyah terhadap mereka, sehingga kelak pada hari kiamat mereka lari saling menjauh di antara mereka. Na'uzdubillah, mudah-mudah ini terjadi padakeluarga kita. Sebaliknya, jika mereka rela mengorbankan harta demi keshalehan anak dan keluarganya, maka pada hari kiamat mereka saling berdekatan, mengadakan reuni agung keluarga besar surga Adn, dari generasi sebelumnya dan sesudahnya. Amin, semoga keluarga kita tergolong pada keluarga ini. Pengorbanan yang disertai ketulusan niat, kesabaran dan keyakinan yang kuat, pasti akan membuahkan keajaiban yang berada di luar kemampuan pikiran manusia, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Ibrahim dan Ismail (as) dalam kasus ini. Kita sebenarnya punya tugas yang agung yaitu menanamkan kesabaran dan keyakinan kepada anak dan keluarga. Tentu melalui proses dan tahapan-tahapan. Sehinga anak dan keluarga kita dapat mengalirkan keajaiban dalam kehidupan kita. Jika kita perhatikan kasus Nabi Ibrahim dan Ismail (as), maka belumlah cukup pengorbanan kita hanya dengan hewan korban. Ini hanya sebagai simbol pengorbanan, yang perlu ditingkatkan pada pengorbanan yang lebih tinggi yaitu mengorbankan apa yang kita cintai demi kejayaan Islam. Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari darah yang mengalir dari hewan korban? Sekiranya pandangan dan pendengaran kita tidak terhijabi oleh tirai-tirai batiniyah, niscaya kita akan mendengar suara kesaksian darah yang mengalir dari hewan korban, melakukan kesyaksian di hadapan Allah saw yang berkorban telah mengorbankan sebagian dari apa yang dimilikinya. Sekarang kita telah mengalirkan darah hewan korban. Kapankah ummat Islam mengalirkan darah dirinya dan keluarganya demi tegaknya keadilan dan kebenaran? Bukankah kita telah menyaksikan dalam sejarah Islam bahwa Rasulullah saw telah mengorbankan sesuatu yang paling cintai. Rasulullah saw tidak mengorbankan hewan korban, tetapi beliau rela mengorbankan cucu kesayangannya Al-Husein (sa). Ketika beliau berada di rumah isterinya Ummu Salamah (ra), malaikat Jibril (as) datang memberitakan kepada beliau bahwa kelak Al-Husein akan di bantai di Karbala demi tegaknya kebenaran dan keadilan. Dalam sejarah Islam disebutkan bahwa Al-Husein bersama rombongan keluarga dan sahabatnya menuju Karbala. Al-Husein (sa) rela mengorbankan diri dan keluarganya dan segala yang dimilikinya demi tegaknya keadilan dan kejayaan Al-Islam. Dalam tarikh Islam disebutkan walaupun Al-Husein memakai baju Rasulullah saw dan ditunjukkan